Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENGUKURAN

Tim Penulis : Ahmad Marogi


Dini Safari
Ipik Gandamana
Gina Kartika
Farhana

A. Hakikat Pengukuran
Istilah pengukuran sering kita dengar dan dilakukan dalam
aktivitas sehari-hari di berbagai aspek kehidupan. Contohnya ketika
seseorang akan membuat pakaian maka penjahit akan mengukur berapa
tinggi badan, lingkar pinggang, lebar bahu, dan sebagainya. Begitu juga
ketika seseorang sakit dan pergi ke dokter, maka perlu pengukuran tensi
darah, berat badan, atau tinggi badan untuk mendiagnosa penyakitnya.
(Sudjana,2006; Arikunto,2009; Arifin,2012)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengukuran
adalah proses, cara, perbuatan mengukur. Sedangkan mengukur adalah
menghitung ukurannya (panjangnya, luasnya, lebarnya, besarnya, dsb.)
dengan alat tertentu. Contohnya mengukur massa dengan timbangan,
mengukur waktu dengan stopwatch/jam, mengukur kecepatan dengan
spidometer, mengukur suhu dengan termometer, mengukur kuat arus
listrik dengan ampere meter, dan lain sebagainya, dimana pengukuran
ini bersifat kuantitatif yaitu berupa angka atau bilangan.
Pengukuran dalam pendidikan adalah kegiatan menentukan
kuantitas suatu objek, menggunakan alat ukur dengan standar dan aturan
tertentu. Objek disini bisa mengandung arti guru, peserta didik, papan
tulis, gedung sekolah, meja belajar dll. (Rakhmat & Solehuddin,2006;
Sudjana,2006; Arikunto,2009).
Menurut Djaali (2008:4) Beberapa objek pengukuran dalam
bidang pendidikan antara lain:
1. Prestasi hasil belajar siswa diukur menggunakan tes.
2. Sikap diukur dengan instrument skala likert, skala thurstone, dan
semantik diferensial.
3. Motivasi diukur dengan instrument berbentuk skala yang
dikembangkan dari berbagai teori motivasi.
4. Intelegensi diukur dengan tes Binet Simon, tes Stanford Binet, tes
intelegensi multiple, dan tes Wechsler.

1
5. Kecerdasan Emosional dapat diukur dengan instrumen yang
dikembangkan dari teori emosional.
6. Minat diukur dengan instrumen minat.
7. Kepribadian diukur menggunakan tes Q-sort.

B. Definisi Pengukuran
Pengukuran merupakan penentuan besaran dimensi atau
kapasitas, biasanya berkaitan dengan suatu standar dan satuan
pengukuran. pengukuran tidak hanya terbatas pada objek fisik saja,
namun juga dapat mengukur semua benda yang bisa dibayangkan,
seperti tingkat kepercayaan atau tingkat ketidakpastian. Pengukuran juga
merupakan suatu kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur
dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Beberapa alat
pengukuran diantaranya: micro meter, jangka sorong, dial indicator,
viler gauge. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006;
Arikunto,2009).
Besaran merupakan sesuatu yang dapat diukur dan dapat
dinyatakan dalam angka. Sedangkan satuan didefinisikan merupakan
suatu pembanding dalam suatu pengukuran. Ada dua buah satuan, yaitu
satuan baku dan tidak baku.

Satuan baku digunakan untuk melakukan pengukuran dengan


hasil yang sama atau tetap untuk semua orang, sedangkan satuan tidak
baku yaitu yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil
yang tidak sama untuk orang yang berlainan.(Wahyudin, dkk, 2006;
Arikunto,2009; Rasyid & Mansyur,2009)
Contoh:
No Pengukuran Besaran Nilai Satuan
1 Panjang meja 1 meter Panjang 1 meter
2 Massa beras 1.5 Massa 1,5 kilogram
kilogram
3 Waktu tempuh dari Waktu 10 menit
rumah ke sekolah
adalah 10 menit
4 Panjang papan tulis Panjang 15 pensil
15 pensil

2
Dari contoh di atas yang merupakan besaran adalah panjang,
massa dan waktu, sedangkan meter, kilogram, menit disebut satuan
baku, kemudian yang termasuk satuan tidak baku adalah pensil.

C. Tujuan Pengukuran
Pada dasarnya pengukuran bertujuan untuk mendapatkan
gambaran besar-kecilnya hasil belajar siswa secara kuantitatif. Adapun
bebrapa tujuan dilakukannya pengukuran
(Wahyudin,dkk,2006;Arifin,2012) adalah:
a. Pengelompokkan.
Pengelompokan merupakan salah satu tujuan pengukuran.
Dengan dilakukannya pengukuran sisa dapat dikelompokan pada
kelompok yang tepat sehingga membantu efektivitas pembelajarana.
Pengelompokan ini dapat didasarkan kepada jenis kelamin, tingkat
kemampuan siswa, umur, dll.
b. Penilaian
Pengukuran merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan
dalam proses penilaian. Hasil pengukuran yang berupa keputusan
tingkat keberhasilan belajar siswa, kemudian dipertimbangkan
dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan untuk dilakukan proses
penilaian.
c. Motivasi
Pengukuran dapat dijadikan sebagai motivasi bagi siswa untuk
meningkatkan semagat belajar agar mendapatkan hasil belajar yang
baik. Motivasi adalah salah satu kekutan yang dapat menuntun siswa
untuk mencapai hasil pembelajaran yang tertinggi. Apabila
dilakukan secara tepat, pengukuran akan menjadi proses memotivasi
yang positif. Tetapi sebaliknya, pemgukuran dapat mengurangi
motivasi bila dilakukan dengan sembarangan.
Adapun tujuan pengukuran menurut Verducci (1980) & Safrit (1981)
menyatakan tujuan pengukuran dan evaluasi meliputi:
1. Mendiagnosis kelemahan (kekurangan),
3
2. pengelompokan siswa sesuai dengan kemampuan,
3. mengarahkan siswa sesuai dengan program,
4. memprediksi tingkat kemampuan,
5. menentukan prestasi siswa,
6. mengetahui kemajuan siswa,
7. memotivasi siswa,
8. penentuan kelas,
9. mengevaluasi efektifitas pengajaran,
10. melakukan perbaikan program administrasi, dan
11. mengevaluasi kurikulum.

D. Manfaat Pengukuran
Secara sederhana kegiatan pengukuran yang kita lakukan itu
berfungsi sebagai alat komunikasi. Komunikasi disini diartikan sebagai
pengiriman dan penerimaan informasi sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami. Pesan yang diperoleh sebagai parameter, member
pengetahuan tentang kuantitas objek yang di ukur.(Nasution, dkk, 1998;
Wahyudin, dkk, 2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).
Pengukuran yang dilakukan dengan baik akan memberikan
manfaat sebagai berikut :
1. Membuat gambaran melalui karakteristik dari suatu objek yang
di teliti.
2. Dalam industri dapat digunakan sebagai alat komunikasi dari
mulai riset, operator, pengujian sampai dengan jaminan mutu
terhadap produk yang dihasilkan.
3. Dapat digunakan sebagai dasar melakukan prediksi terhadap
sesuatu yang akan terjadi.
4. Sebagai pengendalian serta jaminan mutu.

Referensi
-----------.2013. Pengukuran dan Penilaian(evaluasi).
[Online]. Tersedia
:http://sharewithlinggar.blogspot.com/2013/04/pengukuran-
penilaian-dan-evalusi.html[1 Desember 2014]

4
Krisdiyana,Ratih.2010.Tujuan Pengukurandan Evaluasi.
[Online].Tersedia:http://ratihkrisdiyana.wordpress.com/201
0/12/21/tujuan-pengukuran-evaluasi.html.[1 Desember
2014]

BAB II
PENILAIAN

Tim Penulis : Intan Kusmayanti


Friska Risfiani
Imas Latifah
Maulida Nurul Hikmah
Diana Anggraeni Aprianti

A. Hakikat Penilaian
Tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen penting
dalam proses pendidikan. Tujuan pendidikan dapat menetapkan arah
pencapaian yang diharapkan. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat
ditentukan oleh proses pembelajaran. Tapi bagaimana kita bisa
mengetahui bahwa tujuan tersebut telah tercapai atau tidak? Maka dari
itu guru harus mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran
yang telah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai
materi-materi pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga guru
mengatahui tercapai atau tidaknya tujuan dari pendidikan itu sendiri.
(Rakhmat&Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).
Penilaian merupakan bagian yang penting dalam
pembelajaran.Dengan melakukan penilaian, guru sebagai pengelola
kegiatan pembelajaran, selain dapat mengetahui sejauh mana
kemampuan yang dimiliki peserta didik juga mengetahui ketepatan
metode mengajar yang digunakan.Selain itu hasil penilaian juga
dijadikan bahan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan sehingga guru dapat mengambil keputusan secara tepat
untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya serta
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik
lagi. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).
5
B. Definisi Penilaian
Penilaian berkaitan dengan pengambilan keputusan berdasarkan
pada nilai.Nilai tidak terlepas dari skor, dimana skor merupakan jumlah
jawaban yang benar dalam mengerjakan soal.Sedangkan nilai menurut
Arikunto dalam Purwanto (2011:205) merupakan ‘ubahan dari skor
hasil pengukuran menurut acuan dan skala tertentu’. Misalnya: Doni
siswa SDN 1 Tasikmalaya dapat mengerjakan soal dengan benar
sebanyak 22 butir soal dari 30 butir soal yang diujikan dengan skala
penilaian 0-100 dan acuan standar minimal adalah 60. Maka nilai siswa
tersbut adalah (22/30) X 100= 73.Karena nilainya lebih besar dari
acuan yang telah ditentukan, maka penilaiannya dinyatakan lulus.
Berdasarkan contoh di atas, acuan merupakan batas lulus atau standar
kriteria kelulusan. Sedangkan skala merupakan batasan nilai terendah
sampai tertinggi. Maka dari itu penilaian merupakan suatu keputusan
“lulus-tidak lulus”, “baik-buruk”, “memuaskan-tidak memuaskan”, dan
“berhasil-gagal”.
Sedangkan menurut Rakhmat dan Solehuddin(2006:1)
mengemukakan penilaian sebagai “suatu kegiatan yang dimaksudkan
untuk mengambil keputusan dalam rangka memberikan nilai terhadap
sesuatu (orang, benda, fakta)”. Rakhmat dan Solehuddin(2006:2-3)
mengemukakan empat ide pokok yang terkandung dalam penilaian,
yaitu:
1. Penilaian sebagai suatu proses, yang artinya penilaian merupakan
suatu kegiatan yang direncanakan mulai dari menetapkan tujuan
penilaian, mengembangkan instrumen, mengumpulkan data,
sampai kepada pengambilan keputusan.
2. Penilaian dilakukan secara sistematik, artinya bahwa penilaian
dilakukan berdasarkan aturan-aturan dan prinsip-prinsip tertentu
yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian.
3. Dalam penilaian selalu ada kegiatan pengambilan keputusan.
4. Penilaian merupakan kegiatan penentuan tingkat pencapaian tujuan
intruksional.
Adapun pendapat lain, menurut Sudjana (2006 : 3)
mendefinisikan penilaian adalah “proses memberikan atau menentukan
nilai kepada objek tertentu berdasarkan kriteria tertentu”. Dalam hal ini
artinya, objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa dalam bentuk
perubahan tingkah laku di bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Sedangkan penilaian proses belajar merupakan suatu kegiatan menilai
kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan pengajaran.
6
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam
kaitannya dengan proses pembelajaran merupakan suatu proses
pemberian nilai berdasarkan kriteria tertentu yang dilakukan secara
sistematis untuk menentukan ketercapaian tujuan intruksional yang telah
ditentukan. .(Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006;
Arikunto,2009).
C. Manfaat Penilaian
Manfaat penilaian antara lain adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar
mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian
kompetensi;
2. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosa kesulitan belajar
yang dialami peserta ddik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan
remedial;
3. Sebagai umpan balik guru dalam memperbaiki metode,
pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan;
4. Sebagai masukan bagi guru guna merancang kegiatan pembelaran
selanjutnya;
5. Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah
tentang efektivitas kegiatan pembelajaran;
6. Untuk memberikan umpan balik bagi pemberi kebiakan (Diknas
Daerah) dalam mempertimbangkan konsep peniaian kelas.
(Wahyudin,dkk,2006;Rasyid&Mansyur,2009;Arifin,2012)
D. Tujuan dan Fungsi Penilaian
Pelaksanaan penilaian didalam pendidikan digunakan untuk
berbagai tujuan, tergantung kepada kepentingan dan maksud
penilai.Dalam kegiatan penilaian yang dilakukan oleh guru, pada
dasarnya dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dan sejauh
mana tujuan-tujuan pendidikan yang telah dicapai oleh siswa. Dengan
kata lain penilaian dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan
terhadap diri siswa sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.
Dalam Arikunto (2009) tujuan atau fungsi penilaian siswa
disekolah pada dasarnya dapat digolongkan kedalam empat kategori:
1. Untuk mendapatkan umpan balik (feed back). Umpan balik ini
ditujukan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dan memberikan remedial bagi siswa.
2. Untuk menemukan kemajuan terhadap hasil belajar siswa yang
diperlukan untuk laporan kepada orang tua siswa, penetuan
kenaikan kelas dan penentuan lulus/tidaknya siswa.

7
3. Untuk menciptakan sistuasi belajar mengajar yang sesuai dengan
kemampuan dan karekteristik siswa.
4. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dan
menemukan solusi untuk menangani kesulitan-kesulitan belajar
tersebut.
Selain tujuan penilaian diatas, Arikunto (1997:9) berpendapat
bahwa ada empat tujuan penilaian, yaitu:
1. Tujuan selektif, yaitu untuk memilih siswa yang dapat diterima
disekolah tertentu, untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau
keperingkat berikutnya, untuk memilih siswa yang harus
mendapatkan beasiswa, untuk memilih siswa yang berhak
meninggalakan sekolah (lulus)
2. Tujuan diagnostik, guru melakukan diagnosa kepada siswa
mengenai kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa dan
mencari solusi untuk mengatasi kesulitan-keslutian belajar
tersebut.
3. Tujuan penempatan, keterbatasan saran dan prasarana tenaga
pendidikan yang bersifat individual terkadang sukar untuk
dilaksanakan, maka untuk dapat mengatasi perbedaan kemampuan
siswa, pengajar dapat melakukan pengajaran kelompok. Untuk
menentukan dikelompok manakah siswa tersebut berada maka
digunakan penilaian.
4. Tujuan mengukur keberhasilan, yaitu untuk mengetahui sejauh
mana program pembelajaran berhasil diterapkan.
Menurut Rakhmat dan Solehuddin (2006:5) penilaian yang
dilakukan oleh guru memiliki beberapa fungsi, baik berkenaan dengan
kepentingan tugas guru, siswa, kelembagaan sekolah maupun staf
sekolah lainnya. Fungsi-fungsi penilaian tersebut diantaranya:
1. Fungsi penetapan kelulusan
Untuk menetapkan apakah siswa siap melanjutkan ke materi
selanjutnya atau belum; apakah seorang siswa dapat dikatakan
lulus atau belum tidak bisa dilakukan dengan perkiraan
subjektif.Maksudnya diperlukan data objektif untuk mengatahui
kemajuan belajar siswa. Proses pengambilan keputusan untuk
kepentingan ini dilakukan berdasarkan informasi yang akurat dan
dapat dipertanggung jawabkan. Semua itu dapat dilakukan dengan
kegiatan penilaian. Melaluui kegiatan tersebut kita dapat
menempuh prosedur yang dapat dipertanggung jawabkan baik
dalam pengumpulan data maupun proses pengambilan keputusan.
2. Fungsi pengajaran
8
Hasil belajar siswa tidak hanya untuk menentukan kelulusan
saja tetapi juga untuk perbaikan dan pengembangan proses belajar
mengajar itu sendiri. Dalam penilaian terutama penilaian formatif
kita akan mendapatkan umpan balik dan hal tersebut dapat
dijadikan dasar untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran.
Kita dapat mengetahui aspek-aspek mana yang kurang dalam
pengajaran sehingga dapat diperbaiki dan dikembangkan.
3. Fungsi diagnostik dan bimbingan
Jika instrumen yang digunakan menggunakan tingkat
kebaikan yang memadai, pada batas-batas tertentu pengukuran dan
penilaian akan terdapat unsur diagnostik didalamnya. Dengan
menganalisis dan mendeteksi jawaban-jawaban siswa pada setiap
soal maka kita akan mengatahui letak kesulitian-kesulitan belajar
siswa. Kita akan mengatahui aspek-aspek materi mana yang belum
dikuasai oleh siswa.Hal ini juga baik untuk melakuakan layanan
bimbingan remedial. Data prestasi atau kemampuan siswa secara
umum merupakan informasi yang penting untuk keperluan
bimbingan.

4. Fungsi motivasi
Kegiatan penilaian dapat memberikan motivasi untuk siswa
agar belajar lebih giat lagi.Kegiatan penilaian ini dapat mendorong
siswa untuk mendorong prestasi belajar yang tinggi.Prestasi belajar
yang tinggi disini merupakan stimulus untuk membangkitkan
gairah belajar siswa.
5. Fungsi administratif
Data hasil penilaian sangat penting untuk administrasi
sekolah.Hal ini baik untuk kepentingan kelembagaan maupun
kepentingan siswa.Dengan kegiatan penilaian ini siswa dapat
mengetahui kemampuan hasil belajarnya sendiri.Data kemajuan
siswa tersebut dapat juga digunakan untuk mengontrol kualitas
penyelenggaraan pendidikan.

Suryaningsih.(2013). Manfaat, Fungsi dan Prinsip Penilaian.


Tersedia di:
Suryaningsih2020.blogspot.com/2013/01/manfaat-fungsi-
dan-prinsip-penilaian.html?m=1. [23 November 2014]

9
Sudjana, Nana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. PT Rosda Karya: Bandung.

BAB III
ASSESSMENT

Tim Penulis : Ulfah Siti Nurfauziah


Dewi Novi Lestari
Ridha Raudotul Jannah
Sintia Sri Lestari Y
Yuni Nurhamidah

A. Hakikat Assessment
10
Istilah evaluasi dan assessment sering kali dipertukarkan, namun
pada dasarnya dari kedua istilah tersebut terdapat perbedaan yang
esensial. Dalam hal ini assessment dinyatakan sebagai suatu cara untuk
mengungkap proses dan kemajuan belajar siswa. Sedangkan evaluasi
dinyatakan sebagai pemberian nilai (judgement) terhadap hasil belajar
berdasarkan data yang diperoleh melalui assessment.( Wahyudin, dkk,
2006; Matondang, 2009; Rasyid & Mansyur, 2009 ; Arifin, 2012)
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa
assessment belum dikenal secara umum. Maka perlu adanya pengenalan
tentang konsep dan esensi dari assessment itu sendiri. Sehingga
terjadinya salah penafsiran dari konsep tersebut dapat diminimalisir.
Pada hakikatnya assessment menitikberatkan penilaian pada
proses belajar siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et all
(1994) menyatakan bahwa dalam mengungkap penguasaan konsep,
assessment tidak hanya mengungkap konsep yang telah dicapai siswa
tetapi juga perkembangan bagaimana suatu konsep itu diperoleh. Oleh
karena itu, assessment tidak hanya menilai proses dan hasil belajar siswa
tetapi juga kemajuan belajarnya. (Matondang,2009; Arifin,2012)
Assessment pada dasarnya merupakan alat (the means) dan bukan
merupakan tujuan (the end), sehingga assessment merupakan sarana
yang digunakan sebagai alat untuk melihat dan menganalisis apakah
siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan serta untuk
mengetahui apakah proses pembelajaran telah sesuai dengan tujuan atau
masih memerlukan pengembangan dan perbaikan. Dalam
pelaksanaannya, assessment pembelajaran merupakan kegiatan yang
berkaitan dengan mengukur dan menilai aspek psikis yang berupa proses
dan hasil belajar yang bersifat abstrak, karena itu assessment hendaknya
dilakukan dengan cermat. (Matondang,2009; Arifin,2012)
Pada hakikatnya assessment berbeda dengan penilaian, dimana
assessment lebih menitikberatkan pada kepentingan siswa. Dalam hal ini
assessment juga merupakan kegiatan setelah pengukuran dan sebelum
penilaian, jadi assessment merupakan prosesnya. Dimana ketiga istilah
tersebut (pengukuran, assessment, dan penilaian) saling berkaitan dalam
kegiatan evaluasi. ( Wahyudin, dkk, 2006; Matondang, 2009; Rasyid &
Mansyur,2009; Arifin,2012)

B. Definisi Assessment
Berdasarkan pemahaman dalam hakikat assessment, maka
berikut ini adalah pemaparan beberapa ahli mengenai definisi
assessment. Istilah assessement menurut Hill (1993) Assessment is the
11
process of gathering evidence and documenting a child’s learning and
growth. Assessment adalah proses mengumpulkan peristiwa dan
mendokumentasikan pertumbuhan dan pembelajaran anak. Sementara
itu menurut Sumarno (2003) assessment adalah proses sistematis untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik (dalam Metodologi
Penelitian; 2012). Adapun definisi assessment menurut Stiggins (1994)
adalah penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes).
Selain itu, assessment is the process of collecting data which shows the
development of learning.
Dari definisi - definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan assessment adalah proses pengumpulan data yang
dilakukan secara sistematis dalam menentukan pencapaian hasil belajar
siswa.

C. Tujuan Assessment
Setelah adanya pemahaman mengenai hakikat dan juga pengertian
dari assessment, maka yang perlu diketahui dan dipahami adalah
bagaimana tujuan dari assessment itu sendiri. Berikut adalah tujuan
assessment menurut Sunardi dan Sunaryo (2006) (dalam Abdurahman;
12), diantaranya:
1. Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan komprehensif
tentang kondisi anak saat ini.
2. Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan
hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan -
kebutuhan khususnya, serta daya dukung lingkungan yang
dibutuhkan anak.
3. Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi
kebutuhan-kebutuhan khususnya serta untuk memonitori
kemajuannya.
Pada dasarnya tujuan assesssment itu adalah untuk memperoleh
data proses hasil belajar siswa secara komprehensif.

D. Manfaat Assessment
Proses penilaian hasil belajar siswa yang dilaksanakan dengan
benar akan memberikan manfaat bagi semua pemangku (stakeholder)
pembelajaran sekolah. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana
manfaatnya. Berikut adalah manfaat assessment dalam Matondang
(2009 ) Manfaat tersebut diantaranya:
1. Manfaat Assessment bagi Siswa yaitu :
a) Guru dapat melatih dan memotivasi siswa untuk belajar.
12
b) Siswa berlatih bertangggung jawab terhadap apa yang
dikerjakannya.
c) Hasil belajar siswa dapat menjadi salah satu input pembentuk
kesadaran (self conseft) dalam perkembangan siswa menuju
kedewasaannya. Siswa mempunyai rasa percaya diri untuk
berprestasi, keberanian untuk bekerja keras agar berhasil
dalam berusaha, dapat didorong oleh nilai (grade) hasil
belajar.
2. Manfaat Assesment bagi Guru yaitu :
a) Sebagai salah satu input untuk menyempurnakan program
pembelajaran serta implementasinya. Dengan mempelajari
hasil-hasil belajar siswanya, guru dapat mengetahui komponen
silabus dan RPP yang perlu disempurnakan.
b) Sebagai dasar guru mengelompokkan siswa dalam berbagai
macam komposisi siswa sesuai dengan kepentingan
pembelajaran.
c) Sebagai dasar mengadakan program pengayaan dan remidial.
d) Untuk dasar memberikan layanan pembelajaran secara
individual kepada siswa.
e) Untuk mengikuti perkembangan belajar siswanya serta
pengambilan keputusan suatu kebijakan, misalnya kenaikan
kelas dan kelulusan.
3. Manfaat Assesment bagi Orang Tua Siswa yaitu :
a) Sebagai informasi kemajuan belajar putera-puterinya.
b) Sebagai masukan bagi orang tua untuk digunakan dasar
membimbing putera-puterinya dalam belajar di rumah.
c) Sebagai dasar orang tua memberi masukan bagi perbaikan
program pembelajaran di sekolah.
Manfaat dari assessment itu berguna bagi semua kalangan yakni siswa,
guru maupun orang tua siswa. Bagi siswa, mereka akan lebih termotivasi
dalam meningkatkan prestasi pembelajaran. Kemudian bagi guru dapat
berguna untuk memperbaiki program pengajaran yang dirasa kurang sesuai
dengan kondisi siswa. Begitu pula bagi orang tua yang akan dapat
mengontrol anaknya berdasarkan hasil dari kegiatan asssessment itu.
(Wahyudin,dkk,2006;Matondang,2009;Rasyid&Mansyur,2009;
Arifin,2012)

13
Abdurahman, Maman. _______. Konsep Dasar Asesmen
(Assessment). Tersedia [Online].
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BI
ASA/195706171985031-
MAMAN_ABDURAHMAN_SAEPUL_R/ASESMEN_ABK_2
.pdf. [01 Desember 2014].

Camp Counseling. 2012. Pengukuran, Penilaian, Asesment .


Tersedia [Online].
https://bkpemula.wordpress.com/2012/12/23/penguk
uran-penilaian-asesment/ [28 November 2014].

Hakiki, Muhammad. 2012. Evaluasi, Asesmen, Penilaian, dan


Pengukuran dalam Program Pembelajaran. Tersedia
[Online].
http://www.scribd.com/doc/172144300/evaluasi-
120720100357-phpapp02. [28 November 2014].

Salim. 2013. Tujuan, Fungsi dan Prinsip Asesmen. Tersedia


[Online]:
http://salimpsa3.blogspot.com/2013/10/tujuan-fungsi-
dan-prinsip-asesmen.html [29 Desember 2014]

Sunarya, Yaya. _________. Konsep Dasar Asesmen


Pembelajaran. Tersedia [Online].
http://file.upi.edu/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBI
NGAN/195911301987031-

14
YAYA_SUNARYA/BAHAN_EVALUASI-ASESMEN-
KONSEP_DASAR.pdf. [02 Desember 2012].

Wulan, Ana Ratna. ___________. Pengertian dan Esensi


Konsep Evaluasi, Asesmen, Tes dan Pengukuran.
Tersedia [Online].
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_I
PA/197404171999032-
ANA_RATNAWULAN/pengertian_asesmen.pdf. 24
November 2014].

BAB IV
EVALUASI

Tim Penulis : Fitsya Nuraini


Nida Nursyarifah
Risna Fitriana
Lilis Lisnawati
Dede Nurhidayah

A. Hakekat Evaluasi
Arikunto (2009) menyatakan bahwa “Evaluasi merupakan sebuah
proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal
apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai”. Menurut
Groundlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa ” Evaluasi
pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis, dan
menginterpretasikan informasi secara sistematik untuk menetapkan
sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.”

15
Evaluasi merupakan proses memahami, memberi arti,
mendapatkan dan mengomunikasikan suatu informasi bagi keperluan
pengambil keputusan.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat saya simpulkan bahwa
Evaluasi memiliki beberapa kata kunci, diantaranya :
1) Suatu kegiatan atau suatu proses
2) Pengumpulan data
3) Pelaksanaannya sistematis
4) Sebagai tolak ukur
5) Penentu tercapai atau tidaknya suatu tujuan
6) Penarik kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa hakekat Evaluasi adalah suatu
kegiatan yang didalamnya terdapat proses pengumpulan data sampai
pengolahan data yang hasilnya sebagai tolak ukur dalam menentukan
kondisi dimana suatu tujuan telah tercapai. (Rakhmat &
Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).
B. Definisi Evaluasi
Matondang (2009:4) mengemukakan bahwa “evaluasi merupakan
proses mendapatkan tingkat deskripsi angka bagi individu dengan
karakteristik tertentu”. Rasyid & Mansur (2009:2) menyatakan bahwa
“evaluasi adalah judgment terhadap nilai atau implikasi dari hasil
pengukuran”.
Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes
(test), pengukuran (measurement), dan penilaian (assesment). Banyak
orang yang mengartikan evaluasi, pengukuran (measurement), tes, dan
penilaian (assesment) adalah sama, namun sebenarnya evaluasi memiliki
makna yang berbeda dengan pengukuran (measurement), tes, maupun
penilaian (assesment). Pernyataan ini sesuai dengan yang diungkapkan
Widoyoko( : 5) bahwa:
“ Evaluation is the process of delineating, obtaining, and
providing descriptive and judgmental information about the worth
and merit of some object’s goals, design, implementation, and
impact in order to guid decision making, serve needs for
accountability, and promote understanding of the involved
phenomena.”
Evaluasi adalah suatu proses menggambarkan, memperoleh, dan
menyediakan informasi mengenai makna dan nilai dari beberapa tujuan
untuk membantu membuat keputusan dan meningkatkan pemahaman
terhadap fenomena.

16
Istilah evaluasi, pengukuran, penilaian, dan tes merupakan
komponen yang tak terpisahkan dalam evaluasi pendidikan. Artinya,
kegiatan evaluasi harus melibatkan kegiatan penilaian, pengukuran dan
tes.
Rasyid &Mansur (2009:2) menyatakan bahwa tes, pengukuran,
penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Mereka menyatakan bahwa “Tes
merupakan seperangkat pertanyaan atau pernyataan terbuka atau tertutup
yang harus dijawab. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan
dengan kriteria. Penilaian menjelaskan dan menafsirkan hasil
pengukuran, sedangkan evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi
suatu perilaku.”
Menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi untuk mendeskripsikan
suatu hasil pengukuran dan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan (Arikunto,2009;Matondang,2009;Rasyid&mansyur,2009)

Diagram
Pengelompokkan Jenis Evaluasi

Ditinjau dari cakupannya, evaluasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu:


a. Evaluasi yang bersifat makro, yaitu evaluasi yang sasarannya
adalah program pendidikan yang direncanakan untuk
memperbaiki bidang pendidikan.
b. Evaluasi yang bersifat mikro, yaitu evaluasi yang sasarannya
adalah program pembelajaran di kelas untuk mengetahui
pencapaian belajar peserta didik.
(Arikunto,2009;Matondang,2009;Rasyid&mansyur,2009)
Selanjutnya, evaluasi yang bersifat mikro atau evaluasi
pengajaran terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a.Evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan setiap akhir
pembahasan suatu topik untuk mengetahui sejauh mana proses
17
pembelajaran telah berjalan sesuai dengan yang telah
direncanakan. Tujuan dari evaluasi formatif ini adalah untuk
mengevaluasi kegiatan belajar mengajar.
b.Evaluasi sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan setiap akhir satu
satuan waktu yang mencakup lebih dari satu pokok bahasan,
misalnya: ulangan tengah semester (UTS). Hal ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana peserta diidk dapay berpindah dari suatu
topik ke topik berikutnya. (Rakhmat & Solehuddin,2006;
Sudjana,2006; Arikunto,2009).
C. Tujuan Evaluasi
Suatu kegiatan tentu memiliki tujuan, begitupun dengan kegiatan
evaluasi pembelajaran yang tentunya memiliki tujuan. Evaluasi
pembelajaran bertujuan untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi
suatu sistem pembelajaran (tujuan, materi, metode, media, sumber
belajar maupun sistem penilaian itu sendiri). Melalui evaluasi kita bisa
melihat dan mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan, apakah
suatu pembelajaran berhasil atau tidak.
(Arikunto,2009;Matondang,2009;Rasyid&mansyur,2009)
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk
mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran.
Evaluasi pembelajaran menentukan kemajuan atau hasil belajar pada
siswa, mengetahui tingkat perubahan perilaku peserta didik setalah
kegiatan belajar mengajar. ‘Bagi guru evaluasi merupakan umpan balik
untuk memperbaiki proses belajar mengajar. (Rakhmat &
Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Tujuan evaluasi dalam konteks yang lebih luas (Arifin, 2009 : 14)
yaitu :
 Seleksi
 Penempatan
 Diagnosis dan remedition
 Umpan: - Norm-direferensikan
   - Critecion-Interpretasi direferensikan
 Motivasi dan bimbingan belajar
 Program dan curiculum perbaikan
 Formatif dan sumative evaluasi, dan
 pengembangan teori

18
D.Manfaat Evaluasi
a. Manfaat Evaluasi Bagi siswa Arikunto(2009) yaitu:
1) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah
mengetahui apakah siswa sudah mengetahui bahan program
secara menyeluruh.
2) Siswa mengetahui data apakah cara belajar yang
dilaksanakan sudah tepat atau belum.
3) Merupakan penguatan ( reinforcement ) bagi siswa.
4) Untuk memotivasi siswa dalam meningkatkan pemahaman
terhadap materi pembelajaran.
5) Untuk mendiagnosis kemampuan sisa
b. Manfaat Evaluasi Bagi guru, Arikunto (2009) yaitu :
1) Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan
sudah dapat diterima oleh siswa.
2) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang
belum menjadi milik siswa.
3) Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program
yang akan diberikan.
c. Manfaat evaluasi Bagi sekolah, Arikunto(2009) yaitu :
1) Dengan evaluasi dapat diketahui kondisi belajar yang
dilangsungkan di sekolah.
2) Informasi guru tentang tepat tidaknya kurikulum sekolah dapat
merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk
masa-masa yang akan datang.
3) Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun
dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan
oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum. Pemenuhan
standar akan terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh.
4) Sekolah dapat mengetahui hasil kinerja para tenaga pendidik
terutama dalam proses Kegiatan Belajar dan Mengajar seperti
kemampuan guru dalam menyusun satuan pengajaran yang
bermutu, penguasaan terhadap materi pelajaran, kemampuan
menggunakan metode pengajaran, pemilihan media dan sumber
belajar serta penentuan alat evaluasinya.
5) Sekolah dapat mengukur keberhasilan pelaksanaan kurikulum
yang dijalankannya setelah mengetahui hasil evaluasi yang di
perolehnya. Setelah terlebih dahulu menentukan deskripsi tujuan

19
penyelenggaraan pembelajaran : Kompetensi Umum dan
Kompetensi Khusus.
6) Hasil dari evaluasi belajar siswa dapat dijadikan sistem
Monitoring dan evaluasi untuk ditindak lanjuti pada guna
perencanaan peningkatan kompetensi SDM dan prestasi yang
akan dicapai siswa.
d. Manfaat evaluasi Bagi Orang tua siswa Arikunto(2009) yaitu :
1) Orang tua dapat mengetahui efektivitas hasil kesungguhan
belajarnya di rumah melalui hasil evaluasi pembelajarannya di
sekolah. Dengan demikian orang tua dapat menciptakan
kebiasaan belajar yang rutin.
2) Faktor kebahagiaan siswa dalam keluarganya dapat menentukan
tingkat keberhasilannya dalam mengejar prestasi belajarnya.
Demikian juga sebaliknya jika siswa tidak bahagia di rumah
maka sering kali menjadi siswa yang bermasalah disekolah.
3) Orang tua dapat mengukur tingkat pengetahuan terhadap
tumbuh kembang anaknya sendiri termasuk kepedulian tentang
proses kegiatan pembelajarannya.
E.Prosedur Evaluasi
Evaluasi pembelajaran hendaknya dilakukan secara sistematis
dan struktur. Secara garis besar dalam evaluasi pembelajaran melibatkan
3 unsur, yaitu:
1. Input
Input disini bisa diartikan sebagai calon siswa sebagai pribadi
utuh yang dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang.
2. Proses
Banyak unsur yang harus diperhatikan dalam proses evaluasi ini
demi memperoleh hasil pembelajaran yang diharapkan. Unsur-unsur
yang harus diperhatikan itu adalah kurikulum/materi, metode dan cara
penilaian, sarana pendidikan/media, sistem administrasi dan guru serta
personal lainnya.
3. Output
Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk
mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka
selama mengikuti program. Dengan kata lain output di sini adalah
hasil pencapaian siswa dalam mengikuti suatu pembelajaran.
Jika prosedur yang dilakukan tidak sesuai atau tidak
mencerminkan ketiga unsur tersebut, maka dikhawatrirkan gambaran
yang dihasilkan oleh hasil evaluasi malah tidak menggambarkan
proses pembelajaran yang sesungguhnya terjadi di lapangan.
20
Rakhmat & Solehuddin (2006:9) mengemukakan bahwa
“Prosedur pengukuran dan penilaian/evaluasi hasil belajar, pada
dasarnya menempuh langkah-langkah berikut :
1) Menentukan tujuan
Tujuan biasanya dijadikan dasar dan arah untuk melakukan
kegiatan, demikian pula halnya dalam melaksanakan penilaian.
Penetapan tujuan sangatlah penting untuk menetapkan sasaran
penilaian yang ingin dicapai. Tujuan juga bisa menentukan teknik dan
instrumen mana yang harus digunakan.
2) Menetapkan jenis data atau lingkup materi yang harus diukur
Pengambilan keputusan penilaian yang tepat perlu didasarkan
pada data konkrit yang relevan dengan tujuan penilaian. Dalam
penilaian hasil belajar di sekolah, kita perlu menetapkan aspek-aspek
perilaku yang menggambarkan keberhasilan siswa dalam mencapai
tujuan intruksional. Di sini kita perlu mengidentifikasi tujuan-tujuan
intruksional yang ingin dicapai dan lingkup materi yang telah
dipelajari.

3) Menetapkan teknik pengukuran yang digunakan


Setelah memperoleh kejelasan tentang aspek-aspek yang perlu
diukur, selanjutnya perlu ditetapkan teknik apa yang sekiranya cocok
digunakan untuk mendapatkan data tersebut. Dalam proses
pengukuran hasil belajar di sekolah, lajumnya menggunakan teknik
testing. Namun hal ini pada intinya akan sangat bergantung atas aspek
perilaku yang akan dievaluasi.
4) Mengembangkan instrumen pengukuran
Pemilihan instrumen atau alat pengukuran sangat bergantung
pada jenis materi pelajarn yang akan diukur dan teknik pengukuran
yang digunakan. Untuk mengukur kemampuan kognitif bisa
digunakan tes tertulis atau tes lisan, untuk mengukur perilaku afektif
bisa digunakan skala sikap, sedangkan untuk mengukur aspek
psikomotorik bisa digunakan tes tindakan.
5) Melaksanakan pengukuran
Pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan menggunakan teknik
instrumen pengukuran yang telah ditetapkan. Ketertiban dan
kedisiplinan dalam pelaksanaan pengukuran perlu diperhatikan dengan
baik. Sebab, betapapub baiknya instrumen yang digunakan, kalau
pelaksanaannya tidak benar, tetap saja akan menghasilkan data yang
tidak bisa dipercaya.

21
6) Mengolah dan menafsirkan hasil pengukuran (mengambil
kesimpulan)
Agar data hasil pengukuran mempunyai makna sesuai dengan
tujuan penilaian, maka data tersebut diolah dan ditafsirkan dengan
menggunakan kriteria atau standar tertentu. Dalam kegiatan ini perlu
dipertimbangkan standar yang digunakan, agar kesimpulan yang di
dapat tidak menyimpang dari tujuan penilaian.
Secara umum, langkah-langkah pokok evaluasi hasil belajar
meliputi tiga kegiatan yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan pengolahan
hasil. Dibawah ini adalah penjelasan dari ketiga langkah tersebut.
a. Perencanaan:
Dalam perencanaan evaluasi hasil belajar ada beberapa hal
yang harus dilakukan oleh guru, yaitu:
1) Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi
2) Menetapkan aspek-aspek yang akan dievaluasi
3) Memilih dan menetukan teknik yang akan digunakan di dalam
pelaksanaan evaluasi
4) Menyusun alat-alat pengukur yang digunakan dalam
pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik
5) Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan
dijadikan pegangan atau patokan dalam memberikan
interpretasi terhadap data hasil evaluasi. Misalnya apakah akan
menggunakan Penilaian Beracuan Patoka (PAP) ataukah akan
menggunakan Penilaian Beracuan Norma (PAN)
6) Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu
sendiri (kapan dan berapa kali evaluasi itu akan dilakukan)
b. Pelaksanaan:
Dalam pelaksanaan evaluasi perlu memperhatikan ketertiban
dan kedisiplinan. Sebab betapapun baiknya instrumen atau alat yang
digunakan untuk mendapatkan data yang digunakan, kalau tidak
benar dalam pelaksanaan maka hasilnya tidak dapat dipercaya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan tes
tulis, adalah sebagai berikut:
1) Agar dalam mengerjakan soal tes peserta tes harus jauh dari
keramaian
2) Ruangan tes sebaiknya harus cukup longgar
3) Tersedia meja dan kursi untuk peserta tes
4) Peserta tes mulai mengerjakan soal tes secara bersamaan
5) Sebelum berlangsungnya tes, hendaknya ditentukan tata
tertibnya terlebih dahulu
22
6) Daftar hadir disiapkan sebagai bukti mengikuti tes
7) Menyediakan berita acara pelaksanaan tes, untuk mencegah
timbulnya kesulitan dikemudian hari
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan tes
lisan, adalah sebagai berikut:
1) Seyogyanya peserta tes sudah melakukan inventarisasi berbagai
jenis soal sebelum tes lisan dilaksanakan
2) Setiap butir soal yang sudah ditetapkan untuk diajukan dalam
tes lisan diketahui jawabannya oleh peserta tes
3) Menentukan skor atau nilai hasil tes lisan saat masing-masing
peserta tes selesai dites
4) Tes hasil belajar yang dilakukan secara lisan hendaknya jangan
menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi
5) Menegakkan prinsip objektivitas dan keadilan
6) Tes lisan harus berlangsung secara wajar jangan sampai
menimbulkan rasa takut, gugup atau panik dikalangan peserta
tes
7) Menentukan waktu bagi setiap peserta tes sehingga tercipta
keseimbangan alokasi waktu antara peserta tes yang satu
dengan yang lainnya
8) Membuat pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, meskipun inti
persoalan yang dinyatakan sama
9) Diusahakan agar tes lisan itu berlangsung secara individual
(satu demi satu)
Adapun tes perbuatan dilaksanakan dengan pemberian perintah
atau tugas yang harus dilaksanakan oleh peserta tes untuk mengukur
taraf kompetensi yang bersifat keterampilan. Dimana penilaiannya
dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas akhir yang dicapai
oleh peserta tes setelah melaksanakan tugas tersebut.

c. Pengolahan:
Dalam pengolahan hasil evaluasi hasil belajar, kita harus
melakukan beberapa langkah sebagai berikut:
1) Teknik pemeriksaan hasil evaluasi hasil belajar
Sebagaimana diketahui tes tertulis digolongkan ada dua yaitu
tes berbentuk uraian dan bentuk tes objektif, karena kedua bentuk
tes hasil belajar itu memiliki karakteristik yang berbeda maka
dalam pemeriksaan hasil-hasilnya pun berbeda pula.

23
2) Teknik pengolahan skor hasil evaluasi hasil belajar menjadi
nilai
Sebelum membicarakan tentang teknik pengolahan skor
mentah hasil tes hasil belajar menjadi nilai standar, maka akan
dikemukakan perbedaan antara skor dan nilai. Skor merupakan
hasil pekerjaan memberikan angka bagi setiap item, yang oleh
peserta tes telah dijawab dengan benar, dengan memperhitungkan
bobot yang sebenarnya. Sedangkan nilai adalah angka yang
merupakan hasil ubahan dari skor-skor lainnya serta disesuaikan
pengaturannya dengan standar tertentu. Ada dua hal penting yang
perlu dipahami terlebih dahulu dalam pengolahan dan
pengubahan skor mentah menjadi skor standar atau nilai, yaitu:
a) Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu
dapat menggunakan berbagai macam skala seperti skala 1-
10, skala 10-100, skala 4 (A, B, C dan D), skala z skor dan
lain-lain.
b) Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai
ada dua cara yang ditempuh yaitu Penilaian Beracuan
Patokan (PAN) dan Penilaian Acuan Norma (PAN).
Apabila penentuan hasil belajar menggunakan Penilaian
Acuan Patokan (PAP), maka nilai yang akan diberikan
kepada peserta tes itu didasarkan pada standar mutlak
artinya pemberian nilai terhadap peserta tes dilaksanakan
dengan membandingkan antara skor mentah hasil tes yang
dimiliki masing-masing individu peserta tes, Skor
Maksimum Ideal (SMI) yang mungkin dapat dicapai oleh
peserta tes, kalau saja seluruh tes dapat dijawab dengan
benar.
Sedangkan Penilaian Acuaan Norma (PAN) ini sering
dikenal dengan istilah penentuan nilai hasil tes yang dicapai
oleh seorang peserta tes dibandingkan dengan skor mentah
hasil tes yang dicapai oleh peserta tes yang lain, sehingga
kwalitas yang dimiliki oleh seorang peserta tes akan sangat
tergantung kepada kwalitas kelompok atau teman-
temannya. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006;
Arikunto,2009

24
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi pembelajaran. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya

Azis, Abdul. (2012). Pengertian, Tujuan, Fungsi Dan Manfaat


Evaluasi Hasil Belajar. Diaksesdari :
http://semuailmiah.blogspot.com/2012/09/pengertian-
tujuan-fungsi-dan-manfaat.html. 15 November 2014

Blog Guru. (2012). Manfaat Penilaian Pembelajaran. Diakses


dari :
http://gurusaja.blogspot.com/2012/07/manfaat-
penilaian-pembelajaran.html?m=0 15 November 2014

Erisa Fidiasari, Frasnsiska. [2010]. Fungsi Evaluasi


Pembelajaran. Diakses dari :
http://sachikyukerokero.blogspot.com/2010/10/fungsi-
evaluasi-pembelajaran.html?m=0 14 November 2014

Hari (2013). Manfaat Evaluasi Pembelajaran. [Online].


Diakses dari : http://rapendik.com/program/halo-
pendidikan/smart-parenting/963-manfaat-evaluasi-
pembelajaran.html. 20 November 2014

Muliana, Yeni.[2013]. Hakikat Evaluasi Pembelajaran.Diakses


dari : http://yenimulian.blogspot.com/2013/01/hakikat-
evaluasi-pembelajaran.html. 16 November 2014

Matodang, Zulkifli. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Medan:


Program Pascasarjana Unimed

Patur, Hilman. Maret 2013. Tujuan Evaluasi . Online. Tersedia


di :

25
http://hilmanpaturusy.blogspot.com/2013/03/tujuan-
evaluasi.html. 24 November 2014

Rahmi, Ulfia. [2009]. Evaluasi Hasil Belajar. Diakses dari :


http://ulfiarahmi.wordpress.com/evaluasi-hasil-belajar/ .
15 November 2014

BAB V
TES NON TES

Tim Penulis : Kemala Apsari


Ai Atin Tsamrotul F
Riesma Komalasari
Annisa Rizkianing
Siti Noviati Zahroh
Widia Rachmatiah
Hayat Anjarwati
Luciana Anggitasari
Euis Sari Awaliayah
Hervina Heryanti

26
A. Pengertian Tes
Tes adalah alat ukur untuk mengetahui atau mendapatkan
informasi mengenai tingkat penguasaan seseorang terhadap materi yang
telah disampaikan. Sedangkan menurut Riduwan (2006:37) “Tes sebagai
instrument pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan atau
latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu/kelompok.”
Pengertian Non Tes
Non tes merupakan alat ukur yang terdiri dari serangkaian
pertanyaan, pernyataan atau stimulus lain yang harus direspon peserta
didik atau yang membutuhkan respon mereka dalam situasi yang tidak
dibakukan. (Sudjana,2006; Arikunto,2009; Arifin,2012)
B. Manfaat Tes dan Non Tes
1. Manfaat Tes
a. Penggunaan tes bisa meningkatkan objektivitas pengamatan
guru.
b. Penggunaan tes dapat membuat siswa bertingkah laku dalam
situasi yang relative terkontrol.
c. Tes dapat mengukur sampel kemampuan-kemampuan siswa.
d. Data hasil tes dapat dijadikan bahan untuk mengetahui
kesesuaian antara hasil belajar dengan tujuan instruksional dan
tolak ukurnya.
e. Tes dapat mengungkap aspek-aspek perilaku yang tidak dapat
dilihat secara langsung.
f. Tes dapat mendeteksi karakteristik-karakteristik dan
komponen-komponen perilaku.
g. Data hasil tes dapat digunakan untuk meramalkan perilaku atau
prestasi mendatang.
h. Hasil tes merupakan data balikan tentang keberhasilan program
pengajaran dan informasi untuk pembuatan keputusan.
(Sudjana,2006; Arikunto,2009; Arifin,2012)

2. Manfaat Non Tes


a. Untuk mengumpulkan data yang tidak dapat dikumpulkan
dengan teknik tes. Misalnya kebiasaan belajar siswa di rumah
yang tidak dapat diketahui pada saat di sekolah.

27
b. Untuk mendapatkan informasi atau data tentang siswa yang
tidak hanya menyangkut hal-hal yang sifatnya kuantitatif
seperti aspek afektif dan psikomotor siswa. (Sudjana,2006;
Arikunto,2009; Arifin,2012)

D. Jenis Tes dan Non Tes


1. Jenis Tes
a. Secara umum ada tiga jenis tes hasil belajar, yaitu :
b. Tes tertulis merupakan alat penilaian berbasis kelas yang
penyajian maupun penggunaannya dalam bentuk tertulis.
Peserta didik memberikan jawaban atas pertanyaan secara
tertulis. Bentuk tes tertulis dapat berupa pilihan ganda,
menjodohkan, benar salah, isian singkat dan uraian (esai).
c. Tes lisan merupakan alat penilaian yang dilakukan dalam suatu
komunikasi langsung antara guru dan peserta didik. Pertanyaan
diberikan oleh guru secara lisan dan peserta didik memberikan
jawaban atas pertanyaan secara lisan pula.
d. Tes tindakan merupakan alat penilaian yang dilakukan bukan
dalam bentuk pertanyaan melainkan dalam bentuk tugas atau
kegiatan. Peserta didik melakukan tugas atau kegiatan
berdasarkan instruksi tertentu dan guru mengamati peserta
didik dalam menjalankan tugasnya.
(Wahyudin,dkk,2006;Arikunto,2009;Rasyid&Mansyur,2009)
2. Jenis Non Tes
a. Wawancara, merupakan kegiatan tanya jawab yang dilakukan
oleh pewawancara kepada responden untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, kegiatan
wawancara seorang guu kepada peserta didiknya.
b. Observasi, merupakan suatu pengamatan langsung terhadap
siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Observasi
dapat dilakukan pada saat peserta didik berada di kelas,
bermain di luar kelas bahkan di rumah masing-masing.
c. Angket, merupakan alat pengumpul data yang terdiri dari
pertanyaan tertulis yang rinci dan lengkap dan harus dijawab
(dilengkapi) oleh peserta didik tentang pribadinya atau
informasi yang diketahuinya.
d. Skala, merupakan alat ukur untuk mengukur nilai, sikap,
minat dan pehatian, dan lain-lain yang disusun dalam bentuk
pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam
bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
28
( Wahyudin, dkk, 2006; Arikunto, 2009;
Rasyid&Mansyur,2009)
E. Kisi-Kisi Tes dan Non Tes
1. Pengetian Kisi-Kisi
Kisi-kisi adalah suatu format yang memuat informasi untuk
dijadikan pedoman dalam menulis soal atau merakit soal menjadi
tes. (Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006;Muslich,2009)
a. Tujuan Kisi-kisi
Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk
menentukan ruang lingkup materi tes yang akan diujikan dan
berperan menjadi petunjuk dalam menulis soal sehingga
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Adapun
wujudnya dapat berbentuk format atau matriks.
(Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006; Sudjana,2006;
Arikunto,2009).
b. Syarat Kisi-kisi yang Baik
1) Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan.
2) Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah
dipahami.
3) Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan Indikator dan
bentuk soal yang ditetapkan. (Rakhmat &
Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).
c. Komponen-Komponen dalam Penyusunan Kisi-Kisi Tes
(Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006;
Arikunto,2009)., diantaranya :
1) Jenis sekolah/jenjang sekolah
2) Mata Pelajaran
3) Tahun Ajaran
4) Kurikulum yang digunakan
5) Alokasi waktu
6) Jumlah Soal
7) Bentuk Soal
8) Standar Kompetensi
9) Kompetensi Dasar
10)Indikator
11)Bahan Kelas
12)Jumlah Soal
13)No Urut Soal
14)Bentuk Soal

29
Contoh Format Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar
Sekolah : Jumlah Soal :
Mata Pelajaran : Bentuk Soal/Tes :
Kurikulum : Penyusun : 1.
Alokasi Waktu : 2.
No. Standar Kompetensi Kelas/ Materi Indikator Nomor
Kompetensi Dasar Semester Pokok Soal Soal

Kisi-kisi Non Tes (Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006;


Sudjana,2006; Arikunto,2009), diantaranya:
1) Jenis sekolah/jenjang sekolah
2) Mata Pelajaran
3) Tahun Ajaran
4) Kurikulum yang digunakan
5) Pokok Bahasan
6) Alokasi waktu
7) Jenis alat penilaian
8) Jumlah siswa
No. Tema/Aspek Subtema/Subaspek Kegiatan Alat
yang Diukur yang diukur Penilaian

30
2. Analisa Butir Soal
Analisis adalah penguraian dan penelaahan suatu pokok atas
berbagai bagiannya. Analisis soal merupakan penelaahan soal dilihat
dari berbagai aspek. Beberapa kegunaan hasil analisa butir soal
diantaranya dapat dipergunakan untuk merevisi dan menuliskan kembali
soal, menganalisa pengelompokan siswa, mengembangkan kualitas tes
dan untuk membantu siswa belajar dan guru mengajar.
(Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006; Sudjana,2006;
Arikunto,2009).
Analisa butir soal/item dilakukan dari hasil jawaban testi setelah
tes berlangsung. Analisa butir soal merupakan kegiatan pengkajian
soal/item atau pertanyaan agar diperoleh perangkat soal yang berkualitas
memadai/baik. Untuk memperoleh perangkat soal yang berkualitas baik
perlu dilakukan analisa tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan
daya pembeda soal (discriminating power). Analisa tingkat kesukaran
soal adalah mengkaji soal-soal dari segi kesulitannya sehingga dapat
diperoleh soal-soal yang termasuk soal mudah, sedang dan sukar.
Analisa daya pembeda soal adalah mengkaji soal-soal tes dari segi
kesanggupannya untuk membedakan siswa yang termasuk ke dalam
kelompok unggul (higher group) dan kelompok Asor (lower group).
(Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).
Analisa soal, khusus dilakukan untuk mengaplikasikan soal
dengan bentuk B-S dan pilihan ganda. Sehingga akan diperoleh
gambaran mengenai: tingkat kesukaran masing-masing soal untuk
kelompok, bagaimana daya pembeda masing-masing soal dapat
membedakan siswa dari kelompok unggul dengan kelompok Asor.
Khusus untuk pilihan ganda, akan terlihat bagaimana efektifitas masing-
masing alternative jawaban. (Nasution,dkk,1998; Rakhmat &
Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).
Langkah analisa untuk soal Benar-Salah dan pilihan ganda adalah
sebagai berikut:
 Mengurutkan lembar jawaban siswa dari dua kelompok,
kelompok unggul dengan skor tinggi dan kelompok asor dengan
skor rendah.

31
 Mengecek masing-masing jawaban dan catat jumlah siswa yang
menjawab benar dari masing-masing kelompok.
 Mencatat jumlah keseluruhan jawaban dari masing-masing soal
dari masing-masing kelompok.
 Menggunakan formula norm referenced test untuk menghitung
tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal (Rakhmat &
Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

a. Analisa Tingkat Kesukaran


Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang
baik, disamping untuk memenuhi validitas dan reliabilitas adalah
adanya keseimbangan jumlah soal dari ketiga tingkat kesukaran soal.
Keseimbangan yang dimaksud adalah adanya soal-soal yang
termasuk mudah, sedang dan sukar secara proporsional. Tingkat
kesukaran soal dipandang dari kesanggupan guru sebagai pembuat
soal. .
(Rakhmat&Solehuddin,2006;Wahyudin,dkk,2006;Rasyid&Mansyur,
2009;Arifin,2012)
Dasar pertimbangan untuk menentukan proporsi jumlah soal
yang termasuk mudah, sedang dan sukar adalah berdasarkan pada
kurva normal, artinya sebagian besar soal berada dalam kategori
sedang, sebagian lagi termasuk ke dalam kategori mudah dan sukar
dengan proporsi yang seimbang. Proporsi antara soal mudah sedang
dan sukar dapat dibuat 15%, 70%, 15%, artinya 15% soal mudah,
70% soal sedang dan 15% soal sukar, misalnya: jumlah seluruh soal
60, maka yang mudah 10 soal, yang sedang 40 soal dan yang sukar
10 soal. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006;
Arikunto,2009).
Pertimbangan untuk menentukan kriteria soal, yaitu ukuran
untuk apakah soal termasuk soal mudah, sedang atau sukar dapat
digunakan judgement dari guru berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan. Pertimbangannya antara lain:
1) Kemampuan yang diukur dalam soal itu, misalnya
a) Perilaku kognitif dan aspek pengetahuan atau pemahaman
termasuk kategori mudah
b) Kategori penerapan dan analisa termasuk katagori soal
sedang
c) Kategori aspek sintesa dan evaluasi termasuk katagori soal
sukar
2) Sifat anatesi yang diujikan, yaitu:
32
a) Menguji fakta termasuk katagori soal mudah
b) Konsep dan prinsip termasuk soal sedang
c) Generisasi/menarik kesimpulan termasuk katagori soal
sukar
3) Isi bahan yang ditanyakan sesuai dengan bidang
keilmuannya.
Cara melakukan analisa untuk menentukan tingkat kesukaran adalah
dengan menggunakan rumus :

Keterangan:
Ru = Jumlah testi kelompok unggul yang menjawab benar suatu soal
R1 = Jumlah testi kelompok asor yang menjawab benar suatu soal
n= 27% dari seluruh test
Untuk menafsirkan hasilnya bisa menggunakan kriteria berikut:
< 0,10 = Sulit sekali
0,10 – 0,30 = Sulit
0,31 – 0,70 = Sedang
0,70 – 0,90 = Mudah
>0,90 = Mudah sekali

b. Analisa daya pembeda


Analisa daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk
mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong
mampu/tinggi prestasinya dengan siswa yang tergolong kurang/rendah
prestasinya, artinya soal yang bersangkutan diberikan kepada siswa yang
mampu hasilnya menunjukan prestasi tinggi dan apabila diberikan pada
siswa yang kurang hasilnya rendah.
(Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006;Arifin,2012)
Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda jika diberikan kepada dua
kelompok siswa yang berbeda kemampuannya hasilnya sama, atau soal itu
tidak menghasilkan gambaran yang sesuai dengan kemampuan siswayang
sebenarnya. Analisis daya pembeda dapat dihitung dengan :

Keterangan:
Ru = Jumlah testi kelompok unggul yang menjawab benar suatu
soal
R1 = Jumlah testi kelompok asor yang menjawab benar suatu
soal

33
n = 27% dari seluruh testi
Untuk menafsirkan hasilnya bisa menggunakan kriteria berikut:
0,00 – 0,20 = Rendah
0,21 – 0,40 = Cukup
0,41 – 0,70 = Baik
0,71 – 1,00 = Baik sekali

Tingkat kebebasan didalam menjawab soal bentuk uraian itu bergradasi


jadi hampir tidak dapat dikatakan mutlak, maka perhitungan signifikansi
daya pembedanya tidak dapat didasarkan pada WL (jumlah testi dari
lower group/kelompok asor yang menjawab salah) dan WH (jumlah testi
dari higher group/kelompok unggul yang menjawab salah). Sebagai
teknikya digunakan perhitungan signifikansi mean lower group dengan
mean higher group atas tiap-tiap soal dengan rumus:

Keterangan :
t = tingkat signifikansi soal
MH =Mean higher group
ML = Mean lower group
= Jumlah kuadrat deviasi individual dari HG
= Jumlah kuadrat deviasi individual dari LG
ni= 27% dari N, dimana bagi HG dan LG, jumlahnya sama
Jadi, apabila t hitung lebih besar dari t tabel maka soal itu
signifikandan sebaliknya apabila t hitung lebih kecil dari t tabel maka
soal itu tidak signifikan.
(Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006;Muslich,2009)
F. Review dan Revisi Soal
Pengembangan soal tahap selanjutnya adalah melihat soal dari
segi kualitas untuk mengkaji berfungsi atau tidaknya sebuah soal, yaitu
berupa telaah (review) dan perbaikan (revisi) soal. Rakhmat &
Solehuddin (2006 :27) mengemukakan bahwa merevisi soal dilakukan
berdasarkan pada data empirik hasil uji coba, dengan melakukan
perbaikan kembali terhadap soal-soal yang di anggap kurang memadai,
atau mungkin membuang dan mengganti soal-soal yang dianggap tidak
memenuhi syarat. Terdapat beberapa kaidah penulisan dalam mereview

34
dan merevisi soal, baik soal pilihan ganda maupun soal uraian.
( Surapranata,2004; Rakhmat & Solehuddin, 2006 )
1. Kaidah penulisan soal pilihan ganda, diantaranya:
a. Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
c. Soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
d. Soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat berlawanan
ataupun berlawanan ganda.
e. Stem soal sebaiknya bukan kalimat tanya.
f. Bahasa yang digunakan harus komunikatif dan tidak bermakna
ganda.
g. Jangan menggunakan bahasa yang berlakusetempat, jika soal
akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.
h. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
i. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar.
j. Pengecoh harus berfungsi.
k. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi
materi.
l. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
m. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan
jawaban di atas benar atau salah”.
n. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis
waktunya.
o. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat
pada soal harus jelas dan berfungsi.
Contoh soal 1:
Padi di sawah milik ayah sangat subur karena terawat dengan baik, jauh
dari serangan hama padi. Pada masa memanen padi, ayah mendapatkan
12 karung beras yang masing-masing karungnya berisi 50 kg beras. Jika
masa panen berikutnya ayah mendapatkan 15 karung beras, maka
banyaknya beras tersebut adalah . . . kg.

35
a. 60 kg c. 75 kg
b. 750 kg d. 600 kg
Contoh soal diatas kurang baik karena bertele-tele. Selain itu pilihan jawabannya
tidak diurutkan dari bilangan terkecil sampai bilangan terbesar. Sehingga setelah
direview dan direvisi dapat diperoleh soal sebagai berikut:
“Pada masa memanen padi, ayah mendapatkan 12 karung beras. Yang masing-
masing karung berisi 50kg. Panen berikutnya ayah mendapatkan 15 karung
beras, maka banyaknya beras adalah . . . kg”.
a. 60
b. 75
c. 600
d. 750 (kunci jawaban )
Contoh soal 2:
Seorang anak SD melakukan penjumlahan bilangan pecahan, misalnya ..
Berapakah jumlah penjumlahan bilangan pecahan tersebut?

a.
b. 6
c. 7
d. 8
Contoh soal diatas kurang baik karena kurang singkat dan sukar di pahami.
Alternatif jawaban b, c, dan d kurang masuk akal. Sehingga setelah direview dan
direvisi dapat diperoleh soal sebagai berikut:
...

a. (penyebut dan pembilang sama-sama dikalikan)

b. (penyebut dan pembilang sama-sama dijumlahkan)

c. (penyebut dan pembilang dikali silang)

d. (kunci jawaban)

2. Sedangkan kaidah penulisan soal uraian diantaranya:


a. Soalsesuaidengankisi-kisi.
b. Batasanpertanyaandanjawabanyang diharapkansudahsesuai.
c. Isimateriyang ditanyakansesuaidenganjenjangjenjang atau tingkatkelas.

36
d. Menggunakankatatanyaatauperintahyang menuntutjawabanuraian.
e. Adapetunjukyang jelastentangcaramengerjakansoal.
f. Adapedomanpenskorannya.
g. Tabel,gambar,grafik,petaatauyang
sejenisnyadisajikandenganjelasdanterbaca.
h. Soal harus komunikatif.
i. SoalmenggunakanbahasaIndonesia yang baku.
j. Tidak menggunakan kata / ungkapan yang menimbulkan penafsiran
ganda atau salah pengertian.
k. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
l. Rumusan soal tidak mengandung kata/ ungkapan yang dapat
menyinggung perasaan siswa.
Contoh soal 1:
Sesuai dengan indikator.
 Indikator :
Disajikan data gaya dan perpindahan, siswa dapat menentukan usaha yang
dihasilkan.
 Soal :
Balok dikenai gaya 10 N sehingga berpindah 2 m. Tentukan usaha yang
dilakukan gaya pada balok!
“Balok diberi gaya 10 N sehingga berpindah 2 m. Tentukan usaha yang
dilakukan gaya pada balok!” (lebih baik)

Contoh soal 2:
Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai.
 Indikator :
Menjelaskan cara membuat magnet.
 Soal :
Jelaskan cara membuat magnet!
“Jelaskan 3 cara membuat magnet!” (lebih baik)

G. Uji Coba Soal


Uji coba soal adalah upaya untuk mendapatkan informasi empirik
mengenai sejauh mana sebuah soal dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Informasi empirik tersebut pada umumnya menyangkut segala hal yang dapat
mempengaruhi validitas maupun reliabilitas soal, seperti tingkat kesukaran
soal, tingkat daya pembeda soal, dan lain sebagainya. Dari hasil uji coba akan
diketahui apakah suatu soal “dapat berfungsi” ataupun “tidak berfungsi” dalam

37
mengukur aspek-aspek yang hendak diukur. (Sudjana,2006; Arikunto,2009;
Arifin,2012)

Rasyid, Harun dan Mansyur. (2009). Penilaian Hasil Belajar.


Bandung: CV Wacana Prima.

Wahyudin, Uyu. dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar.


Bandung: UPI PRESS.

Widyoko, Eko P. (t.t.). Evaluasi Program Pembelajaran. [Online].


Diakses dari:
http://www.umpwr.ac.id/download/publikasiilmiah/Evaluasi
%20Program%20Pembelajran.pdf. 14 November 2014
Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: PT.
BUMI AKSARA.

Nasution, dkk. 1998. Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Pusat Penerbitan


Universitas Terbuka

Wahyudin, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI


PRESS.
Surapranata, Sumarna. (2004). Panduan Penulisan Tes Tertulis
Implementasi Kurikulum 2004. Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya.
Siahaan, Parsaoran. (2014) Kaidah Penulisan Soal [Online] Tersedia:
http://file.upi.edu/directory/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/19
5803011980021-PARSAORAN_SIAHAAN/RPP-LKS-
Power_Point-dll/Kaidah_Penulisan_Soal.pdf[03 Desember
2014]

38
BAB VI
PENGOLAHAN DATA
Tim Penulis : Rizkarani Witya Fitri
Nuringtyas Wijayanti
Lisma Mahinda Pratama N
Sindi Apriliani Lestari
Nurlatifah Sulastini
Firda Fadhilah
Sitta Nurfazar
Asep Vindi Nugraha
Febri Rezki Putri
Dwi Larasati

A. Pengadministrasian Data
Menurut Arifin (2006) dalam mengolah data hasil tes, ada 4 (empat)
langkah pokok yang harus ditempuh, yaitu:
a.    Menskor, yaitu memberi skor terhadap hasil tes yang dapat diperoleh
oleh peserta didik.
b.    Mengubah skor mentah menjadi skor standar sesuai dengan norma
tertentu.
c.    Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa huruf
maupun angka.
d.   Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat
validitas dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty
index), dan daya pembeda.
Setelah melakukan kegiatan tes, guru mengolah data. Adapun cara-cara
pengolahan hasil evuasi adalah sebagai berikut :

a. Cara Memberi Skor Mentah untuk Tes Uraian


Arifin (2012:223) cara memberi skor mentah untuk tes uraian dapat
dicari dengan dua cara, yaitu:

39
1) Bobot dinyatakan dalam system skor maksimum sesuai dengan tingkat
kesukarannya. Sebagai missal untuk soal yang mudah skor
maksimumnya adalah 6, untuk skor yang sedang skor maksimumnya 7
dan untuk skor yang tergolong sulit diberi skor maksimum 10. Dengan
demikian ketika menggunakan cara ini peserta didik tidak mungkin
mendapatkan skor 10.

Contoh 1 : Guru memberikan tiga soal uraian kepada peserta didik. Setiap
soal diberi skor (x) , setiap soal memilki skor dalam rentang 1-10 sesuai
dengan kualitas jawaban peserta didik tersebut.
Tabel 1
Penghitungan Skor dengan Sistem Bobot Pertama
No. Soal Tingkat Kesukaran Jawaban Skor (x)
1 Mudah Betul 6
2 Sedang Betul 7
3 Sukar Betul 10
Jumlah ∑x =23

Rumus Skor: ∑x
∑s
Keterangan: ∑x = jumlah skor
∑s = jumlah soal
Jadi Skor peserta didik A = 23/3 = 7,67
2)   Bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai dengan
tingkat kesukaran soal. Sebagai contoh; soal mudah diberi bobot 3, soal
sedang diberi bobot 4 dan soal yang sulit diberi bobot 5. Dengan
menggunakan cara ini memungkinkan peserta didik mendapatkan skor
10.
Contoh 2 : Guru memberikan tiga soal uraian kepada peserta didik. Masing-
masing soal diberi bobot sesuai dengan tingkat kesulitannya, yaitu bobot 5
untuk soal yang sukar; bobot 4 untuk soal sedang, dan bobot 3 untuk soal
yang mudah. , setiap soal memilki skor dalam rentang 1-10 sesuai dengan
kualitas jawaban peserta didik tersebut.Kemudian skor (X) yang dicapai
oleh setiap peserta didik dikalikan dengan bobot setiap soal.

Tabel 2
Penghitungan Skor dengan Sistem Bobot Kedua

40
No. Tingkat Bobot
Jawaban Skor (X) XB
Soal Kesukaran (B)

1 Mudah Betul 10 3 30
2 Sedang Betul 10 4 40
3 Sukar Betul 10 5 50
Jumlah ∑X=23 ∑B=12 ∑XB=120

Rumus Skor: ∑XB


∑B
Keterangan:
TK = tingkat kesukaran
X = kor tiap soal
B = bobot sesuai dengan tingkat kesukaran soal
∑XB= jumlah hasil perkalian X dengan B
Dengan demikian skor peserta didik adalah; 120/12 = 10
b.    Cara Memberikan Skor Mentah untuk Tes Objektif
Arikunto (2009:164) mengemukakan bahwa “tes objektif adalah tes
yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini
memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes
bentuk esai.”
Ada dua cara untuk memberikan skor pada soal tes bentuk objektif,
yaitu:
1) Tanpa menggunakan rumus tebakan (Non Guessing Formula)
Cara ini digunakan apabila soal belum diketahui tingkat kebaikannya.
Caranya adalah dengan menghitung jumlah jawaban yang betul saja,
setiap jawaban betul diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0.
Jadi, skor = jumlah jawaban yang betul.
2)   Menggunakan Rumus Tebakan (Guessing Formula)
Rumus ini digunakan apabila soal-soal tes itu sudah pernah diujicobakan
dan dilaksanakan sehingga dapat diketahui tingkat kebenarannya.
Adapun rumus-rumus tebakan tersebut adalah;
a) Untuk item bentuk benar-salah (true-false)
Rumus: S = ∑B - ∑S
Keterangan: S = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang benar
∑S = jumlah jawaban yang salah
b) Untuk item bentuk pilihan-ganda (multiple choice)
Rumus: S = ∑B - ∑S
n–1
41
Keterangan: S = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang benar
∑S = jumlah jawaban yang salah
n = jumlah alternative jawaban yang disediakan
1 = bilangan tetap
c)  Untuk soal bentuk menjodohkan (matching)
Rumus: S = ∑B
Keterangan: S = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang benar
d)   Untuk soal bentuk jawaban singkat (short answer) dan melengkapi
(completion)
Rumus: S = ∑B
Keterangan: S = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang benar

c. Skor Total (Total Score)


Arifin (2009: 231) mengemukakan bahwa “Skor total adalah jumlah
skor yang diperoleh dari seluruh bentuk soal setelah diolah dengan rumus
tebakan (guessing formula).
d. Konversi Skor
Arifin (2009: 231) mengemukakan bahwa “Konversi skor adalah
proses transformasi skor mentah yang dicapai peserta didik ke dalam skor
terjabar atau skor standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang telah
diperoleh.” Yang secara tradisional seringkali guru menggunakan rumus
sebagai berikut:
Nilai = ∑X 10 (skala 0 – 10)
Keterangan : ∑X = jumlah skor mentah
∑S = jumlah soal
e. Cara Memberi Skor untuk Skala Sikap
Cara memberi skor dalam ranah afektif berbeda dengan cara
memberi skor pada ranah kognitif. Arikunto (2009: 179-182)
mengemukakan bahwa ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan
untuk mengukur sikap, antara lain : skala likert,skala pilihan ganda, skala
thurstone,skala guttman,semantic differential dan pengukuran minat.”
f. Cara Memberi Skor untuk Domain Psikomotor
Arifin (2009) mengemukakan bahwa “cara memberi skor dalam
domain psikomotor dapat dilakukan dengan cara menggunakan tes tindakan
melalui simulasi, unjuk kerja atau tes identifikasi. Salah satu instrument
yang dapat digunakan adalah skala penilaian yang terentang dari sangat baik

42
(5), baik (4), cukup baik (3), kurang baik (2), sampai pada hasil tidak baik
(1).”
g. Pengolahan Data Hasil Tes: PAP dan PAN
Setelah diperoleh skor setiap peserta didik, guru hendaknya tidak
tergesa-gesa menentukan prestasi belajar (nilai) peserta didik yang
didasarkan pada angka yang diperoleh setelah membagi skor dengan jumlah
soal, karena cara tersebut dianggap kurang proporsional. Misalnya, seorang
peserta didik memperoleh skor 60, sementara skala yang digunakan untuk
mengisi buku rapor adalah skala 0 – 10 atau skala 0 – 5, maka skor tersebut
harus dikonversikan terlebih dahulu menjadi skor standar sebelum
ditetapkan menjadi nilai akhir.
1)    Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian Acuan Patokan ( PAP ) dititikberatkan pada apa
yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Dapat pula dikatakan
penilaian ini dititikberatkan pada kemampuan-kemampuan apa yang
telah dicapai oleh peserta didik sesudah menyelesaikan satu bagian
kecil dari suatu keseluruhan program.
Dengan demikian Penilaian Acuan Patokan ( PAP ) meneliti
apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik, bukan membandingkan
seorang peserta didik dengan teman sekelasnya, melainkan dengan
suatu kriteria atau patokan yang spesifik. Kriteria yang dimaksud
adalah suatu pengalaman tingkat belajar yang diharapkan tercapai
sesudah selesai kegiatan belajar, atau sejumlah kompetensi dasar
yang telah ditetakan terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar
berlangsung.Misalnya kriteris itu menggunakan 75% atau 80%. Bagi
peserta didik yang kemampuannya berada di bawah kriteria yang
telah ditetapkan dinyatakan belum berhasil dan harus mendapatkan
remedial. (Arifin ,2009;Arikunto,2009)
2) Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian Acuan Norma (PAN), makna angka (skor) seorang
peserta didik ditentukan dengan cara membandingkan hasil belajar
peserta didik dengan hasil belajar peserta didik lainnya dalam satu
kelompok atau kelas. Peserta didik dikelompokkan berdasarkan
jenjang hasil belajar sehingga dapat diketahui kedudukan relative
seorang peserta didik jika dibandingkan dengan teman sekelasnya.
(Arifin ,2009;Arikunto,2009)
Tujuan penilaian acuan norma ini adalah untuk membedakan
peserta didik atas kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai
dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi. Secara ideal,
pendistribusian tingkat kemampuan dalam satu kelompok
menggambarkan suatu kurva normal. (Arifin ,2009;Arikunto,2009)
B. Mean, Median, Modus dan Range

43
1. Definisi mean,median,modus dan range (Muhidin,2006)
a. Mean
Mean adalah nilai rata – rata dari suatu data yang terdiri dari
dua datum atau lebih.
b. Median
Median/Nilai Tengah ( Me ) adalah nilai yang letaknya di
tengah dari data yang telah diurutkan dari nilai terkecil sampai
terbesar. Jika banyak data ganjil maka Me adalah data yang terletak
tepat yang ditengah setelah diurutkan · Jika banyak data genap maka
Me adalah rata-rata dari dua data yang terletak di tengah setelah
diurutkan.
c. Modus
Modus adalah data yang paling sering muncul atau yang
memiliki frekuensi terbanyak. Jika suatu data tidak ada nilai
( datum ) yang sama maka modusnya tidak ada.
d. Range
Range adalah selisih dari nilai terbesar dengan nilai terkecil.

2.Rumus mean,median,modus dan range data berkelompok (Muhidin,2006)


a. Mean ( Me )

= atau =

Keterangan :
= x = titik tengah interval kelas ke-i
=f = frekuensi pada interval kelas ke-i
= = banyak data ( jumlah semua frekuensi )
b. Median

Me = Tb + p.

Keterangan :
Tb = tepi bawah kelas median
p = panjang kelas interval
n = banyak data( )
F = frekuensi kumulatif sebelum kelas Me
f = frekuensi pada kelas Me
c. Modus ( Mo )

44
Mo = Tb + p .( )

Keterangan :
Tb = tepi bawah kelas modus
P = panjang kelas interval
= Selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
= selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya
d. Range
R = nilai terbesar – nilai terkecil
3. Mencari mean,median,dan modus menggunakan rumus excel
a) Rumus mean ( rata – rata )
=AVERAGE(A2:A12)
Langkahnya ketik rumus “ =AVERAGE( “ lalu klik kolom yang
akan dihitung rata – ratanya lalu tarik tanda mouse sampai semua
data yang akan dihitung rata – ratanya tercakup lalu ketik tanda
kurung tutup lalu enter.

b) Rumus median ( titik tengah )


=MEDIAN(A2:A12)
Langkahnya ketik rumus “ MEDIAN( “ lalu klik kolom yang
akan dihitung mediannya sampai semua data yang akan dihitung
median/titik tengahnya tercakup lalu klik tanda kurung lalu enter.
Menghitung median menggunakan excel tidak perlu
mengurutkan dari datum terbesar ke terkecil.

45
c) Rumus modus
=MODE(A2:A12)
Langkahnya ketik rumus “ MODE( “ lalu klik kolom yang akan
dihitung modusnya sampai semua data yang akan dihitung
modusnya/data yang sering muncul tercakup lalu klik tanda
kurung lalu enter.

C. Banyak kelas dan panjang kelas


1. Banyak Kelas
Banyak kelas (bk) menunjukkan jumlah interval kelas yang
diperlukan untuk mengelompokkan suatu perangkat data. Banyak kelas
selalu berbentuk bilangan bulat dan sebaiknya berkisar antara 5 sampai
20.
Andi Hakim Nasution dan Barizi dalam Muhidin,S.Pd (2006:109)
mengemukakan bahwa ‘Banyaknya kelas ( K ) dapat ditentukan sebagai
berikut : Bila banyaknya pengamatan ( n ) < 250, maka banyaknya kelas
46
adalah 9 dan bila banyaknya pengamatan ( n ) ≥ 250, maka banyaknya
kelas dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 1 + ( 10/3 ) log n.’
Jadi, banyak kelas ( bk ) dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Bk = 1 + ( 10/3 ) log n
Dimana, n adalah banyaknya data.
2. Panjang Kelas
Panjang kelas (p) atau interval (i) menunjukkan banyaknya angka
(nilai) yang tercakup oleh suatu interval kelas. Panjang kelas di sebut
juga lebar kelas atau interval kelas, yaitu selisih antara tepi atas dan tepi
bawah dari tiap interval yang sama.

Muhidin (2006:109) mengemukakan bahwa :


“ Menentukan perkiraan interval atau panjang kelas yaitu
besarnya jangkau data dibagi dengan banyaknya kelas
pengamatan ( R / K ). Perlu diperhatikan bahwa nilai interval
atau panjang kelas yang diperoleh biasanya disesuaikan ke
bilangan yang mudah dalam pengoperasiannya. Hal ini
dimungkinkan untuk memudahkan penyusunan dalam tabel.”

Jadi, interval atau panjang kelas ( P ) dapat dihitung dengan


menggunakan rumus sebagai berikut :
P=
Dimana, R adalah Besarnya jangkauan data dan K adalah banyaknya
kelas.
Hal yang harus diperhatikan dalam panjang kelas adalah panjang
kelas dapat berupa bilangan desimal atau bilangan bulat tergantung
pencatatan data yang di kelompokkan.
D. Simpangan Baku (Standar Deviasi)
Simpangan baku atau Standar Deviasi adalah ukuran simpangan yang
sering digunakan. Kuadrat dari simpangan baku sering disebut ragam (varian).
Simpangan baku untuk populasi dinotasikan dengan (sigma), sedangkan
untuk sampel dinotasikan dengan s. Fungsinya untuk mengetahui keragaman
suatu kelompok data atau untuk mengetahui persebaran suatu data.
(Arikunto,2009;Muhidin,2006)
Untuk data tunggal, simpangan baku (standar deviasi) dapat dicari
dengan rumus:

47
x   x 
2 2
x x
s= i dan s 2  i

n 1 n 1
Keterangan:
s = simpangan baku (standar deviasi)
= nilai tengah kelas
= nilai rata-rata
= jumlah data

Untuk data berkelompok, simpangan baku (standar deviasi) dapat dicari


dengan rumus:

 f x  2
i i x
s
n 1
Keterangan :
s = simpangan baku (standar deviasi)
= titik tengah masing-masing kelas interval
= frekuensi kelas
= nilai rata-rata
= jumlah data
Cara lain untuk menentukan simpangan baku untuk data berkelompok
bisa dengan menggunakan cara sandi (cooding). Rumus simpangan baku
dengan cara coding adalah:

s=p

Keterangan:
p = panjang kelas
n = jumlah data
= frekuensi data ke-i
= kode kelas ke-i
Jika data yang kita amati berupa populasi maka rumus yang digunakan
adalah:

Keterangan :

48
= simpangan baku untuk populasi
= jumlah populasi
= nilai data dari populasi
= nilai rata –rata populasi
Selain menggunakan rumus, simpangan baku (standar deviasi) bisa juga
dicari dengan menggunakan Microsoft Excel. Langkah-langkahnya sebagai
berikut:
a. Masukkan data yang akan diolah
b.Setelah data yang akan diolah dimasukkan, masukkan formula untuk
mencari simpangan baku atau standar deviasi pada sebuah sel =STDEV
( ……,……)
Format untuk memasukkan formula ini berbeda-beda untuk setiap
computer, jadi sesuaikan formatnya dengan computer yang sedang
digunakan dan biasanya format ini muncul pada Excel ketika
memasukkan formula.

c. Drag/tarik sel-sel yang berisi data yang akan kita cari standar
deviasinya.
d. Klik ENTER.
e. Nilai Standar deviasi langsung muncul.

Perhatikan contoh di bawah ini

E. Batas Lulus
Mencari batas lulus dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan
menetapkan batas lulus aktual dan menetapkan batas lulus ideal. Batas lulus
aktual ditentukan berdasarkan kemampuan rata-rata kelompok, sedangkan batas
lulus ideal ditentukan berdasarkan pada skor maksismun yang dapat diperoleh

49
siswa, jika semua soal dapat dijawab dengan benar (skor ideal).
(Arikunto,2009;Muhidin,2006).
Batas lulus aktual dan batas lulus ideal dapat dicari dengan rumus :
BL =
Keterangan :
: rata-rata
SD : standar deviasi (simpangan baku)
a. Menetapkan batas lulus aktual
Berdasarkan rumus diatas misalnya diketahui skor rata-rata yang
diperoleh siswa ( adalah 21,27dan standar deviasi (SD) adalah 4,56.
Tentukan batas lulusnya!
Jawab :
BL =
= 21,275 + 0.25(4,56)
=21,275+1,14
=22,415 dibulatkan menjadi 22
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh murid yang lulus dalam tes
tersebut adalah murid yang memperoleh skor 22 keatas.
b. Menetapkan batas lulus ideal
Untuk menentukan batas lulus ideal harus mencari rata-rata ideal dan
standar deviasi ideal.
1) Rata-rata ideal dapat dicari dengan rumus : Ideal = (skor ideal)
Keterangan :
Skor ideal : skor maksimum, jika semua soal dapat dijawab
dengan benar
2) Standar deviasi ideal dapat dicari dengan rumus : SDIdeal = ideal )
Misalnya : diketahui skor maksimum untuk tes mata pelajaran
matematika adalah 35, tentukan batas lulusnya!
Langkah –langkahnya :
1. Cari rata-rata idealnya
Ideal = (skor ideal)

= (35)
=17.5
2. Setelah diketahui rata-rata idealnya, selanjutnya Cari standar deviasi
idea

50
SDIdeal = ideal )

= )
= 5.83
3. Setelah rata-rata ideal dan standar deviasi ideal diketahui, masukan
hasilnya ke perhitungan dengan rumus
BL =
= 17,5 + 0.25 (5.83)
=17,5 + i.4575
=18.9575 dibulatkan menjadi 19

Dengan demilikan, dapat ditentukan siswa yang lulus dalam tes


tersebut adalah siswa yang memperoleh skor dari 19 keatas.

F. Persentase Kelulusan
Setelah menentukan batas lulus, kemudian kita mengubahnya ke dalam
presentase. Dengan mengubahnya kedalam bentuk presentasi kita dapat
mengetahui berapa persen siswa yang lulus dan berapa persen siswa yang tidak
lulus. Rakhmat & Solehuddin (2006). Berikut cara untuk melihat presentasi
kelulusan dengan cara :

G. Skala Sigma
1. Skala 1-10 danskala 10-100
Sebelum kita menentukan berapa skor yang diperoleh siswa hal yang harus
kita lakukan untuk mengetahui skor siswa yaitu dengan mengkonversikannya
kedalam skor matang. Rakhmat & Solehuddin (2006).

Untuk mengkonversikan skor mentah menjadi skor matang, dapat


menggunakan tabel konversi berikut :
SkalaNilaiMatang
SkalaSkorMentah
Skala 1 - 10 Skala 10-100

+ 2,25 SD 10 100

51
+ 1,75 SD 9 90

+ 1,25 SD 8 80

+ 0,75 SD 7 70

+ 0,25 SD 6 60

– 0,25 SD 5 50

– 0,75 SD 4 40

– 1,25 SD 3 30

– 1,75 SD 2 20

– 2,25 SD 1 10

Keterangan :

= rata-rata
SD= Standar Deviasi
2.Skala Nilai 1 – 4
Setelah kita mengetahui cara mengkonversikan nilai kedalam skala 1-10
dan 1-100 kita dapat juga mengkonversikan ke dalam skala nilai 1-4 dan A-D,
untuk mengubah skor mentah menjadi nilai matang dalam skala 1 – 4 atau A-
D. (Sudjana,2006; Arikunto,2009; Arifin,2012) dapat digunakan tabel
konversi berikut :

52
SkalaNilaiMatang
SkalaSkorMentah
Skala 1 - 4 DenganHuruf

+ 1,50 SD 4 A

+ 0,50 SD 3 B

– 0,50 SD 2 C

– 1,50 SD 1 D

Keterangan:
= rata-rata
SD=Standar Deviasi
3. Nilai Matang Z dan T
Rakhmat & Solehuddin (2006:60) “Disamping nilai matang di atas,
adapula nilai matang bentuk lain yang perlu diketahui, yakni nilai Z dan
nilai T.”

Keterangan:

= rata-rata
x= skor testi
SD= Standar Deviasi
Untuk nilai Z apabila hasilnya negatif atau diperoleh nilai dibawah 0
maka menunjukan posisi testi dibawah rata-rata dan sebaliknya.

= rata-rata
x= skor testi
SD= Standar Deviasi

53
Untuknilai Ttidakakandiperolehtanda negative, karenanilai yang
ditunjukansamadengan rata-rata 50. Nilaidibawah 50 menunjukanposisitesti di
bawah rata-rata kelompok, dan nilai diatas 50 menunjukan rata-rata di atas
kelompok.
H. Validitas
a. Pengertian Validitas
Data evaluasi yang baik sesuai dengan kenyataan disebudata valid.
Arikunto (2009) mengemukakan bahwa “ sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut mengukur apa yang hendak di ukur. Dalam bahas Indonesia valid
disebut dengan istilah shahih.”
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium,
dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.
Teknik yang digunakan untuk mengethaui kesejajaran adalah teknik korelasi
Product moment yang dikemukakan oleh Pearson.
Rumus Korelasi Product Moment :

Keterangan :
n : Banyaknya pasangan data (unit sampel)
X : Variabel Bebas
Y : Variabel Terikat

b. Jenis-jenis Validitas
Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas
empiris Arikunto (2009).
1) Validitas logis
Istilah “ valditas logis” mengandung kata “ logis” berasal dari kata “
logika”, yang berarti penalaran. Dengan makna demikian maka validitas
logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah
instrumen yang memilki persyaratan valid berdasarkan hasil pengalaman.
2) Validitas Empiris
Istilah “ validitas empiris “memuat kata “ empiris” yang artinya “
pengalaman “. Sebuah instrumen dapat dikatakan memilki validitas
empiris apabila sudah diuji dari pengalaman.
Dari dua jenis validitas diatas, yakni validitas logis yang ada dua macam,
maka secara keseluruhan kita mengenal adanya empat validitas, yaitu :
a) Validitas isi
b) Validitas kontrak
c) Validitas “ ada sekarang”, dan
d) Validitas Predictive
I. Reliabilitas
54
a. Pengertian Reliabilitas
Reliabilitas adalah keajegan pengukuran yang dapat dipercaya yang
berhubungan dengan ketepatan yang konsisten. Maksudnya adalah suatu test hasil
belajar dikatakan dapat dipercaya apabila test tersebut memberikan hasil
pengukuran hasil belajar yang relatif tetap secara konsisten. Rakhmat &
Solehuddin ( 2006 ).
Reliabilitas tidak sama dengan validitas, artinya pengukuran yang dapat
diandalkan akan mengukur secara konsisten tapi belum tentu mengukur apa yang
seharusnya diukur. Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran
dari suatu test tetap konsisten setelah dilakukan berulang – ulang terhadap subjek
dan dalam kondisi yang sama. Arikunto (2009).
Jika validitas terkait dengan ketepatan objek yang tidak lain adalah tidak
menyimpangnya data dari kenyataan, artinya bahwa data tersebut benar, maka
konsep reliabilitas terkait dengan pemotretan berkali-kali. Instrumen yang baik
adalah intrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan
kenyataan. Arikunto (2009).

b. Tujuan Uji Reliabilitas


Adapun tujuan dari Reliabilitas adalah sebagai berikut :
Tujuan dari uji reliabilitas adalah menunjukkan konsistensi skor - skor yang
diberikan antara skorer satu dengan skorer yang lainnya. (Rakhmat &
Solehuddin,2006;Ariknto,2009)

c. Rumus mengukur Reliabilitas


Untuk mengukurkoefisien reliabilitas dapat dengan menggunakan rumus Kuder –
Richardson KR-20 adalah sebagai berikut :

r11=

reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
St² = Varians total
Untuk menghitung varians total dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

St² =

St² = varians total


∑Xt² = skor total Xt (X+Y), sehingga diperoleh ∑Xt kemudian mengkuadratkan
∑Xt² sehingga diperoleh ∑ Xt²

55
CONTOH SOAL
Diketahui skor-skor hasil tes Matematika di SDN IV Cibalong dari 32 orang siswa
adalah sebagai berikut:
23 25 22 17 20 19 23 15
22 24 25 20 22 24 29 19
16 11 14 25 24 21 16 27
12 23 27 25 21 28 15 22
Range = data tertinggi – data terendah
= 29 – 11 = 18
BK = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 32
= 1 + 3,3 (1,50)
= 1 + 4,95 = 5,95≈ 5
Banyak kelas yang diambil adalah 5 kelas

P= x range

= x 18 = 3,02 ≈ 4

Panjang kelas yang diambil adalah 4 kelas


Tally F D
f. f.
27-30 4 2 8 16
23-26 10 1 10 10
19-22 10 0 0 0 Kelas Median
15-18 5 -1 -5 5
11-14 3 -2 -6 12
Jumlah 32 0 7 43

56
= xa + i ( )

= 20,5 + 4( )

= 20,5 + 0,875
= 21,375

Median ( Me ) =Tb + p

= 18,5 + 4

= 18,5 + 0,8
= 19,3

Modus ( Mo ) =Tb + p

= 22,5 + 4

= 26,5

Modus ( Mo ) =Tb + p

= 18,5 + 4

= 18,5

SD = -

=4 –( )

= 4,56

57
BL = + 0,25 (SD)
= 21,375 + 0,25 (4,56)
= 22,515
Presentase Kelulusan

Persentase lulus = x 100% = 56,25%

Persentasetidak lulus = 100% - 56, 25% = 43,75%

Skala Sigma
a. Skala 1-10 danskala 10-100
Skala Skala 1-10 Skala 10-100
Sigma Skala Angka= + skala sigma
(SD)
2,25 10 100 21,375 + 2,25 (4,56) = 31,635
1,75 9 90 21,375 + 1,75 (4,56) = 29,335
1,25 8 80 21,375 + 1,25 (4,56) = 27,075
0,75 7 70 21,375 + 0,75 (4,56) = 24,795
0,25 6 60 21,375 + 0,25 (4,56) = 22,125
-0,25 5 50 21,375 – 0,25 (4,56) = 20,235
-0,75 4 40 21,375 – 0,75 (4,56) = 17,935
-1.25 3 30 21,375 – 1,25 (4,56) = 15,675
-1,75 2 20 21,375 – 1,75 (4,56) = 13,395
-2,25 1 10 21,375 – 2,25 (4,56) = 11,115

b. Skalanilai 1 – 4
SkalaNilaiMatang
Skala Angka= + skala
Skala Sigma Skala 1 -
DenganHuruf
4 sigma (SD)
1,50 21,375 + 1,50(4,56) =
4 A
28,215
0,50 21,375+ 0,50(4,56) =
3 B
23,655
-0,50 21,375– 0,50(4,56) =
2 C
19,095
-1,50 1 D 21,375– 1,50 (4,56) =
58
14,535

c. Nilai Z dan T Skor


Misalnya pada Datum 1 = 23
Nilai Z skor =

Z = 0,356
Artinya : Karena hasilnya diatas angka nol, maka nilai siswa ini diatas
rata-rata
Nilai T skor
Misalnya pada Datum 1 = 23

Artinya : Karena hasilnya diatas angka 50, maka nilai siswa ini diatas
rata-rata
Validitas

Rxy =

Rxy =

Rxy =

Rxy =

Rxy = = = = 0,66

Reliabilitas
Tally f d
33-36 2 3 6 18

59
29-32 1 2 2 4
25-28 9 1 9 9
21-24 7 0 0 0
17-20 6 -1 -6 6
13-16 7 -2 -14 28
∑f=32 ∑d=3
∑ = -3 ∑

S=p

S=4

S=4

S=4 =4 = 4 . 1,44 = 5,76

= = 33,1776

rtt = )( )

rtt = )( ) = (1,03)(0,79) = 0,8137

Herisman.(2012). Definisi Mean, Median, Modus, Range. [Online].


(http://herisman.blogspot.com/2012/05/apa-itu-mean-
meadian-modus-dan-range.html), diakses tanggal 28
November 2014

60
Muara Pantai. 2012. Mengolah Nilai. [Online]. (muara-
pantai.blogspot.com/2012/02/Mengolah-Nilai.html?m=1a),
diakses tanggal 28 November 2014

Muhidin, Sambas Ali. 2006. Aplikasi Statistika dalam Penelitian.


Bandung: CV. Pustaka Setia.

Purnomo,Dwi. ( 2013). Ukuran Penyimpangan. [Online]. Tersedia :


(http:dwipurnomoikipbu.wordpress.com/2013/04/25/bab-v-
ukuran-penyimpangandispersi/). Diakses tanggal 30 November
2014

Rakhmat, Cece, dkk. 2006. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar.


Bandung: CV. Andira

Zuulfikridaru.(2013).Makalah Evaluasi Pembelajaran. [Online].


Tersedia: http://zuulfikridaru.blogspot.com/2013/05/makalah-
evaluasi-pembelajaran.html. Diakses tanggal 28 November 2014

61

Anda mungkin juga menyukai