Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DASAR PENILAIAN DAN

EVALUASI PENDIDIKAN
Posted on Desember 28, 2011 by Binham






3 Votes

Pendahuluan
Secara umum orang hanya mengidentikkan kegiatan evaluasi sama dengan menilai, karena
aktifitas mengukur sudah termasuk didalamnya. Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan
kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses
belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus
dilaksanakan secara berurutan. Untuk lebih memahami makna dari evaluasi pendidikan maka ada
tiga konsep yang harus dibedakan, antara penilaian, evaluasi dan pengukuran. Secara lebih rinci
ketiga konsep tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
A. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi
1. Pengukuran
Sebelum seorang evaluator menilai tentang proses sebuah pendidikan, maka langkah awal yang
dilakukan adalah melakukan sebuah pengukuran. Dalam penilaian pendidikan, evaluator harus
mengatahui standar penilain yang telah telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai acuan dasar,
sehingga dari situ evaluator mampu melakukan pengukuran sesuai dengan apa yang seharusnya
diakur dalam bidang pendidikan. Umumnya sebuah pengukuran, akan dapat dilakukan dengan
baik apabila evaluator mengetahui dengan pasti objek apa yang akan diukur, dengan begitu
evaluator dapat menentukan instrument yang digunakan dalam pengukuran.
Pengukuran merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan
suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance
siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996).
Menurt Ign. Masidjo (1995: 14) pengukuran sifat suatu objek adalah suatu kegiatan menentukan
kuantitas suatu objek melalui aturan-aturan tertentu sehingga kuantitas yang diperoleh benar-
benar mewakili sifat dari suatu objek yang dimaksud.
Menurut Cangelosi (1991) pengukuran adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan
empiris. Pengertian yang lebih luas mengenai pengukuran dikemukakan oleh Wiersma & Jurs
(1990) bahwa pengukuran adalah penilaian numeric pada fakta-fakta dari objek yang hendak
diukur menurut criteria atau satuan-satuan tertentu. Jadi pengukuran bisa diartikan sebagai proses
memasangkan fakta-fakta suatu objek dengan fakta-fakta satuan tertentu (Djaali & Pudji
Muljono, 2007).
Sedangkan menurut Endang Purwanti (2008: 4) pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan
atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau
benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka.
Dari pendapat ahli beberapa ahli tersebut dapat disimulkan bahwa pengukuran adalah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk menentukan fakta kantitatif yang disesuaikan dengan criteria-
kriteria tertentu sesuai dengan objek yang akan diukur.
2. Penilaian
Penilaian dalam Bahasa Inggris dikenal dengan istilah Assessment yang berarti menilai sesuatu.
Menilai itu sendiri bararti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mengacu pada ukuran
tertentu seperti menilai baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh, tinggi atau rendah,
dan sebagainya (Djaali & Pudji Muljono, 2007).
Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai penilaian proses, kemajuan,
dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano (2001)
sebagai The process of Collecting data which shows the development of learning.
Menurut Endang Purwanti (2008: 3) Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk
mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan
keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim
sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah.
Pendapat yang serupa juga disampaikan oleh Akhmad sudrajat (2008) Penilaian atau asesmen
adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi
(rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil
atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif
(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (http://akhmadsudrajat. wordpress.
com.2008).
Sedangkan Menurut Ign. Masidjo (1995: 18) penilaian sifat suatu objek adalah suatu kegiatan
membandingkan hasil pengukuran sifat suatu objek dengan suatu acuan yang relevan sedemikian
rupa sehingga diperoleh kuantitas suatu objek yang bersifat kualitatif.
Dari beberapa pengertian menurut para ahli diatas dapat disipulkan bahwa penilaian adalah suatu
kegiatan membandingkan atau menerapkan hasil pengukuran untuk memberikan nilai terhadap
objek penilaian.
3. Evaluasi
Evaluasi dalam bahasa Inggris dikenal dengan istila Evaluation. Gronlund (1985) berpendapat
evaluaasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan,
sampai sejauh mana tujuan proram telah tercapai. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh
Wrightstone, dkk (1956) yang mengemukakan bahwa evaluasi pendidikan adalah penaksiran
terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan
dalam kurikulum (Djaali & Pudji Muljono, 2007).
Sedangkan Endang Purwanti (2008: 6) Berpendapat bahwa evaluasi adalah proses pemberian
makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil
pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses menilai sesuat
berdasarkan criteria tertentu, yang selanjunya diikuti dengan pengambilan sebuah keputusan atas
objek yang dievaluasi.
Dari pengertian diatas istilah evaluasi dan penilaian hamper sama, bedanya dalam evaluasi
berakhir dengan pengambilan keputusan sedangkan penilaian hanya sebatas memberikan nilai
saja. Berdasarkan pengertian antara istilah pengukuran, penilaian dan evaluasi yang
dikemukakan diatas, maka jelaslah sudah bahwa pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan
tiga konsep yang berbeda. Namun demikian, dalam prakteknya dalam dunia pendidikan, ketiga
konsep tersebut sering dipraktikkan dalam satu rangkaian kegiatan.
Beberapa perbedaan pengukuran, penilaian dan evaluasi
N0 Pengukuran Penilaian Evaluas
1 Dilakukan pertama kali
sebelum melakukan proses
selanjutnya
Dilakukan sebagai tindak
lanjut dari hasil
pengukuran (pengumpulan
informasi) sebelum
membuat keputusan
Kegiatan yang lebih
kompleks, dimana
mencakup pengukuran,
penilaian dan
membandingkan
2 Hasil berupa angka Hasil berupa kriteria
dengan parameter tertentu
Hasil berupa
pengambilan
keputusan atas suatu
hasil penilaian
3 Berinteraksi langsung
dengan obyek yang diukur.
Berinteraksi dengan
informasi yang telah
dikumpulkn untuk diolah
Berinteraksi dengan
proses pengambilan
keputusan terhadap
suatu obyek.
B. Tujuan Evaluasi Pendidikan
Setelah mempelajari secara mendetail tentang konsep pengukuran, penilaian dan evaluasi, kita
tahu bahwa ketiga kegiatan tersebut sering digunakan secara bersamaan dan memiliki hubungan
yang sinergis satu sama lain. Dari ketiga konsep tersebut evaluasi memiliki cakupan paling luas.
Kegiatan evaluasi bisa melibatkan proses pengukuran dan penilaian, yang akhirnya seoarang
evaluator mampu memutuskan terhadap objek yang di ukur dan dinilai.
Menurut UU sisdiknas NO 20 Tahun 2003 Bab XVI pasal 57 ayat ayat 1 dan 2 tujuan dan
sasaran umum evaluasi adalah untuk pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai
bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Evaluasi pendidikan dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada
jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan
Lebih lanjut dalam pasal 58 dan 59 menegaskan, Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan
oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan. Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan
dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk
menilai pencapaian standar nasional pendidikan. Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan
evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Masyarakat dan/atau
organisasi profesi dapat membentuk lembaga yang mandiri untuk melakukan evaluasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58. Ketentuan mengenai evaluasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Menurut Sudijino (2001), secara umum tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua, yaitu :
1) Memperoleh data pembuktian yang menjadi petunjuk sampai di mana tingkat kemampuan
dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler, setelah mereka
menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
2) Mengukur dan menilai sampai di mana efektivitas mengajar dan metode-metode mengajar
yang telah diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik, serta kegiatan belajar yang dilaksanakan
oleh peserta didik
Tujuan khusus evaluasi dalam bidang pendidikan, yaitu:
1) Merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan
2) Mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidak berhasilan
peserta didik dalam mengikuti program pendidikan.
Sedangkan Sukardi (2008: 9-10) mengungkapkan kaitannya dengan belajar mengajar minimal
ada enam tujuan evaluasi yaitu sebagai berikut:
1) Menilai ketercapaian tujuan
2) Mengukur aspek-aspek belajar yang bervariasi
3) Sebagai sarana untuk mengtahui apa yang telah siswa ketahui
4) Memotivasi belajar siswa
5) Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling
6) Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum
Evaluasi tidak hanya digunakan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar, secara lebih luas
evaluasi juga digunakan untuk menilai program dan sistem yang ada dilembaga pendidikan.
Untuk cakupan yang lebih luas, yaitu pada evaluasi program, Grubb dan Ryan (dalam Sukardi,
2008) menyatakan minimal ada tiga tujuan penting mengapa perlu dilakukan evaluasi bagi
seorang pimpinan lembaga. Ketiga tujuan tersebut antara lain: 1) menginformasikan kepada
pemerintah, 2) meningkatkan keputusan pada pengusaha terhadap kegiatan yang dilaksanakan, 3)
meningkatkan keputusan pada para pengusaha terhadap training dan program yang telah
direncanakan (Sukardi, 2008).
C. Fungsi Evaluasi pendidikan
Evaluasi merupakan proses yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan formal. Ada
beberapa fungsi evaluasi, yakni:
1) Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpang balik bagi siswa. Melalui evaluasi,
siswa akan mendapatkan informasi tentang aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Dari hasil
evaluasi siswa akan dapat menentukan harus bagaimana proses pembelajaran yang perlu
dilakukan.
2) Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa
dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan. Siswa akan tahu bagaian mana yang perlu di
pelajarai lagi dan bagian mana yang tidak perlu.
3) Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan progran kurikulum.
Informasi ini sangat dibutuhkan baik untuk guru maupun untuk para pengembang kurikulum
khususnya untuk perbaikan program selanjutnya.
4) Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oleh siswa secara individual dalam
mengambil keputusan, khususnya untuk menentukan masa depan sehubungan dengan bidang
pekerjaan serta pengembangan karir.
5) Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam menentukan
kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai. Misalnya apakah tujuan itu mesti dikurangi atau
ditambah.
6) Evaluasi berfungsi sebagai umpang balik untuk semua pihak yang tua, untuk guru dan
pengembang kurikulum, untuk perguruan tinggi, pemakai lulusan, untuk orang yang mengambil
kebijakan pendidikan termasuk juga untuk masyarakat. Melalui evaluasi dapat dijadikan bahan
informasi tentang efektivitas program sekolah. (Wina Sanjaya: 2008: 339)
Sedangkan menurut Sukardi (2008: 4) evaluasi mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam
proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut:
1) Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan, nilai-
nilai, dan ketrampilan yang telah diberikan oleh guru.
2) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didika dalam melakaukan kegiatan
belajar.
3) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.
4) Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa.
5) Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa
6) Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada orang tua siswa.
D. Prinsip-prinsip evaluasi pendidikan
Prinsip tidak lain adalah pernyataan yang mengandung kebenaran hamper sebagian besar jika
tidak dikatakan benar untuk semua kasus. Keberadaan prinsip bagi seorang evaluator mempunyai
arti penting, karena dnegan memahami prinsip evaluasi dapat menjadi petunjuk atau keyakinan
bagi dirinya guna merealisasi evaluasi dengan cara yang benar.
Menurut Khusnuridlo (2010), prinsip-prinsip evaluasi terdiri dari :
1) Komprehensif
Evaluasi harus mencakup bidang sasaran yang luas atau menyeluruh, baik aspek personalnya,
materialnya, maupun aspek operasionalnya. Evaluasi tidak hanya ditujukan pada salah satu
aspek saja. Misalnya aspek personalnya, jangan hanya menilai gurunya saja, tetapi juga murid,
karyawan dan kepala sekolahnya. Begitu pula untuk aspek material dan operasionalnya. Evaluasi
harus dilakukan secara menyeluruh.
2) Komparatif
Prinsip ini menyatakan bahwa dalam mengadakan evaluasi harus dilaksa-nakan secara
bekerjasama dengan semua orang. Sebagai contoh dalam mengevaluasi keberhasilan guru dalam
mengajar, harus bekerjasama antara pengawas, kepala sekolah, guru itu sendiri, dan bahkan,
dengan pihak murid. Dengan melibatkan semua pihak diharapkan dapat mencapai keobyektifan
dalam mengevaluasi.
3) Kontinyu
Evaluasi hendaknya dilakukan secara terus-menerus selama proses pelaksanaan program.
Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil yang telah dicapai, tetapi sejak pembuatan rencana
sampai dengan tahap laporan. Hal ini penting dimaksudkan untuk selalu dapat memonitor setiap
saat atas keberhasilan yang telah dicapai dalam periode waktu tertentu. Aktivitas yang berhasil
diusahakan terjadi peningkatan, sedangkan aktivi-tas yang gagal dicari jalan lain untuk mencapai
keberhasilan.
4) Obyektif
Mengadakan evaluasi harus menilai sesuai dengan kenyataan yang ada. Katakanlah yang hijau
itu hijau dan yang merah itu merah. Jangan sampai mengatakan yang hijau itu kuning, dan yang
kuning itu hijau. Sebagai contoh, apabila seorang guru itu sukses dalam mengajar, maka
katakanlah bahwa guru ini sukses, dan sebaliknya apabila jika guru itu kurang berhasil dalam
mengajar, maka katakanlah bahwa guru itu kurang berhasil. Untuk mencapai keobyektifan dalam
evaluasi perlu adanya data dan fakta. Dari data dan fakta inilah dapat mengolah untuk kemudian
diambil suatu kesimpulan. Makin lengkap data dan fakta yang dapat dikumpulkan maka makin
obyektiflah evaluasi yang dilakukan.
5) Berdasarkan Kriteria yang Valid
Selain perlu adanya data dan fakta, juga perlu adanya kriteria-kriteria tertentu. Kriteria yang
digunakan dalam evaluasi harus konsisten dengan tujuan yang telah dirumuskan. Kriteria ini
digunakan agar memiliki standar yang jelas apabila menilai suatu aktivitas supervisi
pendidikan. Kekonsistenan kriteria evaluasi dengan tujuan berarti kriteria yang dibuat harus
mempertimbangkan hakikat substansi supervisi pendidikan.
6) Fungsional
Evaluasi memiliki nilai guna baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegunaan
langsungnya adalah dapatnya hasil evaluasi digunakan untuk perbaikan apa yang dievaluasi,
sedangkan kegunaan tidak langsungnya adalah hasil evaluasi itu dimanfaatkan untuk penelitian
atau keperluan lainnya.
7) Diagnostik
Setiap hasil evaluasi harus didokumentasikan. Bahan-bahan dokumentasi hasil evaluasi inilah
yang dapat dijadikan dasar penemuan kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang
kemudian harus diusahakan jalan pemecahannya.
Menurut Arikunto (2005:24-25), prinsip evaluasi merupakan trigulasi yang meliputi tujuan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran atau KBM, dan evaluasi.
1) Hubungan anatara tujuan dengan KBM
Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru
dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, anak panah yang
menunjukkan hubungan anatara keduanay mengarah pada tujuan dengan makana bahwa KBM
mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari
tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM.
2) Hubungan tujuan dengan evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai.
Dalam menyusun alat evaluasi perlu mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan
3) Hubungan anatara KBM dengan evaluasi
KBM dirancang dan disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan, alat evaluasi
disusun dengan mengacu pada tujuan, mengacu atau disesuaikan dengan KBM yang
dilaksanakan.
Menurut Sudijono (2001: 31-33), evaluasi hasil belajar dikatakan terlaksan dengan baik apabila
dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar yaitu:
1) Prinsip keseluruhan
Prinsip keseluruhan dikenal dengan istilah prinsip komprehensif. Prinsip komprehensif dikatakan
terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh atau
menyeluruh. Evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat
menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik
sebagai makhluk hidup.
2) Prinsip Kesinambungan
Prinsip kesinambungan dikenal dengan istilah prinsip komunitas. Prinsip komunitas
dimaksudkan bahwa hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan
secara teratur dan sambung menyambung dari waktu ke waktu. Evaluasi hasil belajar
dilaksanakan secara berkesinambungan agar pihak evaluator dapat memperoleh kepastian dan
kemantapan dalam menentukan langkah-langkah atau merumuskan kebijaksanaan untuk masa
depan serta memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau
perkembangan peserta didik.
3) Prinsip obyektivitas
Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai
evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari factor-faktor yang sifatnya subyektif.
Menurut Sukardi (2008: 4-5) dalam bidang pendidikan, beberapa prinsip evaluasi dapat dilihat
sebagai berikut:
1) Evaluasi harus masih dalam kisi-kisi kerja tujuan yang telah ditetapkan
2) Evaluasi hendaknya dilaksanakan secara komprehensif
3) Evaluasi diselenggarakan dalam proses koopperatif antara guru dan peserta didik
4) Evaluasi dilaksanakan dalam proses continue
5) Evaluasi harus peduli dan mempertimbangkan nilai-nilai yang berlaku
Sedangkan menurut Slameto (dalam Sukardi, 2008: 5) evaluasi harus minimal mempunyai tujuh
prinsip berikut: 1) terpadu, 2) Menganut cara belajar siswa aktif, 3) kontinuitas, 4) koherensi
dengan tujuan, 5) menyeluruh, 6) membedakan, dan 7)pedagogis.
E. Cakupan Evaluasi Pendidikan
Mengingat luasnya cakupan bidang pendidikan, dapat didentifikasi bahwa evaluasi pada
prinsipnya dapat dikelompokkan kedalam tiga cakupan penting, yaitu evaluasi pembelajaran,
evaluasi program dan evaluasi sistem pendidikan. Hal ini sesuai dengan pasal 57, ayat 2, UURI
No. 20 tahun 2003, evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan
pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang satuan dan jenis pendidikan.
Evalusasi pembelajarn merupakan inti bahasan evaluasi yang kegiatannya dalam lingkup kelas
atau dalam lingkup proses belajar mengajar. Evalausi program mencaakup pokok bahasan yang
lebih luas. Cakupan bisa dimulai dari evaluasi kurikulum sampai pada evalausi program dalam
suatu bidang studi. Sedangkan evaluasi sistem merupakan evaluasi dibidang yang paling luas.
Macam-macam kegiatan yang termasuk evalausi sistem diantaranya evaluasi diri, evaluasi
internal, evalausi eksternal, dan evaluasi kelembagaan untuk mencaai tujuan tertentu suatu
lembaga (Sukardi, 2008).
F. Subjek dan Objek Evaluasi
Subjek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi
pendidikan di mana sasaran evaluasinya adalah prestasi belajar maka subyek evaluasinya adalah
guru atuu dosen yang mengasuh mata pelajaran tertentu. Jika evaluasi yang dilakukan itu
sasarannya adalah sikap peserta didik, maka subyek evaluasinya adalah guru atau petugas yang
melaksanakan evaluasi tentang sikap (Sudijono, 2001:29).
Obyek atau sasaran evaluasi pendidikan adalah segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan
atau proses pendidikan yang dijadikan titik pusat perhatian atau pengamatan karena pihak penilai
ingin memperoleh informasi tentang kegiatan atau proses pendidikan tersebut. Salah satu cara
untuk mengenal atau mengetahui obyek dari evaluasi pendidikan adalah dengan jalan menyoroti
dari tiga segi yaitu segi input, transformasi, dan output (Arikunto, 2005:20-21).
Dilihat dari segi input, maka obyek dari evaluasi pendidikan meliputi empat aspek yaitu:
1) Aspek kemampuan
Untuk dapat mengikuti program dalam suatu lembaga/sekolah/institusi maka calon siswa harus
memiliki kemampuan yang sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini
disebut tes kemampuan atau attitude test.
2) Aspek Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam
tingkah laku. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau
personality test.
3) Aspek sikap
Sikap merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau gambaran kepribadian
yang memancar keluar. Alat untuk mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap
atau attitude test. Oleh karena tes berupa skala, maka lalu disebut skala sikap atau attitude scale.
4) Aspek Intelegensi
Untuk mengetahui tingkat intelegensi digunakan tes intelegensi yang terkenal adalah tes buatan
Binet dan Simon. Dari hasil tes akan diketahui IQ seseorang. IQ berbeda dengan intelegensi
karena IQ hanyalah angka yang memberikan petunjuk tinggi rendahnya intelegensi seseorang.
Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi obyek penilaian yaitu:
a) Kurikulum/materi
b) Metode dan cara penilaian
c) Sarana pendidikan/media,
d) Sistem administrasi, dan Guru dan personal lainnya.
Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat
pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program. alat yang digunakan untuk
mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test (Arikunto, 2005: 22).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Bumi aksara. Jakarta
Djaali & Mulyono, Pudji. (2007). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Khusnuridlo. (2010). Prinsip-prinsip Evaluasi Program Supervisi Pendidikan (Online).
(http://www.khusnuridlo.com/2010/11/prinsip-prinsip-evaluasi-program.html, diakses 12
November 2011).
Masidjo, Ign. (1995). Penilaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogjakarta: Kanisius.
Purwanti, Endang. (2008). Asesmen Pembelajaran SD. Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Sudijono, Anas. (2001). Pengantar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media Group.
Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sudrajat, Akhmad. (2008). Penilaian Hasil Belajar Siswa. http://www.Ahkmadsudrajat. Com
(Di akses tanggal 14 Desember 2011)

Anda mungkin juga menyukai