Anda di halaman 1dari 12

2.

1 Definisi Pengukuran
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seseorang peserta
didik telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran berkaitan erat dengan
proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif. Pengukuran diartikan sebagai
pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki
oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas.
Berikut ini akan dikutip beberapa definisi pengukuran yang dirumuskan oleh
beberapa ahli pengukuran pendidikan dan psikologi yang acap kali dijadikan
acuan beberapa penulis.
a) Richard H. Lindeman (1967) merumuskan pengukuran sebagai the
assignment of one or a set each of a set of persons or objects according to
certain established rules
b) Norman E. Gronlund (1971) secara sederhana merumuskan pengukuran
sebagai Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil
behavior.
c) Georgia S. Adams (1964) merumuskan pengukuran sebagai nothing
more than careful observations of actual performance under staandar
conditions.
d) Victor H.Noll

(1957)

mengemukakan

dua

karakteristik

utama

pengukuran, yaitu quantitativaness dan constancy of units. Atas dasar


dua karakteristik ini ia menyatakan since measurement is a quantitative
process, is results of measurement are always expessed in numbers.
e) William A.Mehrens dan Irlin J. Lehmann (1973) mendefinisikan
pengukuran sebagai berikut, Using observations, rating scales. Or any
other device that allows us to obtain information in a quantitative form is
measurement .
f) Robert L. Ebel dan David A. Frisbie (1986) merunuskan pengkuran
sebagai Measurment is a process of assigning numbers to the individual
numbers of a set of objects or person for the purpose of indicating
differences among them in the degree to which they possess the
characteristic being measured.

g) Gilbert Sax (1980) menyatakan measurement: The assignment of


numbers to attributes of characteristics of person, events, or object
according to explicit formulations or rules.
2.1 Definisi Penilaian
Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pada
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;
c. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses
pembelajaran, juga melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Penilaian adalah
proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka, deskripsi verbal),
analisis, interpretasi informasi untuk membuat keputusan.
Menurut Nana Sudjana (1989: 220), penilaian adalah proses untuk
menentukan nilai dari suatu obyek atau peristiwa dalam suatu konteks situasi
tertentu, dimana proses penentuan nilai berlangsung dalam bentuk interpretasi
yang kemudian diakhiri dengan suatu judgment.
Penilaian (assessment) dalam Akhmad Sudrajat (2008), adalah penerapan
berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian

kemampuan)

peserta

didik. Penilaian

menjawab

pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.
Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata)
dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses
pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Menurut Linn dan Gronlund, assessment adalah istilah umum yang melibatkan
semua rangkaian prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
hasil belajar siswa atau peserta didik (misalnya: observasi, skala bertingkat

tentang kinerja, tes tertulis) dan pelaksanan penilaian mengenai kemajuan belajar
siswa (peserta didik).
2.2 Definisi Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program
yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak berharga,
dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi juga
dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian untuk mengambil keputusan yang
menggunakan seperangkat hasil pengukuran dan berpatokan kepada tujuan yang
telah dirumuskan.
Untuk memperjelas pengertian evaluasi tersebut ada baiknya bila dikutip
beberapa perumusan sebagai berikut.
a) Adams (1964) dalam bukunya Measurement and evaluation in education,
psychology, and guidance menjelaskan bahwa kita mengukur berbagai
kemampuan anak didik. Bila kita melangkah lebih jauh lagi dalam
menginterprestasi skor sebagai hasil pengukuran itu dengan menggunakan
standar tertentu untuk menentukan nilai dalam suatu kerangka maksud
pendidikan dan pelatihannya atau atas dasar beberapa pertimbangan lain
untuk membuat penilaian, maka kita tidak lagi membatasi diri kita dalam
pengukuran, kita sekarang telah mengevaluasi kemampuan atau kemajuan
anak didik.
b) Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinkfield (1985) secara singkat
merumuskan evaluasi sebagai berikut: Evaluation is the systematic
assessment of the worth or merit of some object. Dengan demikian maka
evaluasi antara lain merupakan kegiatan membandingkan tujuan dengan
hasil dan juga merupakan studi yang mengkombinasikan penampilan
dengan suatu nilai tertentu.
c) Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen (1961) menjelaskan evaluasi
tersebut dengan mengatakan bahwa evaluasi itu berhubungan dengan
pengukuran. Dalam beberapa hal evaluasi lebih luas, karena dalam evaluasi
juga termasuk penilaian formal dan penilaian intuitif mengenai kemajuan
peserta didik. Evaluasi juga mencakup penilaian tentang apa yang baik dan
apa yang diharapkan. Dengan demikian hasil pengukuran yang benar
merupakan dasar yang kokoh untuk melakukan evaluasi.

Secara garis besar evaluasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi formatif
dan evaluasi sumatif (istilah ini pertama kali digunakan oleh Scriven (1967) dalam
artikelnya berjudul The Methodology of evaluation). Evaluasi formatif
dilakukan dengan maksud memantau sejauh manakah suatu proses pendidikan
telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Sedangkan evaluasi sumatif
dilakukan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari
suatu unit pengajaran ke unit berikutnya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah
suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun
nontes.
Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar yang
ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah kegiatan
mengukur

dan

mengadakan

estimasi

terhadap

hasil

pengukuran

atau

membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.


Penilaian bersifat kualitatif.
Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian
masing-masing.

Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk


menentukan nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.

Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan


berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh
tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah
dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.

Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan


untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran
lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan
penilaian.

Dalam

dunia

pendidikan,

yang

dimaksud pengukuran

sebagaimana

disampaikan

Cangelosi

(1995:

21)

adalah

proses

pengumpulan data melalui pengamatan empiris.


2.3 Hubungan Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi
Pada dasarnya proses pengukuran, penilaian, dan evaluasi merupakan suatu
kegiatan atau proses yang bersifat hirarkis. Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam
proses belajar mengajar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan
pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan. Dalam sistem evalusai hasil
belajar, penilaian merupakan langkah lanjutan setelah dilakukan pengukuran.
Informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutkan dideskripsikan dan
dilanjutkan.
Dari pengertian penilaian dan evaluasi di atas, jelas terlihat tingkatan yang
berbeda. Persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian penilaian atau
menentukan nilai sesuatu. Sementara perbedaannya terletak pada konteks
penggunaannya. Penilaian digunakan dalam konteks yang lebih sempit dan
biasanya dilaksanakan secara internal. Sementara evaluasi digunakan dalam
konteks yang lebih luas dan biasanya dilaksanakan secara eksternal. Dalam hal
pengambilan keputusan, penilaian, dan evaluasi diperlukan. Tetapi hasil penilaian
dan evaluasi tidaklah selalu menjadi (apalagi sebagai satu-satunya) landasan bagi
pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan pengambilan keputusan biasanya
merupakan fungsi dari perhitungan tentang hasil dan risiko dari tindakan atau
keputusan tersebut.
Pengertian

evaluasi

berkaitan

erat

dengan

pengertian

pengukuran

(measurement). Orang sering mencampuradukkan kedua pengertian ini. Untuk


dapat memberikan penilaian secara tepat, misalnya tentang kemampuan siswa
memahami teks argumentasi, pengajar memerlukan data-data tentang kemampuan
siswa dalam hal itu. Untuk mendapatkan data tersebut, misalnya skor, pengajar
memerlukan kegiatan yang disebut pengukuran. Jadi, pengukuran itu merupakan
proses mengukur yang berfungsi sebagai alat evaluasi. Ia berhubungan dengan
data-data kuantitatif saja, misalnya berupa skor-skor siswa. Dari kegiatan
pengukuran ini proses evaluasi dimulai. Data kuantitatif yang didapat dari
pengukuran diubah menjadi pernyataan kualitatif yang berupa penilaian.

Misalnya, skor 40, 60, 80 dari hasil pengukuran dapat dinilai sebagai kurang
mampu, cukup mampu, dan sangat mampu.
Melalui penilaian dapat juga diketahui tingkat pencapaian prestasi pendidikan
baik lingkup sekolah, daerah, maupun wilayah. Sayangnya istilah penilaian
penggunaannya sering mengalami kerancuan dengan istilah lain yang juga
merupakan istilah dalam lingkup penilaian pendidikan. Istilah-istilah yang
dimaksud antara lain: pengukuran, evaluasi, dan pengambilan keputusan. Ketiga
istilah tersebut (pengukuran, penilaian, dan evaluasi) sebenarnya memiliki arti
yang sangat berbeda karena tingkat dan konteks penggunaannya.
Wiersma dan Jurs (dalam http://www.blogs.unpad.ac.id) membedakan antara
evaluasi, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah
suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga
berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat
Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan
menilai. Kedua pendapat di atas secara implisit menyatakan bahwa evaluasi
memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran dan testing.
Sementara itu Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran
sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang
dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang
jelas, sedangkan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan
dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar
baik yang menggunakan tes maupun nontes. Pendapat ini sejalan dengan pendapat
Suharsimi Arikunto yang membedakan antara pengukuran, penilaian, dan
evaluasi. Arikunto menyatakan bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu
dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah
mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian
bersifat kualitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan
oleh Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan Measurement is limited to
quantitative descriptions of pupil behavior Pengertian penilaian yang ditekankan
pada penentuan nilai suatu obyek juga dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia
menyatakan bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai suatu obyek dengan
menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik, Sedang, Jelek.

Ada beberapa alasan untuk menggunakan pengukuran, penilaian dan evaluasi


dalam pendidikan, antara lain sebagai berikut.
a. Seleksi
Tes dan beberapa alat pengukuran digunakan untuk mengambil keputusan
tentang orang yang akan diterima atau ditolak dalam suatu proses seleksi.
Untuk dapat memutuskan penerimaan atau penolakan ini maka haruslah
digunakan tes yang tepat, yaitu tes yang dapat meramalkan keberhasilan atau
kegagalan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu pada masa yang akan
datang dengan resiko yang terendah. Tes jenis ini sangat umum dalam
masyarakat kita, karena hampir selalu terjadi peminat untuk pekerjaan atau
pendidikan jauh lebih banyak dari yang dibutuhkan. Dilihat dari segi ini, maka
acapkali tes seleksi yang dilakukan hanya sekedar untuk memisahkan orang
yang akan diterima dari orang yang akan ditolak. Bukan untuk memperoleh
calon yang paling besar kemungkinan berhasil dalam pekerjaan atau program
yang akan dilakukan.
b. Penempatan
Dalam kursus atau latihan yang singkat biasanya dilakukan tes penempatan,
untuk menentukan tempat yang paling cocok bagi seseorang untuk dapat
berprestasi dan berproduksi secara efisien dalam suatu proses pendidikan atau
pekerjaan. Tes seperti ini terutama didasarkan pada informasi tentang apa yang
telah dan apa yang belum dikuasai oleh seseorang.
c. Diagnosis dan remedial
Tes seperti ini terutama untuk mengukur kekuatan dan kelemahan seseorang
dalam kerangka memperbaiki penguasaan atau kemampuan dalam suatu
program pendidikan tertentu. Jadi sebelum dilakukan remedial, maka
seharusnya didahului oleh suatu tes diagnosis.
d. Umpan balik
Hasil suatu pengukuran atau skor tes tertentu dapat digunakan sebagai umpan
balik, baik bagi individu yang menempuh tes maupun bagi guru atau
instruktur yang berusaha mentransfer kemampuan kepada peserta didik. Suatu
skor tes dapat digunakan sebagai umpan balik, bila telah diinterpretasi.
Setidak-tidaknya ada dua cara menginterpretasi skor tes, yaitu dengan
membandingkan skor seseorang dengan kelompoknya dan dengan melihat

kedudukan skor yang diperoleh seseorang dengan kriteria yang ditentukan


sebelum tes dimulai. Untuk yang pertama dinamakan norm reference test
dan yang kedua dinamakan criterion reference test.
e. Memotivasi dan membimbing belajar
Hasil tes seharusnya dapat memotivasi belajar peserta didik, dan juga dapat
menjadi pembimbingan bagi mereka untuk belajar. Bagi mereka yang
memperoleh skor yang rendah seharusnya menjadi cambuk untuk lebih
berhasil dalam tes yang akan datang dan secara tepat dapat mengetahui
diwilayah mana terletak kelemahannya. Dan bagi mereka yang mendapat skor
yang tinggi tentu saja hasil itu dapat menjadi motivasi mempertahankan dan
meningkatkan hasilnya, serta dapat menjadi pedoman dalam mempelajari
bahan pengayaan.
f. Perbaikan kurikulum dan program pendidikan
Salah satu peran yang penting evaluasi pendidikan ialah mencari dasar yang
kokoh bagi perbaikan kurikulum dan program pendidikan. Perbaikan
kurikulum atau program pendidikan yang dilakukan tanpa hasil evaluasi yang
sistematik acapkali menjadi usaha sia-sia yang mubazir.
g. Pengembangan ilmu
Hasil pengukuran, tes, dan evaluasi tentu saja akan dapat memberi sumbangan
yang berarti bagi perkembangan teori dan dasar pendidikan. Ilmu seperti
pengukuran pendidikan dan psikometrik sangat tergantung pada hasil-hasil
pengukuran, tes, dan evaluasi yang dilakukan sebagai kegiatan sehari-hari
guru dan pendidik. Dari hasil itu akan diperoleh pengetahuan emperik yang
sangat berharga untuk pengembangan ilmu dan teori.
2.4 Fungsi dan Peranan Penilaian dalam Pendidikan
Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku pada diri
siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana
perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Melalui hasil
penilaian itu dapat diambil tindakan dalam pemberbaiki sistem pembelajaran
(melakukan perubahan dalam strategi mengajar, memberikan bimbingan dan
bantuan belajar kepada siswa).
Selain itu hasil penilaian tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui
tercapai tidaknya perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan
balik bagi upaya memperbaiki proses pembelajaran., dimana proses penilaian

dapat melihat sejauh mana keefektifan proses pebelajaran dalam mengupayakan


perubahan tingkah laku siswa.
Di dalam Arikunto (2005: 10), tujuan dan fungsi penilaian adalah sebagai
berikut.
1. Penilaian berfungsi selektif
Dengan cara mengadakan penilaian, guru mempunyai cara untuk
mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri
mempunyai tujuan sebagai berikut.
a. Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu
b. Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya
c. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa
d. Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan
sebagainya.
2. Penilaian berfungsi diagnostik
Dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosis
kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahan. Dengan diketahinya sebab
kelemahan akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasinya.
3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan untuk dapat menentukan dengan
pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu
penilaian.
4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.
Di dalam Surya Darma (2008), penilaian berfungsi sebagai berikut.
1.

Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan


fungsi ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan
pembelajaran sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran.

2.

Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin


dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman belajar
siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru, media pembelajaran.

3.

Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang
tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan
belajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam bentuk
nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

Penilaian dalam bidang pengajaran merupakan salah satu peranan penting


dalam penilaian pendidikan ialah untuk mengarahkan pengambilan keputusan
yang berkenaan dengan apa yang harus diajarkan atau apa yang harus dipelajari
dan dipraktekan oleh para mahasiswa, baik mahasiswa secara perorangan,
kelompok-kelompok kecil, ataupun keseluruhan kelas untuk meningkatkan
kualitas peserta didik dan sebagai lamdasan untuk membuat standar nilai
pendidikan.
2.5 Fungsi dan Peranan Evaluasi dalam Pendidikan
Evaluasi yang dilakukan dalam proses pembelajaran juga memiliki banyak
fungsi, diantaranya adalah sebagai berikut.
a) Secara psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi belajarnya,
sehingga ia merasakan kepuasan dan ketenangan.
b) Secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup
mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapat
berkomunikasi dan beradaptasi dengan seluruh lapisan masyarakat dengan
segala karakteristiknya.
c) Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam
menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan
kemampuan dan kecakapannya masing-masing.
d) Untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara teman-temannya,
apakah dia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang.
e) Untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh
program pendidikannya.
f) Untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik
dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan maupun kenaikan
tingkat/kelas.
g) Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan
tentang kemajuan peserta didik kepada pemerintah, pimpinan/kepala
sekolah, guru/instruktur, termasuk peserta didik itu sendiri.
Fungsi evaluasi dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi itu sendiri.
a) Formatif, yaitu memberikan feed back bagi guru/instruktur sebagai dasar
untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program
remedial bagi peserta didik yang belum menguasai sepenuhnya materi
yang dipelajari.

b) Sumatif, yaitu mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap


materi pelajaran, menentukan angka (nilai) sebagai bahan keputusan
kenaikan kelas dan laporan perkembangan belajar, serta dapat
meningkatkan motivasi belajar.
c) Diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang peserta didik
(psikologis, fisik, dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.
d) Seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar
untuk menyeleksi dan menempatkan peserta didik sesuai dengan minat
dan kemampuannya.
Fungsi evaluasi dapat dilihat berdasarkan pihak yang berkaitan langsung
dengan pelaksanaan kegiatan.
a) Fungsi evaluasi pembelajaran bagi guru adalah mengungkapkan
kelemahan proses kegiatan mengajar meliputi bobot materi yang
disajikan, metode yang diterapkan, media yang digunakan, dan strategi
yang dilaksanakan.
b) Fungsi evaluasi bagi siswa, diantaranya:
1. mengungkapkan penguasaan materi pembelajaran,
2. mengungkapkan kemajuan individual maupun kelompok dalam
mempelajari suatu pelajaran.
Lebih jauh tentang peranan evaluasi dalam pendidikan dijelaskan oleh
Worthen dan Sanders (Worthen, 1987:5).
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menjadi dasar pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan.


Mengukur prestasi siswa
Mengevaluasi kurikulum
Mengakreditasi sekolah
Memantau pemanfaatan dana masyarakat.
Memperbaiki materi dan program pendidikan.

Dari sini dapat diketahui, evaluasi memiliki peran yang tidak kecil dalam
pendidikan. Jika memang evaluasi dilaksanakan dengan baik. Evaluasi
pembelajaran berperan untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses
pembelajaran

yang

dilaksanakan

pembelajaran yang telah ditetapkan.

dan

efektifitas

pencapaian

tujuan

Anda mungkin juga menyukai