Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENILAIAN PENDIDIKAN DAN ALAT UKURNYA

Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah Penilaian Hasil Pembelajaran Matematika

Dosen pembimbing: Dr. Teguh Wibowo, M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Ngida Khofifah (202140045)
2. Latifa Rizqi Khasanah (202140050)
3. Abdillah Ganzar Baraswara (202140052)

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya
sehingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok ini dengan baik. Sholawat
dan salam senantiasa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, para
sahabat, dan sampai kepada para umatnya.

Tujuan penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Penilaian Hasil Pembelajaran Matematika. Makalah ini dapat terwujud berkat adanya bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami sampaikan
terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Teguh Wibowo, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Penilaian
Hasil Pembelajaran Matematika, Universitas Muhammadiyah Purworejo.
2. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan doa restu dan motivasi, baik moril
maupun materi.
3. Teman – teman seperjuangan yang berpartisipasi pada kegiatan ini memberikan
masukan dan saran.
4. Semua pihak yang telah membantu kegiatan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.

Demikian penulis sampaikan, semoga kita selalu dalam ridho Allah SWT. Penulis sadar
bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna karena penulis adalah manusia biasa yang
tidak lepas dari salah dan lupa. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap kritik dan saran
yang membangun. Semoga proposal ini bisa bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan
masyarakat pada umumnya.

Purworejo, Februari 2022


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan, penilaian hasil pembelajaran matematika adalah


sebuah mekanis yang sangat penting untuk bias menilai tingkat progresivitas
pembelajaran yang telah dilakukan.Penilaian hasil pembelajaran matematika akan
menjadi bahan yang signifikan untuk bias melakukan langkah-langkah perbaikan di
masa mendatang pada saat suatu program akan dimula kembali. Karena hal ini
merupakan sesuatu yang sangat penting.
Salahh satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah melakukan
penilaian secara menyeluruh terhadap berbagai problem yang terjadi dalam dunia
Pendidikan., dan lebih khusus lagi dalam ranah pembelajaran yang sarana vital bagi
reproduksi generasi masa depang bangsa ini.Dari penilaian Pendidikan inilah dapat
dievaluasi beragai hal yang menjadi kekurangan agar menjadi maksimal dan
mendapatkan kualitas pendidikn yang lebih baik.
Karena itu, pakar seperti Djemari Mardapi, menyatakan bahwa usaha
peningkatan kulaitas Pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas
pembelajaran dan kualitas system penilaian. Keduanya saling terkait, dimana sistem
pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Selanjutnya
sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar
yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik. (Djemari Mardapi,
2004)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran dan penilaian dalam pembelajaran
matematika ?
2. Apa saja unsur-unsur penilaian pendidikan ?
3. Apa yang dimaksud dengan alat ukur hasil pembelajaran baik tes maupun non
tes ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengukuran dan penilaian
dalam pembelajaran matematika.
2. Untuk mengetahui unsur-unsur penilaian pendidikan.
3. Untuk mengetahui alat ukur hasil pembelajaran baik tes maupun non tes
BAB II

ISI

A. Pengertian Pengukuran dan Penilaian

Pengukuran (measurement) adalah pemberian angka kepada suatu atribut atau


karakteristik tertentu yant dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan
atau formulasi yang jelas. Menurut Anas Sudijono (1996) pengukuran dapat diartikan
sebagai kegiatan untuk mengukur sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu.
Misalnya mengukur suhu badan dengan ukuran berupa thermometer, hasilnya 360
Celcius, 380 Celcius, 390 Celcius, dan seterusnya. Contoh lain adalah dari 100 butir
soal yang diaiukan dalam tes, Alunad menjawab dengan betul sebanyak 80 butir soal.
Dari contoh tersebut dapat dipahami bahwa pengukuran itu sifatnya kuantitatif.

Pengukuran yang bersifat kuantitatif itu dapat dibedakan meniadi tiga macam,
yaitu:

1) Pengukuran yang dilakukan bukan untuk mengukur sesuatu, misalnya


pengukuran yang dilakukan oleh penjahit pakaian mengenai paniang
lengan, panjang kaki, lebar bahu, ukuran pinggang dan sebagainya.
2) Pengukuran yang dilakukan untuk menguii sesuatu misalnya
pengukuran untuk menguii daya tahan per baja terhadap tekanan berat,
pengukuran untuk menguii daya tahan nyala lampu pijar, dan
sebagainya.
3) Pengukuran untuk menilai, yang dilakukan dengan jalan menguji
sesuatu, misalnya mengukur kemaiuan belajar peserta didik dalam
rangka mengisi buku raport yang dilakukan dengan menguji mereka
dalarn bentuk tes hasil belajar. Pengukuran jenis ketiga inilah yang
biasa dikenal dalam dunia pendidikan.

Penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti


mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada
ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya. Jadi
penilaian itu sifatnya adalah kualitatif. Dalam contoh di atas, sesorang yang suhu
badannya 360 Celcius, termasuk orang yang normal kesehatannya, dengan demikian
orang tersebut dapat ditentukan sehat badanya. Dari 100 butir soal, 80 butir diiawab
dengan betul oleh Ahmad, dengan demikian dapat ditentukan bahwa Ahmad termasuk
anak yang pandai. Contoh lain misalnya untuk menentukan penilaian mana jeruk yang
manis, kita tidak menggunakan ukuran manis, tetapi menggunakan ukuran besar,
kuning, dan halus kulitnya. Ukuran ini berdasarkan pengalaman, sehingga
berdasarkan pengalaman bahwa jeruk yang besar, kuning dan kulitnya halus jeruk itu
adalah jemk yang baik dan rasanya manis.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa menilai adalah mengambil suatu


keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.

Diatas telah dikemukakan bahwa pengukuran itu adalah bersifat kuantitatif,


hasil pengukuran itu berwujud keterangan-keterangan yang berupa angka-angka atau
bilangan-bilangan. Sedangkan penilaian adalah bersifat kualitatif, hasil penilaian itu
berupa penafsiran atau perkiraan untuk menentukan sesuatu itu baik buruk panjang
pendek, besar kecil, manis pahit, pandai bodoh dan sebagainya.

Untuk mempertegas perbedaan antara pengukuran (measurement) dan


penilaian (evaluation) Wandt dan Brown mengatakan bahwa : measurement means
the act or process of axestaining the extent or quantity of something. Pengukuran
adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kuantitas dari sesuatu,
ia akan memberikan iawaban atas pertanyaan How, much?, Adapun penilaian atau
evaluasi didefinisikan sebagai tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu itu, akan memberikan jawab atas pertanyaan : What value?

B. Unsur-Unsur Penilaian Pendidikan


Prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar Dalam
melaksanakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, pendidik perlu
memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut:
a. Valid/sahih
Penilaian hasil belajar harus dapat mengukur pencapaian kompetensi
yang ditetapkan dalam standar isi (standar kompetensi dan kompetensi
dasar) dan standar kompetensi lulusan. Penilaian valid berarti menilai
apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai
untuk mengukur kompetensi.
b. Objektif
Penilaian hasil belajar tidak boleh dipengaruhi oleh subyektivitas
penilai, perbedaan latar belakang agama, sosial-ekonomi, budaya,
bahasa, gender, dan hubungan emosional.
c. Transparan/terbuka
Penilaian hasil belajar harus bersifat terbuka artinya prosedur
penilaian, kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan terhadap
hasil belajar peserta diklat dapat diketahui oleh semua pihak yang
berkepentingan.
d. Adil
Penilaian hasil belajar tidak menguntungkan atau merugikan peserta
diklat karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
e. Terpadu
Penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan salah satu komponen
yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan
Penilaian hasil belajar mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta diklat.
g. Sistematis
Penilaian hasil belajar dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku.
h. Akuntabel
Penilaian hasil belajar dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.
i. Beracuan kriteria
Penilaian hasil belajar didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi
yang ditetapkan.
C. Pengertian Alat Ukur Penilaian.
Dalam pengertian umum, alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk
mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara
lebih efektif dan efisien. Kata alat biasa disebut juga dengan istilah instrumen.
Dengan demikian alat penilaian juga dikenal dengan instrumen penilaian.
Dengan pengertian tersebut, alat penilaian dikatakan baik apabila mampu
mengevaluasi sesuatu dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi. Dalam
menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara atau teknik, maka dikenal
dengan teknik evaluasi. Seperti disebutkan diatas ada dua teknik evaluasi, yaitu teknik
nontes dan tes.
1. Alat Penilaian dengan Teknik Tes.
Teknik tes merupakan salah satu alat, cara, dan langkah-langkah yang sistematik
untuk digunakan dalam mengukur sejumlah perilaku tertentu siswa. Berdasarkan cara
pelaksanaannya, teknik tes dikelompokkan sebagai berikut. Tes tertulis, yaitu alat
penilaian yang bentuk dan pelaksanaanya dilakukan secara tertulis. Tes lisan, yaitu
alat penilaian yang bentuk dan pelaksanaanya dilakukan secara lisan. Tes perbuatan,
yaitu alat penilaian yang baik pertanyaan maupun jawabannya dilakukan secara
tertulis maupun lisan, seperti praktek di laboratorium, praktik kesenian, simulasi, dan
deklamasi.
Menurut Daryanto (1999) ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, tes
dibagi menjadi tiga yaitu:
1) Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-
kelemahan siswa sehingga berdasarkan hal tersebut dapat dilakukan
penanganan yang tepat. Dengan mengingat bahwa sekolah sebagai buah
transformasi maka tes diagnostik terbagi menjadi tiga tahap.
Tes diagnostik ke-1 dilakukan terhadap calon siswa sebagai input,
untuk mengetahui apakah calon siswa sudah mengusai pengetahuan yang
merupakan dasar untuk menerima pengetahuan di sekolah. Tes diagnostik ke-1
dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan pengetahuan dasar untuk dapat
menerima pengetahuan lanjutanya.
Tes diagnostik ke-2 dilakukan oleh calon siswa yang akan mengikuti
program. Apabila cukup banyak calon siswa yang diterima sehingga
diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk pembagian kelas diperlukan suatu
pertimbangan khusus.
Tes diagnostik ke-3 dilakukan terhadap siswa yang sedang belajar.
Tidak semua siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan oleh guru dengan
lancar. Sebagai guru yang bijaksana, sebaiknya sesekali melakukan tes
diagnostik untuk mengetahui bagian mana dari materi pelajaran yang
diberikan belum dikuasai oleh siswa. Selain itu, ia harus dapat mendeteksi apa
penyebabnya. Berdasarkan hasil tes tersebut, guru dapat memberikan bantuan
yang diperlukan.
Tes diagnostik ke-4 diadakan pada waktu siswa akan mengakhiri
pelajaran. Dengan tes ini guru dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa
yang dia berikan.
2) Tes formatif
Dari kata form yang berdasarkan dari kata isitilah formatis, maka evaluasi
formatis dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk
setelah mengikuti program tertentu. Dalam hal ini, tes formatif dapat juga
dipandang tes diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif atau tes
formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post tes atau
tes akhir proses. Tes formatif mempunyai manfaat baik bagi siswa, guru,
maupun program itu sendiri.
3) Tes sumatif
Tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok atau
sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah tes formatif
dapat disamakan dengan ulangan harian sedangkan tes sumatif dapat
disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir
semester.
2. Alat Penilaian dengan Teknik Non-Tes
Teknik non-tes adalah alat penilaian yang prosedurnya tidak sistematis
sebagaimana teknik tes. Akan tetapi, teknik non tes ini dapat dilakukan untuk
memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sikap, atau kepribadian
siswa. Menurut Daryanto (1999) berdasarkan cara pelaksanaannya, teknik non-tes
dikelompokkan sebagai berikut.
a. Skala Bertingkat
Skala bertingkat menggambarkan suatu nilai yang berwujud angka terhadap
suatu hasil penentuan. Kita dapat menilai hampir segala aspek dengan skala.
Dengan maksud agar pencatatannya objektif, maka penilaian terhadap
penampilan atau pengambaran kepribadian seseorang disiapkan dalam bentuk
skala.
a. Kuesioner
Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioer adalah
sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur.
Dengan kuesioner ini orang akan dapat mengetahui tentang keadaan atau data
diri, pengalaman, pengetahuan sika atau pendaatnya dan lain-lain. Tentang
macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi:
1. Ditinjau dari beberaa segi siapa yang menjawab:
a. Kuesioner langsung
Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan
diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
b. Kuesioner tidak langsung
Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi
oleh bukan orang yang diminta keterangannya.
2. Ditinjau dari segi cara menjawab
a. Kuesionar tertutup
Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan
pilihan jawaban langkah sehingga pengisi hanya tinggal member tanda
ada jawaban yang dipilih.
b.Kuesioner terbuka
Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa
sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendaatnya. Kuesioner
terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum tererinci
dengan jelas sehingga jawabannya akan beranekaragam. Keterangan
tentang alamat pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih
pilihan jawaban yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan
untuk meminta pendapat seseorang.

c. Daftar Cocok
Daftar cocok adalah deretan pertanyaan yang singkat serta mudah dipahami
oleh penjawabnya dengan cara menconteng saja, contoh: Berikanlah tanda
conteng pada kolom yang sesui dengan pendapatnya.
d. Wawancara
Wawancara juga disebut dengan interview, secara umum adalah proses
pengumpulan keterangan yang dilakukan dengan tanya jawab lisan sepihak,
bertatap muka langsung, dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Wawancara dapat dibedakan dengan dua jenis: 1. wawancara terpimpin, yang
materi pertanyaannya telah terstruktur dengan tujuannya, 2. wawacara bebas,
yang materi yang ditanyakan bebas tidak terstruktur akan tetapi mempunyai
tujuan. Objeknya bisa pada siswa langsung atau orang tuanya.

e. Pengamatan
Pengamatan atau observasi adalah sebuah cara menghimpun data yang
dilakukan oleh guru kepada peserta didiknya dengan cara pengamatan yang
teliti dan mencatat hasil pengamatan secara sistematis. Observasi atau
pengamatan dapat dibedakan menjadi 3 bentuk:
1. Pengamatan partisipan adalah pengamatan yang pengamatnya langsung
memasuki dan mengikuti kegiatan yang sedang diamati. Seperti
pengamatan tentang pertanian, maka pengamat harus bergabung menjadi
petani.
2. Pengamatan sistematik adalah observasi dimana faktor yang diamati sudah
didaftar secara sistematis, dan sudah diatur menurut kata gorinya.
Pengamatan ini dilakukan di luar dari kelompok yang ingin diamati.
3. Pengamatan eksperimental akan terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi
dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsure-unsur
penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi dapat diatur sesuai
dengan tujuan evaluasi.

f. Riwayat hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalm
masa kehiduannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi
akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan dan sikap
dari objek yang dimulai.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengukuran (measurement) adalah pemberian angka kepada suatu


atribut atau karakteristik tertentu yant dimiliki oleh orang, hal, atau
objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas.Bersifat
kuantitatif.
2. Penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung
arti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri
atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai
atau bodoh dan sebagainya. Jadi penilaian itu sifatnya adalah kualitatif.
3. Unsur-Unsur Penilaian Pendidikan:
a. Valid atau sahih
b. Objektif
c. Transparant atau terbuka
d. Adil
e. Terpadu
f. Menyeluruh dan berkesinambungan
g. Sistematis
h. Akuntabel
i. Beracuan pada kriteria
4. Alat ukur hasil pembelajaran baik tes maupun non tes. Teknik non tes
meluputi; skala bertingkat (Rating scale), Kuesioner (Question air),
daftar cocok (Ceklist), wawancara (Interview), Pengamatan
(Observation).Sedangkan teknik tes meliputu; tes diagnostic, tes
formatif, dan tes sumatif.

DAFTAR PUSTAKA

Supriyadi,G. 2011. Pengantar Teknik Evaluasi Pembelajaran. Intimedia Wisma Kalimetro.


Malang
Asrul., Rusyadi., Ananda, R. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Cipta Pustaka Media. Bandung

Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.


Widoyoko, E. P. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://repositori.kemdikbud.go.id/8510/1/Modul_H_Pedagogi_Layout_Matematika
%20Teknik_layout%2014.08.2018.pdf

Anda mungkin juga menyukai