Anda di halaman 1dari 12

1.

Pengukuran hasil belajar dapat diartikan sebagai kegiatan untuk membandingkan hasil
belajar dengan standar yang ditetapkan (kriteria ketuntasan minimal).
Pengukuran hasil belajar bersifat kuantitatif, sehingga dinyatakan secara numerik.
Dengan demikian, pengukuran dapat dijadikan sebagai instrumen untuk melakukan
penilaian.

Penilaian hasil belajar adalaj proses pengambilan keputusan dengan menggunakan


informasi yang diperoleh dari pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan tes
maupun nontes.
Penilaian hasil belajar bersifat kualitatif dan dinyatakan dalam bentuk deskrispi
kalimat. Penilaian dalam pembelajaran bertujuan untuk mendapatkan berbagai
informasi belajar peserta didik secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh.

Sedangkan evaluasi hasil belajar merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan nilai, kriteria, keputusan atau tindakan dari pembelajaran yang telah
dilakukan.

2. Melalui evaluasi pembelajaran siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil
mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Apakah siswa merasa puas atau tidak
puas atas hasil yang diperolehnya. Bila hasilnya bagus akan menyenangkan dan dapat
menambah semangat belajar siswa, sementara bila hasil tidak bagus maka ia akan
berusaha agar penilaian berikutnya memperoleh hasil yang memuaskan.

3. Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian. Proses evaluasi


dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil
dan pelaporan.

Contoh: pada ulangan harian, Aisyah dapat menjawab tiga dari lima pertanyaan tes
uraian tetapi pada ulangan harian sebelumnya Aisyah hanya dapat mengerjakan dua
dari lima butir soal yang disediakan. Dari data tersebut dinyatakan bahwa Aisyah telah
mengalami kemajuan dalam belajar. Ini berarti pembelajaran yang dilakukan cukup
berhasil. Dari contoh tersebut, sebenarnya telah dilakukan tes, pengukuran, asesmen,
dan evaluasi.
Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada Aisyah adalah contoh alat ukur untuk
mengukur hasil belajar Aisyah. Alat ukur tersebut mengacu pada pengertian tes.
Keberhasilan Aisyah menjawab dengan benar tiga dari lima pertanyaan merupakan
hasil pengukuran. Penggunaan alat ukur yang menghasilkan angka-angka ini mengacu
pada pengertian pengukuran. Setelah membandingkan hasil ulangan harian pertama dan
kedua, dinilai bahwa Aisyah telah meningkat hasil belajarnya. Pernyataan ini mengacu
pada pengertian asesmen. Sedangkan pernyataan tentang keberhasilan pembelajaran
yang telah dilakukan telah mengacu pada pengertian evaluasi.

4. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan informasi/data


tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan
aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis yang dilakukan
untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui
penugasan dan evaluasi hasil belajar.

5. Pembagian Kelompok Instrumen Evaluasi. Pada dasarnya instrumen evaluasi


pembelajaran dapat dibagi dua yaitu tes dan non-tes.
 Kelompok Tes
Yang termasuk kelompok tes adalah tes prestasi belajar, tes intelegensi, tes bakat,
dan tes kemampuan akademik,
 Kelompok Non-Tes
Yang termasuk dalam kelompok non tes ialah skala sikap, skala penilaian, observasi,
wawancara, angket dokumentasi dan sebagainya.

6. Ranah pengukuran dalam penilaian hasil belajar meliputi kognitif, afektif dan
keterampilan.
1. Ranah Penilaian Kognitif
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya
kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan
kemampuan mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan
kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan
hafalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan
masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada
tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam
situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan
informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan
pendapat serta menemukan hubungan sebab—akibat. Pada tingkat sintesis, peserta
didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya
sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik
mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di
dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada
kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan
menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk
memecahkan masalah tersebut.
Dengan demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan
tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke
tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan
dengan aspek belajar yang berbeda-beda. 
Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan
ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau
isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans.

Contohnya siswa dibina kompetensinya menyangkut kemampuan melukis jaring-jaring


kubus. Namun, untuk dapat melukis jaring-jaring kubus setidaknya diperlukan
pengetahuan (kognitif) tentang bentuk-bentuk jaring kubus dan cara-cara melukis garis-
garis tegak lurus.

2. Ranah Penilaian Afektif


Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan
sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan
emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang
termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat
atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya
cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan
yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif
atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk.
Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai
negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik
afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas,
atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif
yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi
terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa
merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang
namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila
menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target
kecemasannya adalah tes.
Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap,
minat, konsep diri, nilai, dan moral.
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut
sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan
melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan
pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa
dan perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam
ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
 Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala,  kesadaran,
kerelaan, mengarahkan perhatian
 Merespon,  meliputi merespon secara  diam-diam, bersedia merespon, merasa  puas 
dalam merespon, mematuhi peraturan
  Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen
terhadap nilai
 Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan
abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai
Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya.
Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar
berlangsung.

3. Ranah Penilaian Keterampilan


Dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup
persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung
yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung
dengan cara mengetes peserta didik.
Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau
pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik
dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain,
observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik.
Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik,
partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar.
Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat
terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak
diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi.
Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara
bebas dalam bentuk uraian mengenai tingkah laku yang tampak untuk diobservasi,
bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (√) pada kolom jawaban hasil observasi.
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau
kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik.
Tes tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan
tes unjuk kerja.
 Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik,
sehingga  peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan
bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah  menggunakan suatu alat yang
sebenarnya.
 Tes unjuk kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan 
sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah
menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik
pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan yang sebenarnya

Tes simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi
langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi
dapat menggunakan daftar cek (check-list) ataupun  skala penilaian (rating scale). 
Psikomotorik  yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian
terentang dari  sangat baik, baik, kurang, kurang, dan tidak baik.
Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah
psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam
kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya
sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor. Pengukuran hasil belajar ranah
psikomotor menggunakan tes unjuk kerja atau lembar tugas.

Contohnya kemampuan psikomotor yang dibina dalam belajar matematika misalnya


berkaitan dengan kemampuan mengukur (dengan satuan tertentu, baik satuan baku
maupun tidak baku), menggambar bentuk-bentuk geometri (bangun datar, bangun
ruang, garis, sudut,dll) atau tanpa alat. Contoh lainnya, siswa dibina kompetensinya
menyangkut kemampuan melukis jaring-jaring kubus. Kemampuan dalam melukis
jaring-jaring kubus secara psikomotor dapat dilihat dari gerak tangan siswa dalam
menggunakan peralatan (jangka dan penggaris) saat melukis. Secara teknis penilaian
ranah psikomotor dapat dilakukan dengan pengamatan (perlu lembar pengamatan) dan
tes perbuatan.

7. Untuk menjawab test objektif tidak banyak memakai waktu. Reabilitasnya lebih tinggi
kalau di bandingkan dengan test Essay, karena penilainnya bersifat  objektif. Pemberian
nilai dan cara menilai test objektif lebih cepat dan mudah karena tidak menuntut
keahlian khusus dari pada si pemberi nilai. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya
karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi. Untuk
menjawab test objektif tidak banyak memakai waktu. Pemeriksaanya dapat diserahkan
orang lain. Tes Objektif tidak memperdulikan penguasaan bahasa, sehingga mudah
dilaksanakan.

8. Tes uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes
uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk
menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan
bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-
kata dan bahasa sendiri.
Kelebihan Test Uraian yaitu:
 Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri.
 Murid tidak dapat menerka- nerka jawaban soal.
 Test ini sangat cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu proses belajar
yang kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan test objektif.
 Derajad ketepatan dan kebenaran murid dapat dilihat dari kalimat- kalimatnya.
 Jawaban diungkapakan dalam kata- kata dan kalimat sendiri, sehingga test ini dapat
digunakan untuk melatih penyusunan kalimat dengan bahasa yang baik, benar, dan
cepat.
 Test ini digunakan dapat melatih peserta didik untuk memilih fakta yang relevan
dengan persoalan, dan Sukar dinilai secara tepat mengorganisasikannya sehingga
dapat mengungkapkan satu hasil pemikiran yang terintegrasi secara utuh.

9. Setiap sekolah perlu untuk menentukan Standar Ketuntasan Minimal (KKM)-nya


masing-masing sesuai dengan keadaan sekolah dimana sekolah itu berada. Artinya
antara sekolah A dengan sekolah B bisa KKM-nya berbeda satu sama lainnya.
Sesuai dengan petunjuk yang ditetapkan oleh BSNP maka ada beberapa rambu-rambu
yang harus diamati sebelum ditetapkan KKM di sekolah. Adapun rambu-rambu yang
dimaksud adalah :
1) KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran.
2) KKM ditetapkan oleh forum MGMP sekolah.
3) KKM dinyatakan dalam bentuk prosentasi berkisar antara 0-100, atau rentang nilai
yang sudah ditetapkan.
4) Kreteria ditetapkan untuk masing-masing indikator idealnya berkisar 75 %
5) Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah kreterian ideal ( sesuai kondisi sekolah)
6) Dalam menentukan KKM haruslah dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan
rata-rata peserta didik, kompleksitas indikator, serta kemampuan sumber daya
pendudkung.
7) KKM dapat dicantumkan dalam LHBS sesuai model yang ditetapkan atau dipilih
sekolah.

Dari berbagai rambu-rambu yang ada itu, selanjutnya melalui kegiatan Musyawarah
Guru Bidang Study (MGMP) maka akan dapat diperoleh berapa KKM dari masing-
masing bidang study.
Ada beberapa kreteria penetapan KKM yang dapat dilaksanakan , diantaranya :
1) Kompleksitas indikator ( kesulitan dan kerumitan)
2) Daya dukung ( sarana dan prasarana yang ada, kemampuan guru, lingkungan, dan
juga masalah biaya)
3) Intake siswa ( masukan kemampuan siswa )

Kemudian dalam menafsirkan KKM dapat pula dilakukan dengan beberapa cara,
dainataranya :
1) Dengan cara memberikan point pada setiap kreteria yang ditetapkan (dalam bentuk
%):
a) Kompleksitas: (tingkat kesulitan/ kerumitan )
Kompleksitas tinggi pointnya = 1
Kompleksitas sedang pointnya = 2
Kompleksitas rendah pointnya = 3
b) Daya dukung : (Sarana/ prasarana, kemampuan guru, lingkungan dan biaya)
Daya dukung tinggi pointnya = 3
Daya dukung sedang pointnya = 2
Daya dukung rendah pointnya = 1
c) Intake Siswa : (masukan kemampuan siswa)
Intake siswa tinggi pointnya = 3
Intake siswa sedang pointnya = 2
Intake siswa rendah pointnya = 1

Contoh :
Jika indikator memiliki kreteria sebagai berikut:
Kompleksitas rendah =3, daya dukung tinggi =3, intake siswa sedang = 2, maka
KKM-nya adalah (3 + 3 + 2) x 100 = 88,89 %

2) Dengan menggunakan rentang nilai pada setiap kreteria, yakni :


a) Kompleksitas: (tingkat kesulitan / kerumitan)
Kompleksitas tinggi rentang nilainya = 50-64
Kompleksitas sedang rentang nilainya = 65-80
Kompleksitas rendah rentang nilainya = 81-100
b) Daya dukung: ( Sarana/ prasarana, kemampuan guru, lingkungan dan biaya)
Daya dukung tinggi rentang nilainya = 81-100
Daya dukung sedang rentang nilainya = 65-80
Daya dukung rendah rentang nilainya = 50-64
c) Intake Siswa : ( masukan kemampuan siswa)
Intake siswa tinggi rentang nilainya = 81-100
Intake siswa sedang rentang nilainya = 65-80
Intake siswa rendah rentang nilainya = 50-64

Jika indikatyor memiliki Kreteria sebagai berikut: kompleksitas sedang, daya


dukung tinggi, dan intake sedang, maka KKM-nya adalah rata-rata setiap unsur dari
kreteria yang telah kita tentukan. ( Dalam menentukan rentang nilai dan
menentuikan nilai dari setiap kreteria perlu kesepakatan dalam forum MGMP).

Contoh:
Kompleksitas sedang =75, daya dukung tinggi= 90, intake sedang = 70 maka KKM-
nya adalah ( 75 + 90 +70) = 78,3

3) Dengan cara memberikan pertimbangan profesional judgment pada setiap kreteria


untuk menetapkan nilai :
a) Kompleksitas: ( tingkat kesulitan / kerumitan )
Kompleksitas tinggi
Kompleksitas sedang
Kompleksitas rendah
b) Daya dukung : ( Sarana/ prasarana, kemampuan guru, lingkungan dan biaya)
Daaya dukung tinggi
Daya dukung sedang
Daya dukung rendah
c) Intake Siswa : ( masukan kemampuan siswa)
Intake siswa tinggi
Intake siswa sedang
Intake siswa rendah

Contoh :
Jika indikator memiliki kreteria sebagai berikut : kompleksitas rendah, daya dukung
tinggi dan intake siswa sedang, maka dapat dikatakan bahwa dari ketiga komponen
diatas hanya satu komponen saja yang mempengaruhi untuk mencapai ketuntasan
masimal 100 yaitu intake (sedang). Jadi dalam hal ini guru dapat menetapkan
kreteria ketuntasan antara 90-80. ( Pedoman penetapa KKM dar BSNP, 2006)

10. Menurut saya kaidah penyusunan soal tersebut masing kurang lengkap, seperti
kurangnya indikator soal, kunci jawaban, dan penskoran. Kalau mengenai perakitan
soal berdasarkan kisi-kisi nya sudah tepat, hanya saja kata-katanya bisa lebih rinci dan
lebih jelas.

11. Dalam kegiatan untuk mengumpulkan informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari
berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil belajar dan
perkembangan belajar siswa. Berbagai jenis tagihan yang digunakan dalam penilaian
antara lain: kuis, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan akhir
semester, laporan kerja dan lain sebagainya. Contoh: guru memberi tugas kepada siswa
untuk mengarang yang harus dikumpulkan pada tanggal yang telah ditetapkan. Setelah
siswa mengumpulkan karangan, guru memeriksa dan memberi umpan balik kepada
siswa untuk diperbaiki lagi. Hasil pemeriksaan dikembalikan kepada siswa untuk
diperbaiki. Siswa kemudian memperbaiki karangannya sesuai dengan masukan guru.
Setelah memperbaiki karangannya, siswa mengumpulkan kembali karangannya kepada
guru untuk dinilai. Dari kegiatan seperti ini, guru dapat menilai hasil dan
perkembangan belajar siswa.
12. Guru dalam mengoreksi jawaban peserta didik untuk setiap nomor. Misalnya, guru
mengoreksi jawaban nomor satu untuk seluruh peserta didik, kemudian dilanjutkan
dengan mengoreksi nomor dua dan seterusnya. Keunggulan metode ini membantu
guru dalam memberikan nilai, karena mempermudah guru dalam menilai kualitas
jawaban peserta didik itu berbeda-beda. Kelemahan metode pernomor ini sangat
membutuhkan waktu yang cukup lama

13. Pedagogik adalah kajian yang mempelajari tentang bagaimana cara menghadapi anak
didik di dunia pendidikan. Selain itu pedagogik adalah ilmu yang wajib dikuasai oleh
para tenaga pengajar, sebab di dalamnya terdapat kajian membahas proses
pembelajaran, interaksi guru - pelajar, dan cara mengelola tempat belajar-mengajar.

Sehingga dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik


adalah suatu kemampuan yang dimiliki seorang tenaga pengajar dalam mendidik para
peserta didiknya.
Berikut tujuh aspek dalam penilaian kompetensi pedagogik adalah:
1) Menguasai Karakteristik Peserta Didik
Dalam hal ini, guru harus mencatat karakteristik peserta didiknya untuk membantu
dalam proses pembelajaran.
2) Menguasasi Teori dan Prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran dengan karakteristik peserta
didik, serta memberikan motivasi mereka agar giat belajar.
3) Pengembangan Kurikulum
Guru harus merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus, supaya
peserta didiknya mampu mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan.
4) Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai kurikulum dan mengkaitkannya
dengan konteks kehidupan sehari-hari.
5) Pengembangan Potensi Peserta Didik
Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik dengan menyesuaikan
cara belajarnya masing-masing.
6) Komunikasi dengan Peserta Didik
Menanggapi pertanyaan dari peserta didik secara tepat dan benar sesuai dengan isi
kurikulum, serta tanpa mempermalukannya.
7) Penilaian dan Evaluasi
Menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik yang sulit, sehingga bisa
mengetahui kelemahan masing-masing peserta didik.

14. Daya serap diartikan sebagai suatu kemampuan peserta didik untuk menyerap atau
menguasai materi yang dipelajarinya sesuai dengan bahan mata pelajaran yang
diajarkan gurunya.

15. Soal ditempatkan pada tingkat kesukaran dan kemampuan peserta didik yang telah
disamakan skalanya. Bila tes sudah disamakan skalanya, siapapun yang mengambil tes
pada paket yang mudah, sedang, dan sukar, masing-masing tes masih berada pada skala
yang sama dan bisa dibandingkan. Oleh karena itu, tes yang diberikan kepada peserta
didik sudah selayaknya harus sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Apabila
kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan guru itu tinggi
(sudah tercapai target kompetensinya), peluang menjawab benar soal pasti tinggi.
Namun sebaliknya bila kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang
diajarkan guru itu rendah (belum tercapai target kompetensinya), peluang menjawab
benar soal pasti rendah.

16. Menurut saya soal tersebut belum sesuai dengan indikatornya, karena didalam soal
diminta mencari luas persegi panjang, sedangkan didalam indikator diminta mencari
keliling persegi panjang.

Anda mungkin juga menyukai