Objek Pendidikan
Yang dimaksud dengan objek atau sasaran pendidikan ialah segala sesuatu yang
bertalian dengan kegiatan/proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat
perhatian/pengamatan. Karena pihak penilai/evaluator ingin memperoleh informasi tentang
kegiatan/proses pendidikan tersebut. Salah satu cara untuk mengetahui objek dari
pendidikan adalah dengan jalan menyorotinya dari tiga segi yaitu segi input ; transformasi;
dan output.
A. Input
Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah, input tidak
lain adalah calon siswa. Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari segi yang
menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk mengukur.
Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal:
Kemampuan
Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan
bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian sangat
diperlukan, sebab baik-buruknya kepribadian secara psikologis akan dapat mempengaruhi
mereka dalam mengikuti program pendidikan. Alat untuk mengetahui kepribadian
seseorang disebut Personality Test.
Sikap
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala
ataugambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan
sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka informasi
mengenai sikap seseorang penting sekali. Alat untuk mengetahui keadaan sikap seseorang
dinamakan Attitude Test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka disebut dengan Attitude
Scale.
Inteligensi
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala
ataugambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan
sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka informasi
mengenai sikap seseorang penting sekali. Alat untuk mengetahui keadaan sikap seseorang
dinamakan Attitude Test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka disebut dengan Attitude
Scale.
B. Transformasi
Transformasi yang dapat diibaratkan sebagai “mesin pengolah bahan mentah menjadi
barang jadi”, akan memegang peranan yang sangat penting. Ia dapat menjadi factor penentu
yang dapat menyebabkan keberhasilan atau kegagalan dalam upaya pencapaian tujuan
pendidikan yang telah ditentukan ; karena itu objek-objek yang termasuk dalam
transformasi itu perlu dinilai/dievaluasi secara berkesinambungan. Unsur-unsur dalam
transformasi yang menjadi objek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang
diharapkan antara lain :
1. Kurikulum/materi pelajaran,
4. System administrasi,
C. Output
Sasaran dari segi output adalah tingkat pencapaian atau prestasi belajar yang berhasil
diraih peserta didik setelah mereka terlibat dalam proses pendidikan selama jangka waktu
yang telah ditentukan. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut
Achievement Test.
Subjek Pendidikan
Adapun apabila sasaran yang dievaluasi adalah kepribadian peserta didik, di mana
pengukuran tentang kepribadian itu dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa tes
yang sifatnya baku (Standardized Test), maka subjek evaluasinya tidak bisa lain kecuali
seorang psikolog; yaitu seseorang yang memang telah dididik untuk menjadi tenaga ahli
yang profesional dibidang psikologi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa disamping
alat-alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur kepribadian seseorang itu sifatnya
rahasia, juga hasil-hasil pengukuran yang diperoleh dari tes kepribadian itu, hanya dapat
diinterpretasi dan disimpulkan oleh para psikolog tersebut, tidak mungkin dapat dikerjakan
oleh orang lain.
A. Kompetensi Guru
Kompetensi
Kompetensi/kemampuan kognitif.
Kompetensi afektif.
Kompetensi psikomotor.
Kepribadian
Kepribadian seorang guru juga mempunyai pengaruh yang besar dalam proses belajar
mengajar. Pengaruh tersebut lebih dikenakan pada tujuan pembelajaran siswa karena hal itu
erat kaitannya dengan guru yang bersangkutan. Kepribadian guru tersebut melbatkan hal
seperti nilai, semangat bekerja, sifat atau karakteristik, dan tingkah laku. Sebagai manusian
seorang guru mempunyai nilai (values) yang diimplementasikan saat ia berbicara dan
bertingkahlaku di depan kelas. Sebagai contoh, rasa tanggung jawab untuk melakukan
sesuatu hal, kesediaan membantu orang lain, berkorban, dan lain-lain. Termasuk dari
tuntutan kurikulum dan buku, guru juga harus bias menyampaikan perasan yang terkandung
di dalamnya yang berkaitan dengan nilai kehidupan kepada siswa.
B. Kompetensi Siswa.
Disamping guru, keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar juga mempunyai
pengaruh yang sangat besar. Seperti layaknya guru yang sudah dijelaskan sebelumnya,
sebagai manusia, siswa mempunyai 2 aspek yaitu kompetensi dan kepribadian. Kompetensi
tersebut juga meliputi hal yang sama yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kompetensi siswa merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk menerima
dan menerapkan semua materi yang telah disampaikan oleh guru kepada mereka.
Kompetensi kognitif siswa merupakan kemampuan siswa dalam mengembagkan cara
berpikirnya dalam menerima materi. Kompetensi afektif adalah kemampuan siswa dalam
membangun motivasi bagi diri mereka sendiri sehingga tercipta kesiapan untuk
melaksanakan proses belajar. Sedangkan kompetensi psikomotor merupakan kemampuan
yang melibatkan gerakan tubuh siswa sebagai hasil pembelajaran yang ia serap dari proses
belajar.
Entering behavior adalah gambaran tentang kesiapan siswa. Kesiapan yang paling
penting diketahui guru ialah kesiapan siswa dalam hal pengetahuan dan keterampilan
dihubungkan dengan tujuan pengajaran; karena entering behavior mampu menjelaskan
kapan pengajaran harus dimulai. Secara keseluruhan ada 4 hal yang harus diperhitungkan
dalam menentukan entering behavior siswa.
1. Kesiapan
Ini yang pertama dan paling utama. Teknik yang paling mudah dalam menentukan
kesiapan ialah menyelenggarakan pretest. Isi pretest disini bukan mengenai bahan yang akan
diajarkan melainkan mengenai bahan yang mendahuluinya (prerequisite-nya) tes mengenai
penguasaan bahan dapat mempermudah siswa mempelajari bahan yang akan diajarkan.
2. Kematangan
Ini adalah konsep yang menyangkut keadaan biologis dan psikologis yang sering
disebut dengan istilah masa peka. Entering behavior siswa yang menyangkut kematangan
dapat ditetapkan dengan cara mengajukan pertanyaan. Apakah sudah tepat waktunya
mengajarkan bahan tersebut pada siswa.secara teoritis kematangan siswa untuk mempelajari
bahan baru ditentukan dengan menggunakan teori-teori biologi dan psikologi. Teori-teori
itu dapat menjelaskan masa-masa peka manusia pada umumnya. Kesiapan dan kematangan
merupakan dua pertimbangan entering behavior yang amat erat hubungannya. Siswa yang
belum matang (peka) tentu saja belum siap, tetapi siswa yang belum siap mungkin saja
sudah matang.
3. Perbedaan individu
Dalam pengajaran, guru harus mempertimbangkan perbedaan individu. Ini adalah salah
satu ciri pengajaran modern yang mengangggap manusia adalah makhluk individual, yang
tidak dapat diperlakukan dengan cara yang sama. Perbedaan individu itu banyak seginya.
Yang penting dalam menentukan entering behavior siswa adalah perbedaan umur, jenis
kelamin, dan perbedaan dalam pengetahuan. Pertimbangan mengenai umur akan
mempengaruhi cara mengajar, evaluasi, penggunaan alat, dan lain-lain. Cara mengajar
dengan menggunakan metode diskusi misalnya, jelas ditentukan juga entering behavior
berapa umur siswa. Anak kecil belum dapat diajar dengan menggunakan metode diskusi.
Pemilihan bahan juga ditentukan oleh pertimbangan umur siswa.
Teori-teori tentang kepribadian termasuk bagian yang sulit dalam psikologi. Ada siswa
yang kepribasiannya terbuka dan ada yang tertutup; ada yang pendiam ada yang lincah; ada
yang menyenangi keterusterangan ada yang menyukai sindiran berupa kalimat bersayap;
ada yang senang bergaul ada yang suka menyendiri; ada yang gampang tersinggung tetapi
banyak yang tidak mudah tersinggung; ada yang dengan mudah memaafkan dan ada sedikit
yang tidak mudah member maaf kepada temannya yang bersalah sekalipun tidak sengaja.
Tujuan utama menentukan entering behavior siswa ialah agar guru dapat
menyelesaikan pengajaran yang efektif dan efisien. Keputusan kita tentang entering
behavior siswa akan menentukan pemilihan materi pengajaran, bentuk interaksi (metode),
pemilihan alat, evaluasi, dan lain-lain.
Setiap kegiatan belajar mengajar pasti mempunyai tujuan tertentu. Tujuan tersebut
bertahap dan berjenjang mulai dari sangat operasional dan konkret sampai yang bersifat
universal. Tujuan itu pada akhirnya harus diterjemahkan dalam ciri-ciri / sifat-sifat wujud
perilaku dan pribadi dari manusia yang dicita-citakan. Sistem pendidikan harus melahirkan
para warga Negara yang memiliki empat kemampuan, kecakapan dan sifat utama, yaitu :
Civil responsibility, manusia harus memiliki tanggung jawab sebagai warga negara
Meskipun terdapat keragaman dari berbagai paham dan teori tentang makna perbuatan
belajar, namun teori manapun pada akhirnya cenderung untuk sampai pada konsensus
bahwa hasil perbuatan belajar itu dimanifestasikan dalam perubahan perilaku dan pribadi
baik secara material-substansial, struktural-fungsional, maupun secara behavioral. Tingkat
dan jenis karakteristik perilaku siswa yang telah dimilikinya pada saat akan memasuki
kegiatan belajar mengajar inilah yang dimaksudkan denganEntering Behavior. Entering
Behavior ini akan dapat kita identifikasikan dengan berbagai cara, antara lain :
Dengan mengetahui gambaran tentang entering behavior, siswa akan memberikan banyak
sekali bantuan kepada guru, antara lain :
3) Dengan membandingkan nilai hasil pre-test dengan nilai hasil akhir, guru akan
memperoleh indikator yang menunjukkan seberapa banyak perubahan perilaku yang terjadi
pada siswa.
Mengingat hakikat perubahan perilaku itu dapat berupa penambahan, peningkatan hal-
hal baru terhadap hal lama yang telah dikuasai, atau bahkan berupa pengurangan terhadap
perilaku lama yang tidak diinginkan (merokok, mencontek, dsb) , maka sekurang-kurangnya
ada tiga dimensi dari entering behavior itu yang perlu diketahui guru adalah :
a. Batas-batas cangkupan ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki dan
dikuasai siswa.
b. Tingkatan dan urutan tahapan materi pengetahuan, terutama kawasan pola-pola sambutan
atau kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang telah dicapai dan dikuasai siswa.
a) Sejauh mana batas-batas materi pengetahuan yang telah dikuasai dan diketahui oleh siswa
yang akan diajar.
b) Tingkat dan tahap serta jenis kemamupuan manakah yang telah dicapai dan dikuasai
siswa yang bersangkutan.
c) Apakah siswa sudah cukup siap dan matang untuk menerima bahan dan pola-pola
perilaku yang akan diajarkan.
d) Seberapa jauh motivasi dan minat belajar yang dimiliki oleh siswa sebelum belajar
dimulai.
Daftar Pustaka