Anda di halaman 1dari 12

JENIS-JENIS FEEDBACK

- Representative feedback
Komunikannya bersifat heterogen, maka dalam hal ini biasanya umpan balik didapatkan dalam
bentuk sample dari beberapa komunikan yang menjadi perwakilan (representative).

- Comulative feedback
Umpan balik ditampung dahulu, cocok untuk siswa yang homogen.

- Quantitative feedback

Umpan balik yang datang pada umumnya diukur dengan jumlahnya (kuantitas).

- Institutionalized feedback

Umpan balik yang diupayakan oleh lembaga, yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung
khalayak untuk mengumpulkan pendapatnya, kemudian dianalis oleh lembaga tersebut.

PRINSIP PENILAIAN

1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat,
status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang
ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur,
maupun hasilnya.

KOMPETENSI GURU

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik Guru adalah kemampuan atau keterampilan guru yang bisa mengelola
suatu proses pembelajaran atau interaksi belajar mengajar dengan peserta didik.

7 aspek dalam Kompetensi Pedagogik :

 Karakteristik para peserta didik. Karakteristik yang perlu dilihat meliputi aspek
intelektual, emosional, sosial, moral, fisik, dll.
 Teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik. Menggunakan pendekatan
tertentu dengan menerapkan strategi, teknik atau metode yang kreatif.
 Pengembangan kurikulum. Guru harus bisa menyusun silabus dan RPP sesuai dengan
ketentuan dan kebutuhan.
 Pembelajaran yang mendidik. Guru tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran,
namun juga melakukan pendampingan. Materi pelajaran dan sumber materi harus bisa
dioptimalkan untuk mencapai tujuan tersebut.
 Pengembangan potensi para peserta didik. Guru harus mampu menganalisis potensi
peserta didik yang berbeda-beda dan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai,
supaya setiap peserta didik bisa mengaktualisasikan potensinya.
 Cara berkomunikasi. Guru juga harus berkomunikasi dengan santun dan penuh empati
pada peserta didik.
 Penilaian dan evaluasi belajar. Penilaiannya meliputi hasil dan proses belajar. Dilakukan
secara berkesinambungan. Evaluasi terhadap efektivitas pembelajaran juga harus bisa
dilakukan.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi Kepribadian berkaitan dengan karakter personal. Ada indikator yang


mencerminkan kepribadian positif seorang guru yaitu: supel, sabar, disiplin, jujur, rendah hati,
berwibawa, santun, empati, ikhlas, berakhlak mulia, bertindak sesuai norma sosial & hukum,
dll.
3. Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional Guru adalah kemampuan atau keterampilan yang wajib dimiliki supaya
tugas-tugas keguruan bisa diselesaikan dengan baik.

Indikator Kompetensi Profesional Guru diantaranya adalah:

 Menguasai materi pelajaran yang diampu, berikut struktur, konsep, dan pola pikir
keilmuannya.
 Menguasai Standar Kompetensi (SK) pelajaran, Kompetensi Dasar (KD) pelajaran, dan
tujuan pembelajaran dari suatu pelajaran yang diampu.
 Mampu mengembangkan materi pelajaran dengan kreatif sehingga bisa memberi
pengetahuan dengan lebih luas dan mendalam bagi peserta didik.
 Mampu bertindak reflektif demi mengembangkan keprofesionalan secara kontinu.
 Mampu memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam proses pembelajaran
dan juga pengembangan diri.

4. Kompetensi Sosial

Kompetensi Sosial berkaitan dengan keterampilan komunikasi, bersikap dan berinteraksi


secara umum, baik itu dengan peserta didik, sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua
siswa, hingga masyarakat secara luas.

Indikator dari Kompetensi Sosial Guru diantaranya:

 Mampu bersikap inklusif, objektif, dan tidak melakukan diskriminasi terkait latar
belakang seseorang, baik itu berkaitan dengan kondisi fisik, status sosial, jenis kelamin,
ras, latar belakang keluarga, dll.
 Mampu berkomunikasi dengan efektif, menggunakan bahasa yang santun dan empatik.
 Mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
 Mampu beradaptasi dan menjalankan tugas sebagai guru di berbagai lingkungan dengan
bermacam-macam ciri sosial budaya masing-masing.

PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar di mana guru mengaitkan materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa. Guru akan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan tersebut dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan ini menekankan pengembangan diri siswa melalui proses berpikir kritis. Jadi guru
tidak akan mengajarkan kepada siswa bagaimana menyelesaikan suatu persoalan atau
mengatakan benar dan salahnya suatu jawaban.

Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah pembelajaran yang bermula dari penjelasan tentang hal yang
bersifat umum, lalu diarahkan pada hal yang bersifat khusus. Guru akan menerangkan teori,
konsep dasar, dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran, kemudian diikuti penerapan
atau contoh-conthnya.

Pendekatan Induktif
Pembelajaran bermula dengan penyajian keadaan khusus yang kemudian digeneralisasikan.
Pendekatan induktif menekankan pada pengamatan terlebih dahulu, kemudian kesimpulan
diambil dari fakta-fakta yang ditemukan.

Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem-Solving)


Siswa didorong menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk
diterapkan pada pemecahan masalah yang jarang ditemui atau masih belum dikuasai. Dalam
berpikir rasional siswa dituntut menggunakan logika untuk menentukan sebab-akibat,
menganalisa, memprediksi, dan menarik kesimpulan.

Pendekatan Open-Ended
Dalam pendekatan ini tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban, tetapi lebih
menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Pertanyaannya juga bersifat
terbuka sehingga menuntut para siswa untuk berpikir secara aktif.

Pendekatan Proses
Dalam pendekatan proses guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati
proses penemuan atau penyusunan suatu konsep. Dalam pendekatan ini siswa harus bisa
mengilustrasikan atau melakukan percobaan, kemudian berhipotesis. Pendekatan ini penting
untuk melatih daya pikir dan psikomotor peserta didik.

Pendekatan Saintifik
Pendekatan ilmiah mendorong siswa untuk belajar melalui tahapan saintifik. Pendekatan
saintifik dalam Kurikulum 2013 menggunakan lima langkah, yakni mengamati, menanya,
mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
FUNGSI DAN TUJUAN PENILAIAN

A. Tujuan Penilaian

1. Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan


yang sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok peserta didik untuk ditingkatkan dalam
pembelajaran remedial dan program pengayaan.

2. Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik dalam kurun waktu
tertentu, yaitu harian, tengah semester, satu semester, satu tahun, dan masa studi satuan
pendidikan.

3. Menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan


kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta didik yang lambat atau cepat dalam
belajar dan pencapaian hasil belajar.

4. Memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya.

B. Fungsi Penilaian

1. Menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.

2. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami
kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan
program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).

3. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta
didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seseorang perlu
mengikuti remedial atau pengayaan.

4. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan perkembangan
peserta didik.
KAIDAH PENULISAN SOAL URAIAN

1. Kaidah Materi

a.  Soal harus sesuai dengan indikator

b. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus jelas.

c. Isi materi harus sesuai dengan pengukuran.

d. Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, atau tingkat kelas.

2. Kaidah Konstruksi

a. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata-kata tanya atau perintah
yang menuntut jawaban terurai, seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan,
buktikan, hitunglah. Jangan menggunakan kata tanya yang tidak menuntut jawaban uraian,
misalnya siapa, di mana, dan kapan.

b. Rumusan kalimat soal harus komunikatif, yaitu menggunakan bahasa yang sederhana dan
menggunakan kata-kata yang sudah dikenal peserta didik, serta baik dan benar dari segi kaidah
Bahasa Indonesia, jangan menggunakan kata atau kalimat yang dapat menimbulkan salah
pengertian atau dapat menimbulkan penafsiran ganda.

c. Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.

d. Buatlah pedoman penskoran segera setelah soalnya ditulis dengan cara menguraikan
komponen yang akan dinilai atau kriteria penskorannya, besarnya skor bagi setiap komponen,
serta rentang skor yang dapat diperoleh untuk soal yang bersangkutan.

e. Hal lain yang menyertai soal seperti gambar, grafik, tabel diagram dan sejenisnya yang
terdapat pada soal harus disajikan dengan jelas, berfungsi dan terbaca, artinya tidak
menimbulkan penafsiran yang berbeda dan juga harus bermakna.

3. Kaidah Bahasa

a. Soal menggunakan bahasa sederhana sesuai kaidah

b. Soal untuk skala nasional tidak boleh menggunakan bahasa daerah

c. Rumusan soal tidak menimbulkan penafsiran ganda


TES FORMATIF DAN SUMATIF

1) Tes formatif (formative test), yaitu test yang dilaksanakan setelah selesainya satu pokok
bahasan. Test ini berfungsi untuk menetukan tuntas tidaknya satu pokok bahasan.

2) Tes sumatif (summative test), yaitu test yang diberikan setelah sekumpulan satuan program
pembelajaran selesai diberikan. Disekolah test ini dikenal sebagai ulangan umum.

3) Test diagnostik (Diagnostic test), yaitu test yang dilakukan untuk menentukan secara tepat,
jenis kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu

REMIDIAL

1) pemberian bimbingan secara individu. Hal ini dilakukan apabila ada beberapa anak yang
mengalami kesulitan yang berbeda-beda, sehingga memerlukan bimbingan secara individual.

2) pemberian bimbingan secara kelompok. Hal ini dilakukan apabila dalam pembelajaran
klasikal ada beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan sama.

3) pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran
ulang dilakukan apabila semua peserta didik mengalami kesulitan. Pembelajaran ulang
dilakukan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan
tes/pertanyaan.

4) pemanfaatan tutor sebaya, yaitu peserta didik dibantu oleh teman sekelas yang telah
mencapai KKM, baik secara individu maupun kelompok.

>50% Remidial dilakukan pembelajaran ulang dengan metode berbeda

20 – 50 % remidial bimbingan kelompok

<20 % bimbingan individu

PERAN SATUAN PENDIDIKAN DALAM GERAKAN LITERASI

1. Fasilitator

Dalam hal ini, berusaha untuk menyediakan berbagai sarana


dan prasarana yang mendukung pada peningkatan kualitas literasi para pelajarnya.
Baik itu yang berupa fisik; seperti buku-buku, perpustakaan,hingga
administrasi pendataannya. Maupun yang bersifat digital. Baik itu perpus
digital, akun sosial media sekolah, dan sebagainya.

Bukan hanya itu, termasuk peran yang krusial juga


menghidupkan program ini dengan menunjuk pembinanya dan memberinya ruang untuk
berkreasi.

2. Motivator

Peran lain yang tak dapat dilupakan adalah menjadi wadah


yang mampu memotivasi siswa untuk terus meningkatkan literasinya. Salah satunya
dengan senantiasa mengarahkan dan mengingatkan para siswa untuk menjadikan
literasi sebagai sesuatu yang penting bagi mereka.

3. Legislator

Sekolah juga dapat menjadi pihak yang menyiapkan seperangkat


aturan tertulis dan berdasarkan kesepakatan. Dimana dalam pengaturannya,
didesain sedemikian rupa agar tujuan meningkatnya kemampuan literasi dapat
tercapai dengan maksimal.

Misalnya, dengan membuat program lomba membaca, membuat


laporan buku, hingga mewajibkan membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Kreativitas
dan inovasi dapat dilakukan tentunya sesuai dengan kondisi di setiap satuan
yang mungkin berbeda-beda.

4. Akselerator

Ketika fasilitas, motivasi, dan kebijakan sudah dibuat, maka


peran selanjutnya adalah menjadi akselerator yang terus menerus berpikir untuk
menambah dan mempercepat apa yang sudah dibangun.

Dalam konteks ini, tentu saja mestinya sekolah tidak cepat


puas dengan apa yang diraih. Senantisa melaksanakan evaluasi dari waktu ke
waktu untuk menambal apa yang perlu diperbaiki, yang perlu dipertahankan, dan
yang perlu ditingkatkan. Mengingat zaman terus berkembang. Begitu juga bahan
dan sumber literasi yang dapat diakses oleh para pelajar sebagai subjek dari
kegiatan ini.
KOMPONEN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

a. Konstruktivisme (Constructivism) Konstruktivisme merupakan landasan filosofis pendekatan


pembelajaran kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit
melalui sebuah proses. Menurut pandangan konstruktivisme, tugas guru adalah memfasilitasi
proses tersebut dengan cara: (a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa;
(b) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; dan (c)
menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

b. Inkuiri (Inquiry) Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual. Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan
melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan
sendiri.

c. Bertanya (Questioning) Bertanya adalah cerminan dalam kondisi berpikir. Bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya dimaksudkan untuk menggali
informasi, mengkomunikasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada
aspek yang belum diketahuinya.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community) Ketika menggunakan pendekatan pembelajaran


kontekstual di dalam kelas, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam
kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya
heterogen.

e. Pemodelan (Modeling) Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan


sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.

f. Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan ketika pembelajaran. Nilai hakiki
dari komponen ini adalah semangat instropeksi untuk perbaikan pada kegiatan pembelajaran
berikutnya.

g. Penilaian Autentik (Authentic Assessment) Penilaian autentik adalah upaya pengumpulan


berbagai data yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data
dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan pembelajaran.
PRINSIP PENGEMBANGAN SILABUS

a. Ilmiah Bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
b. Prinsip Relevansi Prinsip relevansi memberikan arahan bahwa cakupan, kedalaman, tingkat
kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus harus sesuai dengan tingkat
perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik. Prinsip
relevansi ini juga mendasari pemilihan materi, strategi dan pendekatan dalam kegiatan
pembelajaran, penetapan waktu, pertimbangan pemilihan sumber dan media pembelajaran,
dan strategi penialian hasil pembelajaran.

c. Prinsip Sistematis
Prinsip sistematis memberikan arahan bahwa penyusunan silabus hendaknya bersifat sistemik
dan sistematik. Jika silabus dipandang sebagai sistem garis besar program pembelajaran
bersifat sistemik, komponen silabus hendaknya bersifat sinergis dalam pencapaian kompetensi
dasar. Jadi komponen-komponen dalam silabus harus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi karena silabus pada dasarnya merupakan suatu sistem, oleh
karena itu dalam penyusunannya harus dilakukan secara sistematis. Kompetensi dasar
hendaknya menjadi acuan dalam mengembangan indikator, materi standar, penetuan waktu,
pemilihan sumber dan media pembelajaran dan standar penilaian.  

d. Prinsip Konsistensi
Prinsip Konsistensi memberi arahan bahwa dalam pengembangan silabus terjadi hubungan
yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan instrumen penilaian bersifat searah dala rangka
pencapaian standar kompetensi.  

e. Prinsip Memadai
Prinsip ini memberi arahan bahwa cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian cukup memadai untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar.  

f. Prinsip Aktual dan Kontekstual


Prinsip ini memberi arahan bahwa cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi yang
terwujud dalam realitas kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat di
tengah perkembangan masyarakat dan IPTEK. Kontekstual berarti pengembangan silabus
hendaknya sesuai dengan konteks zaman dan kehidupan peserta didik.
g. Prinsip Fleksibelitas
Prinsip ini memberi arahan bahwa keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi
keragaman peserta didik, pendidik, lingkungan belajar, dan dinamika perubahan yang terjadi di
masyarakat dan satuan pendidikan setempat. Silabus hendaknya disusun fleksibel sesuai
kondisi dan kebutuhan peserta didik dan masyarakat.  

h. Menyeluruh
Prinsip ini memberi arahan bahwa pengembangan indikator silabus hendaknya mencakup
keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor). Selain itu idealnya sesuai juga
dengan pengembangan materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian
pembelajaran.

Jenis Materi Indikator hasil belajar yang harus dikuasai siswa


Fakta Apabila siswa diminta untuk menyebutkan nama, kapan,
dimana suatu peristiwa terjadi
Konsep Apabila siswa diminta untuk mengemukakan definisi,
membedakan dua hal, mengklasifikasikan
Prosedur Apabila siswa diminta untuk menjelaskan Langkah-
langkah pemecahan suatu persoalan menurut prosedur
tertentu
Prinsip Apabila siswa diminta untuk menjelaskan hubungan
antar berbagai konsep, sebab akibat
Keterampilan Apabila siswa diminta untuk membuat sesuatu
Aspek afektif Apabila siswa diminta memilih dan melakukan sikap
tertentu terhadap suatu kejadian
Aspek motorik Apabila siswa diminta untuk melakukan kegiatan
menggunakan anggota badan

Tingkatan Kognitif Contoh Kata Kerja Operasional


C1 : Mengingat Menyebutkan, menghafalkan, mengetahui, menuliskan,
memberi label
C2 : Memahami Membedakan, menerangkan, mengartikan, merangkum,
mengelompokkan
C3 : Menerapkan Melaksanakan, melakukan, melatih, membiasakan,
membedakan, menyelesaikan, menggunakan
C4 : Menganalisis Memilih, menata, menyeleksi, mendiagnosis, mengedit,
menguraikan
C5 : Mengevaluasi Membuktikan, memisahkan, menguji, mengukur,
mengkritik, memvalidasi, memonitor
C6 : Mencipta Membangun, membentuk, membuat, menampilkan,
memperjelas, menemukan, menyusun

Anda mungkin juga menyukai