Bapak / ibu Guru, setelah selesai mempelajari materi 1 dan materi 2, makan selanjutmya
kita akan pelajari materi 3 tentang Penilaian dan Pengembangan Soal HOTS
A. Deskripsi Singkat
Penyempurnaan kurikulum 2013 antara lain pada standar isi diperkaya dengan kebutuhan
peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional,
sedangkan pada standar penilaian memberi ruang pada pengembangan instrumen penilaian
yang mengukur berpikir tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu
peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking
Skills /HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta didik untuk berpikir
secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran.
Penilaian berorientasi HOTS bukanlah sebuah bentuk penilaian yang baru bagi guru dalam
melakukan penilaian. Tetapi penilaian berorientasi HOTS ini memaksimalkan keterampilan
guru dalam melakukan penilaian. Guru dalam penilaian ini harus menekankan pada
penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan yang bisa meningkatkan keterampilan
peserta didik dalam proses pembelajaran berorientasi HOTS.
Penilaian yang berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS). Penilaian menurut
Permendikbud nomor 23 tahun 2016 adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian belajar peserta didik
dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku peserta
didik. proses penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian, berbagai
instrument, berbagai sumber agar lebih komprehensif.
Fungsi penilaian bukan sekedar untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik
namun dapat juga mengetahui kemampuan peserta didik dalam belajar. Hal yang perlu
disiapkan oleh guru sebelum melakukan penilaian adalah menetapkan KKM (kriteria
ketuntasan minimal), dilakukan supaya guru tahu mana yang siswa atau peserta didik yang
akan melakukan remedial atau pengayaan, setelah KKM ditentukan capaian hasil belajar
peserta didik akan di evaluasi apabila peserta didik belum tuntas dan harus melakukan
remedian, namun apabila dia sudah tuntas bisa melakukan pengayaan.
Assesment for learning, dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan biasanya
digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar, pada
Assesment for learning pendidik memberikan umpan balik terhadap proses belajar peserta
didik memantau kemajuan dan menentukan kemajuan belajarnya.
Assessment as learning, fungsi mirip dengan Assesment for learning yaitu berfungsi sebagai
formatif dan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Perbedaannya adalah
Asessment as learning melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan penilaian
tersebut.
B. Penilaian sikap
Penilaian berorientasi HOTS bukanlah sebuah bentuk penilaian yang baru bagi guru dalam
melakukan penilaian. Tetapi penilaian berorientasi HOTS ini memaksimalkan keterampilan
guru dalam melakukan penilaian. Guru dalam penilaian ini harus menekankan pada
penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan yang bisa meningkatkan keterampilan
peserta didik dalam proses pembelajaran berorientasi HOTS.
Penilaian sikap pada pembelajaran yang berorientasi HOTS tidaklah merubah konsep
penilaian sikap pada Kurikulum 2013 yang telah dipahami oleh guru selama ini. Pada
penilaian sikap diasumsikan bahwa setiap peserta didik memiliki perilaku yang baik. Perilaku
menonjol (sangat baik atau perlu bimbingan) yang dijumpai selama proses pembelajaran
dapat ditulis dalam bentuk jurnal atau catatan pendidik
1. Sikap spiritual mengacu pada Kompetensi Inti-1: Menghargai dan menghayati ajaran
agama yang dianutnya.
2. Sikap sosial mengacu pada Kompetensi Inti-2: menghargai dan menghayati perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri,
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Komponen sikap spiritual dan sikap sosial yang akan dikembangkan juga dikaitkan dengan
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang meliputi: religiositas, nasionalisme, integritas,
kemandirian, dan gotong royong. Nilai spiritual dan sosial merupakan sub-sub nilai yang
terkandung dalam PPK, seperti :
Penilaian sikap dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran yang dirancang dari
KD yang berasal dari KI-3 dan KI-4 yang berpasangan. Misalnya, penilaian kegiatan
pembelajaran mengamati gambar sapi potong. Pada kegiatan tersebut, guru dapat
melakukan penilaian sikap ketika siswa mengamati gambar sapi potong. Sikap yang dinilai
misalnya karakter mandiri yaitu sub karakter kerja keras, kreatif, disiplin, dan berani.
Pelaksanaan penilaian sikap ditujukan untuk mengetahui kecendrungan perilaku spiritual
dan sosial peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas sebagai hasil pendidikan.
Teknik penilaian sikap pada Kurikulum 2013 meliputi: observasi, wawancara, catatan
anekdot (anecdotal record), catatan kejadian tertentu (incidental record) sebagai unsur
penilaian utama. Hasil observasi guru terhadap sikap siswa yang menonjol (positif maupun
negatif) saat pembelajaran dicatat dalam jurnal harian.
Pengamatan sikap dilakukan oleh guru pada saat pelaksanaan pembelajaran yang
berorientasi pada berpikir tingkat tinggi.
Tindak lanjut berfungsi untuk mendeteksi siswa yang perlu pembinaan sikap berdasarkan
catatan sikap yang negatif. Pembinaan dilakukan untuk memperbaiki sikap yang tercatat
kurang, sampai siswa mempunyai perilaku yang baik.
Selain jurnal, dalam proses penilaian sikap, guru dapat membuat format penilaian diri dan
penilaian antar teman. Penilaian diri merupakan bentuk penilaian yang meminta peserta
didik untuk mengemukakan sikap dan perilaku yang positif dan negatif dari dirinya.
Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri. Penilaian antarteman merupakan
bentuk penilaian yang meminta peserta didik untuk saling menilai sikap dan perilaku
keseharian temannya. Penilaian diri dan antarteman berfungsi sebagai alat konfirmasi
terhadap penilaian yang dilakukan oleh pendidik. Penilaian antarteman paling baik dilakukan
pada saat peserta didik melakukan kegiatan berkelompok. Instrumen penilaian antarteman
dapat berupa lembar penilaian antarteman yang berisi “butir-butir pernyataan sikap positif
yang diharapkan” dengan kolom “YA” atau “TIDAK” atau dengan skala likert.
1. Pengertian HOTS
2.. Karakteristik Instrument Penilaian
Soal yang termasuk Higher Order Thinking Skills (HOTS), mempunyai ciri-ciri :
Berikut ini di deskripsikan beberapa karakterisitik instrument penilaian berpikir tingkat tinggi :
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh
karena itu agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses
pembelajarannya juga memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan konsep
pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran dapat mendorong peserta
didik untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis
2). Berbasis permasalahan kontekstual
c.) Applying, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.
e). Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk mentransformasi
konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.
Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir soal
HOTS diantaranya pilihan ganda dan uraian
a. Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)
Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman peserta didik
terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara pernyataan satu dengan
yang lainnya. Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS yang berbentuk
pilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang bersumber pada situasi kontekstual.
Peserta didik diberikan beberapa pernyataan yang terkait dengan stilmulus/bacaan, lalu
peserta didik diminta memilih benar/salah atau ya/tidak.
b. Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk
mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya sendiri
dalam bentuk tertulis.
4. Level Kognitif
Anderson dan Krathwohl (2001) mengklasifikasikan dimensi proses berpikir sebagai berikut:
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa kata kerja operasional (KKO)
yang sama namun berada pada ranah yang berbeda. Perbedaan penafsiran ini sering
muncul ketika guru menentukan ranah KKO yang akan digunakan dalam penulisan indikator
soal. Untuk meminimalkan permasalahan tersebut, Puspendik (2015) mengklasifikasikannya
menjadi 3 level kognitif sebagaimana digunakan dalam kisi-kisi UN sejak tahun pelajaran
2015/2016. Pengelompokan level kognitif tersebut yaitu: pengetahuan dan pemahaman
(level 1), aplikasi (level 2), dan penalaran (level 3). Berikut dipaparkan secara singkat
penjelasan untuk masing-masing level tersebut.
Level kognitif pengetahuan dan pemahaman mencakup dimensi proses berpikir mengetahui
(C1) dan memahami (C2). Ciri-ciri soal pada level 1 adalah mengukur pengetahuan faktual,
konsep, dan prosedural. Terkadang soal-soal di level 1 Bisa jadi soal-soal pada level 1
merupakan soal kategori sukar, karena untuk menjawab soal tersebut peserta didik harus
dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi, atau menyebutkan
langkah-langkah (prosedur) melakukan sesuatu. Namun soal-soal pada level 1 bukanlah
merupakan soal-soal HOTS.
b. Aplikasi (Level 2)
Soal-soal pada level ini membutuhkan kemampuan yang lebih tinggi dare pada level
pengetahuan dan pemahaman. Level kognitif ni mencakup dimensi proses berpikir
menerapkan atau mengaplikasikan (C3) yang biasanya terletak pada kognitif 3. Ciri-ciri
soal pada level 2 adalah mengukur kemampuan :
1). Menggunakan pengetahuan fakatual, konseptual dan procedural tertentu pada konsep
lain dalam mata pelajaran (mapel) yang sama atau mapel lainnya
Level penalaran merupakan level kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS), karena untuk
menjawab soal-soal pada level 3 peserta didik harus mampu mengingat, memahami, dan
menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural serta memiliki logika dan
penalaran yang tinggi untuk memecahkan masalah-masalah kontekstual (situasi nyata yang
tidak rutin). Level penalaran mencakup dimensi proses berpikir menganalisis (C4),
mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6). Pada dimensi proses berpikir menganalisis (C4)
menuntut kemampuan peserta didik untuk menspesifikasi aspek-aspek/elemen,
menguraikan, mengorganisir, membandingkan, dan menemukan makna tersirat. Pada
dimensi proses berpikir mengevaluasi (C5) menuntut kemampuan peserta didik untuk
menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan atau
menyalahkan. Sedangkan pada dimensi proses berpikir mengkreasi (C6) menuntut
kemampuan peserta didik untuk merancang, membangun, merencanakan, memproduksi,
menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah.
Soal-soal pada level penalaran tidak selalu merupakan soal-soal sulit. Ciri-ciri soal pada
level 3 adalah menuntut kemampuan menggunakan penalaran dan logika untuk mengambil
keputusan (evaluasi), memprediksi & merefleksi, serta kemampuan menyusun strategi baru
untuk memecahkan masalah kontesktual yang tidak rutin. Kemampuan menginterpretasi,
mencari hubungan antar konsep, dan kemampuan mentransfer konsep satu ke konsep lain,
merupakan kemampuan yang sangat penting untuk menyelesaiakan soal-soal level 3
(penalaran). Kata kerja operasional (KKO) yang sering digunakan antara lain: menguraikan,
mengorganisir, membandingkan, menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai,
menguji, menyimpulkan, merancang, membangun, merencanakan, memproduksi,
menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, dan
menggubah.
a. Tuliskan identitas mata pelajaran dan kelas/semester yang terpilih hasil dari hasil
pemetaan KD.
b. Isilah nomor urut, KD, materi, indikator, indikator soal, level kognitif, bentuk soal, dan
nomor soal pada kolom yang sesuai.
c. Pada kolom Kompetensi Dasar, isilah dengan KD pada KI 3 dari kelas dan mata
pelajaran yang terpilih.
d. Pada kolom Materi, tuliskan materi pokok terkait langsung dengan indikator yang akan
diujikan.
e. Pada kolom Indikator, tuliskan indikator yang akan diujikan dari KD pada KI 4 yang
terpilih,.
g. Pada kolom Level Kognitif, diisi dengan Penalaran (mencakup dimensi proses berpikir
Menganalisis-C4, Mengevaluasi-C5, atau Mengkreasi-C6).
h. Pada kolom Bentuk Soal, diisi dengan Pilihan Ganda, Isian Singkat, atau Uraian sesuai
dengan bentuk soal yang akan digunakan.
Salah satu Taksonomi proses berpikir yang diacu secara luas adalah taksonomi Bloom,
direvisi Anderson dan Krathwohl tahun 2001 yang mencakup 6 ranah berpikir:
Contohnya Lampu , sesuai yang diajarkan oleh ibunya untuk mengenal benda yang ada
disekitarnya, setelah mengerti
b. Kegunaan Lampu
c. Jenis lampu
Menciptakan kualitas dan keputusan diambil berdasarkan kriteria yang ada, contohnya
Lampu dengan kap pelindung (Untuk mengurangi Lampu supaya tidak terlalu terang)
Mengorganisasikan Informasi dengan cara baru atau cara yang berbeda, contohnya :
Membuat lampu perangkat nyamuk.
1. Berapa ketinggian gunung Tangkuban Perahu diukur dari permukaan laut?
A. 3676 meter
B. 3332 meter
C. 2392 meter
D. 2183 meter
E. 2183 meter
2. Dimana dan tanggal berapa presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno
dilahirkan ?
Diketahui (an) dan (bn) adalah dua barisan aritmetika dengan selisih masing-masing 3 dan 4.
Jika setiap barisan memiliki 100 anggota maka banyaknya anggota kedua barisan yang
bernilai sama adalah ….21
A. 22
B. 23
C. 24
D. 25
2) Soal HOTS
Diketahui (an) dan (bn) adalah dua barisan aritmetika dengan a1 = 5, a2 = 8, b1 = 3, dan b2 = 7.
Jika A = {a1, a2, …, a100} dan B = {b1, b2, …, b100} maka banyaknya anggota A∩B adalah ….
A. 21
B. 22
C. 23
D. 24
E. 25
Pada dasarnya, kedua contoh soal di atas merupakan soal yang sama dengan pertanyaan
yang sama. Akan tetapi, perbedaan kalimat penyampaian pada soal membuat salah satu
soal menjadi bentuk HOTS sementara soal lainnya bukanlah tipe HOTS. Perbedaan
tersebut beserta tingkatnya dalam Taksonomi Bloom yang sudah direvisi, antara lain :