Anda di halaman 1dari 6

1

Nama : Siti Amanda Putri Adam

NIM : 210407561056
Kelas : 31 D

TUGAS PERTEMUAN 12

PERANGKAT PENILAIAN

A. Depinisi penilaian
1. Pengertian Penilaian
Penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil
belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan
kriteria dan pertimbanagan tertentu. Definisi dari penilaian juga disampaikan
oleh Ralph Tyler yang mengungkapkan bahwa penilaian merupakan sebuah
proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan
bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai.
“Evaluation is a systematic process determining the extent to which
instructional objectives are achieved by pupils”Kalimat tersebut menjelaskan
bahwa penilaian adalah suatu proses dalam mengumpulkan informasi dan
membuat keputusan berdasarkan informasi tersebut. Dalam proses
mengumpulkaninformasi, tentunya tidak semua informasi bisa digunakan untuk
membuat sebuah keputusan. Informasi-informasi yang relevan dengan apa yang
dinilai akan mempermudah dalam melakukan sebuah penilaian dalam kegiatan
pembelajaran.
Penilaian merupakan bagian integral dari pembelajaan matematika dan
memberikan kontribusi yang signifikan pada pembelajaran matematika. Oleh
sebab itu, guru juga harus merencanakan penilaian yangakan digunakan sebagai
bagian dari pembelajaran. Dalam dunia pendidikan, Gronlund dan Linn
mendefinisikan tentang sebuah penilaian sebagai suatu proses yang sistematis
dan mencakup kegiatan mengumpulkan,
2

2. Pentingnya Penilaian dalam Pembelajaran


Penilaian merupakan bagian terpenting dalam kegiatan pembelajaran,
sehingga perlu diperhatikan pula tentang hal-hal yang terkait dengan penilaian
dalam pembelajaran tersebut. Sudjana menyatakan bahwa komponen-komponen
penting dalam sebuah pengajaran itu ada empat. Keempat komponen tersebut,
diantaranya: tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian. Semua komponen
tersebut harus dipenuhi dalam proses belajar mengajar, karena setiap komponen
saling berkaitan dan saling berpengaruh satu sama lain.
3. Fungsi Penilaian dalam Pembelajaran
Penilaian merupakan salah satu elemen yang penting dalam pembelajaran,
dimana merupakan komponen yang tidak kalah pentingnya dengan model atau
metode pembelajaran. Penilaian digunakan untuk mengetahui kemampuan serta
keberhasilan siswa, dalam pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran. Dengan
demikian tujuan penilaian hendaknya diarahkan pada empat hal berikut: (1)
Penelusuran (keeping track), yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran
tetap sesuai dengan rencana, (2) Pengecekan (cheking-up), yaitu untuk
mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami oleh siswa selama proses
pembelajaran, (3) Pencarian (finding-out), yaitu mencari dan menemukan hal-hal
yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses
pembelajaran, dan (4)Penyimpulan (summing-up), yaitu untuk menyimpulkan
apakah siswa telah meguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum atau belum.
4. Prinsip – Prinsip Penilaian dalam Pembelajaran
Penilaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran bukanlah pekerjaan yang
mudah karena harus membutuhkan latihan serta penguasaan teori-teori tentang
penilaian yang terkait dengan hal apa yang akan dinilai. Untuk dapat melakukan
penilaian yang efektif, maka perlu diperhatikan beberapa prinsip penilaian
sebagaidasar dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa.
Beberapa hal yang menjadi prinsip dalam penilaian adalah: (1)Proses
penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (part of, not a part
3

from instruction); (2) Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real
world problem), bukan dunia sekolah (school work-kind problems); (3)
Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai
dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar; dan (4) Penilaian harus
bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif,
afektif, dan sensori-motorik).

B. Penilaian berbasis LOTS dan HOTS


1. Penilaian Berbasis HOTS
Terdapat berbagai sudut pandang para ahli dalam mengartikan keterampilan
berfikir tingkat tinggi. HOTS (High Order Thinking Skill) dirumuskan pertama
kali oleh penulis dari Dusquance University, yaitu Susan M Brookhart dalam
bukunya yang berjudul '’How to Assess Higher-order Thinking Skills in Your
Classroom’' (dalam Sofyan, 2019:3) ia menjelaskan bahwa penilaian HOTS
merupakan metode untuk berfikir kritis, transfer pengetahuan dan pemecahan
masalah. HOTS atau kemampuan berpikir tingkat tinggi diperlukan untuk
mengelola informasi yang diperoleh dengan melibatkan proses berpikir yang
kreatif dan kritis pada ranah kognitif, serta menghadapi suatu situasi atau
masalah tertentu yang membutuhkan suatu penyelesaian (Iskandar dalam
Hanifah,2019:3).
Dengan demikian HOTS atau kemampuan berfikir tinggat tinggi yang
diharapkan pada proses pembelajaran yaitu kemampuan untuk menganalisis dan
memecahkan permasalahan dalam pembelajaran. Untuk itu sebagai seorang guru
harus dapat bertindak kereatif dalam mengembangkan penilaian berupa soal-soal
berbasis HOTS yang sesuai dengan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran
yang diharapkan kemudian juga menyesuaikan dengan karakteristik
pembelajaran dan karakteristik siswa. Sebagai seorang guru juga harus
berwawasan yang luas terhadap isu-isu global, kemudian dapat menentukan
pemilihan stimulus yang tepat dalam pembelajaran sehingga dapat menghasilkan
soal-soal yang bermutu dan berbasis HOTS ketika penilaian.
4

2. Penilaian Berbasis LOTS


Kepanjangan LOTS adalah Lower Order Thinking Skills. Lower Order
Thinking Skills atau LOTS jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah
keterampilan berpikir tingkat rendah. LOTS yang merupakan sebuah
kemampuan berpikir siswa secara fungsional, pada dasarnya mengacu pada
metode atau sistempembelajaran.
Kegiatan pembelajaran yang menggunakan teknik LOTS akan akrab
dengan kegiatan mencatat, menyalin, meniru, menghafal, mengingat, dan
mengikuti arahan baik dari teman yang dinilai lebih pintar maupun arahan dari
guru. Di Indonesia, metode pembelajaran ini dikatakan sebagai metode yang
paling umum sekaligus paling klasik diterapkan di dunia pendidikan Indonesia.
Masih banyak siswa di sekolah yang hanya aktif mendengarkan penjelasan
guru saja. Kemudian mencatat hal-hal yang dianggap penting dari penjelasan
guru atau menyalin catatan dari buku guru maupun teman. Kemudian siswa
akan membaca kembali, menghafalkan, dan mengikuti arahan yang diberikan
oleh guru di sekolah.

C. FORMAT PENILAIAN
Pengolahan hasil asesmen dilakukan dengan menganalisis secara
kuantitatif dan/atau kualitatif terhadap hasil asesmen. Hasil asesmen untuk
setiap Tujuan Pembelajaran melalui data kualitatif (hasil amatan atau rubrik)
maupun data kuantitatif (berupa angka). Data-data ini diperoleh dengan
membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kriteria
ketercapaian tujuan pembelajaran, baik pada capaian pembelajaran di akhir
fase,maupun tujuan-tujuanpembelajaran turunannya.
Asemen sumatif dilaksanakan secara periodik setiap selesai satu atau
lebihtujuan pembelajaran. Hasil asesmen perlu diolah menjadi capaian dari
tujuan pembelajaran setiap peserta didik. Pendidik dapat menggunakan data
kualitatif sebagai hasil asesmen tujuan pembelajaran peserta didik. Namun,
dapat juga menggunakan data kuantitatif dan mendeskripsikannya secara
5

kualitatif. Pendidik diberi keluluasaan untuk mengolah data kuantitatif, baik


secara rerata maupun proporsional.
Mengolah Capaian Tujuan Pembelajaran Menjadi Nilai Akhir Capaian
tujuan pembelajaran peserta didik menjadi bahan yang diolah menjadi nilai
akhir mata pelajaran dalam kurun waktu pelaporan (biasanya satu semester).
Untuk mendapatkan nilai akhir mata pelajaran tersebut, data kuantitatif
langsung diolah, sedangkan untuk deskripsi, pendidik dapat memberikan
penjelasan mengenai kompetensi yang sudah dikuasai peserta didik, mana
kompetensi yang belum dikuasai, dan dapat ditambahkan tindak lanjut secara
ringkas bila ada.Penting untuk diperhatikan bahwa pendidik tidak mencampur
perhitungan dari hasil asesmen formatif dan sumatif karena asesmen formatif
dan sumatif memiliki fungsi yang berbeda. Asesmen formatif bertujuan untuk
memberikan umpan balik pada proses sehingga asesmen formatif bukan
menjadi penentu atau pembagi nilaiakhir.
6

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, Lewis R. (1994). Psychological Testing and Assessment, (Eight

Edition), Boston: Allyn and Bacon.

Sutrisno, Hadi. 1997. Methodologi Research II.Yogyakarta : Yasbit

PsikologiUGM

Wiersma, William & Stephen G. Jurs. Educational Measurement and

Testing. Second Edition, Needham Heights, Massachusetts: Allyn

Bacon, 1990.

Anda mungkin juga menyukai