Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penilaian Sikap.


Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan
cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang -
orangan maupun berupa objek - objek tertentu. Sikap mengacu pada perbuatan dan perilaku
seseorang tetapi bukan berarti semua perbuatan identic dengan sikap.

Sikap menurut para ilmuan :


a.Birrent, et al (1981) mendefinisikan sikap sebagai kumpulan hasil evaluasi seseorang
terhadap objek, orang, atau masalah tertentu. Sikap menentukan bagaimana pribadi seseorang
di ekspresikan. Menurutnya sifat kepribadiandapat didefinisikan sebagai pola kebiasaan atau
cara bereaksi terhadap. Sesuatu,oleh karena itu melalui sikap seseorang, kita dapat mengenal
siapa orang itu sebenarnya.
b.Menurut klausmeier (1985) ada tiga model belajar dalam rangka pembentukan sikap, tiga
model itu adalah: mengamati dan meniru, menerima penguatan dan menerima informasi
verbal. Ketiga model ini sesuai dengan kepentingan penerapan dalam dunia pendidikan.
Pembelajaran model pertama berlangsung melalui pengamatan dan peniruan. Bandura (1977)
menyebut proses pembelajaran ini dengan pembelajaran melalui model (learning through
modeling). Model kedua menerima penguatan pembelajaran model ini berlangsung melalui
pembiasan operan, yaitu dengan menerima atau tida menerima suatu respons yang di
tunjukan. Penguatan dapat berupa ganjaran (penguatan positif) atau hukuman (penguatan
negative). Model ketiga, menerima informasi verbal, informasi tentang berbagai hal dapat d
peroleh melalui lisan atau tulisan. Informasi tentang objek tertentu yang di peroleh oleh
seseorang akan mempengaruhi pembentukan sikapnya terhadap terhadap objek yang
bersangkutan.
c.Menurut muhajirin (1992:75), mengatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan afeksi
suka tidak suka pada suatu objek social. dst!
Dari beberapa pendapat ahli, diterapkan lima ciri yang menjadi karateristik sikap seseorang
oleh Rahmat (1998)
1.Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir. dan merasa dalam
menghadapi obyek, ide, situasi. atau nilai. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan
kecenderungan berperilaku dengan cara tertentu terhadap obyek sikap. Obyek sikap dapat
berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok.
2. Sikap mempunyai daya pendorong. Sikap bukan hanya rekaman masa lalu tetapi juga
pilihan seseorang untuk menentukan apa yang disukai dan menghindari apa yang tidak
diinginkan.
3.Sikap relatif lebih menetap. Ketika satu sikap telah terbentuk pada diri seseorang maka hal
itu akan menetap dalam waktu relative lama karena hal itu didasari pilihan yang
menguntungkan dirinya
4. Sikap mengandung aspek evaluatif. Sikap akan bertahan selama obyek sikap masih
menyenangkan seseorang, tetapi kapan obyek sikap dinilainya negatif maka sikap akan
berubah.
5. Sikap timbul melalui pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, sehingga sikap dapat
diperteguh atau diubah melalui proses belajar.
     Sedangkan menurut para ahli sikap seseorang dapat meramalkan perubahannya bila
seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif
akan tampak pada berbagai tingkah laku peserta didik seperti perhatiannya yang antusias
dalam mengikuti proses pembelajaran, kedisiplinan dalam belajar, memiliki motivasi yang
tinggi untuk mengetahui lebih jauh tentang apa yang sedang dipelajarinya, penghargaan dan
rasa hormat terhadap guru mata pelajaran yang bersangkutan.

2.2 Bentuk/Contoh Instrument Penilaian Sikap.


Dalam dunia pendidikan tugas pendidik/guru tidak hanya mempersiapkan materi yang
akan disampaikan melainkan terdapat berbagai macam rangkaian program yang harus
dilakukan. Sebagai pendidik profesional harus menyusun berbagai instrumen pendidikan
untuk menghadirkan proses pembelajaran abad 21 yang kreatif dan inovatif guna melahirkan
generasi berkualitas di tengah era digital. 
Untuk itu pendidik harus menyusun perencanaan pembelajaran berupa perangkat
pembelajaran salah satunya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP inilah nantinya
yang akan menjadi rambu-rambu pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran di
kelas. Komponen RPP sendiri telah mengalami berbagai perubahan, terakhir menjadi RPP
satu lembar sesuai surat edaran Kemendikbud Nomor 14 Tahun 2019.
Komponen inti dalam RPP satu lembar yakni indentitas sekolah, tujuan pembelajaran,
langkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan evaluasi/penilaian. Terkait dengan penilaian
seorang pendidik harus mengedepankan asas transparansi, objektifitas, validitas, dan
akuntabilitas gna memberikan rasa keadilan kepada peserta didik. Untuk mengukur
kecerdasan atau kecakapan peserta didik tidak hanya dilakukan dengan menilai
kognitif/pengetahuan dan keterampilan saja harus melainkan sikap juga harus dinilai.
Pelaksanaan penilaian sikap sangat penting untuk mengukur kecakapan peserta didik terkait
perilaku spiritual dan sosial dalam kesehariannya baik di dalam maupun di luar kelas.
Penilaian sikap tertuang dalam Kompetensi Inti (KI) 1 dan Kompetensi Inti (KI) 2.  Penilaian
sikap dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik yakni observasi, penilaian diri,
dan penilaian antar teman.
a. Observasi
Penilaian sikap menggunakan teknik observasi merupakan teknik yang menggunakan
lembar observasi. Dengan teknik ini pendidik dapat mengamati dan menyusun laporan
perilaku peserta didik berupa sikap spiritual dan sikap sosial. Lembar observasi sendiri terdiri
dari lembar observasi tertutup dan lembar observasi terbuka. Lembar observasi tertutup
merupakan instrumen yang digunakan pendidik dalam menentukan butir-butir perilaku dan
indikator-indikator yang akan diobservasi. Sementara lembar observasi terbuka adalah
instrumen yang digunakan pendidik untuk mencatat perilaku peserta didik secara alami.
Penilaian perilaku peserta didik tidak hanya didasarkan pada hasil pengamatan langsung oleh
pendidik, wali kelas, dan guru BK melainkan mencatat informasi lain yang dianggap relevan
dan valid dari berbagai sumber.

b. Penilaian Diri
Penilaian diri menggunakan instrumen ini merupakan teknik untuk mengukur serta
menemukan kelebihan dan kekurangan sikap pada diri sendiri dalam berperilaku keseharian.
Instrumen ini juga dapat dijadikan sebagai media menumbuhkan nilai kejujuran dan mawas
diri bagi individu masing-masing. Lembar penilaian diri pada instrumen ini berupa butir soal
yang memuat penyataan-pernyataan sikap positif yang dapat dipilih dengan jawaban YA dan
TIDAK.

c. Penilaian Antar Teman.


Selain melakukan observasi dan menilai diri sendiri, penilaian sikap juga dapat
dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian antar teman. Teknik ini merupakan
penilaian yang dilakukan oleh peserta didik kepada peserta didik lainnya. Peserta didik
nantinya akan saling menilai dan hasil penilaian ini dapat dijadikan sumber tambahan bagi
guru dalam menilai sikap peserta didik. Selain itu teknik ini juga bermanfaat untuk melihat
sejauhmana sikap kejujuran, tenggang rasa, dan saling menghargai antar sesama teman.

 Pelaksanaan Penilaian Sikap


Penilaian sikap dilakukan oleh guru mata pelajaran (selama proses pembelajaran pada
jam pelajaran) dan/atau di luar jam pembelajaran, guru bimbingan konseling (BK), dan wali
kelas (selama peserta didik di luar jam pelajaran). Penilaian sikap spiritual dan sosial
dilakukan secara terus-menerus selama satu semester. Penilaian sikap spiritual dan sosial di
dalam kelas maupun diluar jam pembelajaran dilakukan oleh guru mata pelajaran, wali kelas
dan guru BK. Guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas mengikuti perkembangan sikap
spiritual dan sosial, serta mencatat perilaku peserta didik yang sangat baik atau kurang baik
dalam jurnal segera setelah perilaku tersebut teramati atau menerima laporan tentang perilaku
peserta didik.

 Pengolahan Hasil Penilaian Sikap


Langkah-langkah untuk membuat deskripsi nilai/perkembangan sikap selama satu semester:
(a). Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing-masing mengelompokkan
(menandai) catatan-catatan sikap pada jurnal yang dibuatnya kedalam sikap spiritual dan
sikap sosial (apabila pada jurnal belum ada kolom butir nilai).
(b). Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing-masing membuat rumusan
deskripsi singkat sikap spiritual dan sikap sosial berdasarkan catatan-catatan jurnal untuk
setiap peserta didik.
(c). Wali kelas mengumpulkan deskripsi singkat sikap dari guru mata pelajaran dan guru BK.
Dengan memperhatikan deskripsi singkat sikap spiritual dan sosial dari guru mata pelajaran,
guru BK, dan wali kelas yang bersangkutan, wali kelas menyimpulkan (merumuskan
deskripsi) capaian sikap spiritual dan sosial setiap peserta didik.
(d). Pelaporan hasil penilaian sikap dalam bentuk predikat dan deskripsi.

2.3 Metode/Langkah/Strategi Dalam Pelaksanaan Penilaian Sikap.


Perencanaan penilaian sikap dilakukan berdasarkan KI-1 dan KI-2. Guru
merencanakan dan menetapkan sikap yang akan dinilai dalam pembelajaran sesuai dengan
kegiatan pembelajaran. Pada penilaian sikap di luar pembelajaran guru dapat mengamati
sikap lain yang muncul secara natural.

Langkah-langkah perencanaan penilaian sikap adalah sebagai berikut:


1. Menentukan sikap yang akan dikembangkan di sekolah mengacu pada KI-1 dan KI-2.
2. Menentukan indikator sesuai dengan kompetensi sikap yang akan dikembangkan. Sebagai
contoh, sikap pada KI-1 beserta indikator-indikatornya yang dapat dikembangkan oleh
sekolah sebagai berikut.
a. Ketaatan Beribadah
· Perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya
· Mau mengajak teman seagamanya untuk melakukan ibadah bersama
· Mengikuti kegiatan keagamaan yang diselenggarakan sekolah
· Melaksanakan ibadah sesuai ajaran agama, misalnya: sholat, puasa
· Merayakan hari besar agama
· Melaksanakan ibadah tepat waktu
b. Berperilaku Syukur
· Perilaku menerima perbedaan karakteristik sebagai anugerah Tuhan
· Selalu menerima penugasan dengan sikap terbuka
· Bersyukur atas pemberian orang lain
· Mengakui kebesaran tuhan dalam menciptakan alam semesta
· Menjaga kelestarian alam, tidak merusak tanaman
· Tidak mengeluh
· Selalu merasa gembira dalam segala hal
· Tidak berkecil hati dengan keadaannya
· Suka memberi atau menolong sesama
· Selalu berterima kasih bila menerima pertolongan

c. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan


· Perilaku yang menunjukkan selalu berdoa sebelum atau sesudah melakukan tugas atau
pekerjaan,
· Berdoa sebelum makan,
· Berdoa ketika pelajaran selesai,
· Mengajak teman berdoa saat memulai kegiatan,
· Mengingatkan teman untuk selalu berdoa,

d. Toleransi dalam beribadah


· Tindakan yang menghargai perbedaan dalam beribadah
· Menghormati teman yang berbeda agama,
· Tidak mengganggu teman yang sedang beribadah,
· Menghormati hari besar keagamaan lain,
· Tidak menjelekkan ajaran agama lain.

Sebagai contoh, sikap pada KI-2 beserta indikator-indikatornya yang dapat dikembangkan
oleh sekolah sebagai berikut.
a. Jujur
· Tidak mau berbohong atau tidak mencontek
· Mengerjakan sendiri tugas yang diberikan guru, tanpa menjiplak tugas orang lain,
· Mengerjakan soal penilaian tanpa mencontek
· Mengatakan dengan sesungguhnya apa yang terjadi atau yang dialaminya dalam kehidupan
sehari-hari
· Mau mengakui kesalahan atau kekeliruan,
· Mengembalikan barang yang dipinjam atau ditemukan
· Mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang diyakininya, walaupun berbeda dengan
pendapat teman,
· Mengemukakan ketidaknyamanan belajar yang dirasakannya di sekolah,
· Membuat laporan kegiatan kelas secara terbuka (transparan).

b. Disiplin
· Mengikuti peraturan yang ada di sekolah
· Tertib dalam melaksanakan tugas
· Hadir di sekolah tepat waktu
· Masuk kelas tepat waktu
· Memakai pakaian seragam lengkap dan rapi
· Tertib mentaati peraturan sekolah
· Melaksanakan piket kebersihan kelas
· Mengumpulkan tugas/pekerjaan rumah tepat waktu
· Mengerjakan tugas/pekerjaan rumah dengan baik
· Membagi waktu belajar dan bermain dengan baik
· Mengambil dan mengembalikan peralatan belajar pada tempatnya
· Tidak pernah terlambat masuk kelas

c. Tanggung Jawab
· Menyelesaikan tugas yang diberikan
· Mengakui kesalahan
· Melaksanakan tugas yang menjadi kewajibannya di kelas seperti piket kebersihan
· Melaksanakan peraturan sekolah dengan baik
· Mengerjakan tugas/pekerjaan rumah sekolah dengan baik
· Mengumpulkan tugas/pekerjaan rumah tepat waktu
· Mengakui kesalahan, tidak melemparkan kesalahan kepada teman,
· Berpartisipasi dalam kegiatan social di sekolah,
· Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam kelompok di kelas/sekolah
· Membuat laporan setelah selesai melakukan kegiatan

d. Santun
· Menghormati orang lain dan menghormati cara bicara yang tepat
· Menghormati guru, pegawai sekolah, penjaga kebun, dan orang yang lebih tua
· Berbicara atau bertutur kata halus tidak kasar
· Berpakaian rapi dan pantas
· Dapat mengendalikan emosi dalam menghadapi masalah, tidak marah-marah
· Mengucapkan salam ketika bertemu guru, teman, dan orang-orang di sekolah,
· Menunjukkan wajah ramah, bersahabat, dan tidak cemberut

e. Peduli
· Ingin tahu dan ingin membantu teman yang kesulitan dalam pembelajaran, perhatian kepada
orang lain
· Berpartisipasi dalam kegiatan sosial di sekolah, missal: mengumpulkan sumbangan untuk
membantu yang sakit atau kemalangan
· Meminjamkan alat kepada teman yang tidak membawa/memiliki,
· Menolong teman yang mengalami kesulitan
· Menjaga keasrian, keindahan, dan kebersihan lingkungan sekolah
· Menjenguk teman atau guru yang sakit
· Menunjukkan perhatian terhadap kebersihan kelas dan lingkungan sekolah

f. Percaya Diri
· Berani tampil di depan kelas
· Berani mengemukakan pendapat
· Berani mencoba hal baru
· Mengemukakan pendapat terhadap suatu topik atau masalah
· Mengajukan diri menjadi ketua kelas atau pengurus kelas lainnya
· Mengajukan diri untuk mengerjakan tugas atau soal di papan tulis
· Mencoba hal-hal baru yang bermanfaat
· Mengungkapkan kritikan membangun terhadap karya orang lain
· Memberikan argumen yang kuat untuk mempertahankan pendapat
3. Merancang kegiatan pembelajaran yang dapat memunculkan sikap yang telah ditentukan.
Karena KI-1 dan KI-2 bukan merupakan hasil pembelajaran langsung, maka perlu merancang
pembelajaran sesuai dengan tema dan sub tema serta KD dari KI-3 dan KI-4. Dalam
pembelajaran, memungkinkan munculnya sikap yang dapat dikembangkan dalam
pembelajaran. hal ini dimaksudkan bahwa penilaian sikap merupakan pembinaan perilaku
sesuai budi pekerti dalam rangka pembentukan karakter siswa.
Setelah menentukan langkah-langkah perencaanaan, guru menyiapkan format pengamatan
yang akan digunakan berupak lembar observasi atau jurnal. Indikator yang telah dirumuskan
digunakan sebagai acuan guru dalam membuat lembar observasi atau jurnal.

2.4 Kelemahan dan Kelebihan Penilaian Sikap.


a. Kelebihan Penilaian Sikap
1.Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberikepercayaan
untuk menilai dirinya sendiri
2.Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika merekamelakukan
penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahanyang dimilikinya
3.Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur,karena
mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.

b.Kekurangan Penilaian Sikap


1. Kurang mencerminkan kemampuan siswa
2. Mendorong siswa untuk merekayasa sikapnya

2.5 Cara Penskoran


A. Penyusunan Tes Kognitif dan teknik Penskorannya
1. Bentuk Tes kognitif
a. Tes Lisan di Kelas
Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap siswa untuk masalah
yang berkaitan dengan kognitif. Pertanyaan lisan yang diajukan ke kelas harus jelas, dan
semua siswa harus diberi kesempatan yang sama. Dalam melakukan pertanyaan di kelas
prinsipnya adalah: mengajukan pertanyaan, memberi waktu untuk berpikir, kemudian
menunjuk peserta untuk menjawab pertanyaan. Baik benar atau salah jawaban siswa, jawaban
siswa, jawaban tersebut ditawarkan lagi ke kelas untuk mengaktifkan kelas. Tingkat berpikir
untuk pertanyaan lisan di kelas cenderung rendah, seperti pengetahuan dan pemahan.

b. Bentuk Pilihan Ganda


Pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda adalah:
1. Pokok soal harus jelas.
2. Pilihan jawaban homogen dalam arti isi.
3. Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama.
4. Tidak ada petunjuk jawaban benar.
5. Hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah.
6. Pilihan jawaban angka diurutkan.
7. Semua pilihan jawaban logis.
8. Jangan menggunakan negatif ganda.
9. Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes.
10. Bahasa Indonesia yang digunakan baku.
11. Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.

c. Bentuk Uraian Objektif


Bentuk soal uraian objektif sangat tepat digunakan untuk bidang Matematika dan IPA,
karena kunci jawabannya hanya satu. Pengerjaan soal ini melalui suatu prosedur atau
langkah-langkah tertentu. Setiap langkah ada skornya. Objektif di sini dalam arti apabila
diperiksa oleh beberapa guru dalam bidang studi tersebut hasil penskorannya akan sama.
Pertanyaan pada bentuk soal ini di antaranya adalah: hitunglah, tafsirkan, buat kesimpulan
dan sebagainya.

d. Bentuk Uraian Non-objektif


Bentuk tes ini dikatakan non-objektif karena penilaian yang dialkukan cenderung
dipengaruhi subjektivitas dari penilai. Bentuk tes ini menuntut kemampuan siswa untuk
menyampaikan, memilih, menyusun, dan memadukan gagasan atau ide yang telah
dimilikinya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Keunggulan bentuk tes ini dapat
mengukur tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu mulai dari hafalan
sampai evaluasi. Namun demikian, sebaiknya hindarkan pertanyaan yang mengungkap
hafalan seperti dengan pertanyaan yang dimulai dengan kata: apa, siapa, di mana.
Selain itu bentuk ini relatif mudah untuk membuatnya. Kelemahan dari bentuk tes
ini    adalah:
(1) penskoran sering dipengaruhi oleh subjektivitas penialian,
(2) memerlukan waktu yang lama untuk memeriksa waktu yang lama untuk
     memeriksa lembar jawaban, dan
(3) cakupan materi yang diujikan sangat terbatas,
(4) dan adanya efek bluffing.
Untuk menghindari kelemahan tersebut, cara yang ditempuh adalah:
(1) jawaban tiap soal tidak panjang, sehingga bisa mencakup materi yang banyak,
(2) tidak melihat nama peserta ujian,
(3) memeriksa tiap butir secara keseluruhan tanpa istirahat, dan
(4) menyiapkan pedoman penskoran.

Langkah membuat tes ini adalah sebagai berikut:


1. Menulis soal berdasarkan kisi-kisi pada indikator.
2. Mengedit pertanyaan:
a)    Apakah pertanyaan mudah dimengerti?
b)   Apakah data digunakan benar?
c)    Apa tata letak keseluruhan baik?
d)   Apakah pemberian bobot skor sudah tepat?
e)    Apakah kunci jawaban sudah benar?
f)    Apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup?

Kaidah penulisan soal bentuk uraian non-objektif:


1)   Gunakan kata-kata: mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan, hitunglah,
buktikan.
2)   Hindari penggunaan pertanyaan: siapa, apa, bila.
3)   Menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
4)   Hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda.
5)   Buat petunjuk mengerjakan soal.
6)   Buat kunci jawaban.
7)   Buat pedoman penskoran.
Penskoran bentuk tes ini bisa dilakukan secara analitik atau global. Analitik berarti
penskoran dilakukan bertahap sesuai kunci jawaban, sedang yang global dibaca secara
keseluruhan untuk mengetahui ide pokok dari jawaban soal kemudian diberi skor.

e. Bentuk Jawaban Singkat


Bentuk jawaban singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang disediakan bagi
pengambil tes untuk menuliskan jawaban sesuai dengan petunjuk. Ada tiga jenis soal bentuk
ini, yaitu: jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis identifikasi atau asosiasi.
Kaidah-kaidah utama penyusunan soal bentuk ini adalah sebagai berikut:
1. Soal harus sesuai indikator.
2. Jawaban yang benar hanya satu.
3. Rumusan kalimat harus komunikatif
4. Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5. Tidak menggunakan bahasa lokal

f. Bentuk menjodohkan
Soal menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis, suatu daftar
kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis itu
dengan satu kemungkinan jawaban. Biasanya nama, tanggal/tahun, istilah, frase, pernyataan,
bagian dari diagram, dan yang sejenisnya digunakan sebagai premis. Hal-hal yang sama dapat
pula digunakan sebagai alternatif jawaban. Kaidah-kaidah pokok penulisan soal jenis
menjodohkan ini adalah sebagai berikut:
1. Soal harus sesuai dengan indikator.
2. Jumlah alternatif jawaban lebih banyak dari pada premis.
3. Jumlah alternatif jawaban harus “nyambung” atau berhubungan secara logis dengan
premisnya.
4. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
5. Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
6. Tidak menggunakan bahasa lokal.

Unjuk kerja/performans
Penilaian unjuk kerja sering disebut dengan penilaian autentik atau penilaian alternatif
yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-
masalah di kehidupan nyata. Penilaian unjuk kerja berdasarkan pada analisis pekerjaan
(Nathan & Cascio, 1986). Penilaian ini menggunakan tes yang juga disebut dengan tes unjuk
kerja. Hasil tes ini digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran sehingga kemampuan
siswa mencapai pada tingkat yang diinginkan. Tes unjuk kerja lebih banyak digunakan pada
bidang studi yang batasnya jelas, seperti Fisika, Kimia, dan Biologi.
Bentuk tes ini digunakan untuk mengukur status siswa berdasarkan hasil kerja dari satu tugas.
Pertanyaan pada tes unjuk kerja berdasarkan pada tuntutan dari masyarakat dan lembaga lain
yang terkait dengan pengetahuan yang harus dimiliki siswa. Jadi pertanyaan butir soal
cenderung pada tingkat aplikasi suatu prinsip atau konsep pada situasi yang baru. Walau
uraian namun batasnya harus jelas dan ditentukan berdasarkan kebutuhan masyarakat.
Permasalahan yang diujikan sedapat mungkin sama dengan masalah yang ada di kehidupan
nyata. Inilah yang menjadi ciri utama perbedaan antara tes unjuk kerja dengan bentuk yang
konvensial.

g. Portofolio
Portofolio adalah kumpulan pekerjaan seseorang (Popham, 1999), dalam bidang
pendidikan berarti kumpulan dari tugas-tugas siswa. Portofolio cocok digunakan untuk
penilaian dengan skala yang luas (Marzano & Kendall, 1986). Penilaian dengan portofolio
memerlukan kemampuan membaca yang baik. Hal yang penting pada penilaian portofolio
adalah mampu mengukur kemampuan membaca dan menulis yang lebih luas, siswa menilai
kemajuannya sendiri, mewakili sejumlah karya seseorang.
Penilain portofolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya individu untuk suatu mata
pelajaran tertentu. Jadi semua tugas yang dikerjakan siswa dikumpulkan, dan di akhir satu
unit program pembelajaran misalnya satu semester. Kemudian dilakukan diskusi antara siswa
dan guru untuk menentukan skornya. Prinsip penilaian portofolio adalah siswa dapat
melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya dibahas. Bentuk ujiannya cenderung bentuk
uraian, dan tugas-tugas rumah. Karya yang dinilai meliputi hasil ujian, tugas mengarang atau
mengerjakan soal. Jadi portofolio adalah suatu metode pengukuran dengan melibatkan siswa
untuk menilai kemajuannya dalam bidang studi tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penelitian portofolio adalah sebagai
berikut.
1. Karya yang dikumpulin adalah benar-benar karya yang bersangkutan.
2. Menentukan contoh pekerjaan mana yang harus dikumpulkan.
3. Mengumpulkan dan menyimpan sampel karya.
4. Menentukan kriteria untuk menilai portofolio.
5. Meminta siswa untuk menilai secara terus menerus hasil portofolionya.
6. Merencanakan pertemuan dengan siswa yang dinilai.
7. Dapat melibatkan orang tua dalam menilai portofolio.
Penilaian dengan portofolio memiliki karakteristik tertentu, sehingga penggunaan
juga harus sesuai dengan tujuan dan substansi yang diukur. Mata pelajaran yang memiliki
banyak tugas dan jumlah siswa yang tidak banyak, penilaian dengan cara portofolio akan
lebih cocok.

2. Pedoman Penskoran Tes Kognitif


Pedoman Penskoran sangat diperlukan, terutama untuk soal bentuk uraian, agar
subjektifitas korektor dapat diperkecil. Pedoman penskoran ini merupakan petunjuk yang
menjelaskan tentang : batasan atatu kata – kata kunci untuk melakukan penskoran terhadap
soal bentuk uraian, dan kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran pada
soal bentuk uraian bentuk non-objektif.
Pedoman pemberaian skor untuk setiap butir soal uraian harus disusun segera setelah
perumusan kalimat-kalimat butir soal tersebut.
a. Contoh Penskoran Soal Bentuk Pilihan Ganda
Cara penskoran tes bentuk pilihan ada dua, yaitu: pertama tanpa ada koreksi terhadap
jawaban tebakan, dan yang kedua adalah dengan koreksi terhadap jawaban tebakan
1) Penskoran tanpa koreksi jawaban tebakan adalah satu untuk tiap butir yanga dijawab
benar, sehingga jumlah skor yang diproleh siswa adalah banyaknya butir yang dijawab benar.
B adalah banyaknya butir yang dijawab benar
N adalah banyaknya butir soal
Contohnya adalah sebagai berikut:
Banyak soal tes ada 40 butir.
Banyaknya jawaban yang benar ada 20.
Jadi skor yang dicapai seseorang:

2) Penskoran dengan koreksi terhadap jawaban tebakan adalah sebagai berikut:


B adalah banyaknya butir soal yang dijawab benar
S adalah banyaknya butir yang dijawab salah
P adalah banyaknya pilihan jawaban tiap butir
N adalah banyaknya butir soal
Butir soal yang tidak dijawab diberi skor 0.
Contoh:  Soal bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 40 butir soal dengan 4 pilihan tiap butir,
dan   banyaknya 40 butir. Bila banyaknya butir yang dijawab benar ada 20, yang dijawab
salah ada 12, dan tidak dijawab ada 8, maka skor yang diperoleh adalah:

b.    Contoh pedoman Penskoran Sola uraian Objektif:


Indikator : siswa dapat menghitung isi bangun ruang(balok) dan mengubah satuan ukurannya.
Butir soal : Sebuah bak mandi bebentuk bola berukuran panjang 50 Cm, lebar 80 Cm, dan
tinggi 75 Cm. Berapa literkah isi bak mandi tersebut? (untuk menjawabnya, tulislah langkah
– langkahnya !)
Pedoman penskoran :

Langkah Kunsi Jawaban Skor


1 Isi balok = panjang x lebar x tinggi 1
2  = 150 Cm x 80 Cm x 75 Cm 1
3  = 900000 Cm3 1
4 Isi bak mandi dalam liter: = 900 liter 1
5 1
Skor maksimum 5

c.    Contoh Pedoman Penskoran Soal Uraian Non-objektif:


Indikator : Siswa dapat mendeskripsikan alsan warga negara Indonesia bangga menjadi
bangsa Indonesia.
Butir soal : Tuliskan alsan – alsan yang membuat Anda berbangga sebagai bangsa Indonesia !
Pedoman penskoran
Jawaban boleh bermacam – macam namun pada pokok jawaban tadi dapat dikelompokkan
sebagai berikut.

Kriteria jawaban Rentang skor


Kebanggaan yang berkaitan dengan kekayaan alam 0-2
Indonesia
Kebanggaan yang berkaitan dengan keindahan tanah air 0-2
indonesia (pemandangan alamnya, geografisnya, dll).
Kebanggaan yang berkaitan dengan keanekaragaman 0-2
budaya, suku, adat istiadat tetapi dapat bersatu
Kebanggaan yang berkaitan dengan keramahtamahan 0-2
masyarakat Indonesia
Skor maksimum 8

d. Pembobotan soal uraian


Pembobotan adalah pemberian bobot kepada suatu soal dengan cara
membandingkannya dengan soal lain dalam suatu perangkat tes yang sama. Dengan
demikian, pembobotan soal uraian hanya dapat dilakukan dalam menyusun perangkat tes.
Apabila suatu soal uraian berdiri sendiri maka tidak dapat dihitung atau ditetapkan bobotnya.
Bobot setiap soal ujian yang ada dalam suatu perangkat tes ditentukan dengan
mempertimbangkan faktor – faktor yang berkaitan dengan materi dan karakteristik soal itu
sendiri, seperti luas lingkup materi yang hendak dibuat soalnya, esensialitas dan tingkat
kedalaman materi yang ditanyakan, dan tingkat kesukaran soal tersebut.
Selain faktor – faktor tersebut, hal yang perlu pula ditimbangkan dalam pembobotan soal
uraian adalah skala penskoran yang hendak digunakan, misalnya skala 10, atau skala 100.
Apabila digunakan skala 100 maka jumlah bobot semua soal yang dinyatan dalam perangkat
tes itu harus 100; demikian pula bila skala yang digunakan 10. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan perhitungan skor.
Sebagaimana telah dinyatakan diatas, tiap soal uraian, baik uraian objektif maupun non
objektif mempunyai skor mentah maksimum sendiri. Skor mentah maksimum suatu butir soal
uraian tidak ada hubungannya dengan bobot soal tersebut. Dengan demikian, suatu soal
dengan skor mentah maksimum 6, misalnya, dapat mempunyai bobot yang sama dengan skor
mentah maksimum, dapat pula lebih rendah atau lebih tinggi daripada skor mentah
maksimumnya.
Skor jadi yang diperoleh siswa yang menjawab suatu butir soal uraian ditetapkan dengan
jalan membagi skor mentah yang diperoleh dengan skor mentah maksimumnya kemudian
dikalikan dengan bobot soal tersebut. Rumus yang dipakai untuk penghitungan skor butir soal
(SBS) adalah :
SBS = skor butir soal
a    = skor mentah yang diperoleh siswa untuk butir soal
b     = skor mentah maksimum soal
c     = bobot soal

Setelah diperoleh skor setiap soal (SBSS) maka dapat dihitung total skor butir soal bebagi
skor total siswa (STS) untuk serangkaian soal dalam tes yang bersangkutan, dengan
menggunakan rumus :

Contoh 1, bila STS = Total Bobot Soal dan skala 100

Skor mentah Skor mentah Bobot soal Skor Butir


No.Soal perolehan maksimum Soal
(a) (b) (c) (SBS)
01 60 60 20 20,00
02 40 40 30 30,00
03 20 20 30 30,00
04 20 20 20 20,00
Jumlah 140 140 100 100,00(STS)
Contoh 2, bila STS  Total Bobot Soal dan skala 100

Skor mentah Skor mentah Bobot soal Skor Butir


No.Soal perolehan maksimum Soal
(a) (b) (c) (SBS)
01 30 60 20 10,00
02 40 40 30 30,00
03 20 20 30 30,00
04 10 20 20 10,00
Jumlah 100 140 100 80,00(STS)

Dalam penghitungan skor untuk satu butir soal (SBS) dan dalam penghitungan skor total
siswa (STS) untuk suatu perangkat tes, tidak terdapat perbedaan antara soal uraian objektif
dan soal uraian non-objektif.

e. Pembobotan soal Bentuk Campuran


Dalam beberapa situasi bisa digunakan soal bentuk campuran, yaitu pilihan dan
uraian. Pembobotan soal  bagian soal bentuk pilihan ganda dan bentuk uraian ditentukan oleh
cangkupan materi dan kompleksitas jawaban atau tingkat berfikir yang terlibat dalam
mengerjakan soal. Pada umumnya cakupan materi soal bentuk pilihan ganda lebih banyak,
sedang tingkat berfikir yang terlibat dalam mengerjakan soal bentuk uraian biasanya lebih
banyak dan lebih tinggi.
Suatu ulangan terdiri dari N1 soal pilihan ganda dan N2 soal uraian. Bobot untuk soal pilihan
ganda adalah w1 dan bobot untuk soal uraian adalah w2. Jika seseorang siswa menjawab benar
n1 pilihan ganda, dan n2 soal uraian, maka siswa itu mendapat skor :
Misalkan suatu bilangan terdiri dari 20 bentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan, dan 4 buah
bentuk soal uraian. Soal pilihan ganda bisa dijawab benar 15 dan dijawab salah 4, sedang
bentuk uraian bisa dijawab benar 20 dari skor maksimum 40. Apabila bobot pilihan ganda
adalah 0,40 dan bentuk uraian 0,60. Maka skor yang diperoleh dapat dihitung sebagai berikut:
a) Skor pilihan ganda tanpa koreksi jawaban dugaan: (16/20) x 100 = 80
b) Skor bentik uraian adalah: (20/40) x 100 = 50
c) Skor akhir adalah: 0,4 x (80) + 0,6 x (50) = 62

B. Penyusunan Instrumen Afektif dan Tehnik Penskorannya


1. Penyusunan Instrumen afektif
Komponen afektif ikut menentukan keberhasilan belajar siswa. Paling tidak ada dua
komponen afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat terhadap suatu pelajaran.
Sikap siswa terhadap pelajaran bisa positif bisa negatif atau netral. Tentu diharapkan sikap
siswa tehadap mata pelajaran tertentu positif sehingga akan timbul minat untuk belajar dan
mempelajarinya. Siswa yang memilih minat pada pelajran tertentu bisa diharapkan prestasi
belajarnya akan meningkat, bagi yang tidak berminat sulit untuk meningkatkan prestasi
belajarnya. Oleh karena itu, guru memilki tugas untuk membangkitkan minat kemudian
meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajran yang diampunya. Dengan demikian akan
terjadi usaha yang sinergi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Langkah pembuatan instrumen afektif termasuk sikap dan minat adalah sebagai berikut.
a. Pilih ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat.
b.Tentukan indikator minat: misalnya kehadiran dikelas, banyak bertanya, tepat waktu
mengumpulkan tugas, catatan di buku rapi, dan sebagainya. Hal ini selanjutnya ditanyakan
pada siswa.
c.Pilih tipe skala yang digunakan, misalnya Likert dengan 5 skala: Sangat senang, senang,
sama saja, kurang senang, dan tidak senang.
d.Telah insrumen oleh sejawat.
e.Perbaiki instrumen.
f.Siapkan inventori laporan diri.
g.Skor inventori.
h.Analisis hasil inventori skala minat dan skala sikap.

2. Teknik Penskoran Pengukuran Afektif


Misal dari insrumen untuk mengukur minat siswa yang telah berhasil dibuat ada 10
butir. Jika rentangan yang dipakai adlah 1 sampai 5, maka skor  terendah seorang siswa
adalah 10, yakni dari 10 x 1 dan skor tertinggi sebesar 50, yakni dari 10 x 5. Dengan
demikian, medianya adalah (10 + 50)/2 atau sebesar 30. Jika dibagi 4 kategori, maka skala 10
– 20 termasuk tidak berminat, 21 sampai 303 kurang berminat, 31 – 40 berminat, dan skala
41 – 50 sangat berminat
.
C. Penyusunan Tes Psikomotorik dan Teknik Penskorannya
1. Penyusunan Tes Psikomotorik
a. Bentuk Tes Psikomotorik
                Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan
atau kinerja (performance) yang telah dikuasai  siswa. Tes tersebut menurut Lunetta dkk.
(1981) dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi dan untuk kerja.
1) Tes paper and pencil, walaupun bentuk aktivitasnya seperti tes tulis, namun yang menjadi
sasarannya adalah kemampuan siswa dalam menampilkan karya, misal berupa desaian alat,
desain grafis, dan sebagainya.
2) Tes identifikasi : tes ini lebih ditujukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
mengidentifikasi sesuatu hal, misal menemukan bagian yang rusak atau yang tidak berfungsi
dari suatu alat.
3) Tes simulasi : tes ini dilakukan jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai
untuk memperagakan penampilan siswa, sehingga dengan simulasi tetap dapat dinilai apakah
seseorang sudah menguasai keterampilan dengan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah
menggunakan suatu alat.
4) Tes untuk kerja (work sample): tes ini dilakukan dengan alat yang sesungguhnya dan
tujuannya untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai/terampil menggunakan alat
tersebut.
Tes penampilan/perbuatan, baik berupa tes identifikasi, tes simulasi, ataupun unjuk kerja,
semuanya dapat diperoleh datanya dengan menggunakan daftar cek (check-list) ataupun skala
penilaian (rating scale). Daftar cek maupun skala penilaian juga dapat dipakai sebagai
“lembar penilaian” atau alat untuk observasi dalam rangka pengukuran yang bebas waktunya,
dalam arti tidak dilakukan dalam suasana ujian secara formal. Misal dipakai alat observasi
saat siswa mengejarkan praktikum dalam upaya memperoleh data selama siswa melakukan
proses pembelajaran praktek laboratorium.
Daftar cek lebih praktis jika digunakan untuk menghadapi subjek dalam jumlah besar atau
jika perbuatan yang dinilai memiliki resiko tinggi, misalnya dalam kegiatan praktikum
laboratorium yang menggunakan peralatan yang mahal, untuk menilai apakah seseorang
sudah mampu menggunakan mikroskop akan lebih tepat menggunakan daftar cek.
Skala penilaian cocok untuk menghadapi subjek yang sedikit. Perbuatan yang diukur
menggunakan alat berupa skala penilaian terentang dari sangat tidak sempurna sampai sangat
sempurna. Jika dibuat skala 5, maka skala 1 paling tidak sempurna dan skala 5 paling
sempurna.

b. Penyusunan butir soal bentuk daftar cek.


                Daftar cek berisi seperangkat  butir soal yang mencerminkan rangkaian
tindakan/perbuatan yang harus ditampilkan oleh peserta ujian, yang merupakan indikator-
indikator dari keterampilan yang akan diukur. Oleh karena itu dalam menyusun daftar cek
hendaknya:
(1) carilah indikator-indikator penguasaan keterampilan yang diujikan,
(2) susunlah indikator-indikator tersebut sesuai dengan urutan penampilannya.
 Kemudian dilakukan pengamatan terhadap subjek yang dinilai untuk melihat pemunculan
indikator-indikator yang dimaksud. Jika indikator tersebut muncul, maka diberi tanda V atau
ditulis kata “ya” pada tempat yang telah disediakan.
Misal akan melakukan pengukuran terhadap keterampilan siswa menggunakan termometer
badan. Untuk itu dicari indikator-indikator apa saja yang menunjukkan siswa terampil
menggunakan termometer  tersebut, misal indikator-indikatornya sebagai berikut:
1) Cara mengeluarkan termometer dari tempatnya.
2) Cara menurunkan posisi air raksa serendah-rendahnya.
3) Cara memasang termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya.
4) Lama waktu pemasangan termometer  pada tubuh orang yang diukur suhunya.
5) Cara mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur suhu tubuhnya.
6) Cara membaca tinggi air raksa dlam pipa kapiler  termometer.
Siswa dinyatakan terampil dalam hal tersebut jika ia mampu melakukan urutan kegiatan
berikut dengan benar. Setelah diperoleh indikator-indikator, kemudian disusun butir soalnya
dalam bentuk daftar cek sebagai berikut.
Beri tanda V untuk setiap penampilan yang benar dari setiap tindakan yang dilakukan siswa
seperti yang diuraikan di bawah ini!
1) Mengeluarkan termometer dari tempatnya dengan memegang bagian ujung yang tak berisi
air raksa.
2) Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler termometer serendah-rendahnya.
3) Memasang termometer pada tubuh pasien (dimulut, diketiak atau dubur) sehingga bagian
yang berisi air raksa kontak dengan tubuh  orang yang diukur suhunya.
4) Menunggu beberapa menit termometer tinggal pada orang yang diukur.
5) Mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur suhunya dengan memegang bagian
ujung yang tidak berisi air raksa.
6) Membaca tinggi air raksa dlam pipa kapiler termometer dengan posisi mata tegak lurus.
Jadi karakteristik butir-butirnya mengandung uraian/pernyataan tentang aspek perbuatan yang
sudah pasti, tinggal perbuatan itu muncul atau tidak.

c.  penyusunan butir soal bentuk skala penilaian


 Pada prinsipnya penyusunan skala penilaian tidak berbeda dengan penyusunan daftar
cek, yaitu mencari indikator-indikator yang mencerminkan keterampilan yang akan diukur,
yang berbeda adalah cara penyajiannya. Dalam skala penilaian, setelah diperoleh indikator-
indikator keterampilan selanjutnya ditentukan skala penilaian untuk setiap indikator. Misal,
skala 5 jika suatu indikator dikerjakan sangat tepat, 4 jika tepat, 3 jika agak tepat, 2 jika tidak
tepat dan 1 sangat tidak tepat. Jadi, pada prinsipnya ada tingkat-tingkat penampilan untuk
setiap indikator keterampilan yang akan diukur.
Contoh:
Untuk mengukur keterampilan siswa menggunakan termometer badan disusun skala
penilaian berikut.
Lingkari angka 5 jika suatu indikator dikerjakan sangat tepat, 4 jika tepat, 3 jika agak tepat, 2
jika tidak tepat dan 1 sangat tidak tepat untuk setiap tindakan di bawah ini!
5 4 3 2 1 Cara mengeluarkan termometer dari tempatnya.
5 4 3 2 1 Cara menurunkan posisi air raksa serendah-rendahnya.
5 4 3 2 1 Cara memasang termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya.
5 4 3 2 1 Lama waktu pemasangan termometer  pada tubuh orang yang diukur suhunya.
5 4 3 2 1 Cara mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur suhu tubuhnya.
5 4 3 2 1 Cara membaca tinggi air raksa dlam pipa kapiler  termometer.
Dalam hal ini, akan lebih akurat bila ada kriteria dari tiap butir yang rentang mulai dari skala
1 sampai 5. Dengan demikian, penilai yang manapun akan dengan tepat dapat menilai karena
sudah ada kriteria bahwa seseorang beri skala 1 untuk langkah yang menyangkut cara
mengeluarkan termometer diberi tempatnya demikian, dan diberi skala 2 karena demikian
dan seterusnya sampai kapan ia diberi skala 5. Kriteria tiap skala untuk setiap butir/langkah
juga harus sudah dihafal oleh penilai. Jadi jika dilakukan penilaian banyak ada keseragaman
antar penilai.

Teknik Penskoran Tes Psikomotorik


Dari contoh cara pengukuran suhu badan menggunakan skala penilaian, ada 6 butir
soal yang dipakai untuk mengukur kemampuan seseorang siswa. Jika untuk butir  1 siswa
yang bersangkutan memperoleh skor 5 berarti sempurna/benar, butir 2 memperoleh skor 4
berarti benar tetapi kurang sempurna, butir 3 memperoleh skor 4 berarti juga benar tetapi
kurang sempurna, butir 2 memperoleh skor 3 berarti kurang benar, butir 5 memperoleh skor 3
berarti kurang benar, butir 6 juga skor 3 berarti kurang benar, maka total skor yang dicapai
siswa tersebut adalah (5+4+4+3+3+3) atau = 22. Seorang sisa yang gagal akan memperoleh
skor 6, dan yang berhasil melakukan dengan sempurna memperoleh skor 30; maka median
skornya adalah (6+30)/2 = 18. Jika dibagi 4 kategori, maka yang memperoleh skor 6 – 12
dinyatakan gagal, skor 13 – 18 berarti kurang berhasil, skor 19 – 24 dinyatakan berhasil, dan
skor 25 sampai 30 dinyatakan sangat berhasil. Dengan demikian siswa dengan skor 21 dapat
dinyatakan sudah berhasil tetapi belum sempurna/belum sepenuhnya baik. Maka sifat
keterampilannya adalah absolut, maka setiap butir harus dicapai dengan sempurna (skala5).
Dengan demikian hanya siswa yang memperoleh skor total 30 yang dinyatakan berhasil dan
dengan kategori sempurna.
BAB III

KESIMPULAN

Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara,
metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang – orangan
maupun berupa objek – objek tertentu. Sikap mengacu pada perbuatan dan perilaku seseorang
tetapi bukan berarti semua perbuatan identic dengan sikap. Pelaksanaan penilaian sikap
sangat penting untuk mengukur kecakapan peserta didik terkait perilaku spiritual dan sosial
dalam kesehariannya baik di dalam maupun di luar kelas. Penilaian sikap tertuang dalam
Kompetensi Inti (KI) 1 dan Kompetensi Inti (KI) 2. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa teknik yakni observasi, penilaian diri, dan penilaian antar teman.

Langkah-langkah perencanaan penilaian sikap adalah sebagai berikut:


1. Menentukan sikap yang akan dikembangkan di sekolah mengacu pada KI-1 dan KI-2.
2. Menentukan indikator sesuai dengan kompetensi sikap yang akan dikembangkan.
Sebagai contoh, sikap pada KI-1 beserta indikator-indikatornya yang dapat
dikembangkan oleh sekolah

Kelemahan dan Kelebihan Penilaian Sikap.

a. Kelebihan Penilaian Sikap

1.Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberikepercayaan
untuk menilai dirinya sendiri

2.Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika merekamelakukan
penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahanyang dimilikinya

3.Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur,karena
mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.

b.Kekurangan Penilaian Sikap

1. Kurang mencerminkan kemampuan siswa


2. Mendorong siswa untuk merekayasa sikapnya

Cara penskorean dibagi berdasarkan bentuknya menjadi:

A. Kognitif
B. Afektif
C. Psikomotorik

Daftar Pustaka

http://evaluasipembelajaranelghazy.blogspot.com/2017/12/penilaian-sikap.html

https://www.edukasinfo.com/2021/04/macam-macam-teknik-penilaian-sikap.html

http://budimulyana84.blogspot.com/2016/08/perencaaan-penilaian-sikap.html

http://frintiskarianto.blogspot.com/2014/09/penyusunan-dan-teknik-penskoran.html

Anda mungkin juga menyukai