Anda di halaman 1dari 17

PERANAN ASESMEN SIKAP DALAM EVALUASI

PEMBELAJARAN

OLEH:
MUHAMMAD RISAL
NIM : G2G1 19017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS


PASCA SARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan memunajatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, rahmat,
nikmat, hidayah serta karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
membuat makalah tentang “Peranan Asesmen Penilaian Sikap Dalam Evaluasi
Pembelajaran” ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan dalam
penyusunannya. Dan tidak lupa pula sholawat dan salam semoga tetap terlimpah kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Evaluasi Pembelajaran IPS

Dalam penyelesaian makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof.Dr.Jafar Akhiri selaku Dosen Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran IPS


2. Teman-teman yang membantu dalam penyusunan makalah ini, dan
3. Semua pihak yang telah membantu penulis.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
mendapt ridho dari Allah SWT. Penulis mengharap kritik dan saran kepada pembaca
demi sempurnanya makalah ini.

Langara, 30 April 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................
D. Manfaat..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
Konsep Penilaian .....................................................................................
Penilaian Sikap dalam Proses Pembelajaran Di Kelas............................

Skala Penilaian.........................................................................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................
Kesimpulan...............................................................................................
Saran ........................................................................................................
Daftar Pustaka..................................................................................................

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada umumnya penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat dilakukan
berkaitan dengan objek sikap sebagai berikut :
1. Sikap terhadap mata pelajaran Sikap terhadap guru mata pelajaran Sikap
terhadap proses pembelajaran Sikap terhadap materi pembelajaran
2. Sikap berhubungan dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam diri
siswa melalui materi tertentu
3. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektifitas lintas kurikulum.
Yang mempengaruhi pembentukan sikap dalam proses pembelajaran, menurut
Klausmeir (1985) ada tiga model belajar pembentukan sikap yaitu : mengamati dan
meniru, menerima penguatan, menerima informasi verbal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penilaian sikap
2. Apa pengertian dari PBK
3. Apa saja macam – macam skala sikap
4. Apa saja komponen – komponen sikap
5. Tujuan penilaian sikap
C. Tujuan
1. Untuk memahami makna penilaian sikap
2. Untuk dapat mengetahui tentang Penilaian Berbasis Kelas
3. Unutuk mengetahui macam – macam skala sikap
4. Untuk mengetahui dan memahami komponen – komponen sikap
5. Unutuk memahami tujuan dari penilaian sikap
D. Manfaat
1. Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif
2. Melatif untukmenggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber
3. Meningkatkan pengorganisasian fakta atau data secara jelas dan sistematis
4. Memperoleh keputusan intelektual
5. Mengenal dengan kegiatan kepustakaan
6. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
7. Sebagai bahan acuan atau penelitian pendahuluan untuk meneliti selanjutnya

1
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Sikap
a. Pengertian Sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu
dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa
orang - orangan maupun berupa objek - objek tertentu. Sikap mengacu pada perbuatan
dan perilaku seseorang tetapi bukan berarti semua perbuatan identic dengan sikap.
 Sikap menurut para ilmuan
a) Birrent, et al (1981) mendefinisikan sikap sebagai kumpulan hasil evaluasi
seseorang terhadap objek, orang, atau masalah tertentu. Sikap menentukan
bagaimana pribadi seseorang di ekspresikan. Menurutnya sifat
kepribadiandapat didefinisikan sebagai pola kebiasaan atau cara bereaksi
terhadap. Sesuatu,oleh karena itu melalui sikap seseorang, kita dapat
mengenal siapa orang itu sebenarnya.
b) Menurut klausmeier (1985) ada tiga model belajar dalam rangka
pembentukan sikap, tiga model itu adalah: mengamati dan meniru,
menerima penguatan dan menerima informasi verbal. Ketiga model ini
sesuai dengan kepentingan penerapan dalam dunia pendidikan.
Pembelajaran model pertama berlangsung melalui pengamatan dan
peniruan. Bandura (1977) menyebut proses pembelajaran ini dengan
pembelajaran melalui model (learning through modeling). Model kedua
menerima penguatan pembelajaran model ini berlangsung melalui
pembiasan operan, yaitu dengan menerima atau tida menerima suatu
respons yang di tunjukan. Penguatan dapat berupa ganjaran (penguatan
positif) atau hukuman (penguatan negative). Model ketiga, menerima
informasi verbal, informasi tentang berbagai hal dapat d peroleh melalui
lisan atau tulisan. Informasi tentang objek tertentu yang di peroleh oleh
seseorang akan mempengaruhi pembentukan sikapnya terhadap terhadap
objek yang bersangkutan.
c) Menurut muhajirin (1992:75), mengatakan bahwa sikap merupakan
kecenderungan afeksi suka tidak suka pada suatu objek social. dst!
2

Dari beberapa pendapat ahli, diterapkan lima ciri yang menjadi karateristik sikap
seseorang oleh Rahmat (1998)
1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir. dan merasa
dalam menghadapi obyek, ide, situasi. atau nilai. Sikap bukan perilaku
tetapi merupakan kecenderungan berperilaku dengan cara tertentu terhadap
obyek sikap. Obyek sikap dapat berupa benda, orang, tempat, gagasan,
situasi, atau kelompok.
2. Sikap mempunyai daya pendorong. Sikap bukan hanya rekaman masa lalu
tetapi juga pilihan seseorang untuk menentukan apa yang disukai dan
menghindari apa yang tidak diinginkan.
3. Sikap relatif lebih menetap. Ketika satu sikap telah terbentuk pada diri
seseorang maka hal itu akan menetap dalam waktu relative lama karena hal
itu didasari pilihan yang menguntungkan dirinya
4. Sikap mengandung aspek evaluatif. Sikap akan bertahan selama obyek
sikap masih menyenangkan seseorang, tetapi kapan obyek sikap dinilainya
negatif maka sikap akan berubah.
5. Sikap timbul melalui pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, sehingga sikap
dapat diperteguh atau diubah melalui proses belajar.
Sedangkan menurut para ahli sikap seseorang dapat meramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada berbagai tingkah laku peserta
didik seperti perhatiannya yang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran,
kedisiplinan dalam belajar, memiliki motivasi yang tinggi untuk mengetahui
lebih jauh tentang apa yang sedang dipelajarinya, penghargaan dan rasa hormat
terhadap guru mata pelajaran yang bersangkutan.
b. Pengertian penilaian sikap dalam lingkungan pendidikan
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita sering melakukan
penilaian. Namun, banyak orang belum memahami secara tepat arti penilaian.
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta
didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta
2

didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-
kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Jadi, penilaian sikap adalah penilaian yang
dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi
pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. 
Popham (1995) mengatakan bahwa penilaian sikap menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Seorang peserta didik yang tidak memiliki
minat/karakter terhadap mata pelajaran tertentu, maka akan kesulitan untuk
mencapai ketuntasan belajar secara maksimal. Sedangkan peserta didik yang
memiliki minat/karakter terhadap mata pelajaran, maka akan sangat membantu
untuk mencapai ketuntasan pembelajaran secara maksimal.
David Krathwhohl dkk (1974) dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of
educational objective:Affective Domain. Penilaian sikap adalah penilaian yang
berkaitan
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara-cara tersebut
antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan
penggunaan skala sikap. Uraian dari masing-masing cara dikemukakan sebagai
berikut:

1. Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecendurungan
seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya, orang yang biasa minum kopi dapat
dipahami sebagai kecendurungan yang senang kepada kopi. Oleh karena itu,
guru dapat melakukan observasi terhadap siswa yang dibinanya. Hasil
observasi dapat dilakukan sebagai umpan balik dalam pembinaan.
2. Pertanyaan langsung.
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang
berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan siswa tentang
kebijakan yang baru di sekolah tentang “peningkatan Ketertiban”
3. Laporan pribadi
Penggunaan teknik ini disekolah, misalnya siswa diminta membuat
usulan yang berisi pandangan atau tanggapan tentang suatu masalah, keadaan,
atau hal yang menjadi objek sikap.
2

4. Skala sikap
Ada beberapa model skala yang dikembangkan oleh pakar untuk
mengukur sikap. Dalam buku ini akan diuraikan dua model saja, yaitu skala
diferensiasi semantik (scematic differential techniques) dan skala Likert (Likert
scales). Skala diferensiasi semantik memiliki dua kelebihan dibandingkan
dengan berbagai teknik yang lain. Pertama, teknik ini dapat digunakan dalam
berbagai bidang. Kedua, teknik ini sederhana dan mudah diimplementasikan
dalam pengukuran dan penilaian sikap siswa di kelas. Uraian secara rinci kedua
skala tersebut disajikan pada bab-bab berikutnya.
B. Penilaian Sikap dalam Proses Pembelajaran Di Kelas
a. Komponen-komponen Sikap
Sikap pada dasarnya terdiri atas tiga komponen yaitu:
1. Komponen afektif yaitu perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau
penilaiannya terhadap suatu objek.
2. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang
mengenai objek.
3. Komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat
dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
b. Tujuan Penilaian Sikap
Untuk mendapat umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa
sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan
program perbaikan bagi anak didiknya. Untuk mengetahui tingkat perubahan
tingkah laku anak didik yang dicapai antara lain diperlukan sebagai bahan
bagi perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orang tua
dan penentuan lulus tidaknya anak didik. Untuk menempatkan anak didik
dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian
dan kemampuan serta karakteristik anak didik.
1. Pentingnya penilaian sikap
Secara umum, semua mata pelajaran memiliki tiga domain tujuan.
Tiga domain tujuan itu adalah: peningkataan kemampuan kognitif;
peningkatan kemampuan afektif; dan peningkatan keterampilan
berhubungan dengan berbagai pokok bahasan yang ada dalam suatu mata
pelajaran. Namun demikian, selama ini penekanan yang sangat menonjol,
baik dalam proses pembelajaran maupun dalam pelaksanaan penilaiannya
adalah dalam domain kognitif. Domain afektif dan psikomor agak
terabaikan. Dampak yang terjadi, seperti yang menjadi sorotan
masyarakat akhir-akhir ini, lembaga-lembaga pendidikan menghasilkan
lulusan yang kurang memiliki sikap positif yang sesuai dengan nilai-nilai
yang berlaku dan kurang terampil untuk menjalani kehidupan dalam
masyarakat lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ini perlu diperbaiki.
Domain kognitif, afektif dan konatif atau psikomotor perlu mendapat
penekanan yang seimbang dalam proses pembelajaran dan penilaian.
2

Dengan demikian, penilaian sikap perlu dilaksanakan dengan sebaik-


baiknya, dan hasil penilaiannya perlu ditindak lanjuti.
2. Sikap dan objek yang perlu dinilai
Penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat, secara umum
dilakukan dalam berkaitan dengan berbagai objek sikap sebagai berikut:
a. Sikap terhadap mata pelajaran, siswa perlu memiliki sikap positif
terhadap mata pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri siswa akan
tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi
motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang
diajarkan. Oleh karena itu, guru perlu menilai tentang sikap siswa
terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
b. Sikap terhadap guru mata pelajaran. Siswa perlu memiliki sikap positif
terhadap guru, yang mengajar suatu mata pelajaran. Siswa yang memiliki
sikap yang tidak positif terhadap guru, akan cenderung mengabaikan hal-
hal yang diajarkan. Dengan demikian, siswa yang memiliki sikap
negative terhadap guru pelajaran akan sukar menyerap materi pelajaran
yang akan disampaikan oleh guru tersebut.
c. Sikap terhadap proses pembelajaran. Siswa juga perlu memiliki sikap
positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses
pembelajaran disini mencakup: suasana pembelajaran, strategi,
metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Tidak sedikit
siswa yang merasa kecewa atau tidak puas dengan proses pembelajaran
yang berlangsung, namun mereka tidak mempunyai keberanian untuk
menyatakan. Akibat mereka terpaksa mengikuti proses pembelajaran
yang berlangsung dengan perasaan yang kurang nyaman. Hal ini dapat
mempengaruhi terhadap penyerapan materi pelajaran.
d. Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada. Siswa juga
perlu memiliki sikap positif terhadap materi pembelajaran yang
diajarkan, sebagai kunci keberhasilan proses pembelajaran.
e. Sikap berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin ditanamkan
dalam diri siswa melalui suatu pokok bahasan. Misalnya, pengajaran
pokok bahasan KOPERASI dalam mata peajaran ilmu pengetahuan
sosial. Berhubungan dengan pokok bahasan ini, ada nilai-nilai luhur
tertentu yang relevan diajarkan dan diinternalisasikan dalam diri siswa.
Misalnya: kerjasama, kekeluargaan, hemat dan sebagainya. Dengan
demikian, untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran dan
internalisasi nilai-nilai tersebut dalam diri siswa perlu dilakukan
penilaian.
f. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum, seperti
yang diuraikan diatas. Kompetensi-kompetensi tersebut relevan juga
untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran berdasarkan
kurikulum 1994 yang masih berlaku.
2

3. Pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara-cara
tersebut antara lain:
a. Observasi perilaku
b. Pertanyaan langsung
c. Laporan pribadi
d. Skala sikap
Cara-cara tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukan
kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya, orang yang
bisa minum kopi, dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang
senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan
observasi terhadap siswa yang dibinanya. Hasil observasi dapat
dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan
b. Pertanyaan langsung
Guru juga dapat mengatakan secara langsung tentang sikap
siswa berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan
siswa tentang kebijakan yang baru diberlakukan disekolah tentang
“peningkatan ketertiban”. Berdasarkan jawaban dan reaksi lain dari
siswa dalam memberi jawaban dapat dipahami sikapnya terhadap
objek sikap tersebut. Guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam
menilai sikap dan membina siswa.
c. Laporan pribadi
Penggunaan teknik ini di sekolah, misalnya: siswa diminta
membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang
suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap.
Misalnya, siswa diminta menulis pandangannya tentang “Kerusuhan
Antaretnis” yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan
yang dibuat oleh siswa tersebut dapat dibaca dan dipahami
kecenderungan sikap yang dimilikinya.
Teknik ini agak sukar digunakan dalam mengukur dan menilai
sikap siswa secara klasikal. Guru memerlukan waktu lebih banyak untuk
membaca dan memahami sikap seluruh siswa.
c. Penilaian Berbasis Kelas (PBK)

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu pilar dalam kurikulum
berbasis komputer. Penilaian berbasis kelas adalah proses pengumpulan dan
penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar peserta
didik berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret atau
profil kemampuan peserta didik sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan
dalam kurikulum (Sujana, 2000,29). Penilaian berbasis kelas dilaksanakan secara
2

terpadu dengan kegiatan belajar mengajar. Penilaian dapat dilakukan baik dalam
suasana formal maupun informal, di dalam kelas, di luar kelas, terintegrasi dalam
kegiatan belajar mengajar atau dilakukan pada waktu yang khusus.

Menurut pusat kurikulum, istilah Penilaian Berbasis Kelas (PBK) digunakan


untuk menggambarkan suatu penilaian yang dilakukan secara terpadu dengan
kegiatan pembelajaran. Penilaian berbasis kelas ini bisa dipandang sebagai proses
pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil-hasil belajar
peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan
berkelanjutan, bukti-bukti autetik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas
publik. Proses ini mengidentifikasi pencapaian kompetensi atau hasil belajar yang
dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dicapai
disertai dengan peta kemajuan belajar peserta didik dan pelaporan.
Dalam Penilaian Berbasis Kelas (PBK), penilain diarahkan terhadap hasil
belajar peserta didik, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Aspek
kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual peserta didik, yang bila mengacu
pada taxonomi Bloom, bisa diklasifikasikan menjadi enam tingkatan, yaitu
knowledge, atau recall (kemampuan penerapan), analysis (kemampuan
menganalisis), synthesis (kemampuan menghubungkan), dan evaluation
(kemampuan mengevaluasi). Aspek afektif berkaitan dengan sikap peserta didik,
misalnya sikap terhadap belajar, rasa percaya diri, tanggung jawab dan sejenisnya.
Sedangkan aspek psikomotor berkaitan dengan keterampilan motorik peserta didik,
baik motorik halus, seperti kemampuan berbicara, menulis, menggambar,
menggunting, maupun motorik kasar, seperti kemampuan olahraga, kemampuan
menggunakan alat, kemampuan memainkan alat musik, dan sejenisnya
(Usman,2005: 45).
Dalam menilai performansi hasil belajar peserta didik, ada beberapa tipe
penilaian yang bisa digunakan. Priestely (1982) dalam Wiyono (2004) membedakan
menjadi enam, yaitu penilaian performansi aktual (actual performance assesment),
penilaian simulasi (simulation assesment), penilaian melalui pengamatan
(abservational assesment), penilaian oral (oral assesment), penilaian program
(program requirement), dan penilaian melalui tes (paper and pencil assesment)
(Rusman,2006: 37).
2

C. Skala Sikap
a. Pengolahan Data Skala penilaian atau Skala Sikap
Pada pengolahan data skala penilaian atau skala sikap pengolahannya hampir
sama dengan pengolahan data hasil observasi yang menggunakan skor atau nilai
dalam pengamatannya. Dengan demikian, untuk setiap siswa yang diukur melalui
skala penilaian atau skala sikap bisa ditentukan perolehan skor dari seluruh butir
pertanyaan, skor rata-rata dari setiap pertanyaan dengan membagi jumlah skor oleh
banyaknya pertanyaan, dan penginterpretasian terhadap pertanyaan mana yang
positif atau baik dan pertanyaan atau aspek mana yang negatif atau kurang baik. Data
hasil penilaian dan skala sikap sebenarnya menyerupai data hasil tes. Dengan
demikian dapat diolah seperti mengolah data hasil tes. Berikut ini hal-hal yang
berkaitan dengan pengolahan data skala penilaian atau skala sikap.
 Konversi Nilai
Standar yang sering digunakan dalam menilai hasil belajar dapat
dibedakan ke dalam beberapa kategori, yakni:
 Standar seratus (0-100)
 Standar sepuluh (0-10)
 Standar empat (1-4) atau dengan huruf (A-B-C-D)
 Prosedur Penyusunan Item Untuk Skala Sikap
Langkah-langkah penyusunan item untuk skala sikap adalah
sebagai berikut:
 Menentukan objek
 Merumuskan perilaku yang mengacu sikap terhadap objek
 Merumuskan karakteristik dari perilaku sikap tersebut
 Merinci lebih lanjut setiap karakteristik menjadi sejumlah atribut
yang lebih speifik
 Menentukan indikator penilaian terhadap setiap atribut tersebut
 Menyusun perangkat item sesuai dengan indikator yang telah
dirumuskan
 Suatu skala terdiri dari antara 20 sampai dengan 30 item
 Menyusun item tersebut, yang terdiri dari separuhnya dalam
bentuk pernyataan positif dan separuhnya dalam bentuk
pertanyaan negatif
 Menentukan banyak skala: lima atau tujuh atau sebelas alternatif
 Menentukan bobot nilai bagi tiap skalanya. Misalnya 4,3,2,1,0
untuk lima nilai skala, sebagai dasar perhitungan kuantitatif.
b. Macam – macam Skala Sikap
a. Skala likert
Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan
seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai dari
2

sangat negatif sampai dengan sangat positif. Penentuan lokasi itu dilakukan
dengan menguantifikasi pernyataan seseorang terhadap butir pernyataan
yang disediakan.
Untuk likert digunakan skala dengan lima angka, skala 1 (satu) berarti
sangat negative dan skala 5 (lima) berarti sangat positif. Skala ini disusun
dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respons yang
menunjukan tingkataan. Contoh pilihan respons:
SS = sangat setuju
S = setuju
TB/R = tidak punya pendapat atau ragu-ragu
TS = tidak setuju
STS = sangat tidak setuju
b. Skala thurstone
Merupakan skala mirip descriptive graphic rating scale karena
merupakan suatu onstrumen yang responsnya dengan memberi tanda
tertentu pada suatu kontinum baris. Perbedaannya terletak pada jumlah
skala, pada descriptive graphic rating, skala terdiri dari 5 tingkatan,
sedangkan pada skala thurstone jumlah skala yang digunakan berkisar
antara 7-11.
c. Skala guttman
Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek secara
berurutan. Responden di minta untuk menyatakan pendapatnya tentang
pernyataan itu (setuju atau tidak setuju). Bila ia setuju dengan pernyataan
pada nomer urut tertentu, maka di asumsikan juga setuju dengan pernyataan
sebelumnya dan tidak setuju dengan pernyataan sesudahnya.
d. Semantic differential
Instrument yang disusun oleh osgood dan kawan-kawan ini mengukur
konsep-konsep untuk tiga dimensi. Dimensi-dimensi yang ada di ukur
dalam kategori : menyenangkan- membosankan, sulit- mudah, baik-tidak
baik, kuat-lemah, berguna-tidak berguna, dan sebagainya.
2

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
 Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat
sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia
sekitarnya, baik berupa orang - orangan maupun berupa objek - objek
tertentu
 Ada beberapa teori penilaian sikap,yaitu : teori pembelajaran, teori
fungsional, teori pertimbangan sosial, teori konsistensi.
 Macam – macam skala dalam penilaian sikap: skala likert, skala
thurstone, guttman, semantic, differential.
 Beberapa komponen sikap yaitu: afektif,kognitif,konatif.
 Tujuan penilaian sikap yaitu: Untuk  mendapat  umpan  balik  (feedback)
baik  bagi  guru  maupun  siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses
belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan bagi anak
didiknya.
2. Saran
Demikianlah makalah ini disusun semoga Tuhan membimbing penulis agar
tidak hanya sekedar bisa menulis tetapi dapat merealisasikannya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca.
2

DAFTAR PUSTAKA

Rima Wati Ega. 2016. Kupas Tuntas Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena

Mudlofir Ali, Rusydiyah Evi Fatimatur. 2016. Desain Pembelajaran Inovatif.


Jakarta:PT Raja Grafindo Indonesia

Arifin zainal.2011.Evaluasi Pembelajaran.Bandung: PTRemaja Rosdakarya

Suprananto,Kusaeri.2012.Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Widoyoko Putro,Eko.2012.Evaluai Program Pembelajaran.Yogyakarta.Pustaka


Pelajar.

Hayati,mimin.2007.Teknik dan Penilaian pada tingkat satuan


pendidikan.Jakarta:Gaung persada press.

Arikuto,S & Jabar. 2004. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Supriyanto.2015. “Makalah Penilaian” . [Online]. Tersedia:


http://supriyantostai.blogspot.com/2015/01/makalah-penilaian.html. [21 Oktober
2016]
Lidia Neni. 2016. [online]. Tersedia:
https://www.academia.edu/7514418/TEKNIK_DAN_BENTUK_INSTRUMEN
_PENILAIAN_sikap. [21 Oktober 2016]
Muqarrobin Firdaus. 2015. [online]. Tersedia:
http://www.eurekapendidikan.com/2015/10/penilaian-pencapaian-kompetensi-
sikap.html. [21 Oktober 2016]

ShindyNing.2013.[online].Tersedia:
https://www.academia.edu/5474828/Kel_4_Penilaian_Sikap. [21 Oktober 2016]
2

SOAL

1. Tuliskan 3 komponen-komponen sikap ? (C1)


2. Jelaskan pengertian Penilaian Berbasis Kelas (PBK) menurut Sujana? (C2)
3. Bagaimana tekhnik pengolahan data skala penilaian atau skala sikap ? (C3)
4. Mengapa penilaian sikap itu sangat penting dalam lingkungan pendidikan ? (C4)
5. Observasi Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan
terhadap suatu hal.jelaskan makna dari pernyatan tersebut ? (C5)
6. Berikan kesimpulan tentang skala sikap skala likert ? (C6)

JAWAB

1. Tiga komponen-komponen sikap yaitu :


 Komponen Afektif
 Komponen Kognitif
 Komponen Psikomotor
2. Penilaian Berbasis Kelas (PBK) adalah adalah proses pengumpulan dan
penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar
peserta didik berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan
potret atau profil kemampuan peserta didik sesuai dengan daftar kompetensi
yang ditetapkan dalam kurikulum.
3. Teknik pengolahan data skala penilaian atau skla sikap terdiri atas :
 Konversi Nilai
Standar yang sering digunakan dalam menilai hasil belajar dapat dibedakan
ke dalam beberapa kategori, yakni:
 Standar seratus (0-100)
 Standar sepuluh (0-10)
 Standar empat (1-4) atau dengan huruf (A-B-C-D)
 Prosedur Penyusunan Item Untuk Skala Sikap
4. Penilaian sikap sangat penting dalam lingkungan pendidikan karena Penilaian
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang
peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif
dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
5. Makna dari pernyataan Observasi prilaku seseorang pada umumnya
menunjukkan kecenderungan terhadap suatu hal adalah guru dapat melakukan
observasi terhadap siswa yang dibinanya. Hasil observasi dapat dijadikan
sebagai umpan balik dalam pembinaan.
6. Skala sikap skla likert : Penentuan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu
kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan
sangat positif. Penentuan lokasi itu dilakukan dengan menguantifikasi
pernyataan seseorang terhadap butir pernyataan yang disediakan.
Untuk itu dalam skala likert trebagi atas lima angka, skala 1 (satu) berarti
sangat negative dan skala 5 (lima) berarti sangat positif. Skala ini disusun dalam
2

bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respons yang menunjukan
tingkataan

Anda mungkin juga menyukai