Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENILAIAN SIKAP
Tugas Matakuliah Evaluasi Pembelajaran

Oleh:
DELIMA SARI
17.88.86206.016

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PANGERAN ANTASARI MEDAN
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................
D. Manfaat..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
Konsep Penilaian .....................................................................................
Penilaian Sikap dalam Proses Pembelajaran Di Kelas............................

Skala Penilaian.........................................................................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................
Kesimpulan...............................................................................................
Daftar Pustaka..................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada umumnya penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat
dilakukan berkaitan dengan objek sikap sebagai berikut :
1. Sikap terhadap mata pelajaran Sikap terhadap guru mata pelajaran
Sikap terhadap proses pembelajaran Sikap terhadap materi
pembelajaran
2. Sikap berhubungan dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan
dalam diri siswa melalui materi tertentu
3. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektifitas lintas
kurikulum.

Yang mempengaruhi pembentukan sikap dalam proses


pembelajaran, menurut Klausmeir (1985) ada tiga model belajar
pembentukan sikap yaitu : mengamati dan meniru, menerima penguatan,
menerima informasi verbal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penilaian sikap
2. Apa pengertian dari PBK
3. Apa saja macam – macam skala sikap
4. Apa saja komponen – komponen sikap
5. Tujuan penilaian sikap

C. Tujuan
1. Untuk memahami makna penilaian sikap
2. Untuk dapat mengetahui tentang Penilaian Berbasis Kelas
3. Unutuk mengetahui macam – macam skala sikap
4. Untuk mengetahui dan memahami komponen – komponen sikap
5. Unutuk memahami tujuan dari penilaian sikap

D. Manfaat
1. Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif
2. Melatif untukmenggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber
3. Meningkatkan pengorganisasian fakta atau data secara jelas dan
sistematis
4. Memperoleh keputusan intelektual
5. Mengenal dengan kegiatan kepustakaan
6. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
7. Sebagai bahan acuan atau penelitian pendahuluan untuk meneliti
selanjutnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Sikap

a. Pengertian Sikap

Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu


dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik
berupa orang - orangan maupun berupa objek - objek tertentu. Sikap mengacu
pada perbuatan dan perilaku seseorang tetapi bukan berarti semua perbuatan
identic dengan sikap.

Sikap menurut para ilmuan

a. Birrent, et al (1981) mendefinisikan sikap sebagai kumpulan hasil evaluasi


seseorang terhadap objek, orang, atau masalah tertentu. Sikap menentukan
bagaimana pribadi seseorang di ekspresikan. Menurutnya sifat
kepribadiandapat didefinisikan sebagai pola kebiasaan atau cara bereaksi
terhadap. Sesuatu,oleh karena itu melalui sikap seseorang, kita dapat
mengenal siapa orang itu sebenarnya.

b. Menurut klausmeier (1985) ada tiga model belajar dalam rangka


pembentukan sikap, tiga model itu adalah: mengamati dan meniru,
menerima penguatan dan menerima informasi verbal. Ketiga model ini
sesuai dengan kepentingan penerapan dalam dunia pendidikan.
Pembelajaran model pertama berlangsung melalui pengamatan dan
peniruan. Bandura (1977) menyebut proses pembelajaran ini dengan
pembelajaran melalui model (learning through modeling). Model kedua
menerima penguatan pembelajaran model ini berlangsung melalui
pembiasan operan, yaitu dengan menerima atau tida menerima suatu
respons yang di tunjukan. Penguatan dapat berupa ganjaran (penguatan
positif) atau hukuman (penguatan negative). Model ketiga, menerima
informasi verbal, informasi tentang berbagai hal dapat d peroleh melalui
lisan atau tulisan. Informasi tentang objek tertentu yang di peroleh oleh
seseorang akan mempengaruhi pembentukan sikapnya terhadap terhadap
objek yang bersangkutan.

c. Menurut muhajirin (1992:75), mengatakan bahwa sikap merupakan


kecenderungan afeksi suka tidak suka pada suatu objek social. dst!

Dari beberapa pendapat ahli, diterapkan lima ciri yang menjadi karateristik
sikap seseorang oleh Rahmat (1998)
1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir. dan
merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi. atau nilai. Sikap bukan
perilaku tetapi merupakan kecenderungan berperilaku dengan cara
tertentu terhadap obyek sikap. Obyek sikap dapat berupa benda,
orang, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok.
2. Sikap mempunyai daya pendorong. Sikap bukan hanya rekaman masa
lalu tetapi juga pilihan seseorang untuk menentukan apa yang disukai
dan menghindari apa yang tidak diinginkan.
3. Sikap relatif lebih menetap. Ketika satu sikap telah terbentuk pada diri
seseorang maka hal itu akan menetap dalam waktu relative lama
karena hal itu didasari pilihan yang menguntungkan dirinya
4. Sikap mengandung aspek evaluatif. Sikap akan bertahan selama
obyek sikap masih menyenangkan seseorang, tetapi kapan obyek
sikap dinilainya negatif maka sikap akan berubah.
5. Sikap timbul melalui pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, sehingga
sikap dapat diperteguh atau diubah melalui proses belajar.
Sedangkan menurut para ahli sikap seseorang dapat meramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat
tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada berbagai tingkah
laku peserta didik seperti perhatiannya yang antusias dalam mengikuti
proses pembelajaran, kedisiplinan dalam belajar, memiliki motivasi yang
tinggi untuk mengetahui lebih jauh tentang apa yang sedang dipelajarinya,
penghargaan dan rasa hormat terhadap guru mata pelajaran yang
bersangkutan.

b. Pengertian penilaian sikap dalam lingkungan pendidikan


Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita sering
melakukan penilaian. Namun, banyak orang belum memahami secara tepat
arti penilaian. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang
sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi
(rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan
tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata)
dan nilai kuantitatif (berupa angka). Jadi, penilaian sikap adalah penilaian
yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Popham (1995) mengatakan bahwa penilaian sikap menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Seorang peserta didik yang tidak memiliki
minat/karakter terhadap mata pelajaran tertentu, maka akan kesulitan untuk
mencapai ketuntasan belajar secara maksimal. Sedangkan peserta didik yang
memiliki minat/karakter terhadap mata pelajaran, maka akan sangat
membantu untuk mencapai ketuntasan pembelajaran secara maksimal.
David Krathwhohl dkk (1974) dalam bukunya yang berjudul
Taxonomy of educational objective:Affective Domain. Penilaian sikap adalah
penilaian yang berkaitan
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara-cara
tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi,
dan penggunaan skala sikap. Uraian dari masing-masing cara dikemukakan
sebagai berikut:

1. Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecendurungan
seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya, orang yang biasa minum kopi
dapat dipahami sebagai kecendurungan yang senang kepada kopi. Oleh
karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap siswa yang
dibinanya. Hasil observasi dapat dilakukan sebagai umpan balik dalam
pembinaan.

2. Pertanyaan langsung.
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap
seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan
siswa tentang kebijakan yang baru di sekolah tentang “peningkatan
Ketertiban”
3. Laporan pribadi
Penggunaan teknik ini disekolah, misalnya siswa diminta membuat
usulan yang berisi pandangan atau tanggapan tentang suatu masalah,
keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap.
4. Skala sikap
Ada beberapa model skala yang dikembangkan oleh pakar untuk
mengukur sikap. Dalam buku ini akan diuraikan dua model saja, yaitu
skala diferensiasi semantik (scematic differential techniques) dan skala
Likert (Likert scales). Skala diferensiasi semantik memiliki dua
kelebihan dibandingkan dengan berbagai teknik yang lain. Pertama,
teknik ini dapat digunakan dalam berbagai bidang. Kedua, teknik ini
sederhana dan mudah diimplementasikan dalam pengukuran dan
penilaian sikap siswa di kelas. Uraian secara rinci kedua skala tersebut
disajikan pada bab-bab berikutnya.

B. Penilaian Sikap dalam Proses Pembelajaran Di Kelas


a. Komponen-komponen Sikap
Sikap pada dasarnya terdiri atas tiga komponen yaitu:
1. Komponen afektif yaitu perasaan yang dimiliki oleh seseorang
atau penilaiannya terhadap suatu objek.
2. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang
mengenai objek.
3. Komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau
berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran
objek sikap.
b. Tujuan Penilaian Sikap
Untuk mendapat umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun
siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
mengadakan program perbaikan bagi anak didiknya. Untuk
mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai
antara lain diperlukan sebagai bahan bagi perbaikan tingkah laku anak
didik, pemberian laporan kepada orang tua dan penentuan lulus
tidaknya anak didik. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi
belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan
kemampuan serta karakteristik anak didik.
1. Pentingnya penilaian sikap
Secara umum, semua mata pelajaran memiliki tiga domain
tujuan. Tiga domain tujuan itu adalah: peningkataan kemampuan
kognitif; peningkatan kemampuan afektif; dan peningkatan
keterampilan berhubungan dengan berbagai pokok bahasan yang
ada dalam suatu mata pelajaran. Namun demikian, selama ini
penekanan yang sangat menonjol, baik dalam proses pembelajaran
maupun dalam pelaksanaan penilaiannya adalah dalam domain
kognitif. Domain afektif dan psikomor agak terabaikan. Dampak
yang terjadi, seperti yang menjadi sorotan masyarakat akhir-akhir
ini, lembaga-lembaga pendidikan menghasilkan lulusan yang
kurang memiliki sikap positif yang sesuai dengan nilai-nilai yang
berlaku dan kurang terampil untuk menjalani kehidupan dalam
masyarakat lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ini perlu
diperbaiki. Domain kognitif, afektif dan konatif atau psikomotor
perlu mendapat penekanan yang seimbang dalam proses
pembelajaran dan penilaian. Dengan demikian, penilaian sikap
perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dan hasil penilaiannya
perlu ditindak lanjuti.
2. Sikap dan objek yang perlu dinilai
Penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat, secara
umum dilakukan dalam berkaitan dengan berbagai objek sikap
sebagai berikut:
a. Sikap terhadap mata pelajaran, siswa perlu memiliki sikap positif
terhadap mata pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri siswa
akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah
diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran
yang diajarkan. Oleh karena itu, guru perlu menilai tentang sikap
siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
b. Sikap terhadap guru mata pelajaran. Siswa perlu memiliki sikap
positif terhadap guru, yang mengajar suatu mata pelajaran. Siswa
yang memiliki sikap yang tidak positif terhadap guru, akan
cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian,
siswa yang memiliki sikap negative terhadap guru pelajaran akan
sukar menyerap materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru
tersebut.
c. Sikap terhadap proses pembelajaran. Siswa juga perlu memiliki
sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.
Proses pembelajaran disini mencakup: suasana pembelajaran,
strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan.
Tidak sedikit siswa yang merasa kecewa atau tidak puas dengan
proses pembelajaran yang berlangsung, namun mereka tidak
mempunyai keberanian untuk menyatakan. Akibat mereka terpaksa
mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung dengan perasaan
yang kurang nyaman. Hal ini dapat mempengaruhi terhadap
penyerapan materi pelajaran.
d. Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada. Siswa
juga perlu memiliki sikap positif terhadap materi pembelajaran
yang diajarkan, sebagai kunci keberhasilan proses pembelajaran.
e. Sikap berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin
ditanamkan dalam diri siswa melalui suatu pokok bahasan.
Misalnya, pengajaran pokok bahasan KOPERASI dalam mata
peajaran ilmu pengetahuan sosial. Berhubungan dengan pokok
bahasan ini, ada nilai-nilai luhur tertentu yang relevan diajarkan
dan diinternalisasikan dalam diri siswa. Misalnya: kerjasama,
kekeluargaan, hemat dan sebagainya. Dengan demikian, untuk
mengetahui hasil dari proses pembelajaran dan internalisasi nilai-
nilai tersebut dalam diri siswa perlu dilakukan penilaian.
f. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum,
seperti yang diuraikan diatas. Kompetensi-kompetensi tersebut
relevan juga untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran
berdasarkan kurikulum 1994 yang masih berlaku.
3. Pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara-
cara tersebut antara lain:
a. Observasi perilaku
b. Pertanyaan langsung
c. Laporan pribadi
d. Skala sikap

Cara-cara tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai


berikut:

a. Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukan
kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya, orang
yang bisa minum kopi, dapat dipahami sebagai
kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu,
guru dapat melakukan observasi terhadap siswa yang
dibinanya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan
balik dalam pembinaan
b. Pertanyaan langsung
Guru juga dapat mengatakan secara langsung tentang
sikap siswa berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya,
bagaimana tanggapan siswa tentang kebijakan yang baru
diberlakukan disekolah tentang “peningkatan ketertiban”.
Berdasarkan jawaban dan reaksi lain dari siswa dalam
memberi jawaban dapat dipahami sikapnya terhadap objek
sikap tersebut. Guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam
menilai sikap dan membina siswa.
c. Laporan pribadi
Penggunaan teknik ini di sekolah, misalnya: siswa
diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau
tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang
menjadi objek sikap. Misalnya, siswa diminta menulis
pandangannya tentang “Kerusuhan Antaretnis” yang terjadi
akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh siswa
tersebut dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang
dimilikinya.
Teknik ini agak sukar digunakan dalam mengukur dan
menilai sikap siswa secara klasikal. Guru memerlukan waktu lebih
banyak untuk membaca dan memahami sikap seluruh siswa.

c. Penilaian Berbasis Kelas (PBK)

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu pilar dalam


kurikulum berbasis komputer. Penilaian berbasis kelas adalah proses
pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian nilai
terhadap hasil belajar peserta didik berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya
sehingga didapatkan potret atau profil kemampuan peserta didik sesuai dengan
daftar kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum (Sujana, 2000,29).
Penilaian berbasis kelas dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar
mengajar. Penilaian dapat dilakukan baik dalam suasana formal maupun
informal, di dalam kelas, di luar kelas, terintegrasi dalam kegiatan belajar
mengajar atau dilakukan pada waktu yang khusus.

Menurut pusat kurikulum, istilah Penilaian Berbasis Kelas (PBK)


digunakan untuk menggambarkan suatu penilaian yang dilakukan secara
terpadu dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian berbasis kelas ini bisa
dipandang sebagai proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi
tentang hasil-hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip
penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autetik, akurat, dan
konsisten sebagai akuntabilitas publik. Proses ini mengidentifikasi pencapaian
kompetensi atau hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang
jelas tentang standar yang harus dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar
peserta didik dan pelaporan.

Dalam Penilaian Berbasis Kelas (PBK), penilain diarahkan terhadap


hasil belajar peserta didik, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual peserta didik, yang
bila mengacu pada taxonomi Bloom, bisa diklasifikasikan menjadi enam
tingkatan, yaitu knowledge, atau recall (kemampuan penerapan), analysis
(kemampuan menganalisis), synthesis (kemampuan menghubungkan), dan
evaluation (kemampuan mengevaluasi). Aspek afektif berkaitan dengan sikap
peserta didik, misalnya sikap terhadap belajar, rasa percaya diri, tanggung
jawab dan sejenisnya. Sedangkan aspek psikomotor berkaitan dengan
keterampilan motorik peserta didik, baik motorik halus, seperti kemampuan
berbicara, menulis, menggambar, menggunting, maupun motorik kasar, seperti
kemampuan olahraga, kemampuan menggunakan alat, kemampuan
memainkan alat musik, dan sejenisnya (Usman,2005: 45).

Dalam menilai performansi hasil belajar peserta didik, ada beberapa


tipe penilaian yang bisa digunakan. Priestely (1982) dalam Wiyono (2004)
membedakan menjadi enam, yaitu penilaian performansi aktual (actual
performance assesment), penilaian simulasi (simulation assesment), penilaian
melalui pengamatan (abservational assesment), penilaian oral (oral
assesment), penilaian program (program requirement), dan penilaian melalui
tes (paper and pencil assesment) (Rusman,2006: 37).
C. Skala Sikap
a. Pengolahan Data Skala penilaian atau Skala Sikap
Pada pengolahan data skala penilaian atau skala sikap
pengolahannya hampir sama dengan pengolahan data hasil observasi yang
menggunakan skor atau nilai dalam pengamatannya. Dengan demikian,
untuk setiap siswa yang diukur melalui skala penilaian atau skala sikap
bisa ditentukan perolehan skor dari seluruh butir pertanyaan, skor rata-rata
dari setiap pertanyaan dengan membagi jumlah skor oleh banyaknya
pertanyaan, dan penginterpretasian terhadap pertanyaan mana yang positif
atau baik dan pertanyaan atau aspek mana yang negatif atau kurang baik.
Data hasil penilaian dan skala sikap sebenarnya menyerupai data hasil tes.
Dengan demikian dapat diolah seperti mengolah data hasil tes. Berikut ini
hal-hal yang berkaitan dengan pengolahan data skala penilaian atau skala
sikap.
1. Konversi Nilai
Standar yang sering digunakan dalam menilai hasil belajar dapat
dibedakan ke dalam beberapa kategori, yakni:
 Standar seratus (0-100)
 Standar sepuluh (0-10)
 Standar empat (1-4) atau dengan huruf (A-B-C-D)
2. Prosedur Penyusunan Item Untuk Skala Sikap
Langkah-langkah penyusunan item untuk skala sikap
adalah sebagai berikut:
 Menentukan objek
 Merumuskan perilaku yang mengacu sikap terhadap objek
 Merumuskan karakteristik dari perilaku sikap tersebut
 Merinci lebih lanjut setiap karakteristik menjadi sejumlah
atribut yang lebih speifik
 Menentukan indikator penilaian terhadap setiap atribut
tersebut
 Menyusun perangkat item sesuai dengan indikator yang
telah dirumuskan
 Suatu skala terdiri dari antara 20 sampai dengan 30 item
 Menyusun item tersebut, yang terdiri dari separuhnya
dalam bentuk pernyataan positif dan separuhnya dalam
bentuk pertanyaan negatif
 Menentukan banyak skala: lima atau tujuh atau sebelas
alternatif
 Menentukan bobot nilai bagi tiap skalanya. Misalnya
4,3,2,1,0 untuk lima nilai skala, sebagai dasar perhitungan
kuantitatif.

b. Macam – macam Skala Sikap


a. Skala likert
Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan
seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai
dari sangat negatif sampai dengan sangat positif. Penentuan lokasi itu
dilakukan dengan menguantifikasi pernyataan seseorang terhadap
butir pernyataan yang disediakan.
Untuk likert digunakan skala dengan lima angka, skala 1 (satu)
berarti sangat negative dan skala 5 (lima) berarti sangat positif. Skala
ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan
respons yang menunjukan tingkataan. Contoh pilihan respons:
SS = sangat setuju
S = setuju
TB/R = tidak punya pendapat atau ragu-ragu
TS = tidak setuju
STS = sangat tidak setuju
b. Skala thurstone

Merupakan skala mirip descriptive graphic rating scale karena


merupakan suatu onstrumen yang responsnya dengan memberi tanda
tertentu pada suatu kontinum baris. Perbedaannya terletak pada
jumlah skala, pada descriptive graphic rating, skala terdiri dari 5
tingkatan, sedangkan pada skala thurstone jumlah skala yang
digunakan berkisar antara 7-11.

c. Skala guttman
Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek
secara berurutan. Responden di minta untuk menyatakan pendapatnya
tentang pernyataan itu (setuju atau tidak setuju). Bila ia setuju dengan
pernyataan pada nomer urut tertentu, maka di asumsikan juga setuju
dengan pernyataan sebelumnya dan tidak setuju dengan pernyataan
sesudahnya.

d. Semantic differential
Instrument yang disusun oleh osgood dan kawan-kawan ini mengukur
konsep-konsep untuk tiga dimensi. Dimensi-dimensi yang ada di ukur
dalam kategori : menyenangkan- membosankan, sulit- mudah, baik-
tidak baik, kuat-lemah, berguna-tidak berguna, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
 Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat
sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap
dunia sekitarnya, baik berupa orang - orangan maupun berupa
objek - objek tertentu
 Ada beberapa teori penilaian sikap,yaitu : teori pembelajaran, teori
fungsional, teori pertimbangan sosial, teori konsistensi.
 Macam – macam skala dalam penilaian sikap: skala likert, skala
thurstone, guttman, semantic, differential.
 Beberapa komponen sikap yaitu: afektif,kognitif,konatif.
 Tujuan penilaian sikap yaitu: Untuk mendapat umpan balik
(feedback) baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program
perbaikan bagi anak didiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Rima Wati Ega. 2016. Kupas Tuntas Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena

Mudlofir Ali, Rusydiyah Evi Fatimatur. 2016. Desain Pembelajaran Inovatif.


Jakarta:PT Raja Grafindo Indonesia

Arifin zainal.2011.Evaluasi Pembelajaran.Bandung: PTRemaja Rosdakarya

Suprananto,Kusaeri.2012.Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Widoyoko Putro,Eko.2012.Evaluai Program Pembelajaran.Yogyakarta.Pustaka


Pelajar.

Hayati,mimin.2007.Teknik dan Penilaian pada tingkat satuan


pendidikan.Jakarta:Gaung persada press.

Arikuto,S & Jabar. 2004. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Supriyanto.2015. “Makalah Penilaian” . [Online]. Tersedia:


http://supriyantostai.blogspot.com/2015/01/makalah-penilaian.html. [21
Oktober 2016]

Lidia Neni. 2016. [online]. Tersedia:


https://www.academia.edu/7514418/TEKNIK_DAN_BENTUK_INSTRU
MEN_PENILAIAN_sikap. [21 Oktober 2016]

Muqarrobin Firdaus. 2015. [online]. Tersedia:


http://www.eurekapendidikan.com/2015/10/penilaian-pencapaian-
kompetensi-sikap.html. [21 Oktober 2016]

Anda mungkin juga menyukai