Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

JAKARTA 2023

INSTRUMEN SKALA SIKAP


Mata Kuliah : Evaluasi Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. Lambok Simamora, M.Pd

KELAS 3A MIPA NON REGULAR A


PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Disusun oleh : Kelompok 8

01 Ahmad Rifa'i 20217279012

02 Lutfi Aldiansyah 20217279018

03 Aprilia Loisita Kaensige 20217279024

04 Hasna Maulia 20217279103

05 Sella Oktaviana 20217279115

06 Rina Setyawati 20217279119


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini
diataranya dapat dilihat dari hasil evaluasinya. Evaluasi pembelajaran dapat di artikan sebagai suatu
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan
hasilnya untuk memperoleh suatu kesimpulan. Sesuai pendapat Groundlund dan Linn (1990) yang
mengatakan bahwa “evaluasi pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis, dan
mengintepretasi informasi secara sistematik untuk menetapkan sejauh mana pencapaian tujuan
pembelajaran”.

Ada tiga domain tujuan pembelajaran menurut Benjamin S. Bloom, Krathwohl dan masia yaitu domain
kognitif, afektif dan psikomotori. Maka berarti evaluasi pun dilakukan untuk mengukur ketercapaian
ketiga domain tersebut, dalam implementasinya. Dengan kata lain jika seorang guru/ dosen akan
melakukan evaluasi, maka terlebih dahulu guru/dosen harus menyusun instrument evaluasi. Berbeda
dengan instrument evaluasi domain kognitif dan psikomotor, instrument evaluasi domain afektif perlu di
rancang sedemikian rupa sehingga dapat mengukur kemampuan yang berkenaan dengan perasaan,
emosi, sikap/derajat penerimaan atau penolakan suatu objek. Dilihat dari bentuk instrument dan
pernyataan maka kita mengenal berbagai bentuk skala sikap yang dapat digunakan dalam pengukuran
bidang pendidikan yaitu : skala Guttman, skala Sematik, Differential, Rating scale, dan skala Thurstone.

BAB I
B. RUMUSAN MASALAH PENDAHULUAN

• Apa yang di maksud skala sikap ?

• Apa ciri – ciri skala sikap ?

• Apa kelemahan dan kelebihan skala sikap ?

• Bagaimana contoh insrumen dari pengukuran skala sikap ?

• Sebutkan macam – macam skala sikap ?

C. TUJUAN

• Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan skala sikap

• Untuk mengetahui apa ciri – ciri skala sikap

• Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan skala sikap

• Untuk mengetahui bagaimana contoh instrumen pengukuran skala sikap

• Untuk mengetahui macam – macam skala sikap

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SIKAP

Sikap merupakan perwujudan dari penilaian, perasaan, serta tindakan terhadap suatu objek. Sikap yang
berbeda-beda pada setiap orang tersebut terjadi karena adanya pemahaman, pengalaman, pengetahuan dan
pertimbangan yang sudah pernah dialami seseorang dalam suatu objek.

Sedangkan Sarwono (2009), menyatakan bahwa sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa
senang, tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseotrang terhadap “sesuatu”. Wujud
“sesuatu” tersebut bisa benda, kejadian, situasi, orang-orang, atau kelompok. Dengan demikian, sikap
merupakan sesuatu hal rasa suka atau tidak suka yang muncul karena adanya objek tertentu.

Azwar (dalam Mawardi, 2019) menjelaskan bahwa sikap diartikan sebagai suatu reaksi atau respon yang
muncul dari seseorang individu terhadap objek yang kemudian memunculkan kecenderungan perilaku individu
terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu. Sementara Alport (Zakaria, 2011, dalam Mawardi, 2019)
menekankan bahwa sikap merupakan suatu keadaan neuropsikis dari kesiapan seseorang untuk melakukan
kegiatan mental dan kesiapan untuk merespon, suatu keadaan batin individu yang terarah pada suatu nilai.
Menurut Mawardi (2019), dua pengertian sikap nampak bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktifitas, akan tetapi berupa kesiapan dan kecenderungan untuk merespon.

Sikap yang dimiliki oleh seseorang lebih dipandang sebagai hasil belajar dari pada hasil perkembangan atau
sesuatu yang diturunkan. Sikap adalah respon seseorang dalam menanggapi, menilai, dan bertindak terhadap
objek sosial yang meliputi simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan lain sebagainya dengan hasil
yang positif atau negatif.

B. PENGERTIAN SKALA SIKAP

Skala sikap merupakan salah satu jenis alat ukur sikap responden mengenai suatu hal. Menurut Soesilo
dan Sumardjono (2015), awalnya skala sikap dikembangkan oleh Rensis Likert pada tahun 1932, untuk
mengukur sikap masyarakat. Skala sikap adalah suatu skala psikometrik yang digunakan dalam
kuesioner dan merupakan teknik yang digunakan dalam evaluasi suatu program.
Menurut Soesilo dan Sumardjono (2015), sikap menggambarkan tentang kecenderungan berperilaku
atau reaksi seseorang terhadap objek atau stimulus yang datang padanya. Sikap juga dapat diartikan
sebagai suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun
perasaan tidak mendukung (unfavourable) pada suatu objek.
Selanjutnya Soesilo dan Sumardjono (2015) juga menjelaskan bahwa instrumen yang mengukur tentang
sikap tersebut biasanya disebut sebagai skala sikap. Skala sikap hanya menanyakan tentang sikap
responden yang terkait dengan suatu variabel atau objek. Sedangkan angket dapat mengukur banyak
variabel, dan jawaban responden tidak dapat di-skoring (nilai) dan juga tidak dapat diskalakan. Jawaban
setiap item dalam skala sikap mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat
berupa kata-kata antara lain: Sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS) dan sangat tidak
setuju (STS).
Melalui skala sikap, guru BK dapat mengetahui tanggapan individu dari peserta didik terhadap suatu
hal, baik perasaan, pengetahuan bahkan kecenderungan individu menanggapi suatu hal tersebut. Skala
sikap dapat mengukur nilai minat dan juga perhatian seseorang terhadap suatu hal.
B. PENGERTIAN SKALA SIKAP

Dengan demikian guru BK dapat mengetahui masalah yang dihadapi peserta didiknya dan
dapat mengupayakan layanan terbaik dan yang paling tepat untuk masalah peserta didiknya.

Menurut Schartzer dan Stone (dalam Soesilo dan Sumardjono, 2015).


Pengembangan skala sikap dapat mengikuti langkah – langkah sebagai berikut:

• Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya

• Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dengan objek penilaian
sikap

• Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala

• Menentukan skala dan penskoran

Sikap dapat diukur dengan metode/teknik;

1. Measurement by scale adalah pengukuran sikap dengan menggukana skala ini munculah
skala sikap

2. Measurement by rating adalah pengukuran sikap dengan meminta pendapat atau penilaian
para ahli yang mengetahui sikap individu yang di uji

3. Indirect method adalah pengukuran sikap secara tidak langsung yakni mengamati
(experiment) perubahan sikap/pendapat

C. CIRI-CIRI SKALA SIKAP

Adapun ciri – ciri skala sikap adalah :


1. Penilaian terdiri dari 3 komponen yaitu : kognitif (konseptual). Afektif (emosional), konatif (perilaku)
2. Terdiri dari 3 penilaian yaitu : menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab.
3. Teknik penilaian dapat dilakukan dengan observasi perilaku, pernyataan langsung dan laporan pribadi
4. Skala penilaiannya dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden

D. Kelebihan dan Kelemahan skala sikap

Sebelum menggunakan suatu instrumen, seperti skala sikap, sebaiknya peneliti maupun guru BK juga perlu
memahami tentang kelebihan dan kelemahan instrumen yang hendak dipakainya. Dengan demikian, peneliti sejak awal
dapat meminimalisir kelemahan dari hasil penelitiannya.
1.Kelebihan Skala Sikap
a) Melalui skala sikap, responden dapat diklasifikasikan menurut urutan klas berdasar skore yang diperoleh
b) Dalam penyusunan skala sikap terdapat kebebasan dalam memasukan pertanyaan- pertanyaan, asalkan sesuai
dengan konteks permasalahan.
c) Dalam skala sikap dapat mengukur validitas dan reliabilitas instrument
d) Lebih mudah dalam analisa setelah skor setiap item dari para responden didapatkan.
D. Kelebihan dan Kelemahan skala sikap

2. Kelemahan skala sikap

Adapun kelemahan skala sikap yaitu :

a) Penyusunan skala sikap cukup rumit dibanding dengan instrumen lainnya

b) Skala sikap hanya mengukur satu variabel meskipun dengan menggunakan banyak item pernyataan atau
pertanyaan yang harus diisi oleh responden

c) Kadangkala total skor dari individu tidak memberikan arti yang jelas, karena banyak pola respons terhadap
beberapa item akan memberikan skor yang sama. Adanya kelemahan di atas sebenarnya dapat dipikirkan sebagai
error dari respons yang terjadi

terdapat kesalahan-kesalahan di pihak rater, antara lain berupa:

1) Personal Bias Error, yaitu kesalahan di pihak rater (observer selama observasi) karena generalisasi terhadap
individu, seperti terhadap kelompok minoritas

2) Error of Central Tendency, yaitu kesalahan responden karena menghindari membubuhkan penilainya pada skala
ekstrim

3) Halo Effect Error, yaitu kesalahan observer atau enumerator karena kurang menyadari adanya pengaruh ciri ciri
luar biasa individu yang diamati

4) Logical Error, yaitu kesalahan enumerator karena kurang memahami sifat yang harus di nilai.

E. Contoh Instrumen dari skala sikap

Adapun contoh instrumen dari skala sikap adalah :

1. Kuesioner, yaitu instrument dalam bentuk pertanyaan yang biasanya dimasukan untuk mendapatkan
informasi berkaitan dengan pendapat, aspirasi, persepsi, keinginan dan keyakinan secara tertulis

2. Angket, daftar pernyataan yang diberikan pada org lain dengan tujuan agar orang yang diberi
bersedia memberikan respon yang sesuai. Contoh

Petunjuk :

1. Bacalah pernyataan – pernyataan


di bawah ini dengan teliti
2. Berikan tanda checklist pada
salah satu kolom yang paling sesuai
dengan pendapatmu

Keterangan :

S : setuju

TS : Tidak Setuju

F. Jenis/Macam skala sikap

Ada beberapa bentuk skala sikap, antara lain : skala


linkert, skala Thurstone, skala Gutman dan sematik
differential

1. Skala Likert (Method of Summated Rating)

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,


pendapat, dan persepsi dari individu atau kelompok
tentang fenomena sosial. Fenomena ini disebut
variabel penelitian yang telah ditetapkan secara
spesifik oleh peneliti . jawaban dari setiap instrument
yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negative yang dapat
berupa kata – kata, antara lain : sangat setuju, setuju,
ragu – ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju, selalu,
sering, kadang – kadang, tidak pernah,. Instrument
penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat
dalam bentuk ceklis atau pilihan ganda

2. Skala Gutman

Skala Gutman disebut skala scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dan sikap atau
sifat yang diteliti, yang sering disebut dengan atribut universal. Skala Gutman merupakan skala yang untuk jawaban yang
bersifat jelas dan konsisten, yaitu benar – salah, pernah tidak, dan ya-tidak. Untuk jawaban positif seperti benar, ya, tinggi,
baik, dan sebagainya di beri skor 1; sedangkan untuk jawaban negative seperti salah, tidak, rendah, buruk, dansebagainya
diberi skor 0, skala ini dapat dengan bentuk centang maupun pilihan ganda.

Contoh :

Apakah anda setuju bila si A menjadi ketua osis di sekolah ini ?

Ya

Tidak

Skala ini disebut kumulatif karena jawaban dapat diakumulasikan, misalnya :

Asosiasi guru – orang tua mempuanyai peran penting dalam perkembangan sekolah ?

Setuju

Tidak setuju

3. Skala diferensial

Skala diferensial yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihanganda maupun checklist, tetapi tersusun
dalam satu garis kontingen dimana jawaban yang sangat positif terletak di bahagian kanan garis, dan jawaban yang sangat
negative terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Skala perbedaan sematik berisikan serangkaian karakteristik bipolar
(dua kutub), seperti : panas – dingin, popular – tidak popular, baik – tidak baik, dan sebagainya. Karakteristik bipolar
tersebut mempunyai tiga dimensi dasar sikap seseorang terhadap objek, yaitu :

a. Potensi, yaitu kekuatan atau atraksi fisik suatu objek

b. Evaluasi, yaitu hal – hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan suatu objek

c. Aktifitas, yaitu tingkat gerakan suatu objek

F. Jenis/Macam skala sikap

4. Rating Scale
Rating Scale adalah data kuantitatif yang kemudian di tafsirkan
dalam pengertian kualitatif. Seperti halnyadengan skala lain, dalam
Rating Scale responden akan memilih salah satu jawaban
kuantitatif yang telah disediakan.
Rating scale lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi
dapat juga digunakan untuk mengukur persepsi responden
terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk mengukur
status sosial, ekonomi, iptek, instansi, dan lembaga, kepuasan
pelanggan, produktifitas kerja dan lainnya. Dalam rating scale, yang
paling penting adalah kemampuan menerjemahkan alternative
jawaban yang dipilih responden. Misalnya responden memilih
jawaban angka 3, tetapi angka 3 oleh orang tertentu belum tentu
sama dengan angka 3 bagi orang lain yang juga memiliki jawaban
angka 3
Contoh :
Seberapa baik televise merk X?
Berilah jawaban angka
4 bila produk sangat baik
3 bila produk cukup baik
2 bila produk kurang baik
1 bila produk sangat tidak baik
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Sikap adalah respon seseorang dalam menanggapi, menilai, dan bertindak terhadap objek sosial yang
meliputi simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, dan lain sebagainya. Sedangkan skala sikap adalah
alat penilaian hasil belajar yang berupa sejumlah pernyataan sikap tentang sesuatu yang jawabannya
dinyatakan secara berskala, misalnya skala tiga, empat atau lima.

Adapun ciri – ciri skala sikap adalah :Penilaian terdiri dari 3 komponen yaitu : kognitif (konseptual). Afektif
(emosional), konatif (perilaku); Terdiri dari 3 penialain yaitu : menerima, merespon, menghargai dan
bertanggung jawab; Teknik penilaian dapat dilakukan dengan observasi perilaku, pernyataan langsung dan
laporan pribadi; Skala penilaiannya dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden.

Kelebihan Skala Sikap yaitu : Melalui skala sikap, responden dapat diklasifikasikan menurut urutan klas
berdasar skore yang diperoleh, Dalam penyusunan skala sikap terdapat kebebasan dalam memasukan
pertanyaan- pertanyaan, asalkan sesuai dengan konteks permasalahan.

B. SARAN
Karena peranannya yang sangat penting dalam pembelajaran, observasi wajib dilaksanakan oleh guru
sebagai assasement as learning dan for learning. Dengan hasil observasi ini, guru dapat memperhatikan
kemajuan belajar peserta didik tidak hanya dalam sisi kognitif saja, namun dalam sisi perilaku sosial yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik.

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

JAKARTA 2023

TERIMA KASIH
KELAS 3A MIPA NON REGULAR A
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Anda mungkin juga menyukai