Anda di halaman 1dari 8

1.

INSTRUMEN PENILAIAN

Menurut Arikunto (2010:265) instrumen merupakan alat bantu untuk mengumpulkan data
atau informasi. Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya
sesuatu yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang
tepat dalam mengambil keputusan. Nitko dan Brookhart mendefinisikan evaluasi sebagai
suatu proses penetapan nilai yang berkaitan dengan kinerja dan hasil karya para peserta didik.
Evaluasi merupakan proses penentuan informasi yang diperlukan, pengumpulan serta
informasi tersebut untuk melakukan pertimbangan sebelum keputusan. Berdasarkan
pengertian instrumen dan evaluasi tersebut maka instrumen penilaian dapat disebut sebagai
alat penilaian atau alat evaluasi yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi.
Berdasarkan lampiran Permendikbud No 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian, instrumen
penilaian harus memenui persyaratan antara lain yaitu:

1. Subtansi yang merepresentasika kompetensi yang dinilai

2. Konstruksi yang emenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang
digunakan, dan

3. Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikastif sesuai dengan tingkat
perkembangan para peserta didik.

Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam instrumen atau alat evaluasi yang dapat
dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan. Menurut
Firman instrumen penilaian dikelompokkan dalam dua macam yaitu tes, dan non tes. Tes
merupakan sebuah kumpulan petanyaan, atau soal yang harus dijawab oleh peserta didik
dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan serta kemampuan penalarannya berpendapat
bahwa tes adalah serentekan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan Arikunto (2010:193) intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Menurut Sudjono tes adalah alat atau
prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian yang termasuk dalam
kelompok tes adalah tes prestasi belajar, tes intelegensi, tes bakat, dan tes keterampilan.
Sedangkan yang termasuk dalam kelompok non-tes merupakan skala sikap, skala penilaian,
pedoman observasi, pedoman wawancara, angket, pemeriksaan dokumen, dan sebagainya.

Menurut Arikunto (2006:151) , angket atau kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Jadi instrumen penilaian adalah alat yang digunakan
untuk melakukan penilaian atau avaluasi, instrumen penilaian dapat berupa tes maupun non-
tes dan observasinya dapat dilakukan dengan cara observasi sistematis dan non-sistematis.

A. Berbagai Instrumen Penilaian Berbasis Kompetensi

Secara sederhana penilaian dapat diartikan sebagai proses yang di lakukan secara
sistematis meliputi pengumpulan data, analisis dan interprestasi informasi untuk membuat
keputusan. Kompetensi dapat di artikan sebagai kebulatan pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang dapat di tampilkan oleh siswa dalam berfikir dan bertindak. Jadi penilaian
berbasis kompetensi merupakan penilaian yang mempunyai kriteria yang mengacu pada
kompetensi menjawab seberapa baik dan cakap untuk kerja siswa.

Dalam kurikulum 2004 telah di jelaskan bahwa kurikulum berbasis kompetensi


mengarah pada penilaian ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
kemudian di jabarkan ke dalam indikator. Standar kompetensi merupakan suatu penilaian
mengenai kemampuan yang telah di pelajari oleh siswa dalam mempelajari suatu materi atau
topik pelajaran. Sedangkan kompetensi dasar merupakan suatu kemampuan minimal yang
yang harus dimiliki oleh siswa dari suatu standar kompetensi pada suatu mata pelajaran
tertentu. Indikator merupakan cirri-ciri atau tanda-tanda dari perbuatan atau respon yang
harus di lakukan agar dapat dikatakan bahwa siswa tersebut telah mencapai kompetensi dasar
yang di cirikan. Oleh karena itu indicator dalam dokumen 2004 dapat di artikan sebagai
indikator pencapaian kompetensi siswa. Dengan demikian dapat di dajikan sebagai alat ukur
kompetensi siswa.

1. Instrumen Kompetensi
Kognitif Instrumen kompetensi kognitif terbagi menjadi beberapa tingkatan yaitu :

1) Pengetahuan: berkenaan dengan kompetensi kemapuan ini berupa hafalan dan


ingatan. Misalnya hafal tentang simbol, fakta, definisi, dalil, prosedur,
pendekatan, metode. Contohnya diberikan sebuah pecahan dan siswa dapat
menyebabkan penyebutnya.

2) Pemahaman: yaitu mengubah informasi ke dalam bentuk pararel yang lebih


bermakna dan member interprestasi. Dalam matapelajaran matematika misalnya
mengubah soal kata-kata menjadi simbul atau sebaliknya, mampu mengartikan
suatu kesamaan dan mampu memperkirakan suatu kecenderungan dari diagram.

3) Aplikasi: Berkenaan dengan seseorang dengan apa yang telah diperolehnya di


situasi yang baru dan konkret.

4) Analisis: Berkiatan dengan memisahkan informasi kedalam bagian-bagian yang


perlu, mencari hubungan dari bagian-bagian, mampu mengenal komponennya,,
dan bagaimana komponen-komponen itu berhubungan dan teroganisasikan,
membedakan fakta dan khayalan.

5) Sintesis: Mampu menyusun dan bekerja dengan bagian-bagiannya, unsur-unsurnya


menjadi suatu hubungan seperti pola yang terstruktur.

6) Evaluasi: Ketika siswa mampu untuk memberikan kesimpulan dan penilaian


terhadap suatu keilmuan.

2. Instrumen Kompetensi Afektif

Untuk mengetahui apa itu komponen afektif sehingga lebih jelas apa yang
harus dinilai maka ada beberapa komponen afektif yang penting untuk diukur,
meliputi sikap,minat,konsep diri dan nilai.
Sikap siswa terhadap pelajaran meliputi perbuatan dan perasaan siswa saat
mereka mengikuti pembelajaran, apakah siswa tersebut mengikuti hal tersebut
berdasarkan keinginan pribadi atau yang lainnya. Minat siswa dalam mengikuti
pembelajaran berhubungan dengan keingintahuan, kecenderungan hati yang tinggi,
gairah terhadap masalah yang ada didalamnya. Siswa yang memiliki minat yang
tinggi maka akan berdampak pada hasil prestasi belajar yang meningkat dan bagi
siswa yang memiliki minat yang rendah juga akan berdampak pada rendahnya
prestasi belajar yang akn diperoleh oleh siswa. Konsep diri siswa terhadap pelajaran
berhubungan dengan keyakinan siswa terhadap kamampuan diri. Dalam penilaian
afektif yang dapat diukur menyangkut sikap, minat dan konsep diri. Penilaian
dilakukan secara intergatif. Instrument ini dibagi menjadi beberapa bagian
diantaranya :

1) Rectivinglallending: yakni kepekaan terhadap rangsangan tentang mata pelajaran


yang dating kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll.

2) Responding: Yakni respon siswa terhadap stimulus terhadap mata pelajaran.


Mencangkup ketepatan reaksi, perasaan,dll.

3) Valuing: Berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulus tadi.


Mencangkup kesediaaan menerima nilai, latar belakang, dll.

4) Organisasi: berknaan dengan perkembangan dari nilai ke dalam suatu sistem


organisasi, termasuk hubungan nilai dengan nilai yang lain, pemantapan, prioritas
nilai yang di milikinya, dll.

5) Karakteristik : keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang
memepengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

3. Instrumen Kompetensi Psikomotor

Ranah psikomotor merupakan penilaian yang mengarah kepada keterampilan


sisw atau kemampuan betindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Ranah psikomotor merupakan penilaian yang mengarah kepada ativitas fisik,
misalnya lari,lompat, melukis, menari, dll. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya
kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif. Hasil kognitif dan afektif akan
menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik mampu menunjukkan prilaku
atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang tergantung dalam ranah kognitif
dan ranah afektif. Maka wujud nyata dari hasil psikomotor yang merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif adalah :

1) Peserta didik bertanya kepada guru tentang contoh-contoh kedisplinan kepribadian


seseorang.

2) Peserta didik memncari dan membaca buku-buku atau yang lainya tentang
kedisiplinan.
3) Peserta didik mampu memberikan penjelasan kepada temennnya tentang
kedisiplinan baik di sekolah , dirumah atau di tengah-tengah kehidupan
masyarakat.

4) Peserta didik mampu mengajarkan kedisplinan kepada orang lain.

5) Peserta didik mampu mencontohkan kedipsiplinan.

Kesimpulan

Upaya guru dalam menilai peserta didik dengan menggunakan ketiga


instrument penilaian: kognitif,afektif dan psikomotor. Penilaian kognitif yaitu
penilaian yang mengukur kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki oleh peserta
didik. Penilaian afektif yaitu penilaian yang mengukur sikap peserta didik dan
penilaian psikomotorik merupakan penilaian yang mengukur keterampilan yang
dimiliki oleh siswa. Guru haru menyertakan ketiga komponen penilaian tersebut agar
penilaian seimbang dan bisa menyeluruh dalam menilai hal-hal yang dimilki oleh
peserta didik.

2. PROSEDUR PENILAIAN
Dalam sebuah proses penilaian ada beberapa langkah yang harus ditempuh agar
memberikan penilaian yang lebih bermakna dan otentik. Hal ini sangat diperlukan
agar hasil dari penilaian dapat dimanfaatkan oleh banyak pihak yang terlibat
dalam pendidikan dan berkaitan dengan objek yang dinilai.

1. Penentuan Tujuan Penilaian


Sebuah proses penilaian harus dimulai dari tujuan dari sebuah penilaian
dilakukan. Penilaian dalam dunia pendidikan tentunya memiliki makna lebih
dari sekedar memberikan kategori kepada peserta didik dalam bentuk justifikasi.
Sebuah proses harus didasari tujuan memberikan edukasi kepada peserta lebih
dari sekedar melakukan pengukuran. Tujuan edukasi dari proses penilaian harus
dapat dimanfaatkan oleh peserta didik, guru dan pengambilan kebijakan
pendidikan yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik. Setelah tujuan
edukasi telah terpenuhi, sebuah penilaian dirancang untuk menilai suatu aspek
yang hendak dinilai. Sebuah proses penilaian tanpa disertai nilai edukasi tidak
lebih dari sebuah proses pengukuran dan pemberian kategori berdasarkan hasil
pengukuran.

2. Penyusunan Kisi-kisi
Sebuah proses penilaian harus disesuaikan dengan proses yang diberikan
selama proses pembelajaran, meskipun terdapat banyak nilai lebih yang
didapatkan oleh peserta didik setelah melakukan proses pembelajaran namun
penilaian tanpa didasari tujuan dari proses pembelajaran akan menghasilkan
penelitian yang bias.
Langkah yang dilakukan dalam upaya menyesuaikan tujuan pembelajaran dan
proses penilaian adalah menyusun kisi-kisi. Kisi kisi disusun untuk
menunjukkan peta indikator yang mengindikasikan setiap aspek yang
dibawakan dalam proses pembelajaran. Hal yang perlu diperhatikan adalah
keseimbangan dalam pemilihan indikator sebagai wakil-wakil yang aspek harus
berimbang. Lebar dari kisi-kisi bergantung dari variabel yang ada pada tujuan
pembelajaran. Penyusunan kisi-kisi juga harus disesuaikan dengan rasionalisasi
waktu pelaksanaan pengambilan data dalam kasus ini pengukuran. Semakin
banyak indikator yang ada maka semakin banyak juga waktu yang akan
dibutuhkan untuk mengetahui eksitensi indikator pada objek peserta didik.

3. Perumusan Indikator Pencapaian


Indikator pencapaian dikembangkan oleh pendidik berdasarkan KD mata
pelajaran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Rumusan indikator menggunakan kata kerja operasional.
b. Tiap KD dikembangkan dua atau lebih indikator
c. Tiap indikator dapat dibuat lebih dari satu butir instrumen.
d. Indikator memiliki aspek manfaat atau terkait dengan kehidupan sehari-hari.

4. Penyusunan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penilaian meliputi tes dan nontes. Langkah-
langkah penyusunan instrumen disesuaikan dengan karakteristik teknik dan
bentuk butir instrumennya.
a. Penyusunan tes tertulis
Langkah – langkah menyusun tes tertulis adalah sebagai berikut:
1) memperhatikan persyaratan penyusunan tes tertulis, baik dari aspek
materi/isi/konsep, konstruksi, maupun bahasa;
2) mengacu pada indikator pencapaian;
3) memilih bentuk butir yang sesuai dengan indikator, misalnya
bentuk isian, uraian, pilihan ganda atau lainnya;
4) membuat kunci jawaban dan/atau pedoman penskoran.
b. Penyusunan pedoman observasi
Langkah – langkah menyusun pedoman observasi adalah sebagai berikut.
1) mengacu pada indikator pencapaian;
2) mengidentifikasi perilaku atau langkah kegiatan yang diobservasi;
3) menentukan model skala yang dipakai, yakni skala penilaian (rating
scale) atau daftar cek (check list);
4) membuat rubrik atau pedoman penskoran.

c. Penyusunan wawancara
Langkah–langkah menyusun pedoman wawancara adalah sebagai berikut.
1) Merumuskan tujuan wawancara.
2) Membuat kisi – kisi dan pedoman wawancara.
3) Menyusun pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan dan bentuk
pernyaan yang diinginkan, untuk itu perlu diperhatikan kata – kata
yang digunakan, cara bertanya, dan jangan membuat peserta didik
bersikap defenitif.
4) Melakukian uji coba untuk melihhat kelemahan – kelemhan
pertanyaan yang disusun, sehingga dapat diperbaiki.
5) Melaksanakan wawancara dalam situasu yang sebenarnya.

d. Penyusunan penugasan (Tugas Rumah/Proyek)


1) mengacu pada indikator pencapaian;
2) mengacu pada jenis tugas yang dikerjakan;
3) membuat rubrik/pedoman penskoran.
5. Telaah Instrumen
Instrumen penilaian yang telah disusun harus ditelaah terlebih dahulu
sebelum diujikan. Telaah instrumen dalam bentuk tertulis, lisan, maupun
perbuatan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
a. Telaah Instrumen Secara Kualitatif
Analisis instrumen secara kualitatif dilakukan dengan menelaah
atau mereviu instrumen penilaian yang telah dibuat. Pada tahap ini
instrumen melalui validitas isi yang dilakukan oleh expert judment. Telaah
secara kualitatif mencakup aspek materi, aspek konstruksi, dan aspek
bahasa. Mardapi (2007: 137) menyatakan bahwa aspek materi berkaitan
dengan substansi keilmuan dan tingkat berpikir yang terdapat dalam
instrumen. Aspek konstruksi berkaitan dengan teknik penulisan instrumen
dalam bentuk objektif ataupun non-objektif. Aspek bahasa berkaitan dengan
tingkat komunikatif atau kejelasan hal yang ditanyakan dalam instrumen.

Penelaah aspek-aspek tersebut adalah ahli yang memiliki pengetahuan


tentang pembuatan instrumen yang baik. Selanjutnya, berdasarkan hasil
telaah tersebut dilakukan revisi terhadap butir instrumen yang kurang
baik. Hasil revisi setiap butir instrumen akan digunakan untuk ujicoba.
b. Telaah Instrumen Secara Kuantitatif
Analisis instrumen secara kuantitatif dimaksudkan untuk mencari bukti
validitas dan reliabilitas instrumen. Dalam analisis tersebut juga dihitung
tingkat kesukaran dan daya beda butir soal. Dalam konteks penilaian acuan
kriteria, analisis butir soal lebih diutamakan pada analisis daya serap peserta
didik dan sensitivitas butir terhadap proses pembelajaran. Butir tes yang
memenuhi syarat sebagai butir tes beracuan kriteria adalah butir yang
tidak dapat dikerjakan sebelum proses pembelajaran tetapi berhasil
dikerjakan peserta didik setelah proses pembelajaran. Indeks sensitivitas
dapat dihitung dengan mencari selisih banyaknya peserta didik yang
menjawab benar dalam tes akhir (sesudah proses pembelajaran) dan
banyaknya jumlah peserta didik yang menjawab benar dalam tes awal
kemudian dibagi jumlah seluruh peserta tes.
6. Pelaksanaan Penilaian
Penilaian untuk mata pelajara IPA dilakukan melalui ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, penugasan, dan
pengamatan dengan menggunakan instrumen yang sesuai dengan KI dan KD.
Penilaian melalui ulangan dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis dan/atau
tes praktik tergantung pada karakteristik mata pelajaran. Penilaian harus
dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang memungkinkan peserta didik
menunjukkan kemampuan optimalnya. Untuk itu, penilaian harus dilakukan
sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian. Guru kelompok mata pelajaran juga
bertanggungjawab pula menilai aspek afektif peserta didik, baik yang
berkait dengan akhlak maupun kepribadian. Hasil penilaian terhadap akhlak
peserta didik akan dijadikan pertimbangan pada saat guru mata pelajaran
pendidikan agama menentukan nilai akhlak peserta didik untuk dilaporkan
pada buku laporan pendidikan atau rapor. Demikian pula, hasil penilaian
terhadap kepribadian peserta didik juga akan dijadikan pertimbangan pada
saat guru mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk menentukan
nilai kepribadian peserta didik untuk dilaporkan pada buku laporan pendidikan
atau rapor. Untuk menilai akhlak peserta didik, guru mata pelajaran
melakukan pengamatan terhadap perilaku peserta didik, baik di dalam maupun
di luar kelas yang berkait antara lain dengan kedisiplinan, kejujuran, tanggung
jawab, sopan santun, dan hubungan sosial. Untuk menilai kepribadian
peserta didik, guru mata pelajaran melakukan pengamatan terhadap
perilaku peserta didik, baik di dalam maupun di luar kelas. Pengamatan
ini dimaksudkan untuk menilai perilaku peserta didik yang mencerminkan
kepribadian seperti percaya diri, harga diri, motivasi diri, kompetisi, saling
menghargai, dan kerjasama.

DAFTAR PUSTAKA
Anthony J. Nitko. & Susan M. Brookhart, Educational Assessment of
Students, ( United States of America: Pearson Merrill Prentice Hall, 2005), 5

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Yogyakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, 2006. Subarsimi,Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakatra: Bumi


Aksara.

Firman. 2000. Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung:

JurusanPendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Anda mungkin juga menyukai