Anda di halaman 1dari 9

MERANCANG INSTRUMEN PENILAIAN

A. Menyusun Instrumen Penilaian Pengetahuan (Kognitif)


Pengertian penilaian kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom,
segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam
ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah
sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Ke enam jenjang yang dimaksud adalah pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untukmengingat-ingat kembali
atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa
mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pemahaman (comprehension) adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan
diingat. Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu
bahan atau keadaan menurut bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan yang lainnya.
Sintesis (synthesis) adalah suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara
logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur.
Penilaian (nevaluatio) merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan
terhadap suatu situasi, nilai, atau ide. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang
mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai
ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.

Contoh pengukuran ranah penilaian kognitif
Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis. Bentuk tes kognitif
diantaranya adalah tes atau pertanyaan lisan di kelas, pilihan ganda, uraian obyektif, uraian non
obyektif atau uraian bebas, jawaban atau isian singkat, menjodohkan, portopolio dan performans.




Kata kerja oprasional atau instrumen yang dapat mengukur kemampuan ini adalah sebagai
berikut:
Tahap Pengetahuan
Instrumennya Menyebutkan, mendefinisikan, melukiskan, mencocokkan,
mengidentifikasikan, memberi nama, membuat garis besar,
dan menyatakan kembali
Tahap Pemahaman
Instrumennya Menjelaskan, merumuskan dengan kata-kata sendiri,
mengubah, menyatakan secara luas, memberi contoh,
memperkirakan, membedakan, dan mengubah dan menarik
kesimpulan.
Tahap Penerapan
Instrumenya Menghitung, menggunkan, mengapresiasikan,
mendemonstrasikan, memodifikasi, menghubungkan,
memecahkan, dan menghasilkan.
Tahap Analisis
Instrumennya Menguraikan, mengkategorikan, merinci, memilih, memisah-
misahkan, membuat diagram, membuat skema, dan
membeda-bedakan.
Tahap Sintesis
Instrumennya Menggabungkan, menghimpun, menyusun,
mengorganisasikan, merancang, menyusun kembali,
merevisi, menceritakan dan membuat modifikasi.
Tahap Evaluasi
Instrumennya Membandingkan, menilai, mempertentangkan, mengkritik,
mengintrepretasikan, menyimpulkan

B. Menyusun Instrumen Penilaian Psikomotorik
Pengertian Penilaian Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah
psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat,
melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan
oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif
(yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).
Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik
apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna
yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif misalnya dalam materi kedisiplinan pada
pelajaran PKn di SD, wujud nyata dari hasil psikomotorik yang merupakan kelanjutan dari hasil
belajar kognitif afektif itu adalah; (1) peserta didik bertanya kepada guru tentang contoh-contoh
sikap disiplin (2) peseta didik mencari dan membaca buku-buku, majalah-majalah atau brosur-
brosur, surat kabar dan lain-lain yang membahas tentang kedisiplinan; (3) peserta didik dapat
memberikan penjelasan kepada teman-teman sekelasnya di sekolah, atau kepada adik-adiknya di
rumah atau kepada anggota masyarakat lainnya, tentang kedisiplinan diterapkan, baik di sekolah,
di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat; (4) peserta didik menganjurkan
kepada teman-teman sekolah atau adik-adiknya, agar berlaku disiplin baik di sekolah, di rumah
maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat; (5) peserta didik dapat memberikan contoh-
contoh kedisiplinan di sekolah, seperti datang ke sekolah sebelum pelajaran di mulai, tertib
dalam mengenakan seragam sekolah, tertib dan tenag dalam mengikuti pelajaran, di siplin dalam
mengikuti tata tertib yang telah ditentukan oleh sekolah, dan lain-lain; (6) peserta didik dapat
memberikan contoh kedisiplinan di rumah, seperti disiplin dalam belajar, disiplin dalam
mennjalannkan ibadah shalat, ibadah puasa, di siplin dalam menjaga kebersihan rumah,
pekarangan, saluran air, dan lain-lain; (7) peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di
tengah-tengah kehidupan masyarakat, seperti menaati rambu-rambu lalu lintas, tidak kebut-
kebutan, dengan suka rela mau antri waktu membeli karcis, dan lain-lain.

Contoh pengukuran ranah penilaian psikomotor
Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui (1)
pengamatan langsung (observasi) dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan
memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3)
beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Penilaian ini dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta
didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penilaian Psikomotor
Untuk menilai hasil belajar psikomotor, guru paling tidak harus menyiapkan 2 dokumen, yaitu:
1. Soal / lembar kerja / lembar tugas / perintah kerja.
2. Instrumen pengamatan / lembar observasi berupa daftar periksa (check list) atau skala
penilaian (rating scale)

Lembar observasi adalah sebuah instrumen yang digunakan untuk mengobservasi
kemunculan aspek-aspek keterampilan psikomotorik yang diamati. Lembar observasi dapat
berupa daftar periksa (check list) atau dapat pula berupa skala penilaian (rating scale).
Daftar periksa (check list)
Daftar periksa berbentuk yang jawabannya tinggal memberi tanda cek (centang) pada kolom
yang sesuai dengan aspek yang diamati.
Skala penilaian (rating scale)
Skala penilaian merupakan daftar pertanyaan / pernyataan untuk menilai kualitas pelaksanaan
aspek-aspek keterampilan yang diamati dengan rentang tertentu, misalnya dengan rentang 1 - 5.
Perlu diingat bahwa instrumen penilaian ranah psikomotor yang disusun harus mengacu kepada
indikator. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan saat menyusun sebuah instrumen
penilaian psikomotor adalah sebagai berikut:
1. Menyusun Soal / lembar kerja / lembar tugas / perintah kerja.
Mencermati kisi-kisi instrumen (indikator) yang telah dibuat.
Merumuskan bentuk soal / lembar kerja / lembar tugas / perintah kerja. Berdasarkan
indikator.
2. Menyusun instrumen pengamatan / lembar observasi
Mencermati kisi-kisi instrumen (indikator) yang telah dibuat
Mencermati soal / lembar tugas / perintah kerja yang telah dirumuskan.
Menjabarkan aspek-aspek keterampilan yang diamati.
Memilih bentuk instrumen pengamatan: apakah berupa daftar periksa atau berupa skala
penilaian.
Menulis instrumen pengamatan yang dipilih berdasarkan aspek-aspek keterampilan ke
dalam tabel.
Menelaah kembali instrumen pengamatan yang telah ditulis untuk meyakinkan bahwa
sudah bagus sehingga instrumen memiliki validitas yang tinggi.
Meminta orang lain untuk menelaah instrumen yang telah dibuat agar hasilnya lebih
reliabel.

Kata kerja oprasional atau instrumen yang dapat mengukur kemampuan ini adalah
sebagai berikut:
Tahap Menirukan
Instrumennya Mengikuti, mengulangi, dan meniru
Tahap Memanipulasi
Instrumennya Mengikuti petunjuk dan mencoba sendiri
Tahap Artikulasi
Instrumenya Melakukan dengan harmonis dan meragakan secara teratur
Tahap Naturalisasi
Instrumennya Bertindak secara alamiah, dan mahir.

C. Menyusun Instrumen Penilaian Sikap
Pengertian Penilaian Afektif
Penilaian sikap adalah penilaian terhadap perilaku dan keyakinan siswa terhadap suatu
objek, fenomena atau masalah. Ranah afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap dan
nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai..
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Sikap
pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap,
yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang
objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut,
sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab
itu, sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap
dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal
yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b)
pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif
kemampuan yang diukur adalah:
Menerima (receiving) : jenjang ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa
untuk ikut dalam stimuli khusus (kegiatan dalam kelas, baca buku, dan sebagainya). Dipandang
dari segi pengajaran, jenjang ini berhubungan dengan menimbulkan atau mengarahkan perhatian
siswa. Contohnya seperti senang membaca puisi, sering mendengarkan musik.
Menjawab (responding) : kemampuan ini bertalian dengan partisipasi siswa. Hasil belajar dalam
jenjang ini dapat menekankan kemauan untuk menjawab. Contohnya seperti mengerjakan tugas,
menaati peraturan dan sebagainya.
Menilai (valuing) : jenjang ini bertalian dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap
suatu objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu. Contohnya seperti menunjukkan alasan, dan
lain-lain. Organisasi (organisation) : tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai
yang berbeda, menyelesaikan konflik di antara nilai-nilai itu, dan mulai membentuk suatu system
nilai yang konsisten secara internal. Contohnya seperti objektif dalam menyelesaikan masalah.
karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai(characterization by a value or value
complex) : pada jenjang ini individu memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya
untuk suatu waktu yang cukup lama sehingga membentuk karakteristik. Contohnya seperti
mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung.

Contoh pengukuran ranah penilaian afektif
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap
dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal
yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b)
pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.

Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penilaian Afektif
Dalam kaitan untuk mengetahui sejauh mana sikap dan minat siswa terhadap suatu mata
pelajaran atau materi pelajaran, yang kedua termasuk bagian penting dari ranah afektif, maka
guru perlu menyusun instrumen penilaian afektif. Untuk menyusun instrumen penilaian afektif,
dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pemilihan ranah afektif yang ingin dinilai oleh guru, misalnya sikap dan minat terhadap suatu
materi pelajaran.
2. Penentuan indikator apa yang sekiranya dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap
dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran
3. Beberapa contoh indikator yang misalnya dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana
sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran, yaitu: (1) persentase kehadiran atau
ketidakhadiran di kelas; (2) aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
misalnya apakah suka bertanya, terlibat aktif dalam diskusi, aktif memperhatikan penjelasan
guru, dsb.; (3) penyelesaian tugas-tugas belajar yang diberikan, seperti ketepatan waktu
mengumpul PR atau tugas lainnya; (4) kerapian buku catatan dan kelengkapan bahan belajar
lainnya terkait materi pelajaran tersebut.
4. Penentuan jenis skala yang digunakan, misalnya jika menggunakan skala Likert, berarti ada 5
rentang skala, yaitu: (1) tidak berminat; (2) kurang berminat; (3) netral; (4) berminat; dan (5)
sangat berminat.
5. Penulisan draft instrumen penilaian afektif (misalnya dalam bentuk kuisioner) berdasarkan
indikator dan skala yang telah ditentukan.
6. Penelaahan dan meminta masukan teman sejawat (guru lain) mengenai draft instrumen
penilaian ranah afektif yang telah dibuat.
7. Revisi instrumen penilaian afektif berdasarkan hasil telaah dan masukan rekan sejawat, bila
memang diperlukan
8. Persiapan kuisioner untuk disebarkan kepada siswa beserta inventori laporan diri yang
diberikan siswa berdasarkan hasil kuisioner (angket) tersebut.
9. Pemberian skor inventori kepada siswa
10. Analisis hasil inventori minat siswa terhadap materi pelajaran

Memberikan skor dalam penilaian afektif
Teknik penskoran untuk penilaian ranah afektif dapat dilakukan secara sederhana.
Contoh, pada instrumen penilaian minat siswa terhadap suatu materi pelajaran terdapat 10 item
(berarti ada 10 indikator), maka bila skala yang digunakan adalah skala Likert (1 sampai 5),
berarti skor terendah yang mungkin diperoleh seorang siswa adalah 10 (dari 10 item x 1) dan
skor paling tinggi yang mungkin diperoleh siswa adalah 50 (dari 10 item x 5). Maka kita dapat
menetukan median-nya, yaitu (10 + 50)/2 atau sama dengan 30. Bila kita membaginya menjadi 4
kategori, maka skor 10 -20 termasuk tidak berminat; skor 21 30 termasuk kurang berminat;
skor 32 40 berminat, dan skor 41 50 termasuk kategori sangat berminat.

Kata kerja oprasional atau instrumen yang dapat mengukur kemampuan ini adalah sebagai
berikut :
Tahap Penerimaan
Instrumennya Mengikuri, meperhatikan, bertanya, menunjuk, melokalisir,
melukiskan, mengidentifikasi, dan memberi nama
Tahap Merespon
Instrumennya Menyambut, memperbincangkan, menyesuaikan,
menyetujui, memberitahukan, melukiskan, menjawab,
mempraktekkan, menghimpun.
Tahap Penghargaan
Instrumenya Mengusulkan, memprakarsai, mengidentifikasi diri,
melengkapi, menjelaskan, mempertimbangkan kebenaran,
melaporkan, bertukar pengalaman, bekerja sama, dan
mengikuti
Tahap Mengorganisasikan
Instrumennya Mengintegrasikan, mempertahankan, menyelaraskan,
mengkombinasikan, menarik kesimpulan umum,
mengorganisir, membuat organisasi dan sintesa.
Tahap Karakteristik
Instrumennya Teguh dalam pendiriannya, konsisten dalam bertindak,
mempunyai keyakinan diri, dan memperbaiki diri.










DAFTAR RUJUKAN

Sudijino. Prof. Drs Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Grafindo Persada. 1998.
Wahyudin, Drs. H Uyu, Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar, Bandung: UPI Press, 2006.
http://puengen-pinter.blogspot.com/2012/04/penyusunan-instrumen-penilaian.html

Anda mungkin juga menyukai