0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan7 halaman
Disusun oleh Muh. Ilham Jaya (Mahasiswa IAIN Parepare), sebagai tugas mata kuliah Studi Lembaga Pendidikan Agama Islam yang diampu oleh Bapak Ali Halidin.
Judul Asli
Implementasi Penilaian Kognitif, Afektif dan Psikomotorik dalam Sistem E-Learning
Disusun oleh Muh. Ilham Jaya (Mahasiswa IAIN Parepare), sebagai tugas mata kuliah Studi Lembaga Pendidikan Agama Islam yang diampu oleh Bapak Ali Halidin.
Disusun oleh Muh. Ilham Jaya (Mahasiswa IAIN Parepare), sebagai tugas mata kuliah Studi Lembaga Pendidikan Agama Islam yang diampu oleh Bapak Ali Halidin.
IMPLEMENTASI PENILAIAN HASIL BELAJAR KOGNITIF, AFEKTIF DAN
PSIKOMOTORIK DALAM SISTEM E-LEARNING
Muh. Ilham Jaya Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare e-mail: muhilhamjaya001@gmail.com Abstrak – Jurnal ini bertujuan untuk menganalisis implementasi penilaian hasil belajar berupa kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik dalam sistem pembelajaran e-learning layaknya pembelajaran pada umumnya (pembelajaran konvensional). Jurnal ini disusun menggunakan metode studi pustaka. Dari hasil analisis, ditemukan bahwa penilaian hasil belajar berupa kognitif, afektif dan psikomotorik dapat diterapkan dalam sistem pembelajaran e-learning. Kata Kunci : Kognitif, Afektif, Psikomotorik PENDAHULUAN anak didiknya, setelah itu pendidik Salah satu aspek yang dapat mengadakan evaluasi dan dari evaluasi itulah digunakan untuk melihat dan mengukur pendidik dapat mengetahui kemampuan keberhasilan suatu negara adalah aspek peserta didik baik berupa kemampuan pendidikan, dengan pendidikan sumber daya kognitif, afektif, maupun psikomotorik. manusia (SDM) dapat meningkat. Ki Hajar Secara garis besar, aspek-aspek Dewantara berpendapat bahwasanya tujuan kehidupan kini dapat berintegrasi dengan pendidikan adalah untuk mampu menguasai sistem online. Tak terkecuali dalam dunia diri sehingga tercapailah pendidikan yang pendidikan. Pendidikan di Indonesia sudah digadang-gadang dapat memanusiakan memiliki kemajuan dan mampu bersatu padu manusia. Ketika peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan zaman modern menguasai dirinya, maka akan timbul sikap ini. Munculnya pembelajaran berbasis mandiri dan dewasa sehingga terbentuklah elektronik (e-learning) dapat mempermudah manusia yang paripurna. dan mengefisienkan pelajaran karena tidak Berbicara mengenai peserta didik, lagi terikat oleh ruang dan waktu. maka tidak akan bisa terlepas dari yang METODE namanya pendidik. Seorang pendidik harus Metode yang digunakan dalam mampu memberikan materi pelajaran kepada penyusunan jurnal ini adalah studi pustaka, yaitu dengan cara mengumpulkan data dan atau internalisasi. Penerimaan adalah informasi dari sumber terpercaya baik tulisan kepekaan dalam menerima rangsangan dari langsung maupun dari media digital luar, responding adalah tanggapan atau kemudian di kombinasikan dan di susun reaksi yang di keluarkan oleh peserta didik sedemikian rupa sehingga menghasilkan terhadap rangsangan (stimulus). Penilaian karya tulis baru. terkait dengan penilaian terhadap stimulus. LANDASAN TEORI Organisasi adalah kemauan atau kesediaan Hasil Belajar Kognitif mengorganisasikan nilai yang dipilih oleh Menurut Benyamin S. Bloom, peserta didik. Internalisasi adalah kognitif mencakup hasil belajar berupa keterpaduan sistem nilai yang telah dimiliki mengingat, memahami, mengaplikasikan, oleh seseorang. Ranah afektif dapat diukur menganalisis, dan mengevaluasi. Mengingat menggunakan angket. Dalam membuat adalah bentuk kognitif yang berfungsi untuk angket haruslah berlandaskan kepada skala menumbuh kembangkan kemampuan sikap. Terdapat beberapa skala sikap yang meretensi pelajaran yang di berikan. Peserta dapat dipergunakan untuk mengukur domain didik dapat dikatakan memahami pelajaran afektif, di antaranya sebagai berikut. bila ia mampu mengkonstruksi makna dari 1. Skala Likert materi pelajaran. Mengaplikasikan berarti Skala ini disusun dalam bentuk suatu kemampuan siswa untuk mempraktekkan pernyataan dan diikuti oleh lima respon yang dalam kehidupannya mengenai materi menunjukkan tingkatan. Misalnya: SS pelajaran yang telah di perolehnya. (sangat setuju), S (setuju), TB (tidak Kemampuan menganalisis adalah berpendapat/abstain), TS (tidak setuju), STS kemampuan untuk memahami sesuatu (sangat tidak setuju). kemudian menguraikannya. Evaluasi adalah 2. Skala Pilihan Ganda kemampuan dalam membuat penilaian dan Skala ini dikembangkan oleh Inkels, pengambilan keputusan dari penilainya seorang ahli penilaian di Stanford tersebut. Ranah kognitif dapat diukur University. Skala ini bentuknya seperti soal menggunakan tes yang dikembangkan dari bentuk pilihan ganda, yaitu terdiri dari materi optik yang telah didapatkan di sejumlah pertanyaan yang diikuti oleh sekolah. sejumlah alternatif jawaban. Hasil Belajar Afektif 3. Skala Thurstone Hasil belajar pada ranah afektif Skala ini mirip dengan skala Likert berkaitan dengan penerimaan, responding, karena merupakan suatu instrumen yang penilaian, organisasi dan karakteristik nilai pilihan jawabannya menunjukkan tingkatan. Perbedaan skala Thurstone dengan skala keharmonisan, skill, dan lain sebagainya. Likert, pada skala Thurstone rentang skala Ranah ini diukur dengan mengamati dan yang disediakan lebih dari lima pilihan, dan menilai keterampilan siswa saat melakukan disarankan sekitar sepuluh pilihan jawaban praktikum atau dengan cara melakukan (misalnya dengan rentang angka 1 s/d 11 penilaian teman sejawat (peer assesment). atau a s/d k). Jawaban di tengah adalah Penilaian teman sejawat adalah penilaian netral, semakin ke kiri semakin tidak setuju, yang melibatkan siswa untuk menilai sebaliknya semakin ke kanan semakin setuju. temannya mengenai kualitas kerja mereka. 4. Skala Guttman Penilaian teman sejawat adalah penilaian Skala ini disusun berupa tiga atau yang dilakukan oleh peserta didik untuk empat buah pertanyaan yang masing-masing memberikan nilai atau umpan balik kepada harus dijawab “ya” atau “tidak”. Pernyataan- teman mereka mengenai kinerja, produk pernyataan tersebut menunjukkan tingkatan mereka berdasarkan suatu kriteria yang telah yang berurutan sehingga bila responden dibuat bersama mereka. Beberapa setuju pernyataan nomor 2, diasumsikan keuntungan teman sejawat adalah: 1) dapat setuju nomor 1, selanjutnya jika responden meningkatkan hasil belajar, 2) meningkatkan setuju dengan pernyataan nomor 3, berarti kolaborasi belajar melalui umpan balik dari setuju penyataan nomor 1 dan 2. teman sejawat, membantu teman yang lain 5. Semantic Differensial dalam pemahaman dan belajar mereka dan Instrumen ini disusun oleh Osgood merasa lebih nyaman dalam proses belajar dan kawan-kawan dipergunakan untuk mengajar, siswa dapat memberikan komentar mengukur konsep-konsep untuk tiga pada kinerja temannya. Aspek yang diukur dimensi. Dimensi-dimensi yang ada diukur dari penilaian teman sejawat ini adalah dalam kategori; baik-tidak baik, kuat-lemah, terdiri dari: hasil keterampilan penguasaan dan cepat-lambat atau aktif-pasif, atau dapat bahan pelajaran, komunikasi dengan peserta juga berguna-tidak berguna. didik, penguasaan kelas sehingga dapat Hasil Belajar Psikomotorik mengendalikan kegiatan peserta didik, dan Psikomotorik adalah gerakan refleks keterampilan menggunakan alat dan sumber (keterampilan pada gerakan tidak sadar), media. keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, kemampuan perseptual termasuk di E-Learning dalamnya membedakan visual, membedakan E-learning terdiri dari dua kata yakni auditif motorik dan lain-lain, kemampuan e- yang merupakan singkatan dari bidang fisik, misalnya kekuatan, elektronika dan learning yang berarti pembelajaran. Jadi, e-learning berarti pembuatan materi atau konten, forum pembelajaran dengan menggunakan jasa diskusi, sistem penilaian (rapor), sistem ujian bantuan perangkat elektronika, khususnya online dan segala fitur yang berhubungan perangkat komputer. Perbedaan dengan manajemen proses belajar mengajar. Pembelajaran Tradisional dengan e-learning Sistem perangkat lunak tersebut sering adalah jika dalam kelas tradisional, guru disebut dengan Learning Management dianggap sebagai orang yang serba tahu dan System (LMS). LMS banyak yang ditugaskan untuk menyalurkan ilmu opensource sehingga bisa dimanfaatkan pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan dengan mudah dan murah untuk dibangun di di dalam pembelajaran e-learning, fokus sekolah dan universitas. utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri 3. Konten e-learning pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab Konten dan bahan ajar yang ada pada untuk pembelajarannya. Suasana e-learning system (Learning Management pembelajaran e-learning akan “memaksa” System). Konten dan bahan ajar ini bisa pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam bentuk Multimedia-based Content dalam pembelajarannya. Pelajar membuat (konten berbentuk multimedia interaktif) perancangan dan mencari materi dengan atau Text-based Content (konten berbentuk usaha, dan inisiatif sendiri. Adapun teks seperti pada buku pelajaran biasa). Biasa Komponen-komponen yang membentuk e- disimpan dalam Learning Management learning adalah: System (LMS) sehingga dapat dijalankan 1. Infrastruktur e-learning oleh siswa kapanpun dan dimanapun. Infrastruktur e-learning dapat berupa Selanjutnya sebagai suatu sistem personal computer (PC), jaringan komputer, yang menggabungkan beberapa konsep dan internet dan perlengkapan multimedia. teori pembelajaran, maka e-learning Termasuk didalamnya peralatan memiliki karakteristik, diantaranya adalah: teleconference apabila kita memberikan 1. Non-linearity layanan synchronous learning melalui Pemakai (user) bebas untuk teleconference. mengakses objek pembelajaran dan terdapat fasilitas untuk memberikan persyaratan tergantung pada pengetahuan pemakai. 2. Sistem dan Aplikasi e-learning 2. Self-managing Sistem perangkat lunak yang mem- Pendidik dapat mengelola sendiri virtualisasi proses belajar mengajar proses pembelajaran dengan mengikuti konvensional. Bagaimana manajemen kelas, struktur yang telah dibuat. 3. Feedback-Interactivity evaluasi itulah, pendidik dapat mengetahui Pembelajaran dapat dilakukan dengan kemampuan peserta didik baik berupa interaktif dan disediakan feedback pada kemampuan kognitif, afektif maupun proses pembelajaran. psikomotorik. Untuk mengetahui 4. Multimedia-Learners style kemampuan kognitif peserta didik dalam e- E-learning menyediakan fasilitas learning, maka pendidik dapat membuat soal multimedia. Keuntungan dengan baik dalam bentuk soal tanya jawab, soal menggunakan multimedia, pendidik dapat essai, maupun dalam bentuk kuis. Soal memahami lebih jelas dan nyata sesuai tersebut di upload di e-learning dan dengan latar belakang siswanya. dikerjakan oleh peserta didik. Hasil dari 5. Just in time evaluasi itulah yang nantinya bisa digunakan E-learning menyediakan kapan saja untuk mengukur kemampuan kognitif jika diperlukan pemakai, untuk peserta didik. Untuk menilai aspek afektif menyelesaikan permasalahan atau hanya peserta didik di dalam sistem e-learning ingin meningkatkan pengetahuan dan adalah dengan cara memberikan angket atau ketrampilan. kuesioner yang berisi pertanyaan maupun 6. Dynamic Updating pernyataan sikap yang nantinya di jawab E-Learning mempunyai kemampuan oleh peserta didik, tentu saja angket disini memperbaharui isi materi secara online pada adalah angket online (bisa dibuat perubahan yang terbaru. menggunakan platform google form). 7. Easy Accessibility/Access Ease Pembuatan angket ini haruslah berlandaskan Hanya menggunakan browser (dan kepada skala sikap. Skala sikap yang bisa mungkin beberapa device yang terpasang). digunakan adalah skala Likert, yaitu 8. Collaborative learning pendidik membuat pernyataan-pernyataan Dengan alat pembelajaran tentang kepribadian, minat belajar dan lain memungkinkan bisa saling interaksi, sebagainya kemudian pendidik menentukan maksudnya bisa berkomunikasi secara responnya, yang terdiri dari 5 tingkatan, langsung pada waktu yang bersamaan yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TB (tidak (synchronous) atau berkomunikasi pada berpendapat/abstain), TS (tidak setuju), STS waktu yang berbeda (asynchronous). (sangat tidak setuju). Peserta didik kemudian PEMBAHASAN mencentang angket tersebut berdasarkan Pembelajaran berbasis e-learning pengalamannya. Adapun dalam menilai layaknya pembelajaran konvensional juga aspek psikomotorik peserta didik dalam e- membutuhkan evaluasi di dalamnya. Dari learning dapat menggunakan sistem penilaian teman sejawat yang berbasis online Marlina, Ratna. 2018. Peningkatan Hasil dengan cara pendidik memberikan tugas Belajar Siswa Melalui Metode presentasi yang direkam menggunakan Problem Solving Pada Mata kamera, kemudian rekaman tersebut di Pelajaran Ilmu Pengetahuan upload di platform YouTube dan link Sosial (IPS) Kelas V.A di Sekolah rekaman di masukkan ke dalam e-learning. Dasar Negeri 154 Pekanbaru, Selanjutnya pendidik membuat rubrik Indragiri Journal, Vol 1, Nomor penilaian psikomotorik yang berkaitan 4. dengan skill presentasi, seperti intonasi Mu’addab, Hafis. 2011. Membangun suara, bahasa tubuh, dan lain sebagainya. Gerakan Moral di Sekolah. Jombang: Rubrik penilaian ini di upload di e-learning Elhaf Publishing. dan masing-masing peserta didik satu sama Qomari, Rohmad. 2008. Pengembangan lain melakukan penilaian terhadap presentasi Instrumen Evaluasi Domain Afektif. temannya. Jurnal INSANIA, vol 13, Nomor 1. SIMPULAN Rosa, Friska Octavia. 2015. Analisis Berdasarkan temuan dan pembahasan, Kemampuan Siswa Kelas X pada diperoleh kesimpulan bahwa penilaian hasil Ranah Kognitif, Afektif dan belajar domain kognitif, afektif, dan Psikomotorik. Jurnal OMEGA, Vol psikomotorik dapat diterapkan ke dalam 1, Nomor 2. sistem e-learning layaknya sistem Yazdi, Mohammad. 2012. E-Lerning sebagai pembelajaran konvensional. Media Pembelajaran Interaktif DAFTAR PUSTAKA berbasis Teknologi Informasi, Jurnal Anugraheni, Indri. 2017. Penggunaan Ilmiah Foristek, Vol 2, Nomor 1. Penilaian Teman Sejawat (peer assesmen) untuk Mengukur Hasil Belajar Psikomotorik pada Perkuliahan. Prosiding Seminar Nasional. Agustina, Merry. 2013. Pemanfaatan E- Learning sebagai Media Pembelajaran, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI), Yogyakarta.