Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENILAIAN KOMPETENSI SIKAP

TOLERANSI PADA SISWA KELAS VII MATA PELAJARAN PPKn

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
Pendidikan Kewargangaraan

Dosen : Dr. Wuri Wuryandani, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh:
Delfiyan Widiyanto (16730251023)
Dian Nastiti (16730251033)
Nurhadi (16730251026)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017
A. Pengukuran Ranah Afektif

Pada hasil belajar proses pembelajaran memiliki 3 aspek. pembelajaran


memiliki tiga ranah yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomototik. Pada
penilaian aspek sikap memiliki komponen yang dihasikan proses
pembelajaran. seseorang yang memiliki sikap akan mempengaruhi kualitas
belajar siswa. Berdasarkan Mansyur, Rasyid, & Suratno (2015:387)
kemampuan afektif adalah merupakan bagian sikap yang timbul berdasarkan
apa yang dirasakan seseorang terhadap obyek sikap. Bagian dari sikap yang
dimiliki oleh siswa dalam hasil pembelajaran.

Menurut Krathwohl dkk (Sukiman, 2012: 67) hasil belajar afektif terdiri
dari beberapa jenjang yaitu recieving, responding, valuing organtization, dan
characterization by a value or value complex. Berikut dijabarkan kelima
ranah tersebut.

a. Receiving atau attending


Merupakan kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang
datang kepada peserta didik dalam bentuk msalah, situasi, dan gelaja
lainnya. Receicing ini dapat diartikan pula sebagai kemauan untuk
memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini
berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa utuk ikut dalam
fenomena atau stimki khusus. Dalam segi pembelajaran jenjang ini
berhubungan dengan menimbulkan, mempertahankan, dan mengarahkan
siswa (Daryanto. 2012: 117). Hasil belajar dalam tahap in ada sampai
kepada minat khusus dari pihak siswa. Pada tahapan ini siswa telah siap
akan hal-hal yang diperlukan untuk mengikuti proses pembelajaran hingga
menerima nilai-nilai yang diajarkan.
b. Responding
Responding atau menggapi menagung makna bahwa adanya
partisipasi aktif dari siswa. Kemampuan ini berkaitan dengan partisipasi
aktif dan memberikan reaksi secara lebih aktif (Sukiman, 2012: 68). Hasil
belajar dalam jenjang ini dapat menekankan kemauan siswa untuk

2
menjawab atau kepuasan untuk menjawab. Pada tahapan responding siswa
tidak hanya menerima informasi dari guru, mendengarkan penjelasan dari
materi pelajaran, dan menerima nilai. Akan tetapi siswa sudah pada tahap
untuk berpartisipasi aktif.
c. Valuing organtization
Pada jenjang ini berkaitan dengan nilai yang dikenakan siswa
terhadap suatu pbjek, fenomena atau tingkah laku tertentu. Pada tahapan ii
siswa mmulai dari hanya sekedar penerimaan nilai sampai pada tingkat
komitmen yang lebih tnggi (menerima tanggung jawab untuk fungsi
kelompok yang lebih afektif). Valuing ini berarti meghargai atau
memberikan penilaian. Menghargai berarti memberikan nilai pada suatu
kegiatan atau objek sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan akan
membawa kerugian atau penyesalan. Penilaian berkaitan dengan nilai dan
kepercayaan terhadap gejala stimulus.
d. Organisasi
Pada tingkatan ini berhubungan dengan manyatukan nilai-nilai
yang berbeda, menyelesaikan/ memecahkan konflik diantara nilai-nilai itu,
dan mulai membentuk suatu sistem nilai yang konsisten secara intenal
(Daryanto. 2012: 118). Hasil belajar berkaitan dengan konseptualiasai
suatu nilai atau dengan organisasi suatu sistem nilai (merencanakan suatu
pekerjaan yang memenuhi kebutuhan baik dalam keamanan maupun
pelayanan sosial). Pada tahapan ini berkaitan dengan konseptualisasi suatu
nilai misalkanya mengakui tanggung jawab individu dan memperbaiki
hubungan manusia.
e. Characterization by a value or value complex
Characterization by a value or value complex merupakan
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seorang yang
memengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Tahapan ini telah
menggunakan, memengaruhi, memodifikasi, mengusulkan, menerapkan,
memecahkan, merevisi, bertindak, mendengarkan, mengusulkan, dan

3
membenarkan. Pada tahap ini proses internaliasi nilai telah masuk pada
tahap tertinggi.
B. Teknik dan Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Afektif
Dalam proses pembelajaran di sekolah hasil belajar afektif yang penting
diukur adalah sikap dan minat terhadap suatu nilai-nilai tertentu dalam mata
pelajaran. sikap peserta didik terhadap nilai bisa positif maupun negatif dan
netral. Hal iini tidak dapat digolongkan katagori benar dan salah. Hasil belajar
afektif yang perlu dikembangkan pada ranah peserta didik yaitu pada tingkat
valuing, yaitu peserta didik menerima nilai-nilai tertentu dan mau utnuk
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari (Sukiman, 2012: 121-122).
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam mengevaluasi hasil belajar
afektif, antara lain: teknik proyeksi, skala minat, skala sikap, pengamatann
(observasi), laporan diri, wawancara, kuesioner, biografi, dan anecdotal
record.
Berikut ini penjelasan secara ringkas tiap teknik penilaian.
1. Teknik proyektif
Pada teknik ini menekankan pada prnggunaan rangsangan yang
tidak terstruktur baik dalam cerita atau gambar. Teknik ini digunakan
untuk menilai ranah afektif. Teknik proyeksi merupakan suatu alat
yang memungkinkan untuk mengungkap motif, nilai, keadaan emosi,
need yang sukar diungkap dalam situasi wajar dengan cara individu
memproyeksikan pribadinya melalui objek di luar individu. Teknik
proyektif ini ditempuh dengan menggunakan dua cara yaitu teknik
karangan dengan tema dan teknik gambar (Sukiman, 2012: 122).
Dalam teknik proyektif ini, penilaian atas tugas relatif tidak terstruktur,
dalam artian tugas yang diberikan tersebut memungkinkan variasi yang
hamper tidak terbatas dari respon yang mungkin disampaikan
2. Skala minat
Skala minat merupakan keadaan mental yang menghasilkan respon
terarahkan kepada suatu situasi atau objek tertentu yang
menyenangkan atau memberi kepuasan. Aspek minat peserta didik

4
yang perlu diukur oleg guru adalah minat peserta didik terhadap mata
pelajaran tertentu. Salah satu cara instrumen untuk mengukur aspek
minat adalah menggukan skala minat. Menurut Puskur Balitbang
Depdiknas (2004) , langkah-langkah penyusunan skala minat:
a. Menentukan indikator minat yang dinilai, indikator di sini yang
dimaksudkan adalah bukti-butkti yang dapat digunakan untuk
menilai apakah seorang itu beminat atau tidak terhadap mata
pelajaran atau topik bahasan. Diantara indikator tersebut
misalnya: senang, tertarik, merasa mendapatkan manfaat dari
sesuatu, punya perhatian besar dan sebagainya.
b. Memilih tipe skala yang akan digunakan (misalnya skala likert
dengan lima skala: sangat berminat, berminat, kurang berminta,
dan tidak berminat).
c. Menuliskan instrumen
d. Mendiskusikan instrumen
e. Merevisi instrumen
3. Skala sikap
Untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak
terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah
penelitian. Sikap mengacu pada perbuatan atau peilaku seseoang tetapi
tidak berarti semua perbuatan identik dengan sikap. Cara yang
digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu
bisa disebut dengan skala sikap. Skala sikap dinyatakan dalam bentuk
pernytaan tersebut didukung atau ditolaknya melalui rentang nilai
tertentu. Pernyatan yang diajukan umunya dibagi ke dalam dua
katagori yaitu pernyataan positif (favorible) dan pernytaan negatif
(unfavorible) (Syaifudin Azwar, 2003).
Ada beberapa skala yang bida digunakan untukmengukur sikap
yaitu skala sikap Likert dan sematik deferensial. Skala Likert
merupakan teknik pengukuran sederhana dalam pengukuran ranah
afektif. Dengan teknik ini dapat disimpulkan sikap seorang terhadap

5
objel atau perilaku bersikap positid atau negatig. Suharsimi Arikunto
(2006: 180) mengatakan pada prinsipnya skala likert menyajikan
pernyataan yang harus ditanggapo dengan memilih di antara 5
alternatif: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu atau netral, tidak
setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Skor untuk pernyataan
positif dan pernyataan negatif adalah kebalikannya. Berikut contoh
skor pernyataan positif dan negatif.

Pernyataan Sangat Setuju Netral Tidak Sangat


sikap Setuju setuju tidak
setuju
Pernyataan 5 4 3 2 1
positif
Pernyataan 1 2 3 4 5
negatif

4. Observasi
Ada tiga situasi yang dapat diselidiki melalui obeservasi yaitu
situasi bebas, situasi yang dibuat, dan observasi campuran (Nanda
Pramana, 2016: 191-192). Dalam evaluasi pembelajaranobservasi
dapat digunakan untuk menilai tingkah laku siswa pada waktu belajar
mengajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, tingkah laku siswa pada saat
terjadinya kosong pelajaran, dan lain sbegainya. Melalui observasi
dapat diketahui sikap dan perilaku siswa tingkat partisipasi dalam
suatu kegiatan, proses kegiatan yang dilakukan, dan hubungan yang
aktual sesama siswa dengan lingkungan mereka. Teknik observasi
sebagai penilaian harus dilakukan pada saat proses pendidikan
berlangsung di sekolah. Guru tidak perlu terlalu formal memperhatikan
tingkah laku suswa, cukup mencatat segala tingkah laku yang
ditunjukan. Agar observasi berjalan dengan efektif maka perlu

6
melakukan langkah berikut ini. Pertama, melalukan observasi langsung
terhapa suatu proses tingkah laku, dan mencatat kegiatan yang
dilakukannya. Kedua, mengurutkan jenis perilaku dan spesifik
sehingga dapat diamati. Ketiga, menentukan instrumen observasi.
5. Laporan diri
Laporan diri merupakan laporan peserta didik tentang aktivitas
yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya dalah
aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari tentang
pelaksanaan ibadah. Praktik-praktik yang dilaksanakan oleh peserta
didik perlu dipanatu oleh guru.
6. Wawancara
Menurut Nanda Pramana (2016: 191-192) wawancara merupakan
bentuk mendapatkan informasi atau bahan-bahan keterangan yang
dilakukan melalui proses tanya tanya jawab lisan secara sepihak
berdasarkan tujuan yang telah ditentukan. Wawancara sepihak dimana
informan tidak diberi kesempatan untuk bertanya. Dalam wawancara
langsung, pewawwncara bertemu dengan orang yang akan
diwaancarai. Sedangkan wawancara tidak langsung yaitu pewawancara
melakukan dialog melali telepon, email dan sebagainya tanpa harus
menemui orang yang diwawancarai.

C. Penilaian Kompetensi Sikap (Cakupan, Pengertian, dan Indikator Penilaian


Sikap)

Pada Kurikulum 2013 penilaian kompetensi sikap dibagi menjadi dua,


yaitu:

1. Sikap spiritual
Sikap spiritual merupakan terkait dengan sikap beriman dan bertaqwa.
Kompetensi sikap spiritual mengacu pada KI-1: Menghargai dan
menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Sikap sosial

7
Sikap sosial merupakan terkait dengan sikap berakhlak mulia, mandiri,
bertanggung jawab, dan demokratis.
Kompetensi sikap sosial mengacu pada KI-2: Menghargai dan
menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.Berikut ini pada tabel 1 adalah KI-1 dan KI-2 mata
pelajaran PKn Kelas VII SMP

Tabel 1. KI-1 (Sikap spiritual) dan KI-2 (Sikap sosial),PKn kelas VII SMP

KOMPETENSI INTI 1 (SIKAP KOMPETENSI INTI 2 (SIKAP


SPIRITUAL) SOSIAL)

1. Menghargai dan menghayati ajaran 2. Menunjukkan perilaku jujur,


agama yang dianutnya disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleran, gotong royong), santun, dan
percaya diri dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
1.1 Bersyukur kepada Tuhan Yang 2.1 Mengembangkan sikap
Maha Esa atas semangat dan bertanggung jawab dan berkomitmen
komitmen para pendiri negara dalam sebagai warga negara indonesia sepeti
merumuskan dan menetapkan Dasar yang diteladankan para pendiri negara
Negara Pancasila dalam perumusan dan penetapan
Pancasila sebagai dasar negara
1.2 Menghargai norma-norma 2.2 Mematuhi norma-norma yang
keadilan yang berlaku dalam berlaku dalam kehidupan
kehidupan bermasyarakat sebagai bermasyarakat untuk mewujudkan

8
anugerah Tuhan yang Maha Esa keadilan
1.3 Menghargai nilai kesejarahan 2.3 Mengembangkan sikap
perumusan dan pengesahan Undang- bertanggung jawab yang mendukung
Undang Dasar Negara Republik nilai kesejarahan perumusan dan
Indonesia Tahun 1945 sebagai bentuk pengesahan Undang-Undang Dasar
sikap beriman Republik Indonesia Tahun 1945
1.4 Menghormati keberagaman 2.4 Menghargai keberagaman suku,
norma-norma, suku, agama, ras dan agama, ras dan antargolongan dalam
antargolongan dalam bingkai bingkai Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika sebagai sesama
ciptaan Tuhan
1.5 Mensyukuri makna kerja sama 2.5 Mendukung bentuk-bentuk kerja
dalam berbagai bidang kehidupan di sama dalam berbagai bidang
masyarakat kehidupan di masyarakat
1.6 Menghargai karakteristik daerah 2.6 Bersikap antusias terhadap
tempat tinggalnya dalam kerangka persatuan dan kesatuan dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia mempertimbangkan karakteristik
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha daerah tempat tinggalnya
Esa

Berdasarkan rumusan KI-1 dan KI-2 berikut ini cakupan dan pengertian
penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial pada jenjang SMP/MTs adalah
sebagai berikut.

1. Sikap spiritual adalah menghargai dan menghayati ajaran agama yang


dianut.
2. Sikap jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
3. Sikap disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada ketentuan dan peraturan.

9
4. Sikap tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),
negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
5. Sikap toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda
dari dirinya.
6. Sikap gotong royong adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain
untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong
menolong secara ikhlas.
7. Sikap sopan dan santun adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi
bahasa maupun tingkah laku. Norma kesantunan bersifat relatif, artinya
norma kesantunan yang diterima bisa berbeda-beda di berbagai tempat,
lingkungan, atau waktu.
8. Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang
memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan
sesuatu tindakan.
D. Tinjauan Pustaka Toleransi
Menurut Tillman (2004: 95) toleransi adalah saling menghargai,
melalui pengertian dengan tujuan kedamaian. Toleransi adalah metode
menuju kedamian. Toleransi di sebut sebagai faktor esensi untuk
perdamaian. Di dalam memaknai toleransi ini terdapat dua penafsiran
tentang konsep tersebut. Pertama, penafsiran negatif yang menyatakan
bahwa toleransi itu cukup mensyaratkan adanya sikap membiarkan dan
tidak menyakiti orang atau kelompok lain baik yang berbeda maupun
sama. Sedangkan yang kedua adalah penafsiran positif yaitu menyatakan
bahwa toleransi tidak hanya sekedar seperti pertama (penafsiran negatif)
tetapi harus adanya bantuan dan dukungan terhadap keberadaan orang lain
atau kelompok lain (Abdullah, 2001:13).
Demokrasi, modernisasi sesuatu hal yang tidak terpisahkan dengan
toleransi. Pada masyarakat yang plural membutuhkan sikap toleransi.

10
Toleransi dalam konteks demokrasi harus membangun saling pengertian
dan menghargai ditengah keragaman suku, agama, ras dan bahasa (Zaini,
2010 :20) Pada konsep toleransi memiliki faktor determinan adalah
pemerintah. Pada pembangunan sikap toleransi dilakukan oleh negara.
Keberagaman suku, bahasa dan ras mendorong untuk membangun negara
untuk menyelenggarakan pendidikan memwadahi sikap toleransi untuk
menciptakan kedamaian.
Pada toleransi mengakui konsep pada kesukarelaan untuk
menerima kenyataan pada perbedaan. Menurut Artis ( 2011: 88) toleransi
menuju pada suatu kerelaan untuk menerima kenyataan pada perbedaan
yang dimiliki orang lain. Pada bersamaan pengetahuan menghargai
pendapat orang lain akan disertai dengan sikap sesorang. Pada aspek
mengahargai sesame memberikan pengaruh kepada siswa untuk
menumbuhkan kerukunan pada suatu bangsa. Kerukunan diantara
keberagaman agama, suku, ras dan bahasa.
Berdasarkan konsep holistik Heritage Foundation (Sri Narwanti,
2011: 25) ada 9 pilar karakter utama yang harus dikembangkan, yaitu:

1. Cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya


2. Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian
3. Kejujuran
4. Hormat dan santun
5. Kasih sayang, kepedulian dan kerjasama
6. Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah
7. Keadilan dan kepemimpinan
8. Baik dan rendah hati
9. Toleransi, cinta damai dan persatuan
Kementerian Pendidikan Nasional (2010:25-30) Toleransi yaitu
sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
Dalam Rancangan Kemendikbud toleransi merupakan salah satu nilai

11
dalam 18 nilai-nilai pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa yang harus diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran. Nilai-
nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional tersebut adalah (Muclas Samani & Hariyanto, 2012:
52): (1) Religius; (2) Jujur; (3) Toleransi; (4) Disiplin; (5) Kerja Keras; (6)
Kreatif; (7) Mandiri; (8) Demokrasi; (9) Rasa Ingin Tahu; (10) Semangat
Kebangsaan; (11) Cinta Tanah Air; (12) Menghargai Prestasi; (13)
Bersahabat/Komunikatif; (14) Cinta Damai; (15) Gemar Membaca; (16)
Peduli Lingkungan; (17) Peduli Sosial; dan (18) Tanggung Jawab.

Nilai karakter toleransi merupakan sikap dan tindakan yang


menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya. Kultur toleransi penting untuk
dibangun karena toleransi adalah nilai turunan dari karakter Peduli yang
merupakan hasil dari olah rasa/karsa yang merupakan sikap yang dapat
menunjukkan keberadaan seseorang, membangun kesepahaman dan saling
pengertian sebagai bagian dari makhluk sosial. Sedangkan olah karsa/rasa
berkenaan dengan kemauan, motivasi, dan kreativitas yang tercermin
dalam kepedulian, citra dan penciptaan kebaruan (Muchlas Samani &
Hariyanto, 2012: 24).

Selanjutnya membagi butir-butir dari refleksi toleransi ke dalam


beberapa butir pernyataa. Dalam toleransi terdapat butir-butir refleksi,
yaitu.

Kedamaian adalah tujuan, toleransi adalah metode nya.


1. Toleransi adalah terbuka dan reseptif pada indahnya perbedaan.
2. Toleransi menghargai individu dan perbedaanya, menghapus topeng
dan ketegangan yang disebabkan oleh ketidak pedulian.
Menyediakan kesempatan untuk menemukan dan menghapus stigma
yang disebabkan oleh kebangsaan, agama, dan apa yang diwariskan.
3. Toleransi adalah saling menghargai satu sama lain melalui
pengertian.
4. Benih dari intoleransi adalah ketakutan dan ketidakpedulian.
5. Benih dari toleransi adalah cinta, disiram dengan kasih dan
pemeliharaan.

12
6. Jika tidak cinta tidak ada toleransi.
7. Yang tahu menghargai kebaikan dalam diri orang lain dan situasi
memiliki toleransi.
8. Toleransi juga berarti kemampuan menghadapi situasi sulit.
9. Toleransi terhadap ketidaknyamanan hidup dengan membiarkan
berlalu, ringan, membiarkan orang lain ringan.
10. Melalui pengertian dan keterbukaan pikiran orang yang toleran
memperlakukan orang lain secara berbeda, dan menunjukkan
toleransinya. (Tillman,2004)

Toleransi memiliki nilai sikap yang baik ditanamkan pada siswa.


berdasarkan Wibowo (2012:100) sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku ras, etnis, pendapat sikap dan tindakan orang lain
yang berbeda dengan dirinya. Sikap siswa yang menghargai perbedaaan
sesama untuk membangun masyarakat menjadi memiliki peradaban.
Indikator yang muncul pada indikator sekolah menurut Wibowo
(2012:100) adalah menghargai dan memberikan perlakuan yang sama
terhadap seluruh warga sekolah tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, status sosial, status ekonomi dan kemampuan khas dan
memberikan perlakuan yang sama terhadap stakeholder tanpa
membedakan suku, agama, ras, golongan dan satus ekonomi. Pada
tingkatkan sekolah sikap toleransi berkembang pada budaya sekolah yang
mengembangkan siswa untuk dapat menghargai sesama.
Pada sikap toleransi memiliki indikator dikelas pada proses
pembelajaran. Menurut Wibowo (2012:100) menyebutkan indikator kelas
yaitu memberikan pelayanan yang sama terhadap warga kelas tanpa
memberdakan suku, ras, agama, ras, golongan, status sosial dan status
ekonomi, memberikan pelayanan terhadapat anak yang berkebutuhan
khusus dan berkerja sama dalam kelompok yang berbeda. Pada tingkatan
yang kelas dan sekolah hanya lingkup yang berbeda dalam sikap toleransi.
Unsur-unsur yang perlu ditekankan dalam sikap toleransi
memberikan kebebasan, mengakui hak setiap orang, dan menghormati
keyakinan orang lain (Khisbiyah, 2007). pertama memberikan kebebasan
atau kemerdekaan dimana setiap manusia diberikan kebebasan untuk

13
berbuat, bergerak maupun berkehendak menurut dirinya sendiri.
Kebebasan ini diberikan sejak manusia lahir sampai nanti ia meninggal
dan kebebasan atau kemerdekaan yang manusia miliki tidak dapat
digantikan atau direbut oleh orang lain dengan cara apapun. Kedua,
mengakui hak setiap orang suatu sikap mental yang mengakui hak setiap
orang didalam menentukan sikap perilaku masing-masing. Ketiga,
menghormati keyakinan orang lain landasan keyakinan diatas adalah
berdasarkan kepercayaan, bahwa tidak benar ada orang atau kelompok
yang berkeras memaksakan kehendaknya sendiri kepada orang atau
kelompok lain. keempat, saling mengerti tidak akan terjadi, saling
menghormati antara sesama manusia bila mereka tidak ada saling
mengerti. Saling anti dan saling membenci, saling berebut pengaruh
adalah salah satu akibat dari tidak adanya saling mengerti dan saling
menghargai antara satu dengan yang lain.

E. Teknik, Indikator, dan Bentuk Penilaian


KD. 2.4 Menghargai keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan
dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika

Indikator :

No Indikator Teknik Penilaian No Soal


Obeservasi Penilaian
1 Menghormati orang lain yang 1,2,3,4,16,17
berbeda suku, agama, ras, budaya,
dan bahasa.
2 Menerima perbedaan dengan orang 5,6,13,15
lain dalam hal suku, bahasa, dan
agama.
3 Menerima dan menghormati 7,8,9,10,11,12
perbedaan pendapat orang lain
meskipun berbeda dengan

14
pendapatnya
4 Bekerjasama antar teman tanpa 18,19
melihat suku, agama, ras, budaya,
dan bahasa
5 Menghargai dan menghormati hak 21,22
setiap orang lain
6 Memberikan perlakuan sama 23,24
terhadap orang lain tanpa melihat
suku, agama, ras, budaya, dan
gender
7 Menghormati kebebasan setiap 26,27
orang lain untuk berpendapat dalam
forum
8 Membangun sikap pengertian 28
terhadap tindakan orang lain yang
berbeda agama dan suku
9 Menjaga perasaan orang lain, 29,30
dengan membangun komukasi dan
relasi yang baik antar sesama

1. Observasi

LEMBAR PENILAIAN DIRI SIKAP TOLERANSI


PETUNJUK
1. Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
2. berilah tanda cek () sesuai dengan sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-
hari.
Nama Peserta Didik:
Kelas :
Materi Pokok :
Tanggal :
No Pernyataan SS S TS STS
1. Siswa Menghargai orang lain yang berbeda
suku, rasa dan agama
2. Siswa berteman dengan orang lain tanpa
melihat perbedaan suku, rasa dan agama

15
3. Siswa mengingatkan teman saya untuk
melaksanakan ibadah
4. Siswa menjauhi teman saya karena
berbeda suku.
5. Siswa mengucilkan orang yang berbeda
agama dengan saya.
6. Siswa bersikap antisosial pada orang
yang berbeda budaya.
7. Siswa tidak menerina teman yang beda
agama.
8. Siswa dalam mengambil keputusan
dengan menghormati perbedaaan
pendapat dengan orang lain
9. Siswa bersikap bijak menerima pendapat
dari orang lain.
10. Siswa marah jika yang digunakan adalah
pendapat orang lain dalam kelompok.
11. Siswa mendengarkan dengan saksama
ketika teman saya sedang
mengemukakan pendapatnya.
12. Siswa menganggap pendapat saya yang
paling benar daripada orang lain.
13. Siswa memaksakan kehendak pemikiran
saya kepada anggota kelompok lain
dalam forum musyawarah.
14. Siswa berteman dengan semua orang
tanpa melihat statusnya.
15. Siswa menjauhi orang yang berkulit
hitam.
16. Siswa tetap menghormati dan berteman
dengan orang yang cacat.
17. Siswa mencoba mengerti bahasa daerah
yang digunakan teman saya dalam
kehidupan sehari-hari.
18. Siswa bekerjasa sama antar teman
19. Siswa tidak memilih teman untuk tugas
kelompok
20. Siswa saling mencintai dan menjaga
persatuan semua siswa di kelas.
21. Siswa menghormati orang lain
22. Siswa melakukan kegiatan dengan bebas
23. Siswa membedakan perlakuan antar
teman berbeda suku, ras, agama
24. Siswa berperilaku baik ke orang lain
tanpa melihat perbedaan

16
25. Siswa bebas mengemukakan pendapat
26. Siswa mendapatkan kesempatan untuk
memberikan pendapat
27. Siswa memaksakan kehendak dalam
berpendapat
28. Siswa memiliki sikap pengertian
terhadap tindakan orang lain yang
berbeda suku dan agama
29. Siswa tidak menyakiti orang lain
30. Siswa menjaga perasaan orang lain,
dalam pergaulan dan komunikasi antar
sesame tidak menlihat perbedaan agama,
suku, ras

Keterangan :
Sangat Setuju (SS) Jika
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
Petunjuk penyekoran:
4 = sangat setuju, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = setuju, apabila melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
2 = tidak setuju , apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = sangat tidak setuju , apabila tidak pernah melakukan

17
2. Penilaian sikap

LEMBAR PENILAIAN DIRI SIKAP TOLERANSI


PETUNJUK
1. Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
2. berilah tanda cek () sesuai dengan sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-
hari.
Nama Peserta Didik:
Kelas :
Materi Pokok :
Tanggal :
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya Menghargai orang lain yang berbeda
suku, rasa dan agama
2. Saya berteman dengan orang lain tanpa
melihat perbedaan suku, rasa dan agama
3. Saya mengingatkan teman saya untuk
melaksanakan ibadah
4. Saya menjauhi teman saya karena berbeda
suku.
5. Saya mengucilkan orang yang berbeda
agama dengan saya.
6. Saya bersikap antisosial pada orang yang
berbeda budaya.
7. Saya tidak menerina teman yang beda
agama.
8. Saya dalam mengambil keputusan dengan
menghormati perbedaaan pendapat
dengan orang lain
9. Saya bersikap bijak menerima pendapat
dari orang lain.
10. Saya marah jika yang digunakan adalah
pendapat orang lain dalam kelompok.
11. Saya mendengarkan dengan saksama
ketika teman saya sedang mengemukakan
pendapatnya.
12. Saya menganggap pendapat saya yang
paling benar daripada orang lain.
13. Saya memaksakan kehendak pemikiran

18
saya kepada anggota kelompok lain
dalam forum musyawarah.
14. Saya berteman dengan semua orang tanpa
melihat statusnya.
15. Saya menjauhi orang yang berkulit hitam.
16. Saya tetap menghormati dan berteman
dengan orang yang cacat.
17. Saya mencoba mengerti bahasa daerah
yang digunakan teman saya dalam
kehidupan sehari-hari.
18. Saya bekerjasa sama antar teman
19. Saya tidak memilih teman untuk tugas
kelompok
20. Saya saling mencintai dan menjaga
persatuan semua siswa di kelas.
21. Saya menghormati orang lain
22. Saya melakukan kegiatan dengan bebas
23. Saya membedakan perlakuan antar teman
berbeda suku, ras, agama
24. Saya berperilaku baik ke orang lain tanpa
melihat perbedaan
25. Saya bebas mengemukakan pendapat
26. Saya mendapatkan kesempatan untuk
memberikan pendapat
27. Saya memaksakan kehendak dalam
berpendapat
28. Saya memiliki sikap pengertian terhadap
tindakan orang lain yang berbeda suku
dan agama
29. Saya tidak menyakiti orang lain
30. Saya menjaga perasaan orang lain, dalam
pergaulan dan komunikasi antar sesame
tidak menlihat perbedaan agama, suku,
ras

Keterangan :
Sangat Setuju (SS) Jika
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
Petunjuk penyekoran:

19
4 = sangat setuju, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = setuju, apabila melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
2 = tidak setuju , apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = sangat tidak setuju , apabila tidak pernah melakukan

20
Daftar Pustaka

Abdullah, Masykuri. (2001). Pluralisme Agama dan Kerukunan Dalam


Keagamaan. Jakarta : Penerbit Kompas

Artis. (2011). Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama. Jurnal


Toleransi.Vol. 3 No 1 PP 86-97.
Daryanto. 2012. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Pengemabangan Pendidikan Budaya


dan Karakter Bangsa. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembealajaran
Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter
Bangsa. Jakarta :Kementrian Pendidikan Nasional.

Nana Pranama Atmaja. 2016. Evaluasi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva


Press.

Mansyur, Rasyid, H., & Suratno. (2015). Assesmen Pembelajaran di Sekolah.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muchlas Samani,. & M. S Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan


Karakter. Bandung: Rosda.

Suharsimi Arikunto. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Sri Narwanti. 2011. Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk


Karakter Dalam Mata Pelajaran. Yogyakarta: Familia.

Sukiman. 2012. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani.

Tillman, Diane. 2004. Living Values Activities For Young Adults. (Risa. P & Ellen
Sirait, Penerj.). Jakarta : Grasindo.

21
Wibowo, A. (2012). Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban. Yogykarta: Pustaka Pelajar.
Zaini. (2010).Penguatan Pendidikan Toleransi Sejak Usia Dini. Jurnal
Toleransi.Vol. 20 No 1 PP16-30.

22

Anda mungkin juga menyukai