Anda di halaman 1dari 12

KONSTRUKSI SKALA SIKAP

MATA KULIAH

Konstruksi Alat Ukur Psikologi

DOSEN PENGAMPU

Dina Nisrina, M.Psi, Psikolog

Disusun oleh :

Khairunnisa (170104040279)

Iqbal Ansori (170104040110)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

PSIKOLOGI ISLAM

BANJARMASIN

2019
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sikap merupakan salah satu prediktor perilaku. Sikap individu saat ini
bisa menjadi landasan apa yang akan dilakukan. Hal ini karena sikap
memiliki komponen kepercayaan, perasaan dan kecenderungan berperilaku.
Komponen tersebut memiliki tendensi positif atau negatif.
Salah satu aspek penting memahami sikap dan perilaku adalah tentang
pengungkap sikap. Ada berbagai macam metode untuk mengungkap sikap
dan salah satunya ialah skala sikap. Skala sikap merupakan metode yang
dianggap paling handal dan banyak digunakan. Kelebihannya dari metode ini
yaitu: (1) dapat dipertanggungjawabkan secara kuantitatif, (2) validitas,
realibilitas, objektivitas maupun standarisasi dapat dioptimalkan, (3) metode
ini dapat melibatkan subjek dalam jumlah besar dan waktu relatif singkat.
Tentu untuk menggunakan metode skala sikap, diperlukan pengetahuan
mengenai apa itu skala sikap serta alur-alur menyusun guna menyusun skala
sikap secara benar. Lalu bagaimana cara menyusun skala sikap? Di makalah
kami akan dibahas dibahas sebagaian alur dari menyusun skala sikap yaitu
konsep sikap, komponen objek sikap serta pendekatan stimulus dan
pendekatan respon.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja penentuan dan pembatasan konsep sikap?
2. Apa saja pembatasan komponen objek sikap?
3. Apa yang dimaksud dengan pendekatan stimulus dan pendekatan respon?
4. Bagaimana pengaplikasian dari semua pembahasan?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui apa saja penentuan dan pembatasan konsep sikap.
2. Agar mengetahui apa saja pembahasan objek sikap.
3. Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan stimulus dan
pendekatan respon.
4. Agar mengetahui bagaimana mengaplikasikan dari semua pembahasan.

1
PEMBAHASAN

A. Penentuan dan Pembatasan Konsep Sikap


Konstruksi skala sikap diawali dengan penetapan konsep yang hendak
diungkap. Penentapan konsep bersumber pada literatur yang digunakan. dari
literatur yang digunakan akan ditemukan teori yang nantinya akan diambil
aspek-aspeknya yang nantinya digunakan untuk menyusun konsep sikap yang
akan digunakan dalam skala sikap.1
Contohnya dalam teori skema tradik tentang sikap disebutkan bahwa
sikap mengandung aspek-aspek perasaan (afektif), Pikiran (kognitif) dan
kecendrungan bertindak (konatif). Aspek diatas merupakan isi komponen
sikap dalam rancangan sikap yang dikehendaki. Selanjutnya , penulisan setiap
nomor pernyataan sikap akan merujuk pada salah-satu aspek tersebut
sehingga keseluruhan pernyataan sikap akan merangkum ketiga aspek secara
lengkap.
Yang perlu diperhatikan adalah operasionalisasi komponen sikap itu
dalam bentuk indikator sikap. Pada aspek kognitif misalnya, perancang dan
penulis skala harus tau betul bagaimana bentuk pertanyaan yang jawabannya
dapat mengindikasikan sikap yang dilandasi aspek kognitif. Begitupun aspek
konatif maupun afektif. Pertanyaan-pertanyaan tersebut haruslah spesifisik
sehingga selain memudahkan penulisan, kejelasan bentuk pernyataan itu
memungkinkan tercapainya tujuan pengukuran yang diinginkan.
Perancang skala sikap boleh menentukan konsepsi sikap yang manakah
yang akan digunakannya, pertimbangan pemilihan konsep sikap yang akan
digunakan adalah sejauhmana relevansinya dengan tujuan pengukuran yang
dilakukan. 2
B. Pembatasan Komponen Objek Sikap.
Suatu objek psikologis yang akan dijadikan objek sikap tidaklah sulit
untuk dibatasi. Pada perancangan skala sikap, kita mengetahui persis akan
1
Jelpa Periantolo dkk, “Konstruksi Skala Sikap Terhadap Pelajaran Matematika dan Sains”,
dalam Edu Sains Vol. 3, No. 2, Juli 2014, 37.
2
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1995), 108-109.

2
tujuan pengukuran yang dilakukan dan kita mempunyai gambaran yang jelas
mengenai objek sikapnya. Hal tersebut dapat amat memudahkan prosedur
penyusun skala sikap.
Suatu skala sikap hendaknya mencakup aspek objek sikap yang luas dan
relevan. Cakupan tersebut juga menyertakan semua aspek yang penting bagi
objek sikap itu dan meninggalkan aspek-aspek yang tidak begitu berarti.
Komponen objek sikap dikembalikan pengembangannya kepada faktor-
faktor yang relevan dengan objek itu sendiri. Misalnya, didalam penyusun
skala sikap terhadap satu jenis pekerjaan, komponen objek sikap
dikembalikan pada faktor-faktor yang memotivasi atau menjadikan alasan
seseorang untuk memilih pekerjaan pada umumnya. Teori motivasi kerja bisa
jadi satu referensi yang menjanjikan untuk dimanfaatkan.
Untuk mengintegrasikan batasan komponen perilaku dan komponen
objek sikap, biasanya digunakan semacam table spesifikasi atau blue-print.
Pembuatan table spesfikasi merupakan salah-satu langkah standar dalam
penyusunan hampir semua alat ukur psikologis.
Suatu tabel spesifikasi pada umumnya berupa table dua-jalan, yaitu table
yang mempunyai dua sisi yang dalam hal ini berisikan komponen objek sikap
dan komponen sikap. Berikut gambarannya dalam bentuk tabel:3

*Tabel (I)

Komponen sikap
Komponen
Afektif Kognitif Konatif Total (%)
objek sikap

I
II
III
IV

3
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, 109-110.

3
V
Total (%) 100

C. Pengembangan Skala Sikap Dalam Pendekatan Stimulus dan Pendekatan


Respon
Prosedur penskalaan dalam pengembangan skala sikap pada dasarnya
adalah penetapan besarnya bobot (weight) atau nilai skala (scale value) bagi
setiap pernyataan sikap. Bobot atau nilai skala itu pada gilirannya, akan
merupakan nilai atau angka yang diberikan pada jawaban (respon) individu
mengenai persetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap pernyataan sikap
yang bersangkutan. Dalam pemberian angka bagi jawaban respoden terhadap
aitem atau soal pada tes kemampuan, misalnya tes prestasi belajar, setiap
jawaban yang benar dapat diberi angka 1 ( bobot 1) dan jawaban yang salah
diberi angka 0 (bobot 0). Kalaupun jawaban yang benar diberi bobot nilai
lebih daripada 1. Misalnya pada tes tipe essay atau karangan, maka bobot itu
dapat diberikan seimbang dengan kompleksitas jawaban benar yang dituntut
oleh penguji, sedangkan jawaban yang salah tetap diberi angka 0. Ada-
tidaknya atau besar-kecilnya bobot jawaban yang benar yang diperoleh oleh
seseorang mencerminkan besarnya penguasaan bahan pengetahuan atau hasil
belajar masing-masing individu yang bersangkutan. Cara pemberian angka
atau bobot terhadap jawaban tes prestasi seperti di atas sering dilakukan dan
dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini terutama dikarenakan jawaban
terhadap tes prestasi dapat secara jelas dipisahkan antara jawaban yang benar
dan jawaban yang salah.
Dalam penskalaan pernyataan sikap, masalahnya tidak seperti itu.
Haruslah diingat bahwa jawaban terhadap pernyataan sikap adalah ungkapan
afek positif atau afek negatif terhadap objek sikap yang sifatnya individual,
yang tentu saja tidak dapat dinilai sebagai benar atau salah. Jawaban terhadap
pernyataan-pernyataan dalam skala sikap akan diinterpretasikan sebagai
setuju atau tidak setuju dalam berbagai tindakan, bukan diinterpretasikan
sebagai baik atau tidak baik dan buka pula sebagai benar atau salah.

4
Berbagai teknik penyusunan skala sikap yang berbeda-beda, pada
dasarnya berbeda pula dalam hal penskalaan pernyataan sikapnya.
Pengembangan skala sikap dapat dilakukan melalui, antara lain, dua
pendekatan utama, yaitu pendekatan stimulus (stimulus oriented) dan
pendekatan respon (response oriented). Kemudian ada pendekatan ketiga,
yaitu merupakan kombinasi pendekatan stimulus dan pendekatan respons.
Pendekatan stimulus adalah metode pengembangan skala sikap yang
tujuannya adalah meletakkan setiap stimulus pada titik-titik di sepanjang
suatu kontinum psikologis yang bergerak dari tak-favorabel sampai menjadi
favorabel.
Penentuan letak pernyataan sikap sebagai stimulus itu didasarkan pada
hasil rating sekelompok penilai (judging group). Kelompok penilai ini
diminta memberikan perkiraannya mengenai derajat favorabel setiap
pernyataan menurut suatu kontinum psikologis, bukan memberikan
persetujuan atau ketidak setujuannya secara pribadi. Dalam hal ini, kelompok
penilai harus diingatkan untuk melepaskan afek positif atau afek negatif, rasa
setuju atau tidak setujunya terhadap isi pernyataan-pernyataan yang
dihadapinya. Satu-satunya yang diharapkan dari mereka adalah perkiraan
mengenai derajat favorabel atau tak fevorabelnya setiap pernyataan.
Berdasarkan hasil perkiraan dari kelompok penilai, kemudian dapatlah
ditentukan nilai skala untuk masing-masing pernyataan sikap, dan
berdasarkan kriteria tertentu dari hasil perkiraan tersebut dapat pula dilakukan
seleksi untuk memilih untuk pernyataan terbaik yang dapat dimasukkan
sebagai bagian dari suatu skala sikap. Salah satu contoh dari pendekatan
stimulus adalah Metode Interval Tampak Setara.
Pendekatan respons adalah metode pengembangan skala sikap yang
tujuannya adalah meletakkan kategori respons pada titik-titik di sepanjang
suatu kontinum psikologis yang telah ditetapkan. Nilai skala setiap
pernyataan akan diperoleh dari distribusi respons atau jawaban kelompok
responden yang menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka terhadap

5
setiap pernyataan. Oleh karena itu pendekatan respon tidak diperlukan adanya
kelompok penilai.
Dalam pendekatan respons diasumsikan bahwa sifat favorabel atau tak
favorabel setiap pernyataan telah diketahui. Juga diasumsikan bahwa jawaban
“setuju” terhadap pernyataan sikap yang favorabel merupakan petunujuk
adanya sikap yang lebih positif daripada jawaban “tidak setuju”. Sebaliknya,
suatu jawaban “tidak setuju” terhadap pernyataan favorabel merupakan
indikasi sikap yang kurang positif dibandingkan dengan jawaban “setuju”.
Dari respons kelompiok responden itu pula, kemudian diadakan seleksi untuk
memilih pernyataan-pernyataan yang terbaik. Salah satu bentuk skala
menggunakan pendekatan respon yaitu Metode Rating yang Dijumlahkan.
Pendekatan yang mengombinasikan pendekatan stimulus dan pendekatan
respon, sebagaimana namanya, mendasarkan pengembangan nilai skala setiap
pernyataan melalui perkiraaan dari kelompok penilai dan kemudian
menggunakan distribusi hasil respons dari responden. Salah satu contoh
menggunakan pendekatan kombinasi yaitu Teknik Diskriminasi Skala.4
D. Pengaplikasian Pembahasan
Contohnya, menurut Hergenhann, mengemukakan tiga aspek yang
mempengaruhi dalam perilaku pengaturan diri (regulasi diri) diantaranya:
1. Self efficacy (efikasi diri)
2. Moral conduct (peraturan moral)
3. Delay of gratification (penundaan kepuasan)
Jika kita dalam penelitian ingin mencari sekitar 30 pernyataan atau 30
item. Maka, jika disusun dalam bentuk tabel berdasarkan teori yang
dijelaskan di atas maka akan menjadi sebagai berikut:
Komponen Komponen Sikap
Total (%)
Objek Sikap Afektif Kognitif Konatif
Aspek
10 20 10 40%
Efikasi Diri

4
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, 123- 125.

6
Aspek
Peraturan 10 10 10 30%
Moral
Aspek
Penundaan 10 10 10 30%
Kepuasan
Total (%) 30% 40% 30% 100 %
Angka-angka dalam setiap kotak atau sel menunjukkan persentase
banyaknya pernyataan sikap yang perlu dibuat agar skala itu nanti setelah
selesai ditulis akan mencangkup keseluruhan aspek-aspek objek sikap secara
proporsional sesuai dengan bobot relevansi setiap aspek dalam komponen
objek sikap yang telah ditentukan. Bobot relevansi ini dapat ditentukan
berdasarkan judgement perancang sendiri, atau hasil diskusi dengan pihak
ahli, atau mungkin dari temuan penelitian yang pernah ada. Apabila tidak ada
dasar yang jelas untuk membedakan bobot relevansi tersebut kita dapat
menyamakan saja semua bobot untuk setiap aspek.5
Sesuai dengan persentase yang telah ditetapkan, apabila jumlah
pernyataan yang akan dibuat telah pula ditentukan, maka jumlah pernyataan
untuk setiap aspek objek sikap dan aspek sikap dengan mudah diketahui. Jadi
bila aspek efikasi diri telah mewakili 30 % dari jumlah seluruh pernyataan,
sedangkan 30 % itu terbagi untuk aspek afektif, kognitif dan konatif masing-
masing 10%, maka apabila direncanakan akan membuat sebanyak 30
pernyataan sikap, tentulah 10 % dari 30 pernyataan adalah 3 pernyataan
untuk masing-masing aspek afektif, kognitif dan konatif. Jika dirincikan
sebagai berikut
1. Untuk aspek efikasi diri mendapat jatah 40% dari 30 total pernyataan
yang dimana masing-masing dibagi menjadi 10% untuk afektif, 20%
untuk kognitif dan 10 % untuk konatif. Maka untuk aspek efikasi diri
mendapat 12 pernyataan dengan masing-masing 3 untuk afektif, 6 untuk
kognitif dan 3 untuk konatif.

5
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, 111.

7
2. Untuk aspek peraturan moral mendapat jatah 30% dari 30 total
pernyataan yang dimana masing-masing dibagi menjadi 10% untuk
afektif, 10% untuk kognitif dan 10% untuk konatif. Maka untuk aspek
peraturan moral mendapat 9 pernyataan yang masing-masing 3
pernyataan untuk afektif, 3 pernyataan untuk kognitif dan 3 pernyataan
untuk konatif.
3. Untuk aspek penundaan kepuasan mendapat jatah 30% dari 30 total
pernyataan yang dimana masing-masing dibagi menjadi 10% untuk
afektif, 10% untuk kognitif dan 10% untuk konatif. Maka untuk aspek
peraturan moral mendapat 9 pernyataan yang masing-masing 3
pernyataan untuk afektif, 3 pernyataan untuk kognitif dan 3 pernyataan
untuk konatif.

8
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk menyusun konsep sikap, kita dapat mengembalikan kepada teori
yang menjelaskan atribut/variabel yang kita gunakan serta aspek-aspek yang
menjelaskan atribut/variabel tersebut. Dari teori tersebut, maka dapat kita
gunakan untuk menentukan batasan konsep dari atribut/variabel yang kita
gunakan berupa aspek-aspek yang menjelaskan atribut/variabel yang kita
pilih.
Untuk membatasi komponen objek sikap, kita dapat mengembalikannya
pengembangannya kepada faktor-faktor yang relevan dengan objek itu
sendiri. Penjelasan lebih lengkap akan dijelaskan pada materi blue print.
Adapun pendekatan stimulus ialah metode pengembangan skala sikap
yang tujuannya adalah meletakkan setiap stimulus pada titik-titik di
sepanjang suatu kontinum psikologis yang bergerak dari tak-favorabel sampai
menjadi favorabel.
Adapun pendekatan respon ialah metode pengembangan skala sikap yang
tujuannya adalah meletakkan kategori respons pada titik-titik di sepanjang
suatu kontinum psikologis yang telah ditetapkan.
Perbedaan pendekatan stimulus dan respon ialah, pendekatan stimulus
diperlukan kelompok penilai, sedangkan pendekatan respon tidak perlu. Pada
pendekatan stimulus pernyataan favorabel atau tak favorabel belum diketahui
sedangkan pendekatan stimulus sudah diketahui.
B. Saran
Adapun saran untuk pemakalah selanjutnya agar pemakalah selanjutnya
menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan memperbanyak contoh
pemahaman.

9
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta, Pustaka


Pelajar, 1995.
Periantolo, Jelpa dkk, “Konstruksi Skala Sikap Terhadap Pelajaran Matematika dan
Sains”, dalam Edu Sains Vol. 3, No. 2, Juli 2014.

10
NO Nama/NIM Pertanyaan Jawaban Sanggahan

Banjarmasin,......................2019
Moderator

11

Anda mungkin juga menyukai