Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Devano Denandra
2. Putri Wulandari
3. Deby Silvia Angraini
4. Nikmanah
Dosen Pembimbing :
SESI A
PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibuk Siska Nerita, M.Pd sebagai
dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Proses Dan Hasil Pembelajaran Biologi yang
telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penilaian hasil belajar merupakan salah satu kegiatan dalam dunia pendidikan
yang penting. Pada satu sisi, dengan penilaian hasil belajar yang dilakukan dengan
baik dapat diketahui tingkat kemajuan belajar siswa, kekurangan, kelebihan, dan
posiisi siswa dalam kelompok. Pada sisi yang lain, penilaian hasil belajar yang baik
akan merupakan feed back bagi guru/dosen untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan
proses belajar mengajar.
Idiealnya, penilaian pada bidang apapun dilakukan dengan menggunakan
prosedur dan instrumen yang standar. Prosedur yang standar adalah suatu prosedur
penilaian yang dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah tertentu dan
perlakukan yang adil pada siswa dengan mempertimbangankan situasi waktu, tempat,
dan berbagai keragaman pada siswa. Sedangkan instrumen yang standar adalah
instrumen yang disusun menggunakan prosedur pengembangan instrumen yang baku
dan dapat dipertanggungjawabkan tingkat validitas dan reliabilitasnya.
Ada dua pendekatan penilaian dalam seni yang sering dipergunakan dalam
dunia pendidikan, yaitu pendekatan objektif dan pendekatan subjektif (intuitif).
Penerapan penilaian dengan pendekatan objektif maupun intuitif secara ekstem
masing-masing mempunyai kelemahan. Pendekatan objektif mempersyaratkan sifat
satu dimensi dari objek pengukuran, padahal penilaian dalam seni khususnya pada
bidang seni tari pada umumnya objeknya adalah perilaku yang sangat kompleks
(multidimensi), dan penampilan yang diamati relatif panjang durasi waktunya,
sehingga apabila dilakukan penilaian terhadapnya akan membutuhkan instrumen
yang sangat panjang. Jenis-jenis seni pertunjukan kehadirannya untuk dinilai hanya
sesaat dan tidak dapat diulang kembali. Sekalipun bisa diulang misalnya dengan
rekaman audio visual, situasinya sudah berubah dari situasi yang sesungguhnya. Di
samping itu menikmati seni sesungguhnya adalah penikmatan emosional. Oleh
karena itu terlalu banyak atau secara ekstrim menikmati seni dengan dengan
kacamata nalar atau rasio menjadi kurang relevan. Sehingga kesan subjektif
penilai/penikmat seni juga turut menentukan.
Pada sisi yang lain, Pendekatan subjektif cenderung bersifat intuitif,
subjektifitas penilai sangat tinggi. Selera seni , aliran seni yang diikuti oleh penilaian,
dan latar belakang kesenian penilai sangat mempengaruhi hasil penilaian. Akibatnya
objektifitas penilaian sulit dipertanggung-jawabkan, lebih-lebih bila beberapa jenis
karya tari yang dinilai tersebut sangat beraneka ragam bentuk, aliran, dan latar
belakang budayanya.
Penilaian hasil belajar seni tari di perguruan tinggi atau di sekolah selama ini
lebih banyak menggunakan pendekatan intuitif. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan efesiensi. Sesungguhnya pendekatan ini dalam praktiknya kadang-
kadang sudah disertai dengan kompromi-kompromi tertentu oleh para penilai
sebelum melakukan penilaian bersama. Hal-hal yang disepakati biasanya adalah
aspek yang dinilai, prioritas (bobot) yang diutamakan, dan rentang nilai. Hal ini
sesungguhnya sudah memasuki wilayah pendekatan objektif. Akan tetapi hal-hal
yang disepakati tersebut biasanya tidak didokumentasikan, tidak diwujudkan dalam
suatu instrument yang formal.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian Penilaian sikap
2. Tingkatan Penilaian sikap
3. Ciri-ciri penilaian sikap dan kata kerja operasional
4. Pengertian Penilaian pengetahuan
5. Tingkatan Penilaian pengetahuan
6. Ciri-ciri penilaian pengetahuan dan kata kerja operasional
7. Pengertian Penilaian keterampilan
8. Tingkatan Penilaian keterampilan
9. Ciri-ciri penilaian keterampilan dan kata kerja operasional
C. Tujuan
1. Memahami pengertian penilaian sikap.
2. Memahami tingkatan penilaian sikap
3. Memahami penilaian sikap dan kata kerja operasional
4. Memahami pengertian penilaian pengetahuan.
5. Memahami tingkatan penilaian pengetahuan
6. Memahami penilaian pengetahuan dan kata kerja operasional
7. Memahami pengertian penilaian keterampilan.
8. Memahami tingkatan penilaian keterampilan
9. Memahami penilaian keterampilan dan kata kerja operasional
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penilaian sikap, Tingkatan Penialian sikap, Ciri-ciri penilaian sikap dan
kata kerja operasional
Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap,
minat, konsep diri, nilai, dan moral.
1) Sikap
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang
dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek,
situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap
terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting
untuk ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran,
misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti
pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran.
Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana
pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap
peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
2) Minat
dalam pembelajaran,
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu
dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif
karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi
sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
4) Nilai
Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti
sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya
intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan
nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah
suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam
mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia
belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi
pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan
harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna
dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan
memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.
5) Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang
lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya
menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik
maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang,
yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral
berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Untuk membantu dalam melakukan penilaian, perlu dipahami Kata Kerja Operasional
(KKO) sesuai dengan Tabel 2 berikut.
Beberapa indikator pencapaian kompetensi peserta didik yang dapat diukur secara
langsung dalam proses pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 3.
B. Pengertian Penilaian pengetahuan, Tingkatan Penialian pengetahuan, Ciri-ciri
penilaian pengetahuan dan kata kerja operasional
a)