Anda di halaman 1dari 20

ASPEK-ASPEK PERILAKU KOGNITIF, AFEKTIF,PSIKOMOTORIK

Di Susun Oleh :

Kelompok 1

Ayu Wulandari (201926006)

Dara Arisni (201926008)

Halimatus Saddiyah (201926011)

Dosen pengampu :

Samsul Bahri, S. Pd. M.pd

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

ASSALAMUALAIKUM WR.WB

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat,Taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada NABI MUHAMMAD
SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan di akhirat
kepada umat manusia.

Makalah ini di susun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah EVALUASI
PENDIDIKAN sebagai penambahan ilmu pengetahuan serta mengingat atau
mengulang pelajaran materi yang pernah kita pelajari sebelumnya.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karna
itu,kami butuh saran dan kritik dari Ibu Dosen atau pun teman-teman yang membaca
makalah ini,agar kami dapat memperbaiki lagi kedepannya supaya bisa lebih baik dan
bermanfaat bagi pembaca.

WASSALAMUALAIKUM WR.WB

Lhokseumawe,13 Maret 2021

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..

A. Latar Belakang……………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………

BAB ll PEMBAHASAN………………………………………………………………

A. Evaluasi dalam Aspek Kognitif……………………………………………


B. Evaluasi dalam Aspek Afektif……………………………………………
C. Evaluasi dalam Aspek Psikomotorik………………………………………
D. Penilaian aspek kognitif,afektif,psikomotorik di kelas…………………….

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….

A. Kesimpulan…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan evaluasi, memiliki arti penting dalam dunia pendidikan.Dalam hal ini, ada
tiga alasan tentang pentingnya evaluasi pendidikan dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Pertama, berkepentingan untuk perumusan prosedur pelaksanaan proses belajar mengajar,
sehingga nantinya akan diketahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai dengan baik.
Kedua, kegiatan evaluasi hasil belajar merupakan salah satu ciri dari pendidik profesional.
Ketiga, evaluasi merupakan manejemen kontrol dalam proses belajar mengajar 1. Karena
evaluasi pendidikan memiliki arti penting, maka kelihatan adanya hubungan interpendensi
antara tujuan pendidikan, dan proses belajar-mengajar, di mana tujuan tersebut akan dapat
tercapai secara maksimal bilamana evaluasi yang dilakukan sesuai dengan prosedur.

Untuk mengevaluasi keberhasilan dalam proses belajar mengajar, maka yang


terpenting untuk dinilai adalah aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
Ketiga aspek ini, saling terkait antara satu dengan yang lainnya dan ia tidak berdiri sendiri.
Penilaian terhadap ketiganya hendaknya dijelas-kan secara gamblang sehingga siswa dapat
merencanakan kerja-kerjanya untuk memenuhi standar yang dinilai oleh mereka.

Dalam pelaksanaan evaluasi pendidikan, dan pendidikan agama Islam pada


khususnya, nilai dinyatakan dengan menggunakan simbol. Simbol nilai bermacam-macam
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada. Nilai dapat dinyatakan dengan apapun, yang
penting sebelum digunakan simbol itu sudah diketahui maksud dan tanda-tandanya. Simbol
dapat berupa angka-angka, huruf, kata-kata singkat dan lain sebagainya. 2 Untuk mengetahui
lebih lanjut tentang masalah evaluasi pendidikan dan aspek-aspek terpenting dalam menilai
keberhasilan belajar, maka pembahasan tentangnya sangatlah penting untuk dikaji secara
cermat dan mendalam.

1
Lihat Julian C. Stanley dan Kenneth D Hopkins, Educational and Psyicological
Measurement and Evaluation (New Delhi: Prentive Hal Private Limited, 1978), h. 6.
2
Mappanganro, op. cit., h. 116

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana evaluasi keberhasilan belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif, afektif
dan psikomotoriknya?
2. Bagaimana penilaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik pembelajaran
penilaian di kelas ?

Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui evaluasi hasil belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif, afektif
dan psikomotoriknya
2. Untuk tentang penilaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik pembelajaran

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Evaluasi Dalam Aspek Kognitif


Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti
smengetahui. Dalam arti yang luas cognition ialah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif yang
ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan pemahaman, pertimbangan, pengilahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaaan. Atau dengan kata lain, aspek kognitif yang merupakan bagian dari
cognitive sciences itu adalah sebuah disiplin psikologi yang khusus membidangi
penelitian dan pembahasan mengenai segala hal yang berhubungan dengan cognitive
person, yakni ranah cipta pada setiap manusia, seperti proses penerimaan, pengolahan,
penyimpanan, dan perolehan kembali informasi dari sistem memori (akal) manusia. 3

Kognitif memiliki enam taraf yang meliputi pengetahuan (taraf yang paling
rendah) sampai evaluasi (taraf yang paling tinggi). 4 Pertama, pengetahuan (knowledge)
yang mencakup ingatan. Dalam rangka penilaian, tes ingatan hampir tidak menuntut
lebih daripada mengingat kembali. Kedua, pemahaman (comprehension) yang
memerlukan kemampuan menangkap makna dari sesuatu konsep. Ketiga, penerapan
(aplikasi), yakni kesanggupan menerapkan abstraksi dalam suatu situasi kongkrit.
Keempat, analisis yakni kesanggupan mengurai suatu integritas menjadi unsur-unusr
atau bagian-bagian yang mempunyai arti. Kelima, sintesis, yakni menekankan suatu
kesanggupan menyatukan unsur-unsur menjadi satu integritas. Keenam, evaluasi,
yakni kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan kriteria
yang dipakainya.
3
Robert L. Thorndike dan Elisabeth P. Hagen, op. cit., h. 336-337
4
W. James Popham dan Evi L. Baker, Teknik Mengajar secara Sistematis (Cet. I;
Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 29.

3
Evaluasi atau penilaian yang dilakukan untuk menilai proses dan hasil belajar
siswa dalam aspek kognitif adalah mencakup semua materi unsur pokok pendidikan. 5
Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang amat perlu
dikembangkan segera khususnya guru, yakni pertama, strategi belajar memahami isi
materi pelajaran, dan kedua starategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dan
aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi
pelajaran tersebut.6 Tanpa adanya pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini,
agaknya siswa sulit diharapkan mampu mengembangan ranah afektif dan psikomotor
nya sendiri.

Strategi adalah sebuah istilah populer dalam psikologi kognitif, yang berarti
prosedur mental yang berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan alokasi upaya-
upaya yang bersifat kognitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan-pilihan kognitif atau
pilihan-pilihan kebiasaan belajar siswsa. Pilihan kebiasaan belajar ini secara garis
besar terdiri atas dua. Pertama, menghafal prinsip-prinsip yang terkandung dalam
materi; dan kedua mengaplikasikan prinsip-prinsip materi.

Preferensi kognitif yang pertama pada umumnya timbul karena dorongan luar
(motif eksrinsik) yang mengakibatkan siswa menganggap belajar hanya sebagai alat
pencegah ketidaklulusan atau ketidaknaikan. Aspirasi yang dimilikinya pun bukan
ingin menguasai materi secara men-dalam, melainkan sekedar asal lulus atau naik
kelas semata. Sebaliknya, prefensi kognitif yang kedua biasanya timbul karena
dorongan dalam diri siswa sendiri (motif intrinsik), dalam arti siswa tersebut memang
tertarik dan membutuhkan materi-materi pelajaran yang disajikan gurunya. Tugas guru
dalam hal ini ialah menggunakan pendekatan metode yang memungkinkan para siswa
menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada pemahaman yang mendalam
terhadap isi materi pelajaran. Seiring dengan upaya ini, guru juga diharapkan mampu

5
Mappanganro, op. cit., 117.
6
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Cet. II; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), h.
51.

4
menjauhkan para siswa dari strategi dan preferensi akan yang hanya mengarah ke
aspirasi asal naik atau lulus.7 Selanjutnya, guru juga dituntut untuk mengembangkan
kecakapan kognitif para siswa dalam memecahkan masalah dengan menggunakan
pengetahuan yang dimilikinya dan keyakinan-keyakinan terhadap pesan-pesan moral
atau nilai-nilai yang terkandung dan menyatu dalam pengetahuannya. Sehubungan
dengan upaya ini, guru diharapkan tidak bosan-bosan melakukan evaluasi terhadap
hasil belajar siswa dalam aspek kognitifnya.

Evaluasi keberhasilan belajar siswa dalam aspek kognitif (ranah cipta) ini,
dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun lisan dan
perbuatan. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa karena semakin
membengkaknya jumlah siswa di sekolah-sekolah, tes lisan dan perbuatan saat ini
semakin jarang digunakan.

B. Evaluasi Dalam Aspek Afektif

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan


kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afektif. Evaluasi dalam
ranah afektif ini, lebih ditekankan pada unsur pokok akhlak. 8Seorang guru agama yang
piawai dalam mengembangkan kecakapan kognitif, akan berdampak positif terhadap
ranah afektif siswa. Peningkatan kecakapan afektif ini, antara lain berupa kesadaran
beragama yang mantap. Misalnya saja, apabila seorang siswa diajak kawannya untuk
berbuat tidak senonoh seperti melakukan seks bebas, dan atau meminum minuman
keras, ia akan serta merta menolak dan bahkan berusaha mencegah perbuatan asusila
itu dengan segenap daya dan upayanya.

Dalam merencanakan penyusunan instrumen tes prestasi siswa yang berdimensi


afektif (ranah rasa), jenis-jenis prestasi internaslisasi dan karakterisasi seyogyanya

7
John W. M. Rothney, Evaluation of Learning dalam Charles E. Skinner, Educational
Psychology (New Delhi: Prencite-Hall Inc, 1984), h. 686.
8
H. Mappanganro, loc cit.

5
mendapat perhatian khusus. Alasannya, karena kedua jenis prestasi ranah rasa itulah
yang lebih banyak mengendalikan sikap dan perbuatan siswa.

Mengenai afektif ini, terdiri atas lima taraf, yakni ; (1) memperhatikan, di mana
taraf ini berkenaan dnegan kepekaan pelajar terhadap rangsangan fenomena yang
datang dari luar; (2) merespon, di mana pada taraf ini pelajar sudah lebih dari sekedar
memperhatikan fenomena. Ia sudah memiliki motivasi yang cukup; (3) menghayati
nilai, di mana pada taraf ini pelajar sudah menghayati dan menerima nilai; (4)
mengorganisasikan, dimana pada taraf ini pelajar mengembangkan nilai-nilai ke dalam
suatu sistem organisasi; (5) menginternalisasi diri, dan inilah taraf tertinggi, di mana
pelajar telah mendarahdaging serta mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya.

Salah satu bentuk evaluasi afektif yang tujuannya untuk mengidentifikasi


kecenderungan sikap siswa. Bentuk skala ini menampung pendapat yang
mencerminkan sikap sangat setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Rentang skala ini diberi skor 1 sampai 5, atau 1 sampai 7 bergantung kebutuhan
dengan catatan skor-skor itu dapat mencerminkan sikap dicatat, untuk memudahkan
identifikasi jenis ke-cenderungan afektif siswa yang representatif item-item skala sikap
sebaiknya dilengkapi dengan label/identitas sikap yang meliputi (1) doktrin, yakni
pendirian; (2) komitemen, yakni ikrar setia untuk melakukan atau meninggalkan suatu
perbuatan; (3) penghayatan, yakni pengalaman batin; (4) wawasan, yakni pandangan
atau cara memandang sesuatu. Cara lain menyusun instrumen skala sikap dan atau
akhlak siswa dapat juga ditempuh dengan menggunakan skala ciptaan Osgood yang
disebut semantic differential. Hal lain yang perlu diingat adalah bahwa guru yang
hendak menggunakan skala sikap ialah bahwa dalam evaluasi ranah rasa yang dicari
bukan sekedar benar dan salah, melainkan sikap atau kecenderungan setuju atau tidak
setuju.9

9
Robert L. Thorndike dan Elisabeth P. Hagen, op. cit., h. 440-441.

6
C. Evaluasi Dalam Aspek Psikomotorik

keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga akan berdampak positif terhadap


perkembangan ranah psikomotorik. Kecakapan psikomotorik adalah sagal amal
jasmaniah yang kongkrit dan muda diamati baik kuantitasnya maupun kualitasnya,
karena sifatnya yang terbuka. Jadi kecakapan psikomotorik siswa adalah merupakan
manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya. Dalam
pendidikan Islam, penilaian terhadap aspek psikomotorik terutama ditekankan pada
unsur pokok ibadah, misalnya shalat, kemampuan baca tulis Alquran, dan
semisalnya.10Evaluasi dalam aspek psikomotrik ini, dapat dibedakan atas lima taraf,
sebagai berikut; (1) persepsi, yakni mencakup kemampuan menafsirkan rangsangan,
peka terhadap rangsangan, dan mendiskripminasikan rangsangan; (2) kesiapan, yakni
mencakup tiga aspek, yaitu intelektual, fisis, dan emosional; (3) gerakan terbimbing,
yakni kemampuankemampian yang merupakan bagian dari keterampilan yang lebih
kompleks; (4) gerakan terbiasa, yakni terampil melakukan suatu perbuatan; dan (5)
gerakan kompleks, yakni melakukan perbuatan motoris yang kompleks dengan lancar,
luwes, gesit, atau lincah.11

Cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang


berdimensi rana psikomotor (ranah karsa) adalah observasi. Observasi dalam hal ini,
dapat diartikan sebagai sejenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku, atau fenomena
lain, dengan pengamatan langsung. Guru yang hendak melakukan observasi perilaku
psikomotorik siswasiswanya syogyanya mempersiapkan lankah-langkah yang cermat

D. Penilaian Aspek Kognitif,Afektif, Psikomotorik Pembelajaran Penilaian Di


Kelas

10
Mappanganro, loc. cit.
11
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (cet. IV; Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), h. 17-18.

7
1. Penilaian Kognitif

Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan
ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau
isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans.

Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah:

1) Ingatan (C1) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai


dengan kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan,
urutan, metode.
2) Pemahaman (C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang
sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan,
memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan.
3) Penerapan (C3), yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring &
menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi
baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan, memilih,
mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan, menerapkan,
mengklasifikasikan, mengubah struktur.
4) Analisis (C4), Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau suatu
fakta/ objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan
membandingkan, menganalisis, menemukan, mengalokasikan,
membedakan, mengkategorikan.
5) Sintesis (C5), Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep
secara logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan
kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan,
mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan.
6) Evaluasi (C6), Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan
pertimbangan terhadap sustu situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan
pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan.

8
Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan, mempertimbangkan
dan menentukan.

Contohnya siswa dibina kompetensinya menyangkut kemampuan melukis


jaring-jaring kubus. Namun, untuk dapat melukis jaring-jaring kubus setidaknya
diperlukan pengetahuan (kognitif) tentang bentuk-bentuk jaring kubus dan cara-cara
melukis garis-garis tegak lurus.

PENILAIAN ASPEK KOGNITIF

Tujuan : Mengukur ketercapaian indikator dalam sub materi pokok


bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari melalui test formatif yang
dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung.

Nama :
Kelas :
Materi Bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari

Skor
No Aspek yang dinilai Keterangan
(0 - 100)
1. Penilaian lembar tabel pengamatan
mengenai kemasan produk pembersih,
pewangi, pemutih dan pembasmi
serangga.
2. Penilaian lembar jawaban
(LKS) Mengetahui efek penggunaan
bahan pemutih terhadap kesehatan
lingkungan.

9
3. Penilaian lembar jawaban
(LKS) Mengetahui pengaruh bahan
pengawet terhadap daya tahan hidup
hewan dan tumbuhan
4. Penilaian lembar evaluasi setelah
pembelajaran berakhir.
TOTAL SKOR KOGNITIF

Penilaian lembar tabel pengamatan mengenai kemasan produk pembersih, pewangi,


pemutih dan pembasmi serangga, sebelum pembelajaran dimulai.
 Sangat baik (lembar tabel pengamatan sesuai dengan yang dipelajari ) = >75
 Baik (lembar tabel pengamatan kurang sesuai dengan yang dipelajari) =
75>x>50
 Tidak baik (Tidak merangkum ) = <50

Penilaian lembar jawaban (LKS) Mengetahui efek penggunaan bahan pemutih


terhadap kesehatan lingkungan.
 Sangat baik (lembar tabel pengamatan sesuai dengan yang dipelajari ) = >75
 Baik (lembar tabel pengamatan kurang sesuai dengan yang dipelajari) =
75>x>50
 Tidak baik (Tidak merangkum ) = <50

Penilaian lembar jawaban (LKS) Mengetahui pengaruh bahan pengawet terhadap daya
tahan hidup hewan dan tumbuhan
 Sangat baik (lembar tabel pengamatan sesuai dengan yang dipelajari ) = >75
 Baik (lembar tabel pengamatan kurang sesuai dengan yang dipelajari) =
75>x>50
 Tidak baik (Tidak merangkum ) = <50

10
Penilaian lembar evaluasi setelah pembelajaran berakhir.
 Sangat baik (nilai dengan nilai benar semua)= 100
 Baik (nilai dengan benar setengah dari jumlah soal) = 100>x>0
 Tidak baik (salah semua ) = <0

2. Ranah Penilaian Afektif


Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut
sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan
melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan
pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa
dan perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah:
a) Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala,
kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
b) Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon,
merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan
c) Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai,
komitmen terhadap nilai
d) Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami
hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai
Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya.
Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar
berlangsung.

PENILAIAN ASPEK AFEKTIF


Tujuan : Mengukur sikap siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

11
Nama :
Kelas :
Materi : Bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari.

Nama Siswa
Sikap dan Nilai
Ya Tidak Ya Tidak
1. Memperhatikan penjelasan guru.
2. Memperhatikan media pembelajaran.
3. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
4. Memperhatikan fenomena yang terjadi dalam praktikum.
5. Mengikuti praktikum dengan sungguh-sungguh.
6. Serius dalam mengikuti pembelajaran.
7. Kerjasama dalam praktikum.
8. Diskusi dalam kelompok berjalan secara efektif dan kondusif.
9. Mampu menyimpulkan hasil pembelajaran
10. Mampu menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan
dengan konteks lain.
11. Mengomentari gagasan dari teman sekelompok agar gagasan tersebut
menjadi lebih sempurna
12. Mengungkapkan gagasan apabila mempunyai ide yang lebih baik
dari yang sudah ada
Keterangan : Sangat baik (2), Baik (1), Tidak Baik (0)

Rentang penilaian :
Memperhatikan penjelasan guru
 Sangat baik (Memperhatikan guru dengan serius, tidak bercanda dengan teman, dan
antusias dalam pembelajaran) = 2

12
 Baik (Memperhatikan penjelasan guru, sesekali bercanda dengan teman) = 1
 Tidak baik (Tidak memperhatikan penjelasan guru, sering bercanda dengan teman)
=0
Memperhatikan media pembelajaran
 Sangat baik (Memperhatikan dengan serius, tidak bercanda dengan teman, dan
antusias melihat media pembelajaran) = 2
 Baik (Memperhatikan media pembelajaran, sesekali bercanda dengan teman) = 1
 Tidak baik (Tidak memperhatikan media pembelajaran, sering bercanda dengan
teman) = 0
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru
 Sangat baik (Menjawab Pertanyaan yang diajukan guru dengan jawaban yang sesuai
dengan yang ditanyakan) = 2
 Baik (Menjawab pertanyaan yang diajukan guru kurang tepat dari yang ditanyakan)
=1
 Tidak baik (Tidak menjawab pertanyaan yang diajukan guru) = 0
Memperhatikan fenomena yang terjadi dalam praktikum
 Sangat baik (Memperhatikan dengan antusias) = 2
 Baik (Hanya melihat saja, tidak tertarik dengan fenomena) = 1
 Tidak baik (Acuh terhadap fenomena yang terjadi) = 0

Mengikuti praktikum dengan sungguh-sungguh


 Sangat baik (Mengikuti praktikum dengan sungguh-sungguh) = 2
 Baik (Mengikuti praktikum sesekali sesekali bercanda dengan teman ) = 1
Contohnya kemampuan psikomotor yang dibina dalam belajar matematika
misalnya berkaitan dengan kemampuan mengukur (dengan satuan tertentu, baik satuan
baku maupun tidak baku), menggambar bentuk-bentuk geometri (bangun datar,
bangun ruang, garis, sudut,dll) atau tanpa alat. Contoh lainnya, siswa dibina
kompetensinya menyangkut kemampuan melukis jaring-jaring kubus. Kemampuan

13
dalam melukis jaring-jaring kubus secara psikomotor dapat dilihat dari gerak tangan
siswa dalam menggunakan peralatan (jangka dan penggaris) saat melukis. Secara
teknis penilaian ranah psikomotor dapat dilakukan dengan pengamatan (perlu lembar
pengamatan) dan tes perbuatan.
Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak
dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi
visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang
terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi
(tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR
Tujuan : Mengukur keterampilan proses sains siswa pada saat pembelajaran
berlangsung.
Nama :
Kelas :
Materi : Bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari
Praktikum 1
Skor Skor
No Aspek yang dinilai Ke
1 2 3 Maksimum
1. Keterampilan mengamati efek penggunaan bahan pemutih
terhadap kesehatan lingkungan saat percobaan berlangsung.
2 Menganalisis hasil percobaaan efek penggunaan bahan
pemutih terhadap kesehatan lingkungan saat percobaan
berlangsung.
3. Keterampilan berkomunikasi ketika diskusi kelompok
4. Berdiskusi dalam diskusi kelompok setelah percobaan efek
penggunaan bahan pemutih terhadap kesehatan lingkungan
selesai dilakukan

14
Praktikum 2
Skor Skor
No Aspek yang dinilai Ke
1 2 3 Maksimum
1. Keterampilan mengamati pengaruh bahan pengawet
terhadap daya tahan hidup hewan dan tumbuhan saat
percobaan berlangsung.
2 Menganalisis hasil percobaaan pengaruh bahan pengawet
terhadap daya tahan hidup hewan dan tumbuhan saat
percobaan berlangsung.
3. Keterampilan berkomunikasi ketika diskusi kelompok
4. Berdiskusi dalam diskusi kelompok setelah
percobaan pengaruh bahan pengawet terhadap daya tahan
hidup hewan dan tumbuhan selesai dilakukan

Dengan kategori
1 : Baik sekali
2 : Baik
3 : Cukup

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

15
Berdasarkan pada permasalahan yang telah ditetapkan dan kaitannya dengan
uraian uraian yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan kesimpula bahwa untuk
mengevaluasi keberhasilan dalam proses belajar mengajar, maka yang terpenting
untuk dinilai adalah aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Ketiga
aspek ini, saling terkait antara satu dengan yang lainnya dan ia tidak berdiri sendiri.
1. Aspek kognitif adalah ranah cipta siswa dimana evaluasi yang dilakukanadalah
untuk menilai proses dan hasil belajarnya yang mencakup semua materi unsur
pokok pendidikan.
2. Aspek afektif adalah ranah rasa siswa dimana evaluasi dalam ranah afektif ini,
lebih ditekankan pada unsur pokok akhlak.
Aspek psikomotorik adalah ranah karsa siswa, dimana evaluasi dalam ranah
psikomotorik terutama ditekankan pada unsur realisasi amal siswa, misalnya ibadah
shalat. Karena aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik tidak berdiri sendiri,
maka untuk menghasilan nilai yang maksimal terhadap ketiganya diperlukan penilaian
berbasis sekolah berdasarkan kurikulum yang berbasis komptensi. Dalam pencapaian
tujuan ini, maka siswa diharuskan memiliki kemauan keras dan para guru harus
memiliki keahlian sesuai bidangnya, terutama keahlian membuat soal menurut
bentuknya, sehingga penilaian itu muncul penuh kejujuran dan kepatutan. Dengan
demikian, kurikulum berbasis kompetensi harus diterapkan di sekolah, sehingga
pelaksanaan evaluasi pendidikan dapat efektif, efisien, dan berhasil guna.

DAFTAR PUSTAKA

Burke, John W. Competency Based Education and Training. London New York:
The Falmer Press, 1995.

16
Ishak, Baego. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Cet.
I;Ujungpandang: Berkah Utami, 1980.
Mappanganro, Implementasi Pendidikan Islam di Sekolah. Cet.I; Ujung Pandang:
Yayasan Ahkam, 1996.
Popham, W. James dan Evi L. Baker, Teknik Mengajar secara Sistematis. Cet. I;
Jakarta: Rineka Cipta, 1992
Rothney, John W. M.. Evaluation of Learning dalam Charles E. Skinner,
Educational Psychology. New Delhi: Prencite-Hall Inc, 1984
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yangempengaruhinya. Cet. IV; Jakarta:
Rineka Cipta, 2003.
Stanley, Julian C dan Kenneth D Hopkins, Educational and Psyicological
Measurement and Evaluation. New Delhi: Prentive Hal PrivateLimited,
1978
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Cet. II; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003.
Tardif, Richard. The Penguin Macquarie Dictionary of Australian Education.
Ringwood Victoria: Penguin Books Australia, ltd, 1987.
Thorndike, Robert L dan Elisabeth P. Hagen Measurement and Aevaluation in
Psychology and Education Fourth Edition. New York: John Wiley and
Sons, t.th

17

Anda mungkin juga menyukai