2022
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
kesehatan dan kesempatan dalam rangka menyelesaikan kewajiban kami sebagai
mahasiswa, yakni dalam bentuk tugas yang diberikan oleh Bapak Dosen dalam
rangka menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kami.
Adapun dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dalam rangka perbaikin makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Robbal Alamin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
JUDUL.......................................................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................
C. Tujuan Masalah..............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal ini terjadi karena masih banyak guru mengeluhkan kesulitan untuk
mengembangkan aspek afektif selama pembelajaran. Seperti apa rumusannya,
bagaimana implementasinya, serta bagaimana mengevaluasinya. Mereka juga
menyatakan bahwa aspek afektif sulit diamati , sulit diukur. Keadaan ini
menjadikan sebagian besar guru mengabaikan aspek afektif selama
pembelajaran.
4
guru belum memadai mulai dari konsep, pengembangan instrumen,
penggunaannya,sertapemanfaatan hasil evaluasi.
A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud penilaian ranah Afektif?
2. Apa saja tingkatan ranah Afektif?
3. Bagaimana karakteritik dari ranah Afektif ?
B. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian dari penilaian ranah afektif.
2. Mengetahui tingkatan ranah afektif.
3. Memahami karakteristik dari ranah afektif.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan
nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi.
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai
tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan
agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama
disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai
pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya
terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya.
Akan tetapi, penilaian ranah afektif sepertinya belum mendapat porsi yang
lebih dibandingkan dengan penilaian ranah kognitif dan psikomotor, masih
banyak para pendidik yang menilai ranah ini kurang memperhatikan rambu-
rambu serta pedoman yang telah diterbitkan oleh pemerintah. Maklum
penilaian ini banyak sekali variabelnya sehingga sulit untuk memedomaninya
dalam memberikan nilai kepada peserta didik. Menurut PP nomor 19 tahun
2005 pasal 65 ayat 2 menyatakan bahwa penilaian hasil belajar untuk semua
mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan
kesehatan merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta
didik dari satuan pendidikan. Oleh karena itu penilaian ranah afektif harus
dilakukan secara obyektif dan proporsional yang dilaksanakan secara
berkesinambungan.
6
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena
dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
1. Tingkat receiving
2. Tingkat responding
7
pembelajaran pada ranah ini menekankan pada pemerolehan respons,
berkeinginan memberi respons, atau kepuasan dalam memberi
respons. Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-
hal yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada
aktivitas khusus. Misalnya senang membaca buku, senang bertanya,
senang membantu teman, senang dengan kebersihan dan kerapian, dan
sebagainya.
3. Tingkat valuing
4. Tingkat organization
5. Tingkat characterization
8
melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal
perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas,
arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan.
Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari
senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih
kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif
atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau
buruk. Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan
dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama,
maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target
mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila
kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa
kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah,
matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan
target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang
namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas
bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa
target kecemasannya adalah tes.
Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat,
konsep diri, nilai, dan moral.
1. Sikap
9
dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan
salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran
termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta
didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
2. Minat
3. Konsep Diri
10
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu
terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan
intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target
konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah
konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan
dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik,
yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat
dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi
konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar
peserta didik dengan tepat.
11
• Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap
peserta didik.
4. Nilai
5. Moral
12
hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya
seseorang bertindak. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar
terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang
dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi
orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral
juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu
keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral
berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang. Ranah
afektif lain yang penting adalah:
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena
dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
13
Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai,
memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu
nilai
Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang
dianutnya. Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti
proses belajar mengajar berlangsung.
• Sikap patriot.
14
Dalam memilih karakterisitik afektif untuk pengukuran, para
pengelola pendidikan harus mempertimbangkan rasional teoritis dan
program sekolah. Masalah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif
akan diukur. Isi dan validitas konstruk ranah afektif tergantung pada
definisi operasional yang secara langsung mengikuti definisi konseptual.
Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk
mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri.
Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik
afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan
dan/atau reaksi psikologi. Metode laporan diri berasumsi bahwa yang
mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal
ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri
sendiri. Menurut Lewin (dalam Andersen, 1980), perilaku seseorang
merupakan fungsi dari watak (kognitif, afektif, dan psikomotor) dan
karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi
tindakan atau perbuatan seseorang ditentukan oleh watak dirinya dan
kondisi lingkungan.
15
2. Metode laporan diri yaitu: dapat berupa refleksi diri atau dengan profil
diri sebagai bentuk pengakuan diriatas apa yang dikuasai tentang
aspek afektif. Siswa adalah orang yang paling tahu tentang dirinya
sendiri. Siswa harus jujur saat mengunggkapkan pengakuan diri ini
dan ada jaminan
kenyamanan
Setelah guru dapat menetapkan aspek afektif apa, maka pada tahap
berikut menetapkan pada tahap yang mana pengukuran itu akan
dilakukan. Apakah mengukur pada tahap menerima, menghayatai,
mengelola atau pada tahap karakterisasi. Misalnya: guru akan
mengukur sikap kerja saat mengerjakan tugas, minat terhadap materi
ajar, nilai tentang kejujuran saat mengerjakan tugas. Untuk itu guru
menetapkan konsep masing- masing aspek yang telah ditetapkan, serta
16
level atau tingkat yang ingin dicapai. Apakah leve menerima,
menanggapi, sampai menilai.
17
3. menggunakan kegagalan sebagai cambuk untuk maju, dapat
menghargai diri sendiri
4. sikap posiitip terhadap pekerjaan
5. konsep diri negatif, manakala siswa mudah putus asa, mudah
menyerah, bila gagal akan menyalahkan diri sendiri, mudah
menyalahkan orang lain.
8. Indikator yang dikembangkan
a. memilih mata pelajaran yang mudah difaham
b. mampu mengatasi kesulitan mempelajari mata pelajaran yang
disulit
c. memiliki kecepatan dalam memahami mata pelajaran
d. senang dengan tantangan
e. tidak pernah menyalahkan diri sendiri
9. Indikator Nilai dan Moral
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai.
2. Tingkatan ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl ada
lima, yaitu: receiving (attending), rsponding, valuing,
organization, dan characterization.
3. Tingkatan ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl ada
lima, yaitu: receiving (attending), rsponding, valuing,
organization, dan characterization.
4. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah
afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri.
Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa
karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang
ditampilkan dan/atau reaksi psikologi. Metode laporan diri
berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang
adalah dirinya sendiri
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20
.
21