Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERISTIWA PSIKOLOGIS DALAM BELAJAR (TRANSFER,


MENGINGAT DAN LUPA) DAN PENGUKURAN HASIL
BELAJAR DAN EVALUASI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pembelajaran Anak Usia
SD
Dosen Pengampu : Dr. Nina Permata Sari, S.Psi, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 10
Kelas 3A

Rosha amelya 2110125120001

Siti Rosidah 2110125220058

Putera Kamarul Hidayat 2110125310024

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DANTEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan mudah dan tepat
waktu. Serta tak lupa pula kita haturkan shalawat serta salam kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW yang selalu kita nanti-nantikan syafaatnya
di akhirat kelak. Kelompok kami juga tak lupa mengucapkan banyak rasa
syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat-Nya, sehingga kami mampu
menyelesaikan pembuatan makalah dari tugas mata kuliah Psikologi
Pembelajaran Anak Usia SD dengan judul dan pembahasan tentang “Peristiwa
Psikologis Dalam Belajar (Transfer, Mengingat Dan Lupa) Dan Pengukuran
Hasil Belajar Dan Evaluasi”.
Kami penyusun tentunya sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
didalam makalah yang kami buat ini. Maka dari itu, kami memohon maaf
sebesar-besarnya kepada pembaca dan kami juga mengharapkan kritik dan
sarandari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nanti dapat menjadi
lebih baik lagi. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada ibu Dr. Nina Permata Sari, S.Psi, M.Pd selaku dosen mata
kuliah Psikologi Pembelajaran Anak Usia SD yang telah membimbing dalam
menulis makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Banjarmasin, 04 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... 2


DAFTAR ISI...................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG PENULISAN .......................................... 4
B. RUMUSAN PENULISAN .......................................................... 5
C. TUJUAN PENULISAN .............................................................. 5
D. MANFAAT PENULISAN .......................................................... 5
BAB II ................................................................................................ 6
A. PERISTIWA PSIKOLOGIS DALAM BELAJAR .................. 6
1. Transfer (transfer of learning) ........................................................ 6
2. Mengingat ................................................................................... 10
3. Evaluasi ...................................................................................... 17
BAB III ............................................................................................ 19
PENUTUP........................................................................................ 19
A. KESIMPULAN ......................................................................... 19
B. SARAN..................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 20
LAMPIRAN..................................................................................... 21

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENULISAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk membahas mengenai peristiwa
psikologi dalam belajar, mengukur hasil belajar dan evaluasi. Macam-macam
peristiwa psikologi ini menjadi hal yang penting dalam pengukuran hasil belajar
serta evaluasinya secara umum. Ada beberapa peristiwa dalam belajar yang
mempengaruhi proses nya meliputi transfer, mengingat, lupa dan evaluasi hasil
belajar. Keseluruhan faktor tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi pada
peserta didik usia SD untuk mewujudkan hasil belajar yang bagus dan psikis baik.
Karena faktor psikis yang baik akan membuat suasana belajar yang baik dan
menyenangkan untuk peserta didik. Dalam peristiwa pembelajaran meliputi
transfer, mengingat, lupa dan evaluasi ini kadang menjadi masalah setiap peserta
titik. Setiap manusia dianugerahi otak yang memiliki kemampuan alogaritma rumit
secara bersamaan dalam jumlah tak terbatas melebihi komputer canggih saat ini
namun, belum bisa mengoptimalkan seluruh potensi otak tersebut, sehingga otak
tidak memungkinkan semua jejak ingatan itu tersimpan terus dengan sempurna,
melainkan berangsur-angsur akan menghilang. Dan dalam dunia pendidikan tidak
dapat dipisahkan dengan evaluasi karena ini merupakan komponendasar untuk dari
sistem pendidikan yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana untuk
mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses pembelajaran.

4
B. RUMUSAN PENULISAN
1. Apa saja peristiwa psikologis dalam belajar?
2. Apa yang dimaksud dengan transfer?
3. Apa yang dimaksud dengan mengingat?
4. Apa yang dimaksud dengan lupa?
5. Apa yang dimaksud dengan pengukuran hasil belajar?
6. Apa yang dimaksud dengan evaluasi?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa saja peristiwa psikologis dalam belajar.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan transfer.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan mengingat.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan lupa.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengukuran hasil
belajar.
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi.

D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat yang dapat di ambil dari makalah ini ialah menambah
pengetahuan kita mengenai apa saja peristiwa psikologis dalam belajar dan
sebagai calon guru SD kedepannya kita juga perlu untuk mengetahui bagaimana
proses transfer,mengingat,dan lupa pada setiap peserta didik yang akan kita
bimbing kedepannya, agar kita tahu tahapan bagaimana kita kedepannya akan
mengajar, selain itu juga dapat menambah pengetahuan mengenai pengukuran
hasil belajar, dan evaluasi yang tentunya dapat kita terapkan untuk tahap
selanjutnya.

5
BAB II
KAJIAN TEORI

A. PERISTIWA PSIKOLOGIS DALAM BELAJAR


Sebelum mengacu pada peristiwa psikologis dalam belajar, kita harus
mengetahui atau mengenal apa itu psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan
merupakan sebuah disiplin psikologi yang khusus mempelajari, meneliti,dan
membahas seluruh prilaku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan, yang
meliputi tingkah laku belajar (siswa),tingkah laku belajar (guru,dan tingkah laku
belajar mengajar (guru dan siswa),yang saling terkait atau berintraksi satu sama
lain. Inti persoalan psikologis dalam psikologi pendidikan adalah tidak mungkin
mengabaikan persoalan psikologi guru, karena hal ini (profesi sebagai guru)
terletak pada kondisi siswa. (Christoper, G. 2018)

1. Transfer (transfer of learning)


Pengertian Transfer Dalam Belajar
Transfer dalam belajar adalah pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai hasil
belajar pada masa lalu seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang
dialaminya sekarang. (Syah, M. 2017). Istilah ”transfer belajar” berasal dari
bahasa Inggris Transfer of Learning, artinya pemindahan atau pengalihan hasil
belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau
ke kehidupan sehari-hari di luar lingkup pendidikan sekolah. Transfer belajar
adalah kemampuan menerapkan apa yang telah dipelajari ke dalam situasi yang
baru, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dengan kata lain transfer dalam
belajar berarti pemindahan hasil belajar dari mata pelajaran yang satu ke mata
pelajaran yang lain, atau ke kehidupan di luar lingkungan sekolah. (Surawan,
2020).

6
1. Macam-Macam Teori Transfer Belajar
a. Transfer belajar menurut psikologi daya.
Menurut psikologi daya teori transfer adalah teori yang
menyatakan bahwa setiap fungsi sebagai akibat mempelajari bahan
tertentu akan tertransfer dalam mempelajari bahan apapun juga,
bahkan kadang-kadang tidak berhubungan dengan bahan latihan
tersebut (Surawan, 2020).
b. Teori elemen identik.
Edward Thorndike berpendapat bahwa transfer belajar dari satu
bidang ke bidang studi lain atau dari bidang studi ke kehidupan
sehari hari, terjadi berdasarkan adanya unsur unsur yang identik
dalam kedua bidang studi itu atau antara bidang studi di sekolah
dengan kehidupan (Surawan, 2020).
c. Teori Generalisasi.
Charles Judd (dalam Surawan, 2020).berpendapat bahwa transfer
belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
menangkap struktur pokok, pola dan prinsip prinsip umum. Apabila
peserta didik mampu mengembangkan dan menggeneralisasi
konsep, kaidah, prinsip dan strategi untuk memecahkan masalah
suatu bidang studi, maka siswa akan mampu mentransfer konsep,
kaidah, prinsip dan strategi tersebut ke bidang studi lain.
2. Macam-macam Transfer Belajar
Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne
(dalam Surawan, 2020) ada 4 macam transfer belajar yaitu :
a. Transfer Positif.
Transfer positif dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila
guru membantu untuk belajar dalam situasi tertentu yang
mempermudah siswa tersebut belajar dalam situasi-situasi lainnya.
Dalam hal ini, transfer positif adalah learning in one situation helpful
in other situations, yakni belajar dalam suatu situasi yang dapat
membantu belajar dalam situasi-situasi lain (Syah, M. 2017).

7
b. Transfer Negatif.
Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar
dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak terhadap
keterampilan pengetahuan yang dipelajari dalam situasi-situasi
lainnya. (Syah, M. 2017) menyatakan bahwa transfer negatif itu
berarti, learning in one situation has a damaging effect in other
situations. Dengan demikian, pengaruh keterampilan atau
pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa sendiri tak ada
hubungannya dengan kesulitan yang dihadapi siswa tersebut ketika
mempelajari pengetahuan atau keterampilan lainnya (Syah, M.
2017).
c. Transfer Vertikal.
Transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi dalam diri seorang
siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu
membantu peserta didik tersebut dalam menguasai
pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi atau rumit. Agar
memperoleh transfer vertikal, guru sangat dianjurkan untuk
menjelaskan kepada para siswa secara eksplisit mengenai faedah
materi yang sedang diajarkannya agar kegiatan belajar materi
lainnya yang lebih kompleks (Syah, M. 2017).
d. Transfer Lateral
Transfer lateral (ke arah samping) dapat terjadi dalam diri
seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah
dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya
dalam situasi-situasi yang lain. Dalam hal ini, perubahan waktu dan
tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar siswa tersebut (Surawan,
2020).

8
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Transfer Belajar
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya transfer belajar
(Surawan, 2020) adalah sebagai berikut:
a. Taraf Intelegensi dan Sikap.
Faktor ini berasal dari siswa dan berkisar pada masalah kapasitas
(kemampuan dasar), sikap, minat siswa dan lain sebagainya.
Kapasitas dasar atau kemampuan dasar adalah membantu timbulnya
transfer belajar (Surawan, 2020).
b. Metode Guru dalam Mengajar
Faktor ini berasal dari guru dan berkisar antara lain pada
penguasaan persiapan, alat peraga, pemilihan bahan, dan sebagainya.
Dengan bahan yang sama akan menghasilkan hasil yang berbeda,
disebabkan perbedaan dalam pemakaian metode mengajar (Surawan,
2020).
c. Isi Mata Pelajaran.
Hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran
yang lain menjadi penengah yang dapat menimbulkan transfer dalam
belajar (Surawan, 2020).
4. Strategi untuk Meningkatkan Transfer Belajar
a. Tingkatkan pengamatan yang disengaja atau kesadaran belajar
dalam berbagai konteks.
Siswa harus mampu mempraktekkan bahasa dalam berbagai
konteks guna menjembatani dan membantu secara aktif
pengabstraksian konsep-konsep yang telah dipelajari. Ini akan
membantu siswa mengetahui relevansi dan kemampuan
ditransfernya berbagai ketrampilan belajar atau pengetahuan
(Surawan, 2020).
b. Tingkatkan keotentikan tugas dan tujuan belajar.
Siswa perlu mengenali adanya kebutuhan riil untuk
mencapai tujuan belajar yang relevan dan holistik (bukan yang
khusus untuk tugas tertentu). Ini akan menyiapkan mereka untuk

9
menghadapi kompleksitas tugas di dunia nyata yang
mengharuskan mereka menggunakan ketrampilan dan
pengetahuan bahasa yang harus ditransfer secara terus menerus
(Surawan, 2020).
2. Mengingat
a. Pengertian Mengingat (Memory)
Daya ingat berarti kemampuan mengingat kembali. Daya ingat
yang dimiliki seseorang tergantung pada persepsi atau pengalaman yang
dimiliki oleh setiap individu. Menurut (Nofindra, R. 2019) mengingat
atau memory artinya tidak hanya kemampuan untuk menyimpan apa
yang pernah dialami namun juga termasuk kemampuan untuk
menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali apa yang telah
diketahui. Kemampuan tersebut disebut dengan pengkodean (encoding),
penyimpanan (storage), dan pemulihan kembali terhadap apa yang telah
dialami atau diketahui (retrival) (Nofindra, R. 2019).
a. Proses encoding (pengkodean terhadap apa yang dipersepsikan
dengan cara mengubah informasi menjadi simbolsimbol sesuai
dengan daya ingat seseorang).
Dalam proses encoding mengubah suatu sifat sebuah informasi
ke dalam bentuk yang sesuai dengan sifatsifat memori seseorang.
Proses encoding sangat mempengaruhi waktu lamanya suatu
informasi disimpan dalam pikiran/jiwa seseorang. Proses ini dapat
berlangsung sengaja atau tidak disengaja.
b. Proses storage (penyimpanan terhadap apa yang telah diproses
dalam encoding).
Proses storage dapat disebut juga dengan retensi yang
merupakan proses mengendapkan informasi yang diterimanya pada
suatu tempat tertentu. Sistem penyimpanan ini sangat
mempengaruhi kepada jenis memori, baik itu memori jangka pendek
maupun memori jangka panjang.
c. Proses retrival (pemilihan kembali atau mengingat kembali apa

10
yang telah disampaikan sebelumnya dalam proses penerimaan
informasi).
Dalam proses ini seseorang/peserta didik berusaha mencari dan
menemukan kembali informasi yang telah disimpan dalam memori
untuk digunakan kembali. Mekanisme dalam proses mengingat
sangat membantu peserta didik untuk mengatasi permasalahan
sehari-hari sehingga sering dikatakan belajar dari pengalaman. Hal
ini terjadi apabila peserta didik mampu menggunakan informasi
yang telah diterima di masa lalu untuk memecahkan permasalahan
yang ada di masa sekarang.
(Nofindra, R. 2019) menyebutkan tiga jenis dalam proses
mengingat yaitu:
(1) Recall merupakan proses mengingat kembali informasi yang
dipelajari dimasa lalu tanpa petunjuk yang dihadapkan kepada
seseorang/peserta didik.
(2) Recognition yaitu proses mengenal kembali informasi yang
sudah dipelajari melalui suatu petunjuk yang dihadapkan
kepada seseorang/peserta didik.
(3) Redintegrative merupakan proses mengingat kembali dengan
menghubungkan informasi yang dimiliki menjadi suatu konsep
atau cerita yang cukup kompleks.
Berdasarkan penjelasan di atas, pendekatan information
processing menyatakan bahwa pengingatan informasi dapat
dipahami melalui hubungan antara proses encoding, storage, dan
retrival.
b. Jenis Mengingat (memory).
Daya ingat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
1) Daya ingat jangka pendek (short-term memory)
Informasi yang disadari dan diberi perhatian oleh seseorang
dipindahkan ke komponen kedua sistem daya ingat: daya ingat jangka
pendek. Daya ingat jangka pendek (short-term memory) adalah sistem

11
penyimpanan yang dapat menahan informasi dalam jumlah terbatas
selama beberapa detik. Ini adalah bagian daya ingat yang menjadi tempat
penyimpanan informasi yang saat itu sedang dipikirkan. Pemikiran-
pemikiran yang kita sadari dimiliki pada saat tertentu ditahan dalam daya
ingat jangka pendek kita. Ketika kita berhenti memikirkan sesuatu, hal
itu menghilang dari daya ingat jangka pendek kita (Slavin, 2019).
Istilah lain untuk daya ingat jangka pendek ialah daya ingat kerja.
Daya ingat kerja (working memory) adalah tempat pikiran mengolah
informasi, mengorganisasikannya untuk disimpan. atau dibuang, dan
menghubungkannya dengan informasi lain (Slavin, 2019). Masing-
masing orang memiliki perbedaan kapasitas daya ingat jangka pendek
mereka untuk menyelesaikan tugas tertentu. Salah satu faktor utama
dalam meningkatkan kapasitas ini adalah latar belakang pengetahuan
(Nofindra, R. 2019) .
a. Daya ingat jangka panjang.
Daya ingat jangka panjang adalah bagian sistem daya ingat yang
menjadi tempat menyimpan informasi dalam kurun waktu yang lama
(Nofindra, R. 2019). Daya ingat jangka panjang dianggap sebagai suatu
penyimpanan yang kapasitas sangat besar dan berdaya ingat sangat
jangka panjang. Para ahli (dalam Nofindra, R. 2019) membagi daya ingat
jangka panjang menjadi tiga bagian yaitu daya ingat episodik, daya ingat
semantik, dan daya ingat prosedural.
Daya ingat episodik (episodic memory) adalah daya ingat pengalaman
pribadi tentang hal-hal yang kita lihat dan dengar. Daya ingat semantik
(semantic memory) adalah jangka panjang yang berisi fakta dan
informasi yang digeneralisasi yang kita ketahui, konsep, prinsip atau
aturan bagaimana kita menggunakannya. Kebanyakan hal yang di ingat
dalam pelajaran sekolah merupakan daya ingat sematik. Menurut Solso
(dalam Nofindra, R. 2019) daya ingat prosedural merujuk pada
“mengetahui bagaimana” bukannya “mengetahui bahwa”.
c. Faktor yang mempengaruhi daya ingat peserta didik dalam belajar dan

12
pembelajaran.
Kemampuan mengingat seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal.
a. Faktor internal yang mempengaruhi belajar seseorang yaitu:
(1) Intelegensi.
Intelegensi yang dimiliki peserta didik dalam belajar
membantu untuk mengolah informasi dalam bentuk kemampuan
berpikir dan mengingat lebih cepat. Peserta didik yang memiliki
intelegensi tinggi tidak terlalu mengalami kesulitan dalam
memanggil lagi informasi yang telah disimpan dalam
pikiran/jiwanya saat informasi tersebut dibutuhkan (Nofindra, R.
2019).
(2) Motivasi.
Motivasi belajar merupakan hal yang sangat berpengaruh
dalam proses belajar peserta didik. Seorang peserta didik yang
tidak termotivasi akan merasa kesulitan dalam menerima materi
yang disampaikan sehingga daya ingat terhadap materi yang
diberikan menjadi rendah, demikian sebaliknya apabila peserta
didik merasa termotivasi saat melakukan proses pembelajaran
maka peserta didik tersebut akan lebih lama mengingat materi
tersebut (Nofindra, R. 2019).
(3) Kondisi fisik.
Kesehatan jasmani memberi pengaruh pada peserta didik
dalam mengingat suatu pelajaran. Sakit, kurang tidur atau
kelelahan akan berdampak pada turunnya prestasi ingatan
(Nofindra, R. 2019).
(4) Modalitas belajar individu.
Daya ingat peserta didik baik itu short term memory atau long
term memory dipengaruhi oleh sejauh mana peserta didik telah
mempelajari serta memahami materi yang diajarkan sejak awal
(Nofindra, R. 2019).

13
(5) Gangguan.
Salah satu alasan penting yang mempengaruhi daya ingat
peserta didik dalam mengingat pelajaran yang telah diberikan
adalah adanya gangguan. Gangguan terjadi ketika informasi
bercampur-campur atau disingkirkan oleh informasi lainnya
(Nofindra, R. 2019).
(6) Emosi.
Peserta didik akan mengingat sesuatu dengan baik apabila
peristiwa-peristiwa itu menyentuh perasaan atau menyenangkan
bagi peserta didik (Nofindra, R. 2019).
b. Faktor eksternal yang mempengaruhi proses belajar seseorang antara
lain adalah lingkungan tempat terjadinya proses belajar seperti
suasana lingkungan belajar, dan materi pelajaran yang dipelajarinya.
Suasana lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu suasana
lingkungan fisik dan suasana lingkungan sosial. Oleh karena itu dalam
hal ini suasana lingkungan mempunyai kontribusi yang sangat besar
(Nofindra, R. 2019).
Lupa
a. Pengertian Lupa
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau
memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara
sederhana, Reber (dalam Syah, M. 2017) mendefinisikan lupa sebagai
ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari
atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item
informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Terkadang ada hal-hal yang tidak dapat ditimbulkan kembali atau yang
dilupakan. Dengan demikian dapat diambil pemahaman bahwa lupa
merupakan ketidakmampuan untuk mengingat atau menimbulkan kembali
hal-hal berupa informasi, peristiwa, dan pengalaman tertentu yang telah
pernah dialaminya (Nofindra, R. 2019).
b. Faktor-Faktor Penyebab Lupa

14
Ada beberapa faktor penyebab seseseorang lupa dalam belajar (Surawan,
2020) diantaranya adalah:
1) Lupa terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau
materi yang ada dalam sistem memori siswa.
Dalam interfence theory (teori mengenai gangguan), gangguan
konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu: a) proactive interference,
b) retroactive interference (Surawan, 2020). Seorang siswa akan
mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran yang sudah lama
tersimpan dalam sub sistem akal permanennya mengganggu masuknya
materi pelajaran baru. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari
akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali (Surawan, 2020).
2) Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item
yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena
beberapa sebab, yaitu:
a) Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan
sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia
dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
b) Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item
informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.
c) Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu
tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah
digunakan. Itulah pendapat yang didasarkan para repression theory yakni
teori represi/penekanan (Surawan, 2020).
3) Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara
waktu belajar dengan waktu mengingat kembali. Jika seorang siswa hanya
mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kudanil lewat gambar-
gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa
menyebut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang
(Surawan, 2020).
4) Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses
belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karna sesuatu hal sikap dan

15
minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan
kepada guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan (Surawan,
2020).
5) Menurut law of disuse, lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah
dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi
sebagian ahli (dalam Surawan, 2020), materi yang diperlakukan demikian
denga sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga
bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
6) Lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa
yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan
geger otak akan kehilangan ingatan item-item informasi yang ada dalam
memori permanennya (Surawan, 2020).
Meskipun penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting
untuk diperhatikan para guru adalah faktor pertama yang meliputi gangguan
proaktif dan retroaktif, karena didukung oleh hasil riset dan eksperimen.
Mengenai faktor keenam, tentu saja semua orang maklumi nya (Surawan,
2020).
B. Pengukuran Hasil Belajar
1. Pengertian Pengukuran
Pengukuran (measurement) adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur atau membandingkan suatu fakta pada oblek yang akan diukur
terhadap kriteria atau standar yang sudah ditetapkan. Pengukuran
pendidikan berbasis kompetensi berdasar pada klasifikasi observasi untuk
kerja atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan satu standar.
Pengukuran dapat menggunakan tes atau nontes. Pengukuran pendidikan
biasa bersifat kuantitatif. Kuantitatif hasilnya berupa angka, sedangkan
kualitatif hasilnya bukan angka (berupa predikat atau pernyataan kualitatif,
misalnya sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang), disertai
deskripsi penjelasan prestasi peserta didik (Febriana, R. 2019).
Dalam istilah pengukuran terdapat dua hal yaitu “alat ukur” dan apa
yang “diukur”. AIat ukur tersebut berupa instrumen (tes ataupun nontes).

16
Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif dan
psikomotorik, sedangkan instrumen nontes digunakan untuk mengukur
kemampuan afektif. Pengukuran adalah mengukur sesuatu atau dapat
diartikan sebagai pemberian angka terhadap objek yang diukur sehingga
dapat mengambarkan karakteristik dari objek tersebut (Febriana, R. 2019).
2. Karakteristik Pengukuran
Menurut Saifuddin Azwar (dalam Febriana, R. 2019), karakteristik dari
pengukuran adalah sebagai berikut :
a. Perbandingan antara atribut yang diukur dengan alat ukurnya,
maksudnya apa yang diukur adalah atribut atau dimensi dari sesuatu,
bukan sesuatu itu sendiri.
b. Hasilnya dinyatakan secara kuantitatif, artinya hasil pengukuran
berwujud angka.
c. Hasilnya bersifat deskriptif, artinya hanya sebatas memberikan angka
yang tidak diinterpretasikan lebih jauh.
3. Macam-macam Pengukuran
Pengukuran dapat dibedakan menjadi 3 macam (Zainal, 2020), yaitu:
1) Pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu, seperti
pengukuran yang dilakukan oleh penjahit pakaian.
2) Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu, misalnya
pengukuran untuk menguji daya tahan lampu pijar.
3) Pengukuran untuk menilai, yang dilakukan dengan menguji,
misalnya mengukur kemajuan belajar peserta didik dalam rangka
mengisi nilai rapor yang dilakukan dengan menguji mereka dalam
bentuk tes hasil belajar.

3. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Pengertian evaluasi dalam arti luas adalah suatu proses dalam
merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat berbagai alternatif keputusan (Febriana, R.
2019). Secara etimologi “evaluasi” berasal dari bahasa Inggris yaitu

17
evaluation dari akar kata value yang berarti nilai atau harga. Evaluasi
pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai belajar dan
pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan penilaian atau
pengukuran belajar dan pembelajaran (Idrus, L. 2019).
2. Tujuan Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk mengetahui
bahan-bahan pelajaran yang disampaikan apakah sudah dikuasi oleh
peserta didik ataukah belum. Dan selain itu, apakah kegiatan pegajaran
yang dilaksanakannya itu sudah sesuai dengan apa yang diharapkan atau
belum. Menurut Sudirman N, dkk (dalam Idrus, L. 2019), bahwa tujuan
penilaian dalam proses pembelajaran adalah:
a. Mengambil keputusan tentang hasil belajar
b. Memahami peserta didik
c. Memperbaiki dan mengembangkan program pembelajaran.
3. Fungsi Evaluasi
Selain memiliki tujuan, evaluasi belajar juga memiliki fungsi-fungsi
(Syah, M. 2017)sebagai berikut:
a. Fungsi administratif untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku
rapor,
b. Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan;
c. Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar
merencanakan program remedial teaching (pengajaran perbaikan);
d. Sumber data BK untuk memasok data siswa tertentu yang memerlukan
bimbingan dan konseling (BK);
e. Bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan datang yang
meliputi pengembangan kurikulum, metode dan alat-alat PMB.
4. Manfaat Evaluasi
Secara umum manfaat yang dapat diambil dari kegiatan evaluasi
dalam pembelajaran (Idrus, L. 2019) , yaitu :
a. Memahami sesuatu : entry behavior, motivasi, dll, sarana dan prasarana,
dan kondisi peserta didik dan dosen

18
b. Membuat keputusan : kelanjutan program, penanganan “masalah”, dll
c. Meningkatkan kualitas PBM : komponen-komponen PBM

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara garis besar, ada banyak peristiwa psikologis yang terjadi saat belajar
yaitu diantaranya: transfer, mengingat, dan lupa. Dan ada juga pengukuran hasil
belajar dan evaluasi. Transfer adalah pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai
hasil belajar pada masa lalu seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang
dialaminya sekarang. Mengingat atau memory artinya tidak hanya kemampuan
untuk menyimpan apa yang pernah dialami namun juga termasuk kemampuan
untuk menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali apa yang telah diketahui.
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi
kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari.
Pengukuran (measurement) adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur atau membandingkan suatu fakta pada oblek yang akan diukur terhadap
kriteria atau standar yang sudah ditetapkan. Evaluasi pembelajaran adalah proses
untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan
melalui kegiatan penilaian atau pengukuran belajar dan pembelajaran.

B. SARAN
Sebaiknya kita sebagai calon pendidik, lebih bisa mendalami mengenai peristiwa
psikologis dalam belajar (transfer, mengingat dan lupa) dan pengukuran hasil
belajar dan evaluasi karena itu sangat penting untuk menunjang keberhasilan
belajar. Dengan memahami peristiwa psikologis dalam belajar, kita akan dapat
dengan mudah menghadapi anak didik kita. Selain dari pihak pendidik hendaknya
orang sekitar peserta didik juga memperhatikan bagaimana psikologis anak
khususnya dalam belajar.

19
DAFTAR PUSTAKA

Syah, M. (2017). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Surawan. (2020). Dinamika Dalam Belajar. Yogyakarta: K-Media

Slavin, R. E. (2019). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Indeks
Nofindra, R. (2019). Ingatan, Lupa, Dan Transfer Dalam Belajar Dan
Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Rokania. 4 (1). 21-34
Idrus, L. (2019). Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran. Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam. 9 (2). 920-935
Zainal, N. F. (2020). Pengukuran, Assessment dan Evaluasi dalam Pembelajaran
Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika. 3 (1). 8-26
Febriana, R. ( 2019). Evaluasi pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

20
LAMPIRAN
Tugas Anggota Kelompok 10 :
1. Putera Kamarul Hidayat : Mencari materi dan membuat makalah
2. Rosha Amelia : Mencari materi, membuat makalah dan ppt.
3. Siti Rosidah : Mencari materi dan membuat makalah

21

Anda mungkin juga menyukai