Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Evaluasi belajar dan pembelajaran sangatlah penting di dunia pendidikan. Hal ini
dikarenakan evaluasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian peserta
didik dalam menempuh mata pelajaran yang telah disajikan. Sehingga untuk mengetahui
apakah tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai, apakah aktivitas yang
dilakukan telah berhasil mencapai sasaran, apakah prosedur kerja yang dilakukan sudah tepat,
apakah sumber daya yang dimiliki sudah dapat dimobilisasi secara optimal untuk mencapai
tujuan, dan apakah elemen-elemen pendukung kegiatan sudah berfungsi dengan baik,
digunakan untuk evaluasi untuk semua hal tersebut. Peran evaluasi merupakan hal yang
sangat penting dan keberadaannya tidak dapat tergantikan.
Dengan adanya evaluasi pendidik akan mampu melihat perkembangan dari setiap peserta
didiknya dan dapat melakukan tindakan lebih lanjut manakala peserta didiknya mengalami
kemunduran dalam pencapaian hasil belajar atau peserta didik sebelum mampu mencapai
prestasi yang optimal. Sehingga untuk dapat melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan
benar, seorang pendidik hendaknya mengetahui berbagai dimensi yang terkait dengan
evaluasi. Terutama yang berkaitan dengan hakikat evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi, jenis-
jenis evaluasi dan prosedur evaluasi di dalam pembelajaran. Untuk itu, di dalam makalah ini
kami akan mengulas hal-hal penting yang era kaitannya dengan evaluasi belajar dan
pembelajaran. Sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai suatu pedoman atau acuan dalam
melakukan proses evaluasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja alat-alat evalusi ?
2. Bagaimana pelaksanaan tes diagnostik?
3. Apa perbedaan tes formatif dan tes sumiatif?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Taksonomi Bloom dan Revisi Bloom

A. Sejarah Taksonomi Bloom

Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti
mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi klasifikasi
atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom,
seorang psikolog bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan
mengenai kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran. Bloom, lahir pada tanggal 21
Februari 1913 di Lansford, Pennsylvania dan berhasil meraih doktor di bidang pendidikan
dari The University of Chicago pada tahun 1942. Ia dikenal sebagai konsultan dan aktivis
internasonal di bidang pendidikan dan berhasil membuat perubahan besar dalam sistem
pendidikan di India.

Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi
Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil
belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang
diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut
merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom,
hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking
behaviors). Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.

Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom.
Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari
tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi,
level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan
ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual
behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah Kognitif berisi perilaku yang

2
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Ranah afektif
mencakup perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat, motivasi, dan
sikap. Sedangkan ranah Psikomotorik berisi perilaku yang menekankan fungsi manipulatif
dan keterampilan motorik / kemampuan fisik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Para
trainer biasanya mengkaitkan ketiga ranah ini dengan Knowledge, Skill and Attitude (KSA).
Kognitif menekankan pada Knowledge, Afektif pada Attitude, dan Psikomotorik pada Skill.
Sebenarnya di Indonesia pun, kita memiliki tokoh pendidikan, Ki Hajar Dewantara yang
terkenal dengan doktrinnya Cipta, Rasa dan Karsa atau Penalaran, Penghayatan, dan
Pengamalan. Cipta dapat diidentikkan dengan ranah kognitif , rasa dengan ranah afektif dan
karsa dengan ranah psikomotorik. Ranah kognitif mengurutkan keahlian berpikir sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus
dikuasai oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan. Ranah kognitif
ini terdiri atas enam level, yaitu:

(1) Knowledge (pengetahuan),

(2) Comprehension (pemahaman atau persepsi),

(3) Application (penerapan),

(4) Analysis (penguraian atau penjabaran),

(5) Synthesis (pemaduan),

(6) Evaluation (penilaian).

B. Revisi Taksonomi Bloom

Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan para ahli
psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan
zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi
Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi:

1. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi.

2. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level masih sama
yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi.

3
Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri dari enam level:
remembering (mengingat), understanding (memahami), applying (menerapkan), analyzing
(menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta). Revisi Krathwohl ini
sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar yang sering kita kenal dengan istilah C1
sampai dengan C6.

C. Cara Menggunakan Taksonomi Bloom

Dalam kaitannya dengan tugas pengajar/widyaiswara dalam menyusun kurikulum,


pemilihan kata kerja kunci yang tepat memegang peranan penting dalam menjelaskan tujuan
program diklat, kompetensi dasar dan indikator pencapaian agar konsep materi tersampaikan
secara effektif. Kata kerja kunci tersebut merupakan acuan bagi instruktur dalam menentukan
kedalaman penyampaikan materi, apakah cukup memahami saja, mendemonstrasikan,
menilai, dan sebagainya. Langkah-langkah yang harus digunakan dalam menerapkan
Taksonomi Bloom adalah sebagai berikut:

1. Tentukan tujuan pembelajaran

2. Tentukan kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai apakah peningkatan knowledge,


skills atau attitude. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan karakteristik mata diklat, dan peserta
didik

3. Tentukan ranah kemampuan intelektual sesuai dengan kompetensi pembelajaran.

4. Gunakan kata kerja kunci yang sesuai, untuk menjelaskan instruksi kedalaman materi, baik
pada tujuan program diklat, kompetensi dasar dan indikator pencapaian.

4
2.2 Tes Diagnostik

Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk mengetahui kelemahan-


kelemahan siswa serta faktor-faktor penyebabnya. Pelaksanaan penilaian semacam ini
biasanya bertujuan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial, menemukan
kasus-kasus dan lain-lain. Soal-soalnya disusun sedemikian rupa agar dapat ditemukan jenis
kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa. Apabila alat yang digunakan dalam
penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan
mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu, diketahui pula sebab-sebab kelemahan yang
ditimbulkan. Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosis
kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab
kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasinya. Fungsi penilaian diagnostik
yaitu untuk mengetahui masalah-masalah yang diderita atau mengganggu peserta didik,
sehingga peserta didik mengalami kesulitan, hambatan, atau gangguan ketika mengikuti
program pembelajaran dalam suatu bidang studi.

Kesulitan peserta didik tersebut diusahakan pemecahannya. Tujuan penilaian diagnostik


yaitu, untuk membantu kesulitan atau mengatasi hambatan yang dialami peserta didik waktu
mengikuti kegiatan pembelajaran pada suatu bidang studi atau keseluruhan program
pembelajaran. Aspek-aspek yang dinilai yaitu hasil belajar yang diperoleh murid, latar
belakang kehidupannya, serta semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
Waktu pelaksanaan tes diagnostik ini, sesuai dengan keperluan pembinaan dari suatu lembaga
pendidikan, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan para peserta didiknya. Berikut
dijelaskan tentang tes diagnostik.

A.Deskripsi Tes Diagnostik

Menurut Depdiknas istilah diagnostik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan


untuk mengidentifikasi gejala-gejala yang ditimbulkan. Dalam pembelajaran istilah
diagnostik dapat dilakukan dalam sebuah tes. Diagnostik pada pembelajaran melingkupi
konsep yang luas yang meliputi identifikasi kekuatan dan kelemahan siswa dalam
pembelajaran. Suwarto (2012: 114) menjelaskan tes diagnostik merupakan tes yang
digunakan untuk mengetahui kelemahan atau miskonsepsi pada topik tertentu dalam
pembelajaran sehingga dari hasil tes didapat masukan tentang respon siswa untuk
memperbaiki kelemahannya. Tes diagnostik merupakan rangkaian tes yang digunakan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan peserta didik sehingga hasil tersebut dapat digunakan

5
sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan
kelemahan yang dimiliki siswa.

B. Pelaksanaan Tes Diagnostik

Tes diagnostik dilakukan guru sebagai langkah awal dalam menentukan dimana
proses belajar mengajar telah atau belum dikuasai. Didalam penggunaannya tes diagnostik
berusaha mengungkap karakteristik dan kesulitan apa yang ada dalam pembelajaran sehingga
dapat dilakukan upaya untuk mengambil keputusan dalam mencari jalan pemecahan.
Bambang Subali (2012: 23) menjelaskan keputusan melakukan tes diagnostik sebelum
pelajaran dimulai pada peserta didik yakni dengan melakukan tes diagnostik pada saat
sebelum pembelajaran guru dapat mengambil sikap perlu tidaknya pserta didik diberikan
pelajaran ekstra agar mampu menguasai pelajaran yang sesuai prasyarat yang belum dikuasai.

C. Fungsi Tes Diagnostik

Fungsi dilakukannya tes diagnostik digunakan untuk mengidentifikasi masalah atau


kesulitan yang dialami siswa, kemudian melakukan perencanaan terhadap tindak lanjut yang
berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi. Tes
diagnostik dirancang untuk mendeteksi kesulitan hasil belajar peserta didik sehingga dalam
menyusun tes diagnostik harus didesain sesuai dengan format dan respon yang dimiliki oleh
tes diagnostik. Selain itu tes diagnostik dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-
sumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah siswa,
penggunaan soal-soal tes diagnostik berbentuk supply response (bentuk uraian atau jawaban
singkat), sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap. Bila ada alasan tertentu
sehingga menggunakan bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda), harus
disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga dapat meminimalisir
jawaban tebakan, dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya, serta tahap akhir
disertai tahapan penyelesaian terhadap hasil diagnostik yang telah teridentifikasi.

D. Prosedur Pengembangan Tes Diagnostik

Tes diagnostik dapat dilakukan dengan beberapa prosedur pengetesan diagnostik


diantaranya: Harus ada analisis tertentu untuk kaidah, prinsip, pengetahuan, atau
keterampilan yang hendak diukur Tes diagnostik yang baik direncanakan dan disusun
mencakup setiap kaidah dan prinsip dan diujikan dengan cara yang sama Butir soal yang
digunakan untuk tes diagnostik disusun secara berkelompok hal ini dilakukan untuk

6
mempermudah analisis dan diagnostik. Sedangkan menurut Depdiknas (2007: 6)
menunjukkan langkah-langkah pengembangan tes diagnostik:

- Mengidentifikasi kompetensi dasar yang belum tercapai ketuntasannya Dalam tes


diagnostik mengacu pada kesulitan untuk mencapai kompetensi dasar.

- Menentukan kemungkinan sumber masalah. Setelah kompetensi dasar atau indikator yang
bermasalah teridentifikasi, mulai ditemukan (dilokalisasi) kemungkinan sumber masalahnya.
Dalam pembelajaran sains, terdapat tiga sumber utama yang sering menimbulkan masalah,
yaitu:

1. Tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat

2. Terjadinya miskonsepsi

3. Rendahnya kemampuan memecahkan masalah (problem solving)

- Menentukan bentuk dan jumlah soal yang sesuai dalam menentukan kesulitan yang dialami
siswa, maka perlu dipilih alat diagnosis yang tepat berupa butir-butir tes diagnostik yang
sesuai. Butir tes tersebut dapat berupa tes pilihan, esai (uraian), maupun kinerja
(performance) sesuai dengan sumber masalah yang diduga dan pada dimensi mana masalah
tersebut terjadi.

- Menyusun kisi-kisi soal Sebagaimana ketika mengembangkan jenis tes yang lain, maka
sebelum menulis butir soal dalam tes diagnostik harus disusun terlebih dahulu kisi-kisinya.

- Mereview soal

- Menyusun kriteria penilaian Jawaban

E. Jenis- jenis tes diagnostik

Macam-macam tes diagnostik yang dapat digunakan diantaranya:

1. Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda


2. Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang disertai alasan
3. Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang disertai pilihan alasan
4. Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda dan uraian
5. Tes diagnostik dengan instrumen

7
2.3 Tes Formatif

Evaluasi formatif (Formatif Test) adalah suatu tes hasil belajar dimana evaluasi tersebut

mempunyai suatu tujuan untuk dapat mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik itu

telah terbentuk (sudah sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka

mengikuti suatu proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, kemudian perlu diketahui

juga bahwa istilah formatif itu berasal dari kata form yang dapat diatikan sebagai bentuk.

Dengan demikian maka evaluasi formatif merupakan suatu jenis evaluasi yang disajikan di

tengah program pengajaran yang mempunyai fungsi untuk memantau (memonitor), dimana

untuk dapat mengetahui kemauan belajar siswa dalam kesehariannya pada proses kegiatan

belajar mengajar demi memberikan suatu umpan balik, baik kepada siswa maupun seorang

guru. Bisaanya di sekolah-sekolah, tes formatif itu pada umumnya ditekankan pada bahan-

bahan pelajaran yang akan diajarkan oleh seorang guru, setelah guru mengadakan atau

melaksanakan suatu tes formatif, maka alangkah baiknya ditindaklanjuti lagi jka ada bagian-

bagian yang memang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan ke pokok bahasan baru

terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan kembali bagian-bagian mana yang sekiranya belum

dikuasai atau dipahami oleh peserta didik.

Dengan demikian tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk memperbaiki tingkat

penguasaan materi dari peserta didik dan sekaligus untuk memperbaiki dalam suatu proses

pembelajaran. Pengertian formatif juga bisa diartikan sebagai penilaian yang dilaksanakan

akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar

itu sendiri. Tes Formatif adalah tes hasil belajar untuk mengetahui keberhasilan proses belajar

mengajar yang dilakukan oleh guru, guna memperoleh umpan balik dari upaya pengajaran

yang dilakukan oleh guru.

8
Tujuan : sebagai dasar untuk memperbaiki produktifitas belajar mengajar.

Contohnya: tes yang dilakukan setelah pembahasan tiap bab atau KD (kompetensi dasar).

Dengan kata lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh
tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran
siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya
diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa
yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan
kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara
bagi siswa yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka
yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan
yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas.

Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan oleh guru selama dalam
perkembangan atau dalam kurun waktu proses pelaksanaan suatu Program Pengajaran
Semester. Dengan maksud agar segera dapat mengetahui kemungkinan adanya penyimpang-
penyimpangan, ketidak sesuaian pelaksanaan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya.
Karena dilaksanakan setelah selesai mengajarkan satu unit pengajaran (mungkin sesuatu
topik atau pokok bahasan), maka ternyata apabila ada ketidaksesuaian dengan tujuan segera
dapat dibetulkan. Oleh karena itu, fungsi dari pada evaluasi ini terutama ditujukan untuk
memperbaiki proses bolajar mengajar. Dan karena scope bahannya hanya satu unit
pengajaran, dan dalam satu semester terdiri dari beberapa unit, maka pelaksanaan evaluasi ini
frekuensinya akan lebih banyak dibanding evaluasi sumatif. Umumnya frekuensi tes formatif
ini berkisar antara 2 – 4 kali dalam satu semester.

9
2.4 Tes Sumiatif

Tes sumatif adalah tes hasil belajar untuk mengetahui keberhasilan belajar murid setelah

mengikuti program pengajaran tertentu.

Tujuan: menentukan hasil yang dicapai peserta didik dalam program tertentu dalam wujud
status keberhasilan peserta didik pada setiap akhir program pendidikan dan pengajaran.

Contohnya: Tes catur wulan,Tes akhir semester, EBTA.

Evalusi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan oleh guru pada akhir semester. Jadi guru
baru dapat melakukan evaluasi sumatif apabila guru yang bersangkutan selesai mengajarkan
seluruh pokok bahasan atau unit pengajaran yang merupakan forsi dari semester yang
bersangkutan. Oleh karena itu evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan yang dicapai siswa selama satu semester. Jadi fungsinya untuk mengetahui
kemajuan anak didik.

Tes sumatif adalah suatu penilaian yang pelaksanaannya itu dilakukan pada akhir tahun
atau akhir program, atau lebih spesifiknya penilaian yang dilakukan pada akhir semester dari
akhir tahun. Jadi, tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yaitu
seberapa jauhkah tujuan-tujuan kurikuler yang berhasil dikuasai oleh para peserta didik, dan
penilaian inipun dititikberatkan pada penilaian yang berorientasi kepada produk, bukan
kepada sebuah proses. Dan bagaimanapun , hasil yang peroleh dari tes sumatif tampaknya
menjadi keputusan akhir mengingat tidak adanya kesepakatan bagi guru untuk memperbaiki
kekurangan para siswa pada semester tersebut. Perubahan baru bisa dilakukan pada tahun
berikutnya atau sekedar bahan untuk penyempurnaan semester berikutnya.

A. Manfaat Evaluasi Sumatif :

Ada beberapa manfaat tes sumatif, dan 3 diantaranya yang terpenting adalah :
- Untuk nenentukan nilai.

- Untuk menentukan seorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima
program berikutnya. Dalam kepentingan seperti ini maka tes sumatif berfungsi sebagai tes
prediksi.

10
- Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi orang tua siswa,
pihak bimbingan dan penyuluhan di sekolah serta pihak-pihak lain apabila siswa tersebut
akan pindah ke sekolah lain, akan melanjutkan belajar atau akan memasuki lapangan kerja.

B. Perbedaan Penilaian Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumatif

Mengingat masih banyaknya salah pengertian di antara guru-guru tentang pengertian


formatif dan sumatif maka perlu kiranya dijelaskan kembali pengertian penilaian formatif dan
penilaian sumatif dan perbedaan antara kedua jenis penilaian tersebut. Penilaian formatif
adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari atau memperoleh sebuah umpan
balik (feed back), yang kemudian selanjutnya dari hasil penilaian tersebut dapat digunakan
untuk memperbaiki suatu proses belajar mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan.
Jadi, sebenarnya pada panilaian formatif itu tidak hanya dilakukan pada tiapa akhir pelajaran
akan tetapi bisa juga ketika proses pelajaran sedang berlangsung. Misalnya, ketika guru
sedang mengajar, guru tersebut mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
untuk mengecek atau mendapatkan informasi apakah siswa telah memahami apa yang telah
diterangkan guru. Jika ternyata masih banyak siswa yang belum mengerti, maka tindakan
guru selanjutnya ialah menambah atau memperbaiki cara mengajarnya sehingga benaar-benar
dapat diserap oleh siswa.

Dari contoh tersebut, jelas bahwa penilaian formatif tidak hanya berbentuk tes tertulis dan
hanya pada akhir pelajaran, tetapi dapat pula berbentuk pertanyaan-pertanyaan lisan atau
tugas-tugas yang diberikan selama pelajaran berlangsung ataupun sesudah pelajaran selesai.
Dalam hubungan ini maka proses dan post-tes yang bisaa dilakukan dalam sistem pelajaran
termasuk dalam penilaian formatif. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk
memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa
terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. Adapun
fungsi dan tujuannya ialah untuk menentukan apakah dengan nilai yang diperolehnya itu
siswa dapat dinyatakan lulus. Pengertian lulus dan tidak lulus disini dapat berarti : dapat
tidaknya siswa melanjutkan ke modul berikutnya, dan dapat tidaknya seorang siswa
mengikuti pelajaran pada semester berikutnya, dan dapat tidaknya seorang siswa dinaikan ke
kelas yang lebih tinggi.

11
Dari apa yang telah dikemukakan, jelas kiranya bahwa penilaian sumatif tidak hanya
merupakan penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir semester, tetapi juga dilaksanakan
misalnya pada setiap modul, setiap akhir tahun ajaran ataupun evaluasi belajar tahap akhir.
Dari uaraian diatas dapat disimpulkan perbedaan antara penilaian formatif dan penilaian
sumatif bukan terletak pada kapan atau waktu tes itu dilaksanakan, tetapi terutama pada
fungsi dan tujuan tes atau penilaian itu dilaksanakan. Jika penilaian atau tes itu berfungsi dan
bertujuan untuk memperoleh umpan balik dan selanjutnya digunakan untuk memperbaiki
proses belajar-mengajar, maka penilaian itu disebut penilaian formatif. Tetapi jika penilaian
itu berfungsi dan bertujuan untuk mendapatkan informasi sampai dimana prestasi atau
penguasaan dan pencapaian belajar siswa yang selanjutnya diperuntukan dengan penentuan
lulus tidaknya seorang siswa, maka penilaian itu disebut penilaian sumatif.

C. Perbandingan Antara Tes Formatif dan Tes Sumatif

Untuk memperoleh gambaran mengenai tes formatif dan tes sumatif secara lebih
mendalam, maka berikut ini akan disajikan perbandingan antara keduanya. Agar dapat
diketahui tiap-tiap persamaan dan perbedaannya. Dalam membandingkan, akan ditinjau dari
4 aspek, yaitu fungsi, waktu, titik berat, atau tekanannya, alat evaluasi, cara memilih tujuan
yang dievaluasi, tingkat kesulitan soal-soal tes, cara menyekor.

 Ditinjau dari Fungsinya

- Tes formatif digunakan sebagai umpan balik bagi siswa, guru maupun program-program
untuk menilai pelaksanaan satu unit program.

- Tes sumatif digunakan untuk memberikan tanda kepada siswa bahwa telah mengikuti suatu
program, serta menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawannya dalam
kelompok.

 Ditinjau dari Waktu

- Tes formatif dilakukan selama pelajaran berlangsung untuk mengetahui kekurangan agar
pelajaran dapat berlangsung sebaik-baiknya

- Tes sumatif dilakukan pada akhir unit catur wulan, ataupun semester akhir tahun atau akhir
pendidikan.

12
 Ditinjau dari Titik Berat Penilaian

- Tes formatif menekankan pada tingkah laku kognitif. Tes sumatif sama-sama menekankan
pada tingkah laku kognitif, tetapi ada kalanya pada tingkat psikomotor dan juga kadang-
kadang pada afektif akan tetapi walaupun menekankan pada tingkah laku kognitif, yang
diukur adalah tingkatan yang lebih tinggi.

 Ditinjau dari Segi Alat Evaluasi

- Tes formatif merupakan tes prestasi belajar yang tersusun secara baik.

- Tes sumatif merupakan tes ujian akhir.

 Ditinjau dari Cara Memilih Tujuan yang Dievaluasi

- Tes formatif mengukur semua tujuan instruksional khusus.

- Tes sumatif mengukur tujuan instruksional umum.

 Ditinjau dari Tingkat Kesulitan Tes

- Tes formatif belum dapat ditentukan.

- Tes sumatif. Rata-rata mempunyai tingkat kesulitan antara 0,35 – 0,70, Soal yang sangat
mudah dan soal yang sangat sukar

 Ditinjau dari Skoring

- Tes formatif, menggunakan standar mutlak.

- Tes sumatif, kebanyakan menggunakan standar relatif tetapi dapat pula dipakai standar
mutlak.

Pada dasarnya bahwa penilaian formatif dan sumatif yang ada di sekolah-sekolah itu
sebenarnya sudah dilaksanakan oleh para guru-guru, namun pada kenyataannya sekarang
kedua penilaian tersebut itu belum terealisasi dengan baik. Mungkin disebabkan karena
memang para guru-guru itu belum bisa membedakan ataupunmengetahui benar-benar secara
jelas apa penilaian formatif dan sumatif tersebut, sehingga dalam pencapaian tujuan
pendidikan belum terlaksanakan secara maksimal. Sebenarnya kalau seorang guru bisa benar-

13
benar mengetahui dan memahami penilaian formatif dan sumatif, maka para siswanya akan
bisa naik kelas semua, bahkan bisa lulus ujian yang nantinya akan dapat membawa nama baik
sekolah.

Dengan adanya penilaian formatif, maka seorang guru dapat mengetahui keberhasilan
dirinya dalam mengajar dan apabila para siswanya banyak yang belum menguasai materi
ataupun belum paham dengan bahan pelajaran itu maka seorang guru dapat memperbaiki cara
mengajarnya. Kemudian tes formatif juga membawa pengaruh yang sangat besar untuk tes
sumatif karena apabila tes formatif itu sudah tercapai dengan baik maka hasilnyapun akan
berimbas pada penilaian sumatif.

D. Perbandingan Ujian Formatif Dan Ujian Sumatif

Seperti yang dikatakan Rusman mengutip pendapatnya Scriven, dia (Scriven) telah
membuat perbedaan antara evaluasi sumatif dan formatif. Dalam evaluasi sumatif, evaluasi
berfungsi untuk menetapkan keseluruhan penilaian program. Termasuk menilai keseluruhan
manfaat program tertentu dalam hubungannya dengan kontribusi terhadap kurikulum sekolah
secara total. Dalam evaluasi formatif meliputi pembuatan penilaian dan usaha untuk
menentukan sebab-sebab khusus. Informasi yang diperoleh dalam evaluasi formatif memberi
kontribusi terhadap revisi program. Ini memungkinkan pengembang kurikulum untuk
mengubah dan mengembangkan kurikulum sebelum menetapkan bentuk final. Perbedaan
yang mendasar antara dua tipe evaluasi ini menyangkut bagaimana evaluasi diperlakukan,
apa yang akan dievaluasi dan bagaimana hasilnya akan digunakan. (Rusman, 2009: 101)

E. Manfaat Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumatif

Evaluasi formatif dan evaluasi sumatif mempunyai banyak manfaat, baik bagi siswa, guru
maupuun program itu sendiri. Manfaat tersebut antara lain, yaitu yang dikutip dari buku
dasar-dasar evaluasi pendidikan :

 Manfaat Bagi Siswa

1) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mengevaluasi bahan program


secara menyeluruh.

2) Merupakan penguatan bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa yang dikerjakan sudah
menghasilkan skor yang tinggi sesuai drngan yang diharapkan maka siswa merasa

14
mendapat “ anggukan kapala ”dari guru, dan ini merupakan suatu tansa bahwa apa
yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang sudah benar. Dengan demikian
mak pengatahuam itu akan bertambah membekas diingatan. Di samping itu tanda
keberhasilan suatu pelajaran akan memperbesar motivasi siswa untuk belajar lebih
giat, agar dapat mempertahankan nilai yang sudah baik itu atau memperoleh yang
lebih baik lagi.

3) Usaha perabaikan, dengan umpan yang diperoleh setelah melakukan tes. Siswa
mengatui kelemahan-kelemahannya. Bahkan dengan teliti siswa mengetahui bab atau
bagaimana dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.

4) Sebagai Diagnosa, bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan hasil
tes formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagaimana bahan pelajaran yang
masih dirasakan sulit.

 Manfaat Bagi Guru

Dengan telah mengatahui hasil tes foramtif yang diadakan, maka guru :
1) Mengetahui sampai sejauh mana bahan-bahn yang diajarkan sudah dapat diterima oleh
siswa. Hal ini akan menentukan pola pakah guru itu harus mengganti cara menerangkan
(strategi mengajar) atau tetap dapat menggunakan cara (strategi) yang lama.

2) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa.
Apabila bagian yang belum dikuasai kebetulan merupakan bahan prasyarat bagian
pelajaran yang lain, maka bagian ini harus diterangkan lagi, dan barangkali memrlukan
cara atau media lain untuk memperjelas. Apabila bahan ini tidak diulangi, maka akan
menganggu kelancaran pemberian bahan pelajaran selanjutnya, dan siswa akan semakin
tidak dapat menguasainya.

3) Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.

 Manfaat Bagi Program

Setelah diadakan tes maka diperoleh hasil. Dari hasil tersebut dapat diketahui :
1) Apakah program yang diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai
dengan kecakapan anak.

15
2) Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang
belum diperhitungkan.

3) Apakah diperlukan alat, sarana dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan
dicapai.
4) Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Evaluasi belajar dan pembelajaran sangatlah penting di dunia pendidikan. Hal ini
Karena evaluasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian peserta
didik dalam menempuh mata pelajaran yang telah disajikan. Adapun alat-alat evaluasi antara
lain: Taksonimi bloom dan revisi bloom, tes diagnostik, tes formatif, tes sumiatif.
Tes diagnostik dilakukan guru sebagai langkah awal dalam menentukan dimana proses
belajar mengajar telah atau belum dikuasai. Didalam penggunaannya tes diagnostik berusaha
mengungkap karakteristik dan kesulitan apa yang ada dalam pembelajaran sehingga dapat
dilakukan upaya untuk mengambil keputusan dalam mencari jalan pemecahan.
Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari atau
memperoleh sebuah umpan balik (feed back), yang kemudian selanjutnya dari hasil penilaian
tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki suatu proses belajar mengajar yang sedang atau
yang sudah dilaksanakan. Sedangkan penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan
untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar
siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.

3.2 Saran
Bagi para pembaca makalah ini kami mengharapkan bagi pembaca agar bisa memberi
kritik dan saran yang membangun dan lebih baik dalam membentuk makalah yang
selanjutnya menjadi lebih baik.

17
REFERENSI

Sudijono, A. (2005). Pengantar Evaluasi Pendidikan . Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Sudjana, N. (2001). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Zainal, A. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

18

Anda mungkin juga menyukai