Anda di halaman 1dari 12

Tujuan Pembelajaran

Dalam pembelajaran, sebuah tujuan merupakan faktor paling penting


untuk dipikirkan dan ditetapkan. Ini dikarenakan setiap aktivitas
pembelajaran pasti pangkal dari diperolehnya sebuah hasil adalah tujuan
pembelajaran itu sendiri.

Tujuan pembelajaran sendiri pertama kali diungkapkan oleh psikolog


Amerika B.F. Skinner pada tahun 1949. Di mana tujuan pembelajaran
merupakan implementasi dari behavioral science atau ilmu perilaku yang
bertujuan untuk mengembangkan kualitas pembelajaran.

Pengertian Tujuan Pembelajaran


Tujuan pembelajaran adalah pernyataan spesifik yang dinyatakan
dalam performance yang dituliskan untuk menggambarkan hasil belajar
yang diharapkan. Tujuan pembelajaran biasanya merujuk pada indikator
pencapaian kompetensi.

Rumusan tujuan merupakan pernyataan tentang hasil belajar yang


diharapkan bisa dicapai oleh siswa, atau lebih tepatnya kemampuan baru
apa yang dikuasai oleh siswa pada akhir pembelajaran.

Perlu diingat bahwa rumusan tujuan pembelajaran bukan tentang


pernyataan apa yang direncanakan guru untuk dilaksanakan dalam
kegiatan belajar mengajar atau KBM, namun lebih pada apa yang
seharusnya siswa peroleh atau lakukan dari suatu proses pembelajaran.

Mengapa guru harus menyatakan tujuan pembelajaran?

Guru harus mengetahui tujuan pembelajaran agar dapat melakukan


pemilihan materi, metode, dan media yang akan digunakan. Tujuan itu
akan mengarahkan guru, sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung sistematis. Dengan menentukan tujuan pembelajaran itu,
guru menjadi bisa terarah dan memiliki komitmen untuk menciptakan
lingkungan belajar sehingga tujuan yang sudah dicanangkan di awal bisa
tercapai.

Selain itu rumusan tujuan pembelajaran juga menjamin proses evaluasi


atau penilaian yang benar.

Manfaat Tujuan Pembelajaran


Dengan adanya tujuan pembelajaran, sebuah aktivitas belajar jadi lebih
jelas dan terarah, selain itu hasil dari pembelajaran juga lebih optimal.
Berikut merupakan keuntungan dari adanya tujuan pembelajaran:

 Manajemen waktu setiap sesi belajar bisa digunakan dengan


maksimal, sehingga pembelajaran bisa lebih efisien.
 Fokus materi bisa dipresentasikan secara proporsional, ini
menjadikan porsi materi tidak ada yang dibahas terlalu sedikit atau
terlalu banyak.
 Guru lebih leluasa membuat keputusan berapa saja materi yang
akan dipresentasikan.
 Guru bisa lebih mudah dalam memutuskan materi mana saja yang
akan disampaikan secara urut. Ini akan membuat siswa bisa lebih
mudah dalam mencerna suatu pelajaran karena peletakan materi
yang sistematis.
 Guru dapat lebih leluasa dalam membuat strategi pembelajaran
yang paling cocok dengan keadaan setiap kelas bahkan individu.
 Pendidik bisa lebih leluasa dalam mengatur berbagai kebutuhan
alat peraga untuk kepentingan pembelajaran.
 Guru dapat menakar kesuksesan dan kemampuan siswa dalam
suatu pembelajaran.
 Guru bisa lebih optimis mengenai tingkat kesuksesan siswa dalam
pembelajaran, dibandingkan dengan pembelajaran tanpa tujuan.

Elemen dalam Tujuan Pembelajaran


Setidaknya tujuan pembelajaran itu mencakup 3 elemen, yakni:

 Menyatakan apa yang seharusnya dilakukan siswa.


 Kondisi apa yang terjadi saat KBM berlangsung.
 Petunjuk jelas mengenai kriteria minimal dalam pencapaian
pembelajaran.

Format Penulisan Tujuan Pembelajaran


Bagaimana menulis tujuan pembelajaran yang terukur? Tujuan itu adalah
deskripsi rinci tentang apa yang akan dilakukan oleh siswa pada akhir
kegiatan. Ini terkait dengan hasil yang diinginkan, jadi dirumuskan secara
spesifik dan terukur. Tujuan pembelajaran juga fokus pada siswa, bukan
pada guru atau pendidiknya.

Berlandaskan apa yang telah dijelaskan diatas mengenai penyusunan


format tujuan belajar yang baik. Maka guru bisa mengingat penyusunan
berupa susunan format ABCD, berikut maksudnya:
Audience (A)

Siswa yang terlibat dalam proses belajar mengajar.

Behavior (B)

Perilaku yang dapat diamati dan dituangkan dalam KKO.

Condition (C) 

Kondisi ketika KBM berlangsung

Degree (D)

Kriteria minimal pencapaian hasil belajar.


Komponen A, B, C, D ini harus termuat dalam rumusan tujuan
pembelajaran, meskipun begitu dalam penulisannya tidak harus urut
atau boleh terbolak-balik.

Contoh:

Setelah membaca modul tentang sistem respirasi manusia, peserta


didik mampu mendeskripsikan proses respirasi berdasarkan rubrik
dengan tingkat kebenaran minimal 75%.

Penjelasan contoh:

Condition (C): Setelah membaca modul tentang sistem respirasi manusia.

Audience (A): Peserta didik.

Behavior (B): Mendeskripsikan, (merupakan salah satu kata kerja


operasional). Merupakan perilaku yang bisa diamati, yang berdasar pada
taksonomi bloom yang mencakup ranah kognitif, psikomotorik dan
afektif.

Degree (D): berdasarkan rubrik dengan tingkat kebenaran minimal 75%.


Artinya itu adalah kriteria minimal pencapaian hasil belajar, berarti jika
peserta didik hanya bisa meraih di bawah 75% maka tujuan
pembelajaran belum tercapai.

Kata Kerja Operasional dan Non Operasional Dalam Tujuan


Pembelajaran
Dengan adanya kata kerja non operasional dan operasional maka dalam
aktivitas penilaian behavior bisa lebih mudah.

Bila kata kerja operasional digunakan, akan berdampak pada kemudahan


guru dalam menilai aktivitas non operasional. Sehingga guru bisa lebih
fokus dalam menilai kesuksesan tujuan pembelajaran liannya.

Klasifikasi Tujuan Pembelajaran


Dalam tujuan pembelajaran terdapat sebuah taksonomi yang diutarakan
oleh D. Krathwohl dan Benyamin S. Bloom (1964). Taksonomi tersebut
berada pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ini merupakan
penguraian dari format dari B atau Behavior, berikut merupakan
penguraiannya:

Ranah Kognitif

Pada ranah ini tujuan pembelajaran membicarakan tentang aktivitas


intelektual yang bermuara dari level pengetahuan hingga ke level atas
yaitu evaluasi. Pada ranah kognitif ini terdapat enam level. Berikut urutan
level kognitif yang perlu diketahui

Level Knowledge (Pengetahuan)

Pada bagian ini siswa akan dituntut untuk bisa mengingat atau
menghafal suatu materi (pelajaran). Selain itu siswa akan ditantang untuk
bisa menjelaskan kembali pengetahuan yang sudah diterima
sebelumnya.

Contoh:

Peserta didik bisa melafalkan kembali ayat-ayat Pancasila dengan benar.

Level Comprehension (Pemahaman)

Pada level ini siswa diharuskan untuk bisa melakukan tafsiran,


mengartikan, menerjemahkan dan menjelaskan dengan cara mereka
sendiri mengenai pengetahuan yang sudah pernah diterima sebelumnya.

Contoh: 

Peserta didik bisa menjelaskan dengan maknanya sendiri tentang apa


yang terkandung dalam tiap ayat Pancasila

Level Application (Penerapan)
Merupakan pengujian keahlian siswa dalam menerapkan pengetahuan
untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam soal maupun kehidupan
nyata.

Contoh: 

Peserta didik bisa memilih sila mana saja yang bisa diterapkan dengan
kehidupan sehari-hari mereka.

Level Analysis (Analisis)

Pada analisis ini bisa dijelaskan bahwa kemampuan siswa dalam


mempraktekan segala pengetahuan yang diraih untuk membuat solusi
dari kehidupan sehari hari.

Contoh: 

Peserta didik bisa mengamati perilaku dan informasi di sekitar


kehidupannya, apakah sudah sesuai dengan Pancasila atau belum.

Level Synthesis (Sintesis)

Sintetis adalah keahlian siswa untuk bisa memadukan berbagai aspek


dari pengetahuan untuk dijadikan sebuah pengetahuan baru.

Contoh:

Peserta didik bisa membuat contoh perbuatan, sikap, perilaku yang


sesuai dengan Pancasila.

Level Evaluation (Evaluasi)

Evaluasi merupakan keahlian siswa untuk menciptakan prediksi atau


keputusan dari sebuah persoalan atau pengetahuan yang telah dipunyai.

Contoh:
Siswa bisa mengukur apakah segala perilakunya selama ini sudah sesuai
dengan Pancasila.

Selain pada ranah kognitif, tujuan pembelajaran juga menyasar pada


aspek lain dimana pada mata pelajaran tertentu dibutuhkan strategi lain
agar bisa lebih tepat guna, diantaranya adalah ranah afektif dan
psikomotor. Berikut penjelasannya.

Ranah Afektif (Sikap dan Perilaku)

Pada ranah ini hubunganganya adalah dengan perilaku, minat,


penghargaan dan adaptasi mental sosial siswa. Pada ranah afeksi
terdapat lima level berikut adalah level afektif beserta penjelasannya.

Kemauan Menerima

Pada level ini adalah kemampuan siswa untuk bisa menerima secara
lapang, seperti kemampuan menerima pendapat orang lain. Selain itu
siswa juga bisa meningkatkan kemampuan untuk membaca buku,
berteman dengan siswa lain yang memiliki latar belakang berbeda-beda
dsb.

Kemauan Menanggapi

Pada level ini siswa akan diamati secara langsung oleh guru dalam
aktivitas pembelajaran, aktivitas tersebut biasanya lebih condong pada
perilaku inisiatif. Contohnya adalah pada partisipasi dalam
menyelesaikan tugas kelompok, mematuhi aturan, ikut serta dalam
diskusi dan menolong sesama.

Berkeyakinan

Pada level ini guru akan mengamati tanggapan siswa dalam penerimaan
mereka terhadap sistem nilai tertentu dalam diri siswa. Ini bisa dilihat
ketika siswa memperlihatkan keyakinan pada suatu kepercayaan
(agama), pemahaman pada suatu hal, sikap keyakinan pada sebuah
kepercayaan dalam lingkungan masyarakat.

Penerapan Karya

Pada level guru akan meelihat sikap siswa pada pengakuan mereka pada
sistem nilai yang bersifat subyektif pada sebuah karya. Contohnya adalah
kesadaran pada hak dan kewajiban, mampu berkomitmen tentang apa
yang telah direncanakan, bisa menerima kekurang pada diri dan
mengetahui kapasitas dalam suatu hal yang bisa dilakukan dan yang
tidak bisa dilakukan.

Ketekunan dan Ketelitian

Ranah ini merupakan level paling atas dari ranah afeksi. Pada ranah ini
siswa yang telah mempunyai sistem nilai akan bisa berkomitmen tentang
apa yang sudah diyakini tentang sistem nilai tersebut. Ini bisa terlihat bila
siswa sudah bisa berperilaku objektif pada setiap hal.

Ranah Psikomotor

Pada ranah ini tujuan pembelajaran yang berhubungan dengan skill atau
keterampilan yang memiliki karakter konkret, fisik atau motorik. Seperti
telah diketahui ranah ini juga memiliki levelnya mulai dari yang rendah
hingga level tinggi. Berikut beberapa diantaranya:

Persepsi

Level ini merupakan hal yang berhubungan dengan cara pemakaian


indra saat melaksanakan suatu aktivitas. Contohnya adalah saat
mengetahui adanya suara fals pada instrumen, ketidakberesan pada
sebuah mesin motor dan bisa menyesuaikan tarian dengan musik.

Kesiapan
Level kesiapan adalah hal yang berkaitan dengan kesanggupan siswa
dalam melaksanakan sesuatu hal. Kesiapan tersebut mencakup pada
kesiapan fisik, kesiapan pikiran, kesiapan mental, kesiapan perasaan
ketika akan melakukan sebuah aktivitas.

Mekanisme

Level mekanisme adalah aktivitas yang berhubungan dengan performa


respon dalam sebuah habit (kebiasaan). Ini bisa dilihat saat seorang
siswa bisa menampilkan performa yang baik pada bidang keahlian
tertentu atau hal yang bersifat spesifik. Contohnya adalah kemahiran
dalam menenun, menjahit dan menari.

Respons Terbimbing

Level ini berkaitan tentang cara menduplikasi atau meniru suatu aksi dari
orang lain. Dan melakukan aksi tersebut secara identik.

Kemahiran

Tingkatan ini berhubungan dengan keterampilan pada kinerja gerakan


motorik. Ciri ciri dari kemahiran yang bagus adalah kecepatan dalam
mengoperasikan atau menjalankan suatu alat. Ini bisa dilihat saat
seseorang melakukan keterampilan mengetik pada keyboard komputer.

Adaptasi

Level ini berkaitan dengan skill yang telah ada dan berkembang pada
masing masing personal. Sehingga individu tersebut bisa
mentransformasikan setiap gerakan yang ada dengan keadaan atau
kondisi tertentu. Ini bisa dilihat pada individu yang bermain bulu tangkis,
mereka bisa beradaptasi setiap gerakan yang ada untuk mengantisipasi
lawan.

Originasi
Level ini berhubungan dengan metode untuk membuat gerakan baru
yang diadaptasi sesuai dengan kondisi tertentu. Level organisasi kerap
kali bisa dipakai ketika seseorang telah mempunyai level skill yang tinggi.
Contoh yang bisa dilihat pada keterampilan ini adalah pada seseorang
yang bisa membuat komposisi musik, mode pakaian dan menciptakan
suatu terobosan.

Anda mungkin juga menyukai