BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi edukatif yang terjadi,
yaitu interaksi yang sadar akan tujuan pembelajaran. Interaksi ini berakar dari
pihak pendidik yaitu guru dan kegiatan belajar secara pedagogis yang pada diri
siswa berproses secara sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan
evaluasi (Dasopang, 2017). Adanya interaksi dalam proses pembelajaran apabila
terdapat aktivitas pembelajaran yang menarik dan bervariasi. Aktivitas merupakan
segala sesuatu baik kegiatan maupun aktifitas yang dilakukan atau kegiatan-
kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas
(Lubis, 2011).
Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan pendidik, dengan
bahan pelajaran, metode penyampaian, strategi pembelajaran, dan sumber belajar
dalam suatu lingkungan belajar (Dasopang, 2017). Jadi aktivitas pembelajaran
adalah segala sesuatu baik kegiatan atau aktivitas yang terjadi baik fisik maupun
non-fisik yang di dalamnya terdapat proses interaksi antara siswa dengan pendidik,
dengan bahan pelajaran, metode penyampaian, strategi pembelajaran, dan sumber
belajar dalam suatu lingkungan belajar.
Tujuan pembelajaran akan dapat tercapai dengan baik apabila terdapat
aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Tujuan pembelajaran dalam bidang
pendidikan yang dirumuskan mengindikasikan apa yang guru inginkan pada siswa
mempelajarinya (Fatmawati, 2013). Aktivitas pembelajaran berpengaruh terhadap
pemcapaian tujuan pembelajaran. Terdapat perbedaan antara aktivitas dengan
tujuan pembelajaran. Aktivitas yaitu alat untuk mencapai tujuan. Tujuan
menentukan hasil dan perubahan-perubahan yang diinginkan (Fatmawati, 2013).
Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang diberikan kepada siswa seperti membaca
buku, mendengarkan, melakukan eksperimen, dan berkaryawisata, semua ini
merupakan cara untuk mencapai tujuan. Untuk merumuskan tujuan pembelajaran,
2
harus mengetahu terlebih dahulu pengetahuan dan proses kognitif yang mesti
dipelajari dan dimiliki (Fatmawati, 2013). Untuk mengetahui proses kognitif siswa
guru dapat menerapkan aktivitas pembelajaran beririentasi taksonomi bloom
revisi.
Taksonomi adalah sebuah kerangka pikir khusus yang berkaitan dengan
pengklasifikasian tujuan-tujuan pendidikan (Fatmawati, 2013). Perumusan tujuan
pendidikan yang jelas dan mudah diukur akan membantu guru dalam
merencanakan kegiatan/aktivitas dalam proses pembelajaran. Revisi taksonomi
Bloom menjelaskan bahwa pengetahuan dibedakan menjadi empat jenis/dimensi
pengetahuan yaitu faktual, konseptual, prosedural dan metakognif, sedangkan
dimensi proses kognitif dibedakan menjadi 6 (enam dimensi) yaitu mengingat
(C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi
(C5) dan mencipta (C6) (Fatmawati, 2013). Keenam dimensi proses kognitif ini
masingmasing diklasifikasikan dalam kategori-kategori. Dengan menerapkan
aktivitas pembelajaran berorientasi taksonomi bloom revisi, siswa dapat
mengembangkan berbagai kemampuannya dalam proses pembelajaran salah
satunya kemampuan berpikir kreatif.
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah yang terdapat dalam makalah ini yaitu untuk
mengetahui:
1. Apa yang dimaksud dengan Taksonomi Tujuan Pembelajaran?
2. Bagaimana dengan Kawasan Kognitif, Afektif dan Psikomotor?
3. Apa Penggunaan KKO Kognitif, Afektif, Psikomotor untuk Materi SD?
C. Tujuan Penulisan
.. Berdasarkan Rumusan Masalah tersebut maka Tujuan Penulisan makalah ini
bertujuan untuk mengetahui:
1. Taksonomi Tujuan Pembelajaran.
2. Kawasan Kognitif, Afektif dan Psikomotor.
3. Penggunaan KKO Kognitif, Afektif, Psikomotor untuk Materi SD.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Taksonomi Tujuan Pembelajaran
......... Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan, yaitu apa yang
diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Robert F. Meager (Sumiati dan Asra,
2009: 10) memberi batasan yang lebih jelas tentang tujuan pembelajaran, yaitu
maksud yang dikomunikasikan melalui peenyataan yang menggambarkan tentang
perubahan yang diharapkan dari siswa. Menurut H. Daryanto (2005: 58) tujuan
pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil
pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan
diukur. B. Suryosubroto (1990: 23) menegaskan bahwa tujuan pembelajaran
adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa sesudah
ia melewati kegiatan pembelajaran yang bersangkutan dengan berhasil.
Tujuan pembelajaran memang perlu dirumuskan dengan jelas, karena
perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dari
proses pembelajaran itu sendiri. Tujuan pembelajaran tercantum dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP merupakan komponen penting dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang pengembangannya harus dilakukan
secara profesional.
Menurut E. Mulyasa (2010: 222) berikut ini adalah cara pengembangan RPP
dalam garis besarnya. 1) Mengisi kolom identitas 2) Menentukan alokasi waktu
yang dibutuhkan untuk pertemuan. 3) Menentukan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta indikator yang akan digunakan yang terdapat dalam
silabus yang telah disusun. 4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan. 5)
Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang
terdapat dalam silabus. 6) Menentukan metode pembelajaranyang akan digunakan.
7) Menentukan langkah-langkah pembelajaran. 8) Menentukan sumber belajar
4
kedalam benda cair, benda padat, dan gas. Taksonomi dalam bidang ilmu
botani mengelompokkan tumbuhan berdasakan karakteristik tertentu,
misalnya kelompok tumbuhan bersel satu dan tumbuhan bersel banyak.
Taksonomi tujuan pembelajaran adalah pengelompokan tujuan pembelajaran
dalam kawasan kognitif, afektif dan psikomotorik. Sebagai seorang pendidik,
maka guru perlu memahami berbagai taksonomi tujuan untuk memperoleh
wawasan yang lebih luas tentang tujuan pembelajaran, dan dapat memilih
mana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diasuh dan kegiatan
pembelajaran yang dirancangnya.
Taksonomi tujuan pembelajaran diperlukan dengan pertimbangan sebagai
berikut:
a. Perlu adanya kejelasan terminologi tujuan yang digunakan dalam tujuan
pembelajaran karena tujuan pembelajaran berfungsi untuk memberikan
arah kepada proses belajar dan menentukan perilaku yang dianggap
sebagai bukti hasil belajar.
b. Sebagai alat yang akan membantu guru dalam mendeskripsikan dan
menyusun tes, teknik penilaian dan evaluasi.
b. Komponen Tujuan Pembelajaran
Mager dalam Dick dan Carey (1990) mengemukakan bahwa dalam
penyusunan Tujuan Pembelajaran harus mengandung tiga komponen, yaitu;
(1) perilaku (behavior), (2) kondisi (condition), dan (3) derajat atau kriteria
(degree). Instructional Development Institute (IDI) menambahkan satu
komponen yang perlu juga dispesifikasikan dalam merumuskan Tujuan
Pembelajaran, yaitu sasaran (audience), sehingga rumusan tujuan itu menjadi
empat komponen, yaitu: a) Audience, b) Behavior, c) Conditions, d) Degree.
Komponen-komponen tersebut lebih mudah diingat dengan bantuan
mnemonik ABCD.
a. A = Audience yaitu siswa yang akan belajar.
6
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir seseorang.
Dalam taksonomi Bloom yang dikembangkan pada tahun 1956, dikenal ada
enam jenjang ranah kognitif. Jenjang ini bersifat hierarkis, artinya jenjang satu
lebih tinggi dari yang lain, di mana jenjang yang lebih tinggi akan dapat
dicapai apabila yang rendah sudah dapat dikuasai (bersifat hierarks).
a. Pengetahuan
Jenjang pengetahuan mencakup kemampuan seseorang dalam
mengingat semua jenis informasi yang diterimanya. Pada umumnya,
informasi yang diterima manusia akan dimasukkan ke dalam ingatan dan
disimpan di sana dalam periode tertentu. Kemampuan seseorang dalam
mengingat pengetahuan ini beraneka ragam, ada yang dalam jangka
waktu singkat ada pula yang panjang.
Dalam banyak kasus ada pula orang yang melupakan informasi yang
diterimanya, namun apabila diberikan stimulus tertentu ingatan ini akan
pulih kembali. Jenjang ini dianggap yang terendah dilihat dari proses
berpikirnya. Meskipun jenjang ini terendah, tetapi sangat penting. Tanpa
memiliki pengetahuan, seseorang tidak mungkin akan dapat
mengembangkan kemampuan-kemampuan lain yang lebih kompleks.
Contoh. keterampilan jenjang pengetahuan adalah siswa dapat
menyebutkan rumus luas daerah lingkaran yang telah
dipelajari sebelumnya.
b. Pemahaman
Pada jenjang ini informasi yang diterima tidak disimpan begitu saja,
melainkan diolah lebih lanjut menjadi sesuatu yang lebih tinggi
kedudukannyaKemampuan mengolah informasi akan menunjukkan siswa
memahami informasi yang diberikan kepadanya, bukan hanya sekadar
mengulang yang diberitahukan kepadanya. Contohnya adalah siswa dapat
8
b. Memahami/mengerti (Understand)
Memahami/mengerti dapat dikatakan sebagai seorang siswa mampu
membuat/membangun sebuah pengertian baru berdasarkan informasi
yang telah didapatkan sebelumnya. Yang mana sumber informasi ini
dapat didapatkan dari berbagai sumber seperti pesan, koran, bacaan,
komunikasi ataupun buku pengetahuan. Kategori memahami mencakup:
1) Mengklasifikasikan (Classification), merupakan seorang siswa dapat
mengelompokkan sesuatu objek masuk ke dalam kategori tertentu,
atau dapat mengenali suatu objek merupakan anggota dari kategori
tertentu. Contoh: Ketika siswa diberikan banyak gambar segitiga dan
diminta mengelompokkan berdasarkan sifat tertentu.
2) Membandingkan (Comparing), merupakan seorang siswa mampu
mengetahui ataupun mengenali perbedaan dan persamaan dari suatu
objek. Contoh: siswa mampu menjelaskan dasar pengelompokan
segitiga sesuai dengan kriteria tertentu, misalnya dilihat dari ukuran
sisinya, dilihat dari sudutnya dan lain-lain.
c. Menerapkan (Applying)
Menerapkan dapat menunjukkan seorang siswa mampu
menggunakan ataupun memanfaatkan suatu prosedur ataupun metode
yang telah ada untuk melaksanakan suatu percobaan atau menyelesaikan
permasalahan. Menerapkan meliputi:
1) Menjalankan prosedur (Executing), dapat diartikan sebagai seorang
siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan atau dalam
melakukan suatu percobaan, mereka hanya tinggal menetapkan
prosedur yang pasti untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dan
menjalankannya sesuai dengan tahapan yang ada. Contohnya siswa
mampu menggunakan prosedur cara menggambar lingkaran dalam
atau luar segitiga.
11
f. Menciptakan (Creating)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur
secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan
mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan
mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang
berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan
pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun
menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatifnamun tidak secara
total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan.
Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan
dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan
menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada
dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa
bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan
pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.
Menciptakan meliputi:
1) Menggeneralisasikan (Generating) merupakan kegiatan
merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis
yang diperlukan.
2) Memproduksi (Producing) mengarah pada perencanaan untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
3) Pada revisi Taksonomi Bloom yang dilakukan oleh Krathwohl ini
ditambahkan adanya matriks untuk memudahkannya dalam
penyusunan tujuan pembelajaran, tugas atau kegiatan belajar dan
penilaian hasil belajar. Matriks tersebut dapat dijadikan sebagai
acuan guru di sekolah dalam pembuat soal-soal yang beragam.
14
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berhubungan dengan minat, perhatian, sikap, emosi, yang
nghargaan, proses, internalisasi dan pembentukan karakteristik diri. engan
athwohl, Bloom, dan Masia (1964) membagi ranah afektif dalam lima ipun
jang. Seperti juga dalam ranah kognitif, ranah afektif juga bersifat tidak rarki.
Kelima jenjang tersebut adalah sebagai berikut:
a. Penerimaan (Receiving)
Jenjang ini adalah pembuka alat indra seseorang terhadap dunia
luardaan Pada jenjang ini ada kesediaan yang bersangkutan untuk
menerima pada komunikasi yang ada di sekelilingnya. Dengan perkataan
lainjenjang alisis ini adalah jenjang di mana kita memberikan kesempatan
kepada nyadiri kita untuk berubah. Hanya dengan kesediaan tersebut
kognitif Euatu dikerahkan, nilai-nilai kepribadian dihadapkan pada situasi
luar, dan kemampuan psikomotorik dipersiapkan. Contohnya adalah
mendengarkan pendapat orang lain.
b. Penanggapan (Responding)
Penanggapan adalah jenjang yang menerima stimulus dan jugantuk
memberikan reaksi atau jawaban terhadap stimulus tersebut. Anggukan
terhadap apa yang dikatakan scorang siswa merupakan penanggapan apa
yang dikatakannya. Contohnya adalah berpartisipasi dalam diskusi kelas.
c. Penghargaan (Valuing)
Pada jenjang ini aktivitas afektif lebih tinggi dari jenjang pemberian
penanggapan. Kalau dalam jenjang penanggapan orang ang
melakukannya baru menunjukkan rasa senang dan gembira dapat
memberikan tanggapan, dalam jenjang penghargaan ini sudah sampai
pada rasa keterikatan, atau memiliki terhadap suatu stimulus. Karena itu
minat dan semangat ditunjukkan kepada stimulus yang adaMungkin
minat dan semangat itu disebabkan oleh nilai stimulus bagi orang yang
bersangkutan dan mungkin pula disebabkan oleh apresiasi orang itu
15
a. Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indra untuk menjadi pegangan dalam membantu
gerakan.
b. Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
c. Respons Terpimpin (Guided Response)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks,
termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
d. Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil
dengan meyakinkan dan cakap.
e. Respons Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-
pola gerakan yang kompleks.
f. Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan
dalam berbagai situasi.
g. Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi kondisi
atau permasalahan tertentu.
Sedangkan Robert Gagne (1974) meninjau hasil belajar yang dimasukkan
dalam lima kategoriyaitu sebagai berikut:
a. Informasi verbal Informasi verbal ialah tingkat pengetahuan yang dimiliki
seseorang yang dapat diungkapkan melalui bahasa lisan maupun tertulis
kepada orang lainSiswa harus mempelajari berbagai bidang ilmu
pengetahuan, baik yang bersifat praktis maupun teoretis. Informasi verbal
sangat penting dalam pengajaran, terutama di sekolah dasar.
17
b. Kemahiran intelektual
Kemahiran intelektual menunjukkan pada kemampuan seseorang
yang berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri.
Kemahiran intelektual ini dapat berupa siswa belajar bagaimana
mengubah pecahan menjadi decimalbagaimana membuat kata kerja yang
cocok dengan subjek kalimat. Gagne selanjutnya membagi kemahiran
intelektual menjadi empat kategori yang diurutkan secara hierarkis, yaitu
sebagai berikut:
1) Diskriminasi jamak
Diskriminasi jamak yaitu kemampuan seseorang dalam mo
membedakan antara objek yang satu dan objek yang lain. Dalam
memersepsi, seseorang akan menanggapi suatu benda ciri-ciri fisik
yang khas, misalnya warna, bentuk, panjang lebar, dan sebagainya.
2) Konsep konkret
Konsep konkret adalah suatu pengertian yang menunjuk pada
objek-objek dalam lingkungan fisik.
3) Konsep yang didefinisikan
Konsep yang didefinisikan, yaitu konsep yang mewakili realita
Fakta hidup tetapi bukan lingkungan hidup fisik, misalnya lingkaran
adalah garis yang berbentuk garis yang berbentuk bundar yang
mempunyai jari-jari yang sama.
4) Kaidah
Kaidah yaitu dua konsep atau lebih yang jika dihubungkan sama
lainnya, maka terbentuk suatu ketentuan yang mewakili suatu
keteraturan, misalnya besi jika dipanaskan akan memuai.
5) Prinsip
Prinsip yaitu terjadinya kombinasi dari beberapa kaidah sehingga
terbentuk suatu kaidah yang lebih tinggi dan lebih kompleks.
18
Mengelola Menghayati
(A4) (A5)
Menganut Mengubah perilaku
Mengubah Berakhlak mulia
Menata Mempengaruhi
Mengklasifikasikan Mendengarkan
Mengkombinasikan Mengkualifikasi
Mempertahankan Melayani
Membangun Menunjukkan
Membentuk Membuktikan
Pendapat Memecahkan
Memadukan
Mengelola
Menegosiasi
Merembuk
3. Ranah Psikomotor
Menirukan Memanipulasi Pengalamiahan Artikulasi
(P1) (P2) (P3) (P4)
Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Mengalihkan
Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan Mempertajam
Menggabungkan Merancang Memutar Membentuk
Melamar Memilah Mengirim Memadankan
Mengatur Melatih Memindahkan Menggunakan
Mengumpulkan Memperbaiki Mendorong Memulai
Menimbang Mengidentifikasikan Menarik Menyetir
Memperkecil Mengisi Memproduksi Menjeniskan
Membangun Menempatkan Mencampur Menempel
Mengubah Membuat Mengoperasikan Menseketsa
Membersihkan Memanipulasi Mengemas Melonggarkan
Memposisikan Mereparasi Membungkus Menimbang
Mengonstruksi Mencampur
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
15