Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi edukatif yang terjadi,
yaitu interaksi yang sadar akan tujuan pembelajaran. Interaksi ini berakar dari
pihak pendidik yaitu guru dan kegiatan belajar secara pedagogis yang pada diri
siswa berproses secara sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan
evaluasi (Dasopang, 2017). Adanya interaksi dalam proses pembelajaran apabila
terdapat aktivitas pembelajaran yang menarik dan bervariasi. Aktivitas merupakan
segala sesuatu baik kegiatan maupun aktifitas yang dilakukan atau kegiatan-
kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas
(Lubis, 2011).
Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan pendidik, dengan
bahan pelajaran, metode penyampaian, strategi pembelajaran, dan sumber belajar
dalam suatu lingkungan belajar (Dasopang, 2017). Jadi aktivitas pembelajaran
adalah segala sesuatu baik kegiatan atau aktivitas yang terjadi baik fisik maupun
non-fisik yang di dalamnya terdapat proses interaksi antara siswa dengan pendidik,
dengan bahan pelajaran, metode penyampaian, strategi pembelajaran, dan sumber
belajar dalam suatu lingkungan belajar.
Tujuan pembelajaran akan dapat tercapai dengan baik apabila terdapat
aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Tujuan pembelajaran dalam bidang
pendidikan yang dirumuskan mengindikasikan apa yang guru inginkan pada siswa
mempelajarinya (Fatmawati, 2013). Aktivitas pembelajaran berpengaruh terhadap
pemcapaian tujuan pembelajaran. Terdapat perbedaan antara aktivitas dengan
tujuan pembelajaran. Aktivitas yaitu alat untuk mencapai tujuan. Tujuan
menentukan hasil dan perubahan-perubahan yang diinginkan (Fatmawati, 2013).
Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang diberikan kepada siswa seperti membaca
buku, mendengarkan, melakukan eksperimen, dan berkaryawisata, semua ini
merupakan cara untuk mencapai tujuan. Untuk merumuskan tujuan pembelajaran,
2

harus mengetahu terlebih dahulu pengetahuan dan proses kognitif yang mesti
dipelajari dan dimiliki (Fatmawati, 2013). Untuk mengetahui proses kognitif siswa
guru dapat menerapkan aktivitas pembelajaran beririentasi taksonomi bloom
revisi.
Taksonomi adalah sebuah kerangka pikir khusus yang berkaitan dengan
pengklasifikasian tujuan-tujuan pendidikan (Fatmawati, 2013). Perumusan tujuan
pendidikan yang jelas dan mudah diukur akan membantu guru dalam
merencanakan kegiatan/aktivitas dalam proses pembelajaran. Revisi taksonomi
Bloom menjelaskan bahwa pengetahuan dibedakan menjadi empat jenis/dimensi
pengetahuan yaitu faktual, konseptual, prosedural dan metakognif, sedangkan
dimensi proses kognitif dibedakan menjadi 6 (enam dimensi) yaitu mengingat
(C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi
(C5) dan mencipta (C6) (Fatmawati, 2013). Keenam dimensi proses kognitif ini
masingmasing diklasifikasikan dalam kategori-kategori. Dengan menerapkan
aktivitas pembelajaran berorientasi taksonomi bloom revisi, siswa dapat
mengembangkan berbagai kemampuannya dalam proses pembelajaran salah
satunya kemampuan berpikir kreatif.
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah yang terdapat dalam makalah ini yaitu untuk
mengetahui:
1. Apa yang dimaksud dengan Taksonomi Tujuan Pembelajaran?
2. Bagaimana dengan Kawasan Kognitif, Afektif dan Psikomotor?
3. Apa Penggunaan KKO Kognitif, Afektif, Psikomotor untuk Materi SD?
C. Tujuan Penulisan
.. Berdasarkan Rumusan Masalah tersebut maka Tujuan Penulisan makalah ini
bertujuan untuk mengetahui:
1. Taksonomi Tujuan Pembelajaran.
2. Kawasan Kognitif, Afektif dan Psikomotor.
3. Penggunaan KKO Kognitif, Afektif, Psikomotor untuk Materi SD.
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Taksonomi Tujuan Pembelajaran
......... Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan, yaitu apa yang
diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Robert F. Meager (Sumiati dan Asra,
2009: 10) memberi batasan yang lebih jelas tentang tujuan pembelajaran, yaitu
maksud yang dikomunikasikan melalui peenyataan yang menggambarkan tentang
perubahan yang diharapkan dari siswa. Menurut H. Daryanto (2005: 58) tujuan
pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil
pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan
diukur. B. Suryosubroto (1990: 23) menegaskan bahwa tujuan pembelajaran
adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa sesudah
ia melewati kegiatan pembelajaran yang bersangkutan dengan berhasil.
Tujuan pembelajaran memang perlu dirumuskan dengan jelas, karena
perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dari
proses pembelajaran itu sendiri. Tujuan pembelajaran tercantum dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP merupakan komponen penting dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang pengembangannya harus dilakukan
secara profesional.
Menurut E. Mulyasa (2010: 222) berikut ini adalah cara pengembangan RPP
dalam garis besarnya. 1) Mengisi kolom identitas 2) Menentukan alokasi waktu
yang dibutuhkan untuk pertemuan. 3) Menentukan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta indikator yang akan digunakan yang terdapat dalam
silabus yang telah disusun. 4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan. 5)
Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang
terdapat dalam silabus. 6) Menentukan metode pembelajaranyang akan digunakan.
7) Menentukan langkah-langkah pembelajaran. 8) Menentukan sumber belajar
4

yang akan digunakan. 9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh


soal, dan teknik penskoran. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
perumusan tujuan pembelajaran harus berdasarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, sera indikator yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran juga
harus dirumuskan secara lengkap agar tidak menimbulkan penafsiran yang
bermacam-macam. Suatu tujuan pembelajaran juga harus memenuhi syarat-syarat
berikut: 1) Spesifik, artinya tidak mengandung penafsiran (tidak menimbulkan
penafsiran yang bermacam-macam) 2) Operasional, artinya mengandung satu
perilaku yang dapat diukur untuk memudahkan penyusunan alat evaluasi.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa tujuan pembelajaran
adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa sebagai
akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang
dapat diamati dan diukur. Rumusan tujuan pembelajaran ini harus disesuaikan
dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian siswa.
Selain itu tujuan pembelajaran yang dirumuskan juga harus spesifik dan
operasional agar dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dari prose
pembelajaran.
a. Pengertian Taksonomi Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran, biasa disebut “performance-objectives”. Gerlach
dan Ely dalam Waridjan (1984: 21) mendefinisikan tujuan pembelajaran
sebagai suatu deskripsi perubahan tingkah laku atau hasil perbuatan yang
memberi petunjuk bahwa suatu proses belajar telah berlangsung. Selanjutnya
Briggs (1977) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu
pernyataan tentang apa yang harus dapat dilakukan siswa atau tentang tingkah
laku bagaimana yang diharapkan dari siswa setelah ia menyelesaikan suatu
program pembelajaran tertentu.
Taksonomi pada dasarnya merupakan usaha pengelompokan yang
disusun dan diurut berdasarkan ciri-ciri suatu bidang tertentu. Sebagai contoh,
taksonomi dalam bidang ilmu fisika menghasilkan pengelompokan benda
5

kedalam benda cair, benda padat, dan gas. Taksonomi dalam bidang ilmu
botani mengelompokkan tumbuhan berdasakan karakteristik tertentu,
misalnya kelompok tumbuhan bersel satu dan tumbuhan bersel banyak.
Taksonomi tujuan pembelajaran adalah pengelompokan tujuan pembelajaran
dalam kawasan kognitif, afektif dan psikomotorik. Sebagai seorang pendidik,
maka guru perlu memahami berbagai taksonomi tujuan untuk memperoleh
wawasan yang lebih luas tentang tujuan pembelajaran, dan dapat memilih
mana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diasuh dan kegiatan
pembelajaran yang dirancangnya.
Taksonomi tujuan pembelajaran diperlukan dengan pertimbangan sebagai
berikut:
a. Perlu adanya kejelasan terminologi tujuan yang digunakan dalam tujuan
pembelajaran karena tujuan pembelajaran berfungsi untuk memberikan
arah kepada proses belajar dan menentukan perilaku yang dianggap
sebagai bukti hasil belajar.
b. Sebagai alat yang akan membantu guru dalam mendeskripsikan dan
menyusun tes, teknik penilaian dan evaluasi.
b. Komponen Tujuan Pembelajaran
Mager dalam Dick dan Carey (1990) mengemukakan bahwa dalam
penyusunan Tujuan Pembelajaran harus mengandung tiga komponen, yaitu;
(1) perilaku (behavior), (2) kondisi (condition), dan (3) derajat atau kriteria
(degree). Instructional Development Institute (IDI) menambahkan satu
komponen yang perlu juga dispesifikasikan dalam merumuskan Tujuan
Pembelajaran, yaitu sasaran (audience), sehingga rumusan tujuan itu menjadi
empat komponen, yaitu: a) Audience, b) Behavior, c) Conditions, d) Degree.
Komponen-komponen tersebut lebih mudah diingat dengan bantuan
mnemonik ABCD.
a. A = Audience yaitu siswa yang akan belajar.
6

b. B = Behavior yaitu perilaku spesifik yang akan dimunculkan oleh siswa


setelah selesai proses belajarnya dalam pelajaran tersebut. Perilaku ini
terdiri atas dua bagian penting, yaitu kata kerja dan objek.
c. C = Condition yaitu keadaan atau dalam keadaan bagaimana siswa
diharapkan mendemonstrasikan perilaku yang dikehendaki saat ia dites.
d. D = Degree yaitu tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku
tersebut. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas maksimal dari
penampilan suatu perilaku yang dianggap dapat diterima. Di bawah batas
itu berarti siswa belum mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
B. Kawasan Kognitif, Afektif dan Psikomotor
Taksonomi tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga kawasan atau kelompok,
yaitu kawasan Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. Taksonomi Bloom
mengelompokkan tujuan kognitif kedalam enam kategori. Keenam kategori ini
mencakup kompetensi keterampilan intelektual dari yang sederhana, yaitu tingkat
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis sampai dengan yang paling
kompleks yaitu tingkat evaluasi. Dengan demikinan, tujuan kognitif berorientasi
kepada kemampuan “berpikir” mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana, yaitu “mengingat”, sampai dengan kemampuan untuk memecahkan
suatu masalah (problim solving) yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan
menggabungkan gagasan, metode dan prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk
memecahkan masalah tersebut. Tujuan kogitif selalu digunakan didalam proses
pembelajaran.
Bloom membagi hasil belajar atas tiga ranah hasil, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Pembagian ini dikenal dengan istilah Taksonomi Bloom. Ranah
Kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, ranah afektif berhubungan
dengan kemampuan perasaan, sikap dan kepribadian, sedangkan ranah
psikomotorik berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menunjukkan
keterampilan motorik yang dikendalikan oleh kematangan psikologis.
7

1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir seseorang.
Dalam taksonomi Bloom yang dikembangkan pada tahun 1956, dikenal ada
enam jenjang ranah kognitif. Jenjang ini bersifat hierarkis, artinya jenjang satu
lebih tinggi dari yang lain, di mana jenjang yang lebih tinggi akan dapat
dicapai apabila yang rendah sudah dapat dikuasai (bersifat hierarks).
a. Pengetahuan
Jenjang pengetahuan mencakup kemampuan seseorang dalam
mengingat semua jenis informasi yang diterimanya. Pada umumnya,
informasi yang diterima manusia akan dimasukkan ke dalam ingatan dan
disimpan di sana dalam periode tertentu. Kemampuan seseorang dalam
mengingat pengetahuan ini beraneka ragam, ada yang dalam jangka
waktu singkat ada pula yang panjang.
Dalam banyak kasus ada pula orang yang melupakan informasi yang
diterimanya, namun apabila diberikan stimulus tertentu ingatan ini akan
pulih kembali. Jenjang ini dianggap yang terendah dilihat dari proses
berpikirnya. Meskipun jenjang ini terendah, tetapi sangat penting. Tanpa
memiliki pengetahuan, seseorang tidak mungkin akan dapat
mengembangkan kemampuan-kemampuan lain yang lebih kompleks.
Contoh. keterampilan jenjang pengetahuan adalah siswa dapat
menyebutkan rumus luas daerah lingkaran yang telah
dipelajari sebelumnya.
b. Pemahaman
Pada jenjang ini informasi yang diterima tidak disimpan begitu saja,
melainkan diolah lebih lanjut menjadi sesuatu yang lebih tinggi
kedudukannyaKemampuan mengolah informasi akan menunjukkan siswa
memahami informasi yang diberikan kepadanya, bukan hanya sekadar
mengulang yang diberitahukan kepadanya. Contohnya adalah siswa dapat
8

menuliskan kembali informasi yang diberikan dalam bentuk kata-kata


atau daftar acak ke dalam bentuk tabel maupun diagram.
c. Aplikasi
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan sesuatu dalam situasi
tertentu. Kemampuan menggunakan sesuatu itu memerlukan
pertimbangan mengenai relevansi perhatian terhadap rincian, ketelitian
dan ketelatenan. Unsur kreativitas juga diperlukan dalam
mengembangkan kemampuan aplikasi. Contohnya adalah siswa dapat
menggunakan konsep luar daerah lingkaran untuk menghitung banyak
rumput yang dihabiskan seekor kambing yang diikat di sebuah pohon
yang terletak di sebuah padang rumput.
d. Analisis
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk melihat bagian-bagian
atar komponen-komponen dari satu kesatuan yang utuh. Komponen yan,
dimaksud dapat berupa bagian apa saja yang terdapat pada suatu
informasi misalnya fakta teori pendapat, asumsi hipotesis, generalisasi
kesimpulan, dan sebagainya. Contohnya adalah siswa.
e. Sintesis
Berkebalikan dengan analisis, sintesis adalah kemampuan siswa
dalam melihat hubungan antara komponen-komponen yang terpisah dan
menyimpulkan apa yang ia peroleh dari hubungan tersebut. Contohnya
adalah ketika siswa mampu menyusun rekomendasi untuk pembelian
kartu perdana provider tertentu dengan mempertimbangkan berbagai
aspek mulai dari harga kartu, tarif telepon dan SMS, tarif internet dan
ketersediaan sinyal.
f. Evaluasi
Evaluasi adalah kemampuan untuk memberikan pertimbangan visi
mengenai nilai informasi tersebut dengan menggunakan berbagai kriteria,
baik internal maupun eksternal. Kriteria internal adalah kriteria yang
9

dibangunnya sendiri, sedangkan kriteria eksternal adalah kriteria yang


ditetapkan di luar dirinya. Contohnya adalah siswa dapat memberikan
estimasi dari suatu harga saham dilihat dari pertimbangan harga-harga
yang muncul pada bulan-bulan atau tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun 2001, Taksonomi Bloom ranah kognitif ini disempurnakan
oleh Krathwohl yang merupakan murid dari Bloom. Taksonomi ini
disempurnakan dengan kata benda menjadi kata kerja dan menyesuaikan
tingkatan serta komponennya dengan tuntutan abad ke-21. Akan tetapi,
konsep hierarki dari tingkatan kognitif ini tetap dipertahankanPerbedaan
terletak di level ke-6 yaitu Evaluasi yang menjadi tahap ke-5 di edisi revisi
dan ada tambahan "Creating" sebagai level tertinggi di Taksonomi Bloom
Revisi.
Penjelasan masing-masing tingkatan kognitif pada Taksonomi Bloom
Revisi adalah sebagai berikut:
a. Mengingat (Remembering)
Mengingat merupakan usaha menarik kembali informasi yang telah
tersimpan dalam memori dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses
pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan
masalah (problem solving). Mengingat merupakan proses kognitif yang
paling rendah tingkatannya, untuk menjadikan mengingat tersebut
menjadi sebuah pembelajaran yang bermakna, maka kita harus
mengaitkan mengingat ini dengan tahapan yang lebih tinggi nantinya.
Mengingat meliputi dua kegiatan, yakni mengenali dan memanggil
kembali informasi yang tersimpan dalam memori. Contohnya adalah
siswa mampu menyebutkan nama-nama bangun datar yang ditunjukkan
pada gambar.
10

b. Memahami/mengerti (Understand)
Memahami/mengerti dapat dikatakan sebagai seorang siswa mampu
membuat/membangun sebuah pengertian baru berdasarkan informasi
yang telah didapatkan sebelumnya. Yang mana sumber informasi ini
dapat didapatkan dari berbagai sumber seperti pesan, koran, bacaan,
komunikasi ataupun buku pengetahuan. Kategori memahami mencakup:
1) Mengklasifikasikan (Classification), merupakan seorang siswa dapat
mengelompokkan sesuatu objek masuk ke dalam kategori tertentu,
atau dapat mengenali suatu objek merupakan anggota dari kategori
tertentu. Contoh: Ketika siswa diberikan banyak gambar segitiga dan
diminta mengelompokkan berdasarkan sifat tertentu.
2) Membandingkan (Comparing), merupakan seorang siswa mampu
mengetahui ataupun mengenali perbedaan dan persamaan dari suatu
objek. Contoh: siswa mampu menjelaskan dasar pengelompokan
segitiga sesuai dengan kriteria tertentu, misalnya dilihat dari ukuran
sisinya, dilihat dari sudutnya dan lain-lain.
c. Menerapkan (Applying)
Menerapkan dapat menunjukkan seorang siswa mampu
menggunakan ataupun memanfaatkan suatu prosedur ataupun metode
yang telah ada untuk melaksanakan suatu percobaan atau menyelesaikan
permasalahan. Menerapkan meliputi:
1) Menjalankan prosedur (Executing), dapat diartikan sebagai seorang
siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan atau dalam
melakukan suatu percobaan, mereka hanya tinggal menetapkan
prosedur yang pasti untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dan
menjalankannya sesuai dengan tahapan yang ada. Contohnya siswa
mampu menggunakan prosedur cara menggambar lingkaran dalam
atau luar segitiga.
11

2) Mengimplementasikan (Implementing) dapat diartikan sebagai dalam


menyelesaikan suatu permasalahan ataupun dalam melakukan suatu
percobaanSiswa terlebih dahulu harus mengenali dan memahami
permasalahan yang ada, setelah itu barulah siswa menerapkan
prosedur yang ada guna menyelesaikan permasalahan tersebut.
Contohnya adalah siswa membuat gambar modifikasi bangun-bangun
geometri dengan menerapkan konsep garis bagigaris berat, garis
tinggi, lingkaran dalam dan lingkaran luar segitiga.
d. Menganalisis (Analyzing)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana
keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Di sekolah pada
umumnya, lebih mementingkan proses menganalisis. Hal ini dikarenakan,
menganalisis merupakan suatu tahapan yang penting dari suatu proses
pembelajaran, dengan adanya proses menganalisis ini nantinya
diharapkan siswanya mampu berpikir secara kritis. Menganalisis meliputi
dua hal, yaitu:
a. Memberi atribut (Attributing) merupakan menemukan perma-
salahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal
yang menjadi permasalahanKegiatan mengarahkan siswa pada
informasi-informasi asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan
diciptakan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-
unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali
bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik.
b. Mengorganisasikan (Organizing), memungkinkan siswa membangun
hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan potongan
informasi yang diberikan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh
siswa adalah mengidentifikasi unsur yang paling penting dan relevan
12

dengan permasalahan, kemudian melanjutkan dengan membangun


hubungan yang sesuai dari informasi yang telah diberikan.
e. Mengevaluasi (Evaluating)
Mengevaluasi merupakan proses memberikan penilaian berdasarkan
kriteria dan standar yang sudah ada. Biasanya, kriteria yang digunakan
adalah kualitas, efektivitas, efisiensi dan konsistensiKriteria yang
biasanya digunakan adalah kualitasefektivitasefisiensidan konsistensi.
Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar
ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan
sendiri oleh siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian
merupakan dimensi mengevaluasinamun hampir semua dimensi proses
kognitif memerlukan penilaian.
Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian
yang merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat
oleh siswa. Jika standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada
keefektifan hasil yang didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan
keefektifan prosedur yang digunakan maka apa yang dilakukan siswa
merupakan kegiatan evaluasi. Mengevaluasi meliputi berikut:
1) Mengecek (Checking), merupakan menguji konsistensi atau
kekurangan suatu karya berdasarkan kriteria internal. Contohnya
adalah memeriksa apakah kesimpulan yang ditarik sesuai dengandata
yang ada.
2) Mengkritisi (Critiquing), menilai suatu karya baik kelebihan atau
kekurangannya. Berdasarkan kriteria eksternal. Contohnya adalah
untuk memberikan penilaian setuju atau tidak setuju terdapat suatu
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk menaikkan harga
BBM.
13

f. Menciptakan (Creating)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur
secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan
mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan
mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang
berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan
pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun
menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatifnamun tidak secara
total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan.
Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan
dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan
menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada
dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa
bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan
pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.
Menciptakan meliputi:
1) Menggeneralisasikan (Generating) merupakan kegiatan
merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis
yang diperlukan.
2) Memproduksi (Producing) mengarah pada perencanaan untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
3) Pada revisi Taksonomi Bloom yang dilakukan oleh Krathwohl ini
ditambahkan adanya matriks untuk memudahkannya dalam
penyusunan tujuan pembelajaran, tugas atau kegiatan belajar dan
penilaian hasil belajar. Matriks tersebut dapat dijadikan sebagai
acuan guru di sekolah dalam pembuat soal-soal yang beragam.
14

2) Ranah Afektif
Ranah afektif berhubungan dengan minat, perhatian, sikap, emosi, yang
nghargaan, proses, internalisasi dan pembentukan karakteristik diri. engan
athwohl, Bloom, dan Masia (1964) membagi ranah afektif dalam lima ipun
jang. Seperti juga dalam ranah kognitif, ranah afektif juga bersifat tidak rarki.
Kelima jenjang tersebut adalah sebagai berikut:
a. Penerimaan (Receiving)
Jenjang ini adalah pembuka alat indra seseorang terhadap dunia
luardaan Pada jenjang ini ada kesediaan yang bersangkutan untuk
menerima pada komunikasi yang ada di sekelilingnya. Dengan perkataan
lainjenjang alisis ini adalah jenjang di mana kita memberikan kesempatan
kepada nyadiri kita untuk berubah. Hanya dengan kesediaan tersebut
kognitif Euatu dikerahkan, nilai-nilai kepribadian dihadapkan pada situasi
luar, dan kemampuan psikomotorik dipersiapkan. Contohnya adalah
mendengarkan pendapat orang lain.
b. Penanggapan (Responding)
Penanggapan adalah jenjang yang menerima stimulus dan jugantuk
memberikan reaksi atau jawaban terhadap stimulus tersebut. Anggukan
terhadap apa yang dikatakan scorang siswa merupakan penanggapan apa
yang dikatakannya. Contohnya adalah berpartisipasi dalam diskusi kelas.
c. Penghargaan (Valuing)
Pada jenjang ini aktivitas afektif lebih tinggi dari jenjang pemberian
penanggapan. Kalau dalam jenjang penanggapan orang ang
melakukannya baru menunjukkan rasa senang dan gembira dapat
memberikan tanggapan, dalam jenjang penghargaan ini sudah sampai
pada rasa keterikatan, atau memiliki terhadap suatu stimulus. Karena itu
minat dan semangat ditunjukkan kepada stimulus yang adaMungkin
minat dan semangat itu disebabkan oleh nilai stimulus bagi orang yang
bersangkutan dan mungkin pula disebabkan oleh apresiasi orang itu
15

terhadap stimulus tadi. Contohnya adalah peran siswa dalarn


berkontribusi pada kemajuan kelas atau sekolahnya.
d. Pengorganisasian (Organization)
Pengorganisasian terjadi apabila seseorang berada dalam situasi di
mana terdapat lebih dari satu nilai atau sikap. Dalam situasi yang
demikian ia harus dapat menentukan cara mengorganisasikan nilai atau
sikap tersebut. Dan dengan pengorganisasian itu pula ia berhubungan
dengan nilai atau sikap tadi. Contohnya adalah kemampuan siswa untuk
terlibat dalam pergaulan di kelas.
e. Penjatidirian (Characterization)
Dalam jenjang ini nilai sikap sudah menjadi milik seseorang. Jadi
nilai dan sikap bukan saja diterima, disenangi, dihargai, digunakan dalam
kehidupan, serta diorganisasikan dengan nilai dan sikap lainnya, tetapi
sudah mendarah daging pada dirinya. Nilai dan sikap tadi sudah mengatur
cara bertindak dan cara berpikir. Individu itupun siap mempertahankan
nilai dan sikap yang dimilikinya itu dari berbagai serangan (nilai dan
sikap yang telah diinternalisasi). Contohnya adalah menunjukkan rasa
percaya diri ketika bekerja sendiri kooperatif dalam aktivitas kelompok,
bekerja tanpa perlu pengawasan, dan belajar karena keinginan sendiri.
3) Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor herhubungan dengan kemampuan gerak atau
manipulasi yang bukan disebabkan oleh kematangan biologis, kemampuan
gerak atau manipulasi tersebut dikendalikan oleh kematangan psikologis. Jadi
kemampuan tersebut adalah kemampuan yang dapat dipelajari. Bloom dan
kawan-kawannya mengalami kesulitan dalam mengembangkan ranah ini
terutama kekurangan data lapangan yang mereka miliki. Kemudian
fikembangkan kembali oleh Simpson (1966) yang memberikan tujuh jenjang
psikomotor yang bersifat hierarkisTingkatan ranah psikomotor ersebut adalah
sebagai berikut:
16

a. Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indra untuk menjadi pegangan dalam membantu
gerakan.
b. Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
c. Respons Terpimpin (Guided Response)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks,
termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
d. Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil
dengan meyakinkan dan cakap.
e. Respons Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-
pola gerakan yang kompleks.
f. Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan
dalam berbagai situasi.
g. Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi kondisi
atau permasalahan tertentu.
Sedangkan Robert Gagne (1974) meninjau hasil belajar yang dimasukkan
dalam lima kategoriyaitu sebagai berikut:
a. Informasi verbal Informasi verbal ialah tingkat pengetahuan yang dimiliki
seseorang yang dapat diungkapkan melalui bahasa lisan maupun tertulis
kepada orang lainSiswa harus mempelajari berbagai bidang ilmu
pengetahuan, baik yang bersifat praktis maupun teoretis. Informasi verbal
sangat penting dalam pengajaran, terutama di sekolah dasar.
17

b. Kemahiran intelektual
Kemahiran intelektual menunjukkan pada kemampuan seseorang
yang berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri.
Kemahiran intelektual ini dapat berupa siswa belajar bagaimana
mengubah pecahan menjadi decimalbagaimana membuat kata kerja yang
cocok dengan subjek kalimat. Gagne selanjutnya membagi kemahiran
intelektual menjadi empat kategori yang diurutkan secara hierarkis, yaitu
sebagai berikut:
1) Diskriminasi jamak
Diskriminasi jamak yaitu kemampuan seseorang dalam mo
membedakan antara objek yang satu dan objek yang lain. Dalam
memersepsi, seseorang akan menanggapi suatu benda ciri-ciri fisik
yang khas, misalnya warna, bentuk, panjang lebar, dan sebagainya.
2) Konsep konkret
Konsep konkret adalah suatu pengertian yang menunjuk pada
objek-objek dalam lingkungan fisik.
3) Konsep yang didefinisikan
Konsep yang didefinisikan, yaitu konsep yang mewakili realita
Fakta hidup tetapi bukan lingkungan hidup fisik, misalnya lingkaran
adalah garis yang berbentuk garis yang berbentuk bundar yang
mempunyai jari-jari yang sama.
4) Kaidah
Kaidah yaitu dua konsep atau lebih yang jika dihubungkan sama
lainnya, maka terbentuk suatu ketentuan yang mewakili suatu
keteraturan, misalnya besi jika dipanaskan akan memuai.
5) Prinsip
Prinsip yaitu terjadinya kombinasi dari beberapa kaidah sehingga
terbentuk suatu kaidah yang lebih tinggi dan lebih kompleks.
18

Berdasarkan prinsip dapat dicontohkan orang mampu


menyelesaikan soal.
C. Penggunaan KKO Kognitif, Afektif, Psikomotor untuk Materi SD
1. Ranah Kognitif

(C1) (C2) (C3)


Pengetahuan Pemahaman Aplikasi
Mengutip Memperkirakan Memerlukan
Menyebutkan Menjelaskan Menyesuaikan
Menjelaskan Mengkategorikan Mengalokasikan
Menggambar Mencirikan Mengurutkan
Membilang Merinci Menerapkan
Mengidentifikasi Mengasosiasikan Menentukan
Mendaftar Membandingkan Menugaskan
Menunjukkan Menghitung Memperoleh
Memberi label Mengkontraskan Mencegah
Memberi indeks Mengubah Mencanangkan
Memasangkan Mempertahankan Mengkalkulasi
Menamai Menguraikan Menangkap
Menandai Menjalin Memodifikasi
Membaca Membedakan Mengklasifikaskan
Menyadari Mendiskusikan Melengkapi
Menghafal Menggali Menghitung
Meniru Mencontohkan Membangun
Mencatat Menerangkan Membiasakan
Mengulang Mengemukakan Mendemonstrasikan
Mereproduksi Mempolakan Menurunkan
Meninjau Memperluas Menentukan
19

(C4) (C5) (C6)


Analisis Evaluasi Kreasi
Menganalisis Mempertimbangkan Mengabstrasi
Mengaudit/Memeriksa Menilai Menganimasi
Membuat blueprint Membandingkan Mengatur
Membuat garis besar Menyimpulkan Mengumpulkan
Memecahkan Mengkotraskan Mendanai
Mengkarakteristikkan Mengarahkan Mengkategorikan
Membuat dasar Mengkritik Mengkode
pengelompokkan Menimbang Mengkombinasikan
Merasionalkan Mempertahankan Menyusun
Menegaskan Memutuskan Mengarang
Membuat dasar Memisahkan Membangun
pengkontras Memprediksi Menanggulangi
Mengkorelasikan Menilai Menghubungkan
Mendeteksi Memperjelas Menciptakan
Mendiagnosis Merangking Mengkreasikan
Mendiagramkan Menugaskan Mengkoreksi
Mendiversifikasi Menafsirkan Memotret
Menyeleksi Memberi pertimbangan Merancang
Memerinci ke bagian- Membenarkan Mengembangkan
bagian Mengukur Merencanakan
Menominasikan Memproyeksi Mendikte
Mendokumentasikan
Menjamin
Menguji
20

Penjelasan tentang C1 sampai dengan C6 antara lain:


a. Pengetahuan (C1) adalah kemampuan untuk mengingat.
b. Pemahaman (C2) adalah kemampuan untuk mengerti.
c. Penerapan (C3) adalah kesanggupan untuk menggunakan maupun
menerapkan.
d. Analisis (C4) adalah kemampuan merinci dan menguraikan menjadi
bagian-bagian.
e. Sintesis (C5) adalah kemampuan untuk memadukan unsur-unsur menjadi
pola yang terstruktur atau pola baru.
f. Penilaian (C6) adalah kemampuan untuk membuat pertimbangan
terhadap suatu kondisi, nilai, atau ide.
2. Ranah Afektif
Menerima Menanggapi Menilai
(A1) (A2) (A3)
Memilih Menjawab Mengasumsikan
Mempertanyakan Membantu Meyakini
Mengikuti Mengajukan Melengkapi
Memberi Mengompromikan Meyakinkan
Menganut Menyenangi Memperjelas
Mematuhi Menyambut Memprakarsai
Meminati Mendukung Mengimani
Menyetujui Mengundang
Menampilkan Menggabungkan
Melaporkan Mengusulkan
Memilih Menekankan
Mengatakan Menyumbang
Memilah
Menolak
21

Mengelola Menghayati
(A4) (A5)
Menganut Mengubah perilaku
Mengubah Berakhlak mulia
Menata Mempengaruhi
Mengklasifikasikan Mendengarkan
Mengkombinasikan Mengkualifikasi
Mempertahankan Melayani
Membangun Menunjukkan
Membentuk Membuktikan
Pendapat Memecahkan
Memadukan
Mengelola
Menegosiasi
Merembuk

Penjelasan tentang A1 sampai dengan A5 antara lain:


a. Menerima (A1) adalah kemampuan memperhatikan dan memberikan
respon terhadap sitimulasi yang tepat.
b. Menanggapi/merespon (A2) adalah keterlibatan secara aktif.
c. Menilai/Menentukan sikap (A3) adalah cara mengaitkan diri pada suatu
kejadian.
d. Mengelola (A4) adalah kegiatan menyatukan sikap-sikap atau nilai-nilai.
e. Menghayati (A5) adalah karakterisasi kedalam pribadi.
22

3. Ranah Psikomotor
Menirukan Memanipulasi Pengalamiahan Artikulasi
(P1) (P2) (P3) (P4)
Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Mengalihkan
Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan Mempertajam
Menggabungkan Merancang Memutar Membentuk
Melamar Memilah Mengirim Memadankan
Mengatur Melatih Memindahkan Menggunakan
Mengumpulkan Memperbaiki Mendorong Memulai
Menimbang Mengidentifikasikan Menarik Menyetir
Memperkecil Mengisi Memproduksi Menjeniskan
Membangun Menempatkan Mencampur Menempel
Mengubah Membuat Mengoperasikan Menseketsa
Membersihkan Memanipulasi Mengemas Melonggarkan
Memposisikan Mereparasi Membungkus Menimbang
Mengonstruksi Mencampur

Penjelasan tentang P1 sampai dengan P4 antara lain:


a. Peniruan adalah kegiatan memberi respons serupa dengan yang diamati.
b. Manipulasi adalah kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan,
gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui
latihan.
c. Ketetapan adalah kemampuan yang memerlukan kecermatan, proporsi
dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih
terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi seminimal mungkin.
d. Artikulasi adalah menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan
membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau
konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
23

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

 Bloom, S. Benyamin, et. al. (1977). Taxonomy of Educational Objectives.


The Classification of Educational Goals, Hand Book 1, Cognitive Domain,
David Mc Kay Company, Inc. New York.
 Briggs, L. J. , et al. (1978). Instructional Design. NewJersey: Educational
Technology Publ.
 Dick, W. dan Carey.L. (1990). The Systematic Design of Instruction. Edisi
revisi 3 Glenview, Illionois, Scott, Foresman and Company.
 Soekartawi, (1995). Mengajar yang Efektif. Jakarta: Pustaka Jaya.
 Suparman, Atwi. (1997). Desain Instruksional. PAU-PPAT-UT, Ditjen. Dikti.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
 Waridjan, dkk. (1984). Pengembangan Kurikulum dan Sistem Instruksional.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal
Perguruan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan
24

15

Anda mungkin juga menyukai