KELOMPOK : 9 (SEMBILAN)
TUGAS KE :6
MINGGU KE :7
OLEH
NAMA : SYARIFA RAHMI ANORI (16033033)
NIM/BP : 16033033/2016
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA 2016
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
1
DAFTAR ISI
BAB II
2
KAJIAN TEORI
Tujuan belajar berfungsi sebagai acuan dari semua komponen rancangan atau desain
instruksional. Oleh karena itu tujuan belajar harus dirumuskan secara tepat/jitu sesuai
dengan tingkah laku/kemampuan aktual yang harus dimiliki oleh mahasiswa
(pembelajar) setelah selesai belajar sebagai suatu kebulatan kompetensi. Struktur
komponen-komponen itu dalam keterkaitannya dapat dilihat pada bagan 2 (Soekoer,
1994):
3
TP
TP = Tujuan Pembelajaran
MB = Materi Belajar
MB KB
KB = Kegiatan Belajar
EHB MM
SB MMSB = Metode, Media, dan
Sarana Belajar
Sesuai dengan bagan diatas, Tujuan Belajar harus dirumuskan paling dulu kemudian
baru komponen-komponen yang lain. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari
perumusan tujuan pembelajaran adalah: (1) menentukan tujuan proses pembelajaran, (2)
menentukan persyaratan awal pembelajaran, (3) merancang strategi pembelajaran, (4)
memilih media pembelajaran, (5) menyusun instrumen evaluasi pembelajaran, dan (6)
melakukan tindakan perbaikan pembelajaran.
Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956 menyusun klasifikasi (taxonomy) tujuan
pendidikan/belajar. Menurut mereka Tujuan Pendidikan/Belajar dibagi menjadi tiga
ranah(domain), yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Na mun demikian hi ngga sekara
ng mereka ha nya dapat mengembangkan ranah kognitif dan afektif. Sedangkan ranah
psikomotor dikembangkan orang lain,yaitu Simson pada tahun 1967 dan Harrow pada tahun
1972.
Kawasan kognitif meliputi tujuan pendidikan yang berkenaan dengan ingatan atau
pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan
keterampilan berpikir. Dalam kawasan kognitif ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi enam
jenjang, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, danevaluasi. Keenam
jenjang itu bersifat hierarkikal dimulai dari jenjang yang paling bawah yaitu pengetahuan
sampai ke jenjang yang paling tinggi yaitu evaluasi. Artinya jenjang di bawah menjadi
prasyarat untuk jenjang di atasnya. Jenjang yangbawahnya itu harus dicapai lebih dahulu agar
dapat mencapai jenjang yang di atasnya. Konsep penjenjangan dalam kawasan kognitif ini
4
sangat populer dan sampai saat ini digunakan secara sangat intensif dalam dunia pendidikan,
khususnya dalam pengembangan tes hasil belajar. Intensitas penggunaan tersebut dapat dilihat
dari seringnya buku Taxonomy of Educational Objectives, Handbook I; Cognitive Domain
karangan Benjamin S. Bloom (1956) sudah dicetak ke-21 kalinya pada tahun 1977.
Dalam bentuk gambar taksonomi tujuan pendidikan untuk kawasan kognitif menurut
Bloom tampak sebagai berikut (Suparman, 2005):
Secara singkat setiap jenjang taksonomi tujuan pendidikan dalam kawasan kognitif
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Pengetahuan(Knowledge)
Penerapan meliputi penggunaan konsep atau ide, prinsip, atau teori, dan prosedur, atau
metode yang telah dipahami mahasiswa ke dalam praktikmemecahkan masalah atau
5
melakukan suatu pekerjaan.Perilaku penerapan sangat banyak digunakan dalam
merumuskan tujuan pendidikan yang dimaksudkan untuk menghasilkan mahasiswa
yang mampu bekerja dengan menerapkan teori yang telah dipelajarinya.
(4) Analisis(Analysis)
Analisis meliputi perilaku menjabarkan atau menguraikan (break down) konsep menjadi
bagian-bagian yang lebih rinci dan menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar
bagian-bagian tersebut.Kemampuan menganalisis suatu konsep sangat dipengaruhi
pemahaman mahasiswa terhadap konsep tersebut dan kemampuan berpikir untuk
memilah-milah, merinci, dan mengaitkan hasil rinciannya. Proses berpikir dalam
menganalisis sangat intensif dan dalam.
(5) Sintesis(Synthesis)
(6) Evaluasi(Evaluation)
Tujuan pembelajaran kelompok ini menekankan keinginan untuk berbuat sesuatu sebagai
reaksi terhadap suatu gagasan, benda atau sistem nilai lebih dari sekedar pengenalan saja.
Dalam hal ini peserta didikdiharapkan untuk menunjukkan perilaku yang diminta,
misalnya: berpartisipasi, patuh, atau memberikan tanggapan secara sukarela bila diminta.
6
(3) Penghargaan terhadap nilai (Valuing)
Penghargaan terhadap nilai merupakan perasaan, keyakinan atau tanggapan bahwa suatu
gagasan, benda atau cara berpikir tertentu memiliki nilai (worth). Dalam hal ini peserta
didik secara konsisten berperilaku sesuai dengan suatu nilai meskipun tidak ada pihak
lain yang meminta atau mengharuskan. Nilai dan value ini dapat saja dipelajari dari
orang lain, misalnya: instruktur, dosen, teman, atau keluarga.
Tujuan pembelajaran pada tingkat ini mengharapkan peserta didik untuk dapat meniru
suatu perilaku yang dilihatnya.
Pada tingkat ini peserta didik diharapkan untuk melakukan suatu perilaku tanpa bantuan
visual sebagaimana perilakau pada tingkat meniru. Peserta didik diberi petunjuk berupa
tulisan atau instruksi verbal dan diharapkan melakukan tindakan yang diminta.
7
(3) Ketetapan Gerakan (Precision)
Pada tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan suatu perilaku tanpa
menggunakan contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan lancar,
tepat, seimbang, dan akurat.
Pada tingkat ini peserta didik diharapkan untuk menunjukkan serangkaian gerakan
dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat.
Pada tingkat ini peserta didik diharapkan melakukan gerakan tertentu secara spontan atau
otomatis. Peserta didik melakukan gerakan tersebut tanpa berpikir lagi cara melakukan
dan urutannya.
Penyusunan Tujuan Pembelajaran (TP) yang baik perlu melibatkan unsur-unsur yang
dikenal dengan ABCD, yang berasal dari empat kata sebagai berikut:
A = Audience
B = Behavior
C = Condition
D = Degree
A = Audience adalah pelaku yang menjadi kelompok sasaran pembelajaran, yaitu siswa.
Dalam TP harus dijelaskan siapa siswa yang mengikuti pelajaran itu. Keterangan mengenai
kelompok siswa/mahasiswa yang akan manjadi kelompok sasaran pembelajaran diusahakan
sespesifik mungkin. Misalnya, siswa/mahasiswa jenjang pendidikan apa, kelas berapa,
semester berapa, dan bahkan klasifikasi pengelompokan siswa/mahasiswa tertentu. Batasan
yang spesifik ini penting artinya agar sejak awal mereka yang tidak termasuk dalam batasan
tersebut sadar bahwa bahan pembelajaran yang dirumuskan atas dasar TP itu belum tentu
sesuai bagi mereka. Mungkin bahan pembelajarannya terlalu mudah, terlalu sulit. Atau tidak
sesuai dengan kebutuhannya.
B = Behavior adalah perilaku spesifik khusus yang diharapkan dilakukan peserta didik
setelah selesai mengikuti proses pembelajaran. Perilaku ini terdiri atas dua bagian penting,
yaitu kata kerja dan objek. Kata kerja menunjukkan bagaimana peserta didik
mempertunjukkan sesuatu, seperti: menyebutkan, menganalisis, menyusun, dan sebagainya.
8
C = Condition adalah kondisi yang dijadikan syarat atau alat yang digunakan pada saat
peserta didik diuji kinerja belajarnya. TP yang baik di samping memuat unsur penyebutan
audens (peserta didik sebagai subyek belajar) dan perilaku, hendaknya pula mengandung
unsur yang memberi petunjuk kepada penyusun tes mengenai kondisi atau dalam keadaan
bagaimana siswa diharapkan mempertunjukkan perilaku yang dikehendaki pada saat diuji.
D = Degree adalah derajat atau tingkatan keberhasilan yang ditargetkan harus dicapai
peserta didik dalam mempertunjukkan perilaku hasil belajar. Target perilaku yang diharapkan
dapat berupa: melakukan tanpa salah, dalam batas waktu tertentu, pada ketinggian tertentu,
atau ukuran tingkatan keberhasilan lainnya.
A B
sebuah kusen pintu yang harus selesai dalam waktu 180 menit dan hasilnya D
B. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus
dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi
yang telah ditetapkan, oleh karena itulah maka kompetensi dasar merupakan penjabaran
dari standar kompetensi
Langah-langkah Penyusunan Kompetensi Dasar
Adapun dalam mengkaji Kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana yang tercantum
pada standar isi dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/ atau tingkat kesulitan materi,
tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada distandar isi.
2. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran.
3. Pada dasarnya rumusan kompetensi dasar itu ada yang operasional maupun yang tidak
operasional karena setiap kata kerja tindakan yang berada pada kelompok
9
pemahaman dan juga pengetahuan yang tidak bisa digunakan untuk rumusan
kompetensi dasar. Sehinggah langkah-langkah untuk menyusun kompetensi dasar
adalah sebagai berikut:
1) Menjabarkan Kompetensi yang dimaksud, dengan bertanya : “kemampuan
apa saja yang harus dimiliki siswa agar standar kompetensi dapat dicapai?”
jawaban dari pertanyaan tersebut kemudian didaftar baik yang menyangkut
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Adapun Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat merumuskan KD yang baik
adalah sebagai berikut:
1. Rumusan tujuan yang dibuat harus berpusat pada siswa, mengacu kepada
perubahan tingkah laku subjek pembelajaran yaitu siswa sebagai peserta didik.
2. Rumusan KD harus mencerminkan tingkah laku operasional yaitu tingkah laku
yang dapat diamati dan diukur yang dirumuskan dengan menggunakan kata-kata
operadional.
3. Rumusan KD harus berisikan makna dari pokok bahasan atau materi pokok yang
akan diajarkan pada saat kegiatan belajar mengajar ).
C. Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
10
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur
dan/atau dapat diobservasi.
Menurut Depag indikator adalah wujud dari kompetensi dasar yang lebih spesifik.
Sedangkan menurut E Mulyasa indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar
yang menunjukkan tanda-tanda perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan
oleh peserta didik. Indicator juga dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan
pendidikan potensi daerah dan peserta didik dan juga dirumuskan dalam rapat kerja
operasional yang dapat diukur dan diobservasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar
dalam penyusunan alat penilaian.
Jadi indikator adalah merupakan kompetensi dasar secara spesifisik yang dapat
dijadikan untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran dan juga dijadikan tolak ukur
sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu
1. Kognitif Meliputi:
a. Knowledge (pengetahuan) yaitu, menyebutkan, menuliskan, menyatakan,
mengurutkan, mengidentifikasi, mendefinisikan, mencocokkan, memberi
nama, memberi leber, dan melukiskan.
b. Comprehension (pemahaman) yaitu, menerjemahkan, mengubah,
menggeneralisasikan, menguraikan, menuliskan kembali, merangkum,
membedakan, mempertahankan, menyimpulkan, mengemukakan pendapat,
dan menjelaskan.
c. Application (penerapan) yaitu, mengoperasikan, menghasilkan, mengatasi,
mengubah, menggunakan, menunjukkan, mempersiapkan, dan menghitung.
Analysisi (analisis) yaitu, menguraikan, membagi-bagi, memilih dan
membedakan.
d. Syntnesis (sintesisi) yaitu, merancang, merumuskan, mengorganisasikan,
menerapkan, memadukan, dan merencanakan.
11
e. Evaluation (evaluasi) yaitu, mengkritisi, menafsirkan dan memberikan
evaluasi.
1. Efektif meliputi:
1) Receiving (penerimaan) yaitu mempercayai, memilih, mengikuti, bertanya,
dan mengalokasikan.
2) Responding (menanggapi) yaitu, konfirmasi, menjawab, membaca,
membantu, melaksanakan, melaporkan, dan menampilkan.
3) Valuing (penanaman nilai) yaitu, menginisiasi, mengundang, melibatkan,
mengusulkan, dan melakukan.
4) Organization (pengorganisasian) yaitu, menverivikasi, menyusun,
menyatukan, menghubungkan dan mempengaruhi.
5) Characterization (karakterisasi) yaitu menggunakan nilai-nilai sebagai
pandangan hidup, mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini.
12
3. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat
dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan
kebutuhan peserta didik.
4. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi.
5. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat
kompetensi dan materi pembelajaran.
6. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga
menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.
7. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian
yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
D. Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar (Learning experience) adalah sejumlah aktifitas siswa yang
dilakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai. Pengalaman belajar menurut Gagne ada delapan pengalaman
belajar, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Kedelapan tipe belajar
disebutkan sebagai berikut :
a. Belajar signal, yaitu belajar melalui isyarat atau tanda
b. Belajar mereaksi rangsang perangsang melalui penguatan
c. Pengalaman belajar membentuk rangkaian (chaining)
d. Belajar asosiasi verbal, yaitu belajar dengan kata – kata jika ia menerima
rangsangan
e. Belajar membedakan atau diskriminasi, yaitu pengalaman belajar mengenal
sesuatu karena mempunyai kekhasan tertentu, walaupun seseorang itu
menghadapi objek yang sama namun tetap saja dapat membedakannya
Belajar konsep adalah pengalaman belajar dengan menentukan ciri atau atribut
dari objek yang dipelajarinya sehingga objek tersebut ditempatkan dalam klasifikasi
tertentu
Belajar aturan atau hukum
Belajar problem solving
Disamping itu ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan manakala kita akan
mengembangkan pengalaman belajar, yaitu :
13
1) Berorientasi pada tujuan
Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Efektivitas
pengembangan pengalaman belajar ditentukan dari keberhasilan siswa maencapai
tujuan pembelajaran
2) Aktivitas
Pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong agar siswa beraktivitas
melakukan sesuatu. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan
tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktifitas mental.
3) Individualitas
Mengajar adalah usaham=engembangkan etiap individu. Oleh karena itu
pengalaman belajar dirancang untuk setiap individu.
4) Integritas
Mengajar harus dipandang sebagi usaha mengambangkan seluruh pribadi siswa.
Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja. Akan tetapi juga
meliputi aspek afektif dan psikomotorik.
Oleh karena itu merancang pengalaman belajar siswa harus dapat mengembangkan
seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegritas. Ada sejumlah prinsip khusus
untuk merancang pengalaman belajar yaitu : interaktif, Inspiratif, Menyenangkan,
menantang dan motivasi.
2. Tahap Instruksional
1. Tahap kedua adalah tahap pengajaran atau tahap inti yakni
tahapan memberikan pengalaman belajar pada siswa.
Tahap ini berfungsi memberikan sebuah pengetahuan baru
pada bab selanjutnya. Tahap ini sangat tergantung pada
straegi pembelajaran yang akan diterapkan. Secara umum
dapat didefinisikan beberapa kegiatan yaitu :
14
a. Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicaapi
siswa.
b. Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu.
c. Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi
d. Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaliknya diberikan contoh
– contoh konkret.
e. Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan
setiap pokok matri yang sangat diperlukan.
f. Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi.
ت اللحعكزيِمز اللححككيِمم
ك أحلن ح
ب حواللكحلكحمةح حويِمحزككيِكهلم إكنن ح
ك حويِمحعلكممهممم اللككحتاَ ح
ث كفيِكهلم حرمسوُل ا كملنهملم يِحلتملوُ حعلحليِكهلم آحيِاَتك ح
حربنحناَ حوالبحع ل
“ Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang
akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada
mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
“Dan ingatlah ketika luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran
kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar.
Surat Luqman ayat 14
ي اللحم ك
صيِمر ك إكلح ن صليِحناَ اكلنحساَحن بكحوُالكحدليِكهُ حححملحلتهُم أمممهُ مم حولهناَ ا حعحلىَ حولهن حوفك ح
صاَملهُ مم كفي حعاَحمليِكن أحكن الشمكلر كلي حولكحوُالكحدليِ ح حوحو ن
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang tua (ibu
bapaknya); ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
15
tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku, dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
BAB III
PEMBAHASAN
KOMPETENSI INTI
Sejumlah kompetensi dasar yang diperlukan untuk melaksanakan/melakukan pekerjaan tertentu
16
KOMPETENSI DASAR
Uraian fungsi dan tugas atau pekerjaa n yang mendukung tercapainya standar kopetensi
(kualifikasi)
SUB KOMPETENSI
Merupakan sejumlah fungsi dan tu gas atau pekerjaan yang mendukung ketercapaian kompetensi
dasar dan merupakan aktifitas yang dapat diamati
ACUAN PENILAIAN
Pernyataan-pernyataan kondisi atau konteks sebagai acuan dalam melaksanakan penilaian
Contoh:
Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tertulis:
17
Kompetensi Dasar : Menjelaskan pengertian dan fungsi uang
Indikator : 1. Mendeskripsikan pengertian uang
2. Mengidentifikasi fungsi uang
Tujuan Pembelajaran
1) Siswa dapat mendeskripsikan pengertian uang tanpa membuka buku
2) Siswa dapat mendeskripsikan fungsi uang tanpa bantuan teman
Hasil belajar yang dicapai siswa harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran, tujuan pembelajaran sendiri mengacu pada indikator yang
merupakan rincian dari kompetensi dasar.
Contoh:
Kompetensi dasar dalam mata pelajaran Ekonomi adalah menjelaskan
pengertian dan fungsi uang. Maka pemberian materi oleh guru kepada
siswa mengacu pada kompetensi dasar ini yaitu memberikan materi
tentang pengertian uang dan fungsi uang. Secara otomatis siswa akan
mengalami pengalaman belajar sesuai dengan materi yang disampaikan
guru tersebut.
Contoh:
Melanjutkan contoh sebelumnya, pengalaman belajar siswa terkait dengan
materi pengertian dan fungsi uang.Maka evaluasi yang dilakukan guru
mengacu pada kompetensi dasar tersebut, dari evaluasi ini dapat
diketahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa terkait dengan materi
pengertian dan fungsi uang.
18
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Untuk memantau perkembangan mutu pendidikan diperlukan SK. SK dapat
didefinisikan sebagai “pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus dikuasai peserta didik serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam
mempelajari suatu mata pelajaran”
Menurut definisi tersebut, SK mencakup dua hal, yaitu standar isi (content standards),
dan standar penampilan (performance stan-dards).
Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap minimal yang harus
dikuasai oleh peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran yang diberikan dalam
kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Juga merupakan perincian atau penjabaran lebih
lanjut dari standar kompetensi. Adapun penempatan komponen Kompetensi Dasar dalam
silabus sangat penting, hal ini berguna untuk mengingatkan para guru seberapa jauh
tuntutan target kompetensi yang harus dicapainya.
Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan
atau deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk digarisbawahi yaitu dari pemikiran
Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan
dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan
pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis
19
KEPUSTAKAAN
Soekoer (1994). Perumusan Tujuan Belajar. Makalah Penataran Metode Pengajaran Teknologi
Kejuruan tanggal 12-25 Januari 1994. FPTK IKIP Yogyakarta.
Suparman, M.A., 2005. Desain Instruksional. Buku 1.08. Jakarta, PAU untuk Peningkatan Aktivitas
Instruksional, Dirjen Dikti Depdiknas.
20