Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PERENCANAAN PEMBELAJARAN FISIKA

“Perencanaan Rumusan Tujuan Pembelajaran meliputi Kompetensi Dasar, Indikator,,


Pengalaman belajar pada Aspek Kognitif, Psikomotorik dan Sikap”

NAMA : SYARIFA RAHMI ANORI

KELOMPOK : 9 (SEMBILAN)

TUGAS KE :6

MINGGU KE :7

TANGGAL DIKUMPUL: 23 OKTOBER 2018

OLEH
NAMA : SYARIFA RAHMI ANORI (16033033)
NIM/BP : 16033033/2016
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA 2016

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018

1
DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN TEORI


A. Tujuan Pembelajaran
B. Kompetensi Dasar
C. Indikator pembelajaran
D. Pengalaman Belajar
E. Ayat Al-Qur’an terkait Pembelajaran

BAB III PEMBAHASAN


BAB IV KESIMPULAN
KEPUSTAKAAN

BAB II

2
KAJIAN TEORI

A. Perumusan Tujuan Pembelajaran

1. Pengertian Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang


diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat tentang makna tjuan
pembelajaran atau tujuan instruksional. Magner (1962) mendefinisikan tujuan
pembelajaran sebagaitujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh
peserta didik sesuaikompetensi. Sedangkan Dejnozka dan Kavel (1981) mendefinisikan
tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spefisik yangdinyatakan dalam bentuk
perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yangmenggambarkan hasil belajar yang
diharapkan. Percival dan Ellington (1984) mendefinisikan tujuan instruksional adalah
suatupernyataan yang jelas menunjukkan penampilan / keterampilan yang
diharapkansebagai hasil dari proses belajar. Pengertian lain menyebutkan, tujuan
pembelajaran adalah pernyataan mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan
dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir priode pembelajaran (Slavin, 1994). Tujuan
pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan
dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku
kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau
dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.

Penyusunan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalam rangkaian


pengembangan desain pembelajaran. Dari tahap inilah ditentukan apa dan bagaimana harus
melakukan tahap lainnya. Apa yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran menjadi acuan
untuk menentukan jenis materi, strategi, metode, dan media yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa
arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif.

2. Fungsi dan Manfaat Perumusan Tujuan Pembelajaran

Tujuan belajar berfungsi sebagai acuan dari semua komponen rancangan atau desain
instruksional. Oleh karena itu tujuan belajar harus dirumuskan secara tepat/jitu sesuai
dengan tingkah laku/kemampuan aktual yang harus dimiliki oleh mahasiswa
(pembelajar) setelah selesai belajar sebagai suatu kebulatan kompetensi. Struktur
komponen-komponen itu dalam keterkaitannya dapat dilihat pada bagan 2 (Soekoer,
1994):

3
TP
TP = Tujuan Pembelajaran
MB = Materi Belajar
MB KB

KB = Kegiatan Belajar

EHB = Evaluasi Hasil Belajar

EHB MM
SB MMSB = Metode, Media, dan

Sarana Belajar

Gambar 2. Link and Mach Antar Komponen Rancangan Instruksional

Sesuai dengan bagan diatas, Tujuan Belajar harus dirumuskan paling dulu kemudian
baru komponen-komponen yang lain. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari
perumusan tujuan pembelajaran adalah: (1) menentukan tujuan proses pembelajaran, (2)
menentukan persyaratan awal pembelajaran, (3) merancang strategi pembelajaran, (4)
memilih media pembelajaran, (5) menyusun instrumen evaluasi pembelajaran, dan (6)
melakukan tindakan perbaikan pembelajaran.

3. Taksonomi Tujuan Pembelajaran

Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956 menyusun klasifikasi (taxonomy) tujuan
pendidikan/belajar. Menurut mereka Tujuan Pendidikan/Belajar dibagi menjadi tiga
ranah(domain), yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Na mun demikian hi ngga sekara
ng mereka ha nya dapat mengembangkan ranah kognitif dan afektif. Sedangkan ranah
psikomotor dikembangkan orang lain,yaitu Simson pada tahun 1967 dan Harrow pada tahun
1972.

a. Taksonomi Tujuan Kognitif

Kawasan kognitif meliputi tujuan pendidikan yang berkenaan dengan ingatan atau
pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan
keterampilan berpikir. Dalam kawasan kognitif ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi enam
jenjang, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, danevaluasi. Keenam
jenjang itu bersifat hierarkikal dimulai dari jenjang yang paling bawah yaitu pengetahuan
sampai ke jenjang yang paling tinggi yaitu evaluasi. Artinya jenjang di bawah menjadi
prasyarat untuk jenjang di atasnya. Jenjang yangbawahnya itu harus dicapai lebih dahulu agar
dapat mencapai jenjang yang di atasnya. Konsep penjenjangan dalam kawasan kognitif ini
4
sangat populer dan sampai saat ini digunakan secara sangat intensif dalam dunia pendidikan,
khususnya dalam pengembangan tes hasil belajar. Intensitas penggunaan tersebut dapat dilihat
dari seringnya buku Taxonomy of Educational Objectives, Handbook I; Cognitive Domain
karangan Benjamin S. Bloom (1956) sudah dicetak ke-21 kalinya pada tahun 1977.
Dalam bentuk gambar taksonomi tujuan pendidikan untuk kawasan kognitif menurut
Bloom tampak sebagai berikut (Suparman, 2005):

Gambar 1. Taksonomi Tujuan Pendidikan dalam Kawasan Kognitif

Secara singkat setiap jenjang taksonomi tujuan pendidikan dalam kawasan kognitif
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Pengetahuan(Knowledge)

Pengetahuan meliputi perilaku-perilaku (behaviors) yang menekankan pada mengingat


(remembering) seperti_mengingat ide dan fenomena atau peristiwa. Mengingat istilah
dan fakta (tanggal, peristiwa, nama orang, dan tempat), mengingat rumus, mengingat isi
peraturan perundangan,dan definisi, termasuk dalam jenjang taksonomi pengetahuan.
(2) Pemahaman(Comprehention)

Pemahaman meliputi perilaku menerjemahkan, menafsirkan, menyimpulkan, atau


mengekstrapolasi (memperhitungkan) konsep dengan menggunakan kata-kata atau
simbol-simbol lain yang dipilihnya sendiri. Dengan perkataan lain pemahaman meliputi
perilaku yang menunjukkan kemampuan mahasiswa dalam menangkap pengertian suatu
konsep.
(3) Penerapan(Aplication)

Penerapan meliputi penggunaan konsep atau ide, prinsip, atau teori, dan prosedur, atau
metode yang telah dipahami mahasiswa ke dalam praktikmemecahkan masalah atau
5
melakukan suatu pekerjaan.Perilaku penerapan sangat banyak digunakan dalam
merumuskan tujuan pendidikan yang dimaksudkan untuk menghasilkan mahasiswa
yang mampu bekerja dengan menerapkan teori yang telah dipelajarinya.
(4) Analisis(Analysis)

Analisis meliputi perilaku menjabarkan atau menguraikan (break down) konsep menjadi
bagian-bagian yang lebih rinci dan menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar
bagian-bagian tersebut.Kemampuan menganalisis suatu konsep sangat dipengaruhi
pemahaman mahasiswa terhadap konsep tersebut dan kemampuan berpikir untuk
memilah-milah, merinci, dan mengaitkan hasil rinciannya. Proses berpikir dalam
menganalisis sangat intensif dan dalam.
(5) Sintesis(Synthesis)

Sintesis berkenaan dengan kemampuan menyatukan bagian-bagian secara terintegrasi


menjadi suatu bentuk tertentu yang semula belum ada.

(6) Evaluasi(Evaluation)

Kemampuan mengevaluasi berarti membuat penilaian (judgement) tentang nilai (value)


untuk maksud tertentu. Karena membuat penilaian maka prosesnya menggunakan
kriteria atau standar untuk mengatakan sesuatu yang dinilai tersebut seberapa jelas,
efektif, ekonomis, atau memuaskan. Dalam proses evaluasi terlibat kemampuan
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis.

b. Taksonomi Tujuan Afektif

Krathwohl, Bloom dan Maisa (1964) mengembangkan taksonomi tujuan yang


berorientasikan kepada perasaan atau afektif. Taksonomi ini menggambarkan proses
seseorang di dalam mengenali dan mengadopsi nilai dan sikap tertentu yang menjadi
pedoman baginya dalam bertingkah laku. Krathwohl mengelompokkan tujuan afektif ke
dalam lima kelompok yaitu:
(1) Pengenalan/penerimaan (Receiving)

Tujuan pembelajaran kelompok ini mengharapkan peserta didik untuk mengenal,


bersedia menerima dan memperhatikan berbagai stimulus. Dalam hal ini peserta didik
bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau memperhatikan saja

(2) Pemberian Respon (Responding)

Tujuan pembelajaran kelompok ini menekankan keinginan untuk berbuat sesuatu sebagai
reaksi terhadap suatu gagasan, benda atau sistem nilai lebih dari sekedar pengenalan saja.
Dalam hal ini peserta didikdiharapkan untuk menunjukkan perilaku yang diminta,
misalnya: berpartisipasi, patuh, atau memberikan tanggapan secara sukarela bila diminta.

6
(3) Penghargaan terhadap nilai (Valuing)

Penghargaan terhadap nilai merupakan perasaan, keyakinan atau tanggapan bahwa suatu
gagasan, benda atau cara berpikir tertentu memiliki nilai (worth). Dalam hal ini peserta
didik secara konsisten berperilaku sesuai dengan suatu nilai meskipun tidak ada pihak
lain yang meminta atau mengharuskan. Nilai dan value ini dapat saja dipelajari dari
orang lain, misalnya: instruktur, dosen, teman, atau keluarga.

(4) Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian menunjukkan saling berhubungan antara nilai-nilai tertentu dalam


suatu sistem nilai, serta menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi
daripada nilai yang lain. Dalam hal ini peserta didik menjadi committed terhadap suatu
nilai. Dia diharapkan untuk mengorganisasikan berbagai nilai yang dipilihnya ke dalam
satu sistim nilai dan menentukan hubungan diantara nilai-nilai tersebut

(5) Pengamalan (Characterization)

Pengamalan berhubungan dengan pengorganisasian dan pngintegrasian nilai-nilai ke


dalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui perilaku yang konsisten
dengan sistem nilai tersebut. Pada tingkat ini peserta didik bukan saja telah mencapai
perilaku-perilaku pada tingkatan-tingkatan yang lebih rendah, tetapi telah
mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan
meyakinkan. Perilaku yang ditunjukkan peserta didik akan selalu konsisten dengan
filsafat hidup tersebut. Filsafat hidup tersebut merupakan bagian dari karakter.

Pengelompokan tujuan-tujuan afektif tersebut bersifat hierarkhis, dengan pengenalan


sebagai tingkat yang paling rendah (sederhana) dan pengamalan sebagai tingkat paling tinggi.
Makin tinggi tingkat tujuan dalam hierarkhi semakin besar pula keterlibatan dan komitmen
seseorang terhadap tujuan tersebut.
c. Taksonomi Tujuan Psikomotor

Tujuan pembelajaran kawasan psikomotor dikembangkan oleh Harrow (1972),


terdiri dari lima tingkat sebagai berikut:
(1) Meniru (Limitation)

Tujuan pembelajaran pada tingkat ini mengharapkan peserta didik untuk dapat meniru
suatu perilaku yang dilihatnya.

(2) Manipulasi (Manipulation)

Pada tingkat ini peserta didik diharapkan untuk melakukan suatu perilaku tanpa bantuan
visual sebagaimana perilakau pada tingkat meniru. Peserta didik diberi petunjuk berupa
tulisan atau instruksi verbal dan diharapkan melakukan tindakan yang diminta.
7
(3) Ketetapan Gerakan (Precision)

Pada tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan suatu perilaku tanpa
menggunakan contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan lancar,
tepat, seimbang, dan akurat.

(4) Artikulasi (Articulation)

Pada tingkat ini peserta didik diharapkan untuk menunjukkan serangkaian gerakan
dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat.

(5) Naturalisasi (Naturalization)

Pada tingkat ini peserta didik diharapkan melakukan gerakan tertentu secara spontan atau
otomatis. Peserta didik melakukan gerakan tersebut tanpa berpikir lagi cara melakukan
dan urutannya.
Penyusunan Tujuan Pembelajaran (TP) yang baik perlu melibatkan unsur-unsur yang
dikenal dengan ABCD, yang berasal dari empat kata sebagai berikut:
A = Audience

B = Behavior

C = Condition

D = Degree

A = Audience adalah pelaku yang menjadi kelompok sasaran pembelajaran, yaitu siswa.
Dalam TP harus dijelaskan siapa siswa yang mengikuti pelajaran itu. Keterangan mengenai
kelompok siswa/mahasiswa yang akan manjadi kelompok sasaran pembelajaran diusahakan
sespesifik mungkin. Misalnya, siswa/mahasiswa jenjang pendidikan apa, kelas berapa,
semester berapa, dan bahkan klasifikasi pengelompokan siswa/mahasiswa tertentu. Batasan
yang spesifik ini penting artinya agar sejak awal mereka yang tidak termasuk dalam batasan
tersebut sadar bahwa bahan pembelajaran yang dirumuskan atas dasar TP itu belum tentu
sesuai bagi mereka. Mungkin bahan pembelajarannya terlalu mudah, terlalu sulit. Atau tidak
sesuai dengan kebutuhannya.

B = Behavior adalah perilaku spesifik khusus yang diharapkan dilakukan peserta didik
setelah selesai mengikuti proses pembelajaran. Perilaku ini terdiri atas dua bagian penting,
yaitu kata kerja dan objek. Kata kerja menunjukkan bagaimana peserta didik
mempertunjukkan sesuatu, seperti: menyebutkan, menganalisis, menyusun, dan sebagainya.

8
C = Condition adalah kondisi yang dijadikan syarat atau alat yang digunakan pada saat
peserta didik diuji kinerja belajarnya. TP yang baik di samping memuat unsur penyebutan
audens (peserta didik sebagai subyek belajar) dan perilaku, hendaknya pula mengandung
unsur yang memberi petunjuk kepada penyusun tes mengenai kondisi atau dalam keadaan
bagaimana siswa diharapkan mempertunjukkan perilaku yang dikehendaki pada saat diuji.

D = Degree adalah derajat atau tingkatan keberhasilan yang ditargetkan harus dicapai
peserta didik dalam mempertunjukkan perilaku hasil belajar. Target perilaku yang diharapkan
dapat berupa: melakukan tanpa salah, dalam batas waktu tertentu, pada ketinggian tertentu,
atau ukuran tingkatan keberhasilan lainnya.

Berikut adalah contoh perumusan TP :

Diberikan gambar, bahan dan alat-alat

Mahasiswa Jurusan Bangunan FT UNYdapat membuat

A B

sebuah kusen pintu yang harus selesai dalam waktu 180 menit dan hasilnya D

memenuhi standar Industri

B. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus
dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi
yang telah ditetapkan, oleh karena itulah maka kompetensi dasar merupakan penjabaran
dari standar kompetensi
Langah-langkah Penyusunan Kompetensi Dasar
Adapun dalam mengkaji Kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana yang tercantum
pada standar isi dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/ atau tingkat kesulitan materi,
tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada distandar isi.
2. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran.
3. Pada dasarnya rumusan kompetensi dasar itu ada yang operasional maupun yang tidak
operasional karena setiap kata kerja tindakan yang berada pada kelompok

9
pemahaman dan juga pengetahuan yang tidak bisa digunakan untuk rumusan
kompetensi dasar. Sehinggah langkah-langkah untuk menyusun kompetensi dasar
adalah sebagai berikut:
1) Menjabarkan Kompetensi yang dimaksud, dengan bertanya : “kemampuan
apa saja yang harus dimiliki siswa agar standar kompetensi dapat dicapai?”
jawaban dari pertanyaan tersebut kemudian didaftar baik yang menyangkut
pengetahuan, sikap dan keterampilan.

2) Tulislah rumusan Kompetensi Dasarnya.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam merumuskan KD diantaranya antara


lain:

1. Meluas, artinya peserta didik memperoleh kesempatan yang luas untuk


mengembangkan pengalaman tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai
yang berkaitan pada saat pembelajaran berlangsung.
2. Seimbang, artinya dimana setiap peserta Kompetensi perlu dapat dicapai melalui
alokasi waktu yang cukup untuk pembelajaran yang efektif.
3. Relevan, maksudnya adalah dimana setiap Kompetensi terkait dengan penyiapan
peserta didik untuk meningkatkan mutu kehidupan melalui kesempatan
pengalaman.
4. Perbedaan, merupakan upaya pelayanan individual dimana peserta didik perlu
memahami apa yang perlu untuk dipelajari, bagaimana berfikir, bagaimana
berbuat untuk mengembangkan Kompetensi serta kebutuhan individu masing-
masing. (yulaewati 2004:20)

Adapun Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat merumuskan KD yang baik
adalah sebagai berikut:

1. Rumusan tujuan yang dibuat harus berpusat pada siswa, mengacu kepada
perubahan tingkah laku subjek pembelajaran yaitu siswa sebagai peserta didik.
2. Rumusan KD harus mencerminkan tingkah laku operasional yaitu tingkah laku
yang dapat diamati dan diukur yang dirumuskan dengan menggunakan kata-kata
operadional.
3. Rumusan KD harus berisikan makna dari pokok bahasan atau materi pokok yang
akan diajarkan pada saat kegiatan belajar mengajar ).

C. Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan

10
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur
dan/atau dapat diobservasi.

Menurut Depag indikator adalah wujud dari kompetensi dasar yang lebih spesifik.
Sedangkan menurut E Mulyasa indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar
yang menunjukkan tanda-tanda perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan
oleh peserta didik. Indicator juga dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan
pendidikan potensi daerah dan peserta didik dan juga dirumuskan dalam rapat kerja
operasional yang dapat diukur dan diobservasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar
dalam penyusunan alat penilaian.

Sedangkan menurut Darwin Syah indikator pembelajaran adalah karakteristik,


cirri-ciri, tanda-tanda perbuatan atau respon yang dilakuakan oleh siswa, untuk
menunjukkan bahwa siswa telah memiliki kompetensi dasar tertentu.

Jadi indikator adalah merupakan kompetensi dasar secara spesifisik yang dapat
dijadikan untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran dan juga dijadikan tolak ukur
sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu

Langkah-langkah penyusunan Indikator

Sebelum melakukan penyusunan indicator, maka harus diperhatikan terlebih dahulu


komponen-komponen sebagai berikut :
1. Indikator merupakan penjabaran dari KD yang menunjukkan tanda-tanda,
perbuatan atau respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik.
2. Rumusan indicator menggunakan kerja operasional yang terukur atau dapat
diobservasi
3. Indikator digunakan sebagai bahan dasar untuk menyusun alat penilaian.
Kata-kata Operasional yang Dijabarkan Dalam Membuat Indikator:

1. Kognitif Meliputi:
a. Knowledge (pengetahuan) yaitu, menyebutkan, menuliskan, menyatakan,
mengurutkan, mengidentifikasi, mendefinisikan, mencocokkan, memberi
nama, memberi leber, dan melukiskan.
b. Comprehension (pemahaman) yaitu, menerjemahkan, mengubah,
menggeneralisasikan, menguraikan, menuliskan kembali, merangkum,
membedakan, mempertahankan, menyimpulkan, mengemukakan pendapat,
dan menjelaskan.
c. Application (penerapan) yaitu, mengoperasikan, menghasilkan, mengatasi,
mengubah, menggunakan, menunjukkan, mempersiapkan, dan menghitung.
Analysisi (analisis) yaitu, menguraikan, membagi-bagi, memilih dan
membedakan.
d. Syntnesis (sintesisi) yaitu, merancang, merumuskan, mengorganisasikan,
menerapkan, memadukan, dan merencanakan.
11
e. Evaluation (evaluasi) yaitu, mengkritisi, menafsirkan dan memberikan
evaluasi.

1. Efektif meliputi:
1) Receiving (penerimaan) yaitu mempercayai, memilih, mengikuti, bertanya,
dan mengalokasikan.
2) Responding (menanggapi) yaitu, konfirmasi, menjawab, membaca,
membantu, melaksanakan, melaporkan, dan menampilkan.
3) Valuing (penanaman nilai) yaitu, menginisiasi, mengundang, melibatkan,
mengusulkan, dan melakukan.
4) Organization (pengorganisasian) yaitu, menverivikasi, menyusun,
menyatukan, menghubungkan dan mempengaruhi.
5) Characterization (karakterisasi) yaitu menggunakan nilai-nilai sebagai
pandangan hidup, mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini.

1. Psikomotorik atau gerak jiwa meliputi:


1) Observing (pengamatan) yaitu mengamati proses, memperhatikan pada
tahap-tahap sebuah perbuatan, memberi perhatian pada sebuah artikulasi.
2) Initation (peniruan) yaitu melatih, mengubah, membongkar sebuah struktur,
membangun kembali struktur dan menggunakan sebuah model.
3) Practicing (pembiasaan) yaitu membiasakan perilaku yang sudah
dibentuknya, mengontrol kebiasaan agar tetap konsisten.
4) Adapting (penyesuaian) yaitu menyesuaikan model, mengembangkan model,
dan menerapkan model.
Berikut ini urutan cara penyusunan Indikator :

1) Mengkaji KD tersebut untuk mengidentifikasi indikatornya dan rumuskan


indikatornya yang dianggap relevan tanpa memikirkan urutannya lebih
dahulu juga tentukan indikator-indikator yang relevan dan tuliskan sesuai
urutannya.
2) Kajilah apakah semua indikator tersebut telah mempresentasikan KD nya,
apabila belum lakulanlah analisis lanjut untuk menemukan in dikator-
indikator lain yang kemungkinan belum teridentifikasi.
3) Tambahkan indikator lain sebelumnya dan rubahlah rumusan yang kurang
tepat dengan lebih akurat dan pertimbangkan urutannya.

Dengan mengkaji tuntutan kompetensi sesuai rujukan standar nasional yang


digunakan. Sekolah dengan keunggulan tertentu juga menjadi pertimbangan dalam
mengembangkan indikator. Dalam merumuskan indikator pembelajaran perlu
diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:

1. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi dua indikator


2. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam
kata kerja yang digunakan dalam SK dan KD.

12
3. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat
dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan
kebutuhan peserta didik.
4. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi.
5. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat
kompetensi dan materi pembelajaran.
6. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga
menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.
7. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian
yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

D. Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar (Learning experience) adalah sejumlah aktifitas siswa yang
dilakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai. Pengalaman belajar menurut Gagne ada delapan pengalaman
belajar, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Kedelapan tipe belajar
disebutkan sebagai berikut :
a. Belajar signal, yaitu belajar melalui isyarat atau tanda
b. Belajar mereaksi rangsang perangsang melalui penguatan
c. Pengalaman belajar membentuk rangkaian (chaining)
d. Belajar asosiasi verbal, yaitu belajar dengan kata – kata jika ia menerima
rangsangan
e. Belajar membedakan atau diskriminasi, yaitu pengalaman belajar mengenal
sesuatu karena mempunyai kekhasan tertentu, walaupun seseorang itu
menghadapi objek yang sama namun tetap saja dapat membedakannya
 Belajar konsep adalah pengalaman belajar dengan menentukan ciri atau atribut
dari objek yang dipelajarinya sehingga objek tersebut ditempatkan dalam klasifikasi
tertentu
 Belajar aturan atau hukum
 Belajar problem solving

Pertimbangan dalam menentukan pengalaman belajar


Dalam mengembangkan pengalaman belajar siswa ada beberapa hal – hal yang
harus dipertimbangkan, yaitu :
 Sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai
 Dalam sistem perencanaan dan desain pembelajaran tujuan merupakan
komponen utama dan pertama ynang harus dipikirkan oleh seorang desainer
pembelajaran sehingga apa yang harus dilakukan guru dan siswa diarahkan untuk
mencapai tujuan itu. dilihat ari domainnya tujuan itu terdiri atas tujuan kognitif.
Afektif dan psikomotorik.
 Sesuai dengan jenis bahan atau materi pelajaran
 Ketersediaan sumber belajar
 Pengalaman belajar harus sesuai dengan karakteristik siswa

Disamping itu ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan manakala kita akan
mengembangkan pengalaman belajar, yaitu :

13
1) Berorientasi pada tujuan
Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Efektivitas
pengembangan pengalaman belajar ditentukan dari keberhasilan siswa maencapai
tujuan pembelajaran
2) Aktivitas
Pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong agar siswa beraktivitas
melakukan sesuatu. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan
tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktifitas mental.
3) Individualitas
Mengajar adalah usaham=engembangkan etiap individu. Oleh karena itu
pengalaman belajar dirancang untuk setiap individu.
4) Integritas
Mengajar harus dipandang sebagi usaha mengambangkan seluruh pribadi siswa.
Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja. Akan tetapi juga
meliputi aspek afektif dan psikomotorik.

Oleh karena itu merancang pengalaman belajar siswa harus dapat mengembangkan
seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegritas. Ada sejumlah prinsip khusus
untuk merancang pengalaman belajar yaitu : interaktif, Inspiratif, Menyenangkan,
menantang dan motivasi.

C. Tahapan pengembangan pengalaman belajar


1. Tahap pra instruksional
Tahap ini adalah tahapan yang ditempuh oleh guru pada saat ia
memulai peoses belajar dan mengajar. Berfungsi untuk mengetahui
persiapan sebelum pembelajaran dimulai dan mengevaluasi materi
sebelumnya. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau
siswa seperti :
a. Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak
hadir
b. Bertanya kepada siswa sampai manapembahasan pelajaran
sebelumnya.
c. Mengajukan pertanyaan kepada siswa tertentu tentang bahan
pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya
d. Memberi kesempaatan kepada siswa untuk bertanya mengeania
bahan pelajaran yang belum dikuasainya.
e. Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu secara singkat tapi
mencakup semua spek yang telah dibahas sebelumnya.

2. Tahap Instruksional
1. Tahap kedua adalah tahap pengajaran atau tahap inti yakni
tahapan memberikan pengalaman belajar pada siswa.
Tahap ini berfungsi memberikan sebuah pengetahuan baru
pada bab selanjutnya. Tahap ini sangat tergantung pada
straegi pembelajaran yang akan diterapkan. Secara umum
dapat didefinisikan beberapa kegiatan yaitu :

14
a. Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicaapi
siswa.
b. Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu.
c. Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi
d. Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaliknya diberikan contoh
– contoh konkret.
e. Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan
setiap pokok matri yang sangat diperlukan.
f. Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi.

3. Tahap Evaluasi dan Tindak lanjut


Tujuan tahap ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahap kedua.

E. AYAT-AYAT AL-QUR’AN TERKAIT PEMBELAJARAN


Ayat-ayat lain yang berhubungan dengan pendidikan
a) Surat al-Baqarah ayat 129

‫ت اللحعكزيِمز اللححككيِمم‬
‫ك أحلن ح‬
‫ب حواللكحلكحمةح حويِمحزككيِكهلم إكنن ح‬
‫ك حويِمحعلكممهممم اللككحتاَ ح‬
‫ث كفيِكهلم حرمسوُل ا كملنهملم يِحلتملوُ حعلحليِكهلم آحيِاَتك ح‬
‫حربنحناَ حوالبحع ل‬

“ Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang
akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada
mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Surat al-Baqarah ayat 151

‫ب حواللكحلكحمةح حويِمحعلكمممكلم حماَ لحلم تحمكوُمنوُا تحلعلحمموُحن‬


‫حكحماَ أحلرحسللحناَ كفيِمكلم حرمسوُل ا كملنمكلم يِحلتملوُ حعلحليِمكلم آحيِاَتكحناَ حويِمحزككيِمكلم حويِمحعلكمممكمم اللككحتاَ ح‬

“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu), Kami telah


mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada
kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan hikmah, serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”

b) Surat Luqman ayat 13

‫ك لحظمللمم حعكظيِم‬ ‫ظهُ مم حيِاَبمنح ن‬


‫ي لح تملشكرلك كباَنلك إكنن الكشلر ح‬ ‫حوإكلذ حقاَحل لملقحماَمن كللبكنهُ ك حوهمحوُ يِحكع م‬

“Dan ingatlah ketika luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran
kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar.
Surat Luqman ayat 14

‫ي اللحم ك‬
‫صيِمر‬ ‫ك إكلح ن‬ ‫صليِحناَ اكلنحساَحن بكحوُالكحدليِكهُ حححملحلتهُم أمممهُ مم حولهناَ ا حعحلىَ حولهن حوفك ح‬
‫صاَملهُ مم كفي حعاَحمليِكن أحكن الشمكلر كلي حولكحوُالكحدليِ ح‬ ‫حوحو ن‬

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang tua (ibu
bapaknya); ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
15
tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku, dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

BAB III
PEMBAHASAN

Berdasarkan berbagai referensi dan pertimbangan keterbacaan, kemudahan dalam


penggunaannya disepakati struktur standar kompetensi sebagai berikut:

KOMPETENSI INTI
Sejumlah kompetensi dasar yang diperlukan untuk melaksanakan/melakukan pekerjaan tertentu

16
KOMPETENSI DASAR
Uraian fungsi dan tugas atau pekerjaa n yang mendukung tercapainya standar kopetensi
(kualifikasi)

SUB KOMPETENSI
Merupakan sejumlah fungsi dan tu gas atau pekerjaan yang mendukung ketercapaian kompetensi
dasar dan merupakan aktifitas yang dapat diamati

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


Merupakan pernyataan sejauhmana sub k ompetensi yang dipersyaratkan tersebut terukur
berdasarkan tingkat yang diinginkan

ACUAN PENILAIAN
Pernyataan-pernyataan kondisi atau konteks sebagai acuan dalam melaksanakan penilaian

Gambar 1. Struktur standar kompetensi

Secara operasionaldalamlingkup pembelajaran, struktur standar kompetensi tersebut digunakan


dalam perumusan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang didalamnya termuat tujuan
pembelajaran

Hubungan antara Kompetensi Dasar dengan Hasil Belajar


Kompetensi dasar merupakan merupakan penjabaran Standar Kompetensi
yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan Standar
Kompetensi.Standar Kompetensi sendiri adalah ukuran kemampuan
minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus
dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap
tingkatan dari suatu materi yang diajarkan.

Kompetensi dasar diturunkan menjadi indikator, dari indikator digunakan


untuk menyusun tujuan pembelajaran.Evaluasi pembelajaran didasarkan
pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dari evaluasi inilah dapat
diketahui hasil belajar peserta didik. Apabila hubungan tersebut
digambarkan adalah sebagai berikut:

Contoh:
Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tertulis:
17
Kompetensi Dasar : Menjelaskan pengertian dan fungsi uang
Indikator : 1. Mendeskripsikan pengertian uang
2. Mengidentifikasi fungsi uang
Tujuan Pembelajaran
1) Siswa dapat mendeskripsikan pengertian uang tanpa membuka buku
2) Siswa dapat mendeskripsikan fungsi uang tanpa bantuan teman
Hasil belajar yang dicapai siswa harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran, tujuan pembelajaran sendiri mengacu pada indikator yang
merupakan rincian dari kompetensi dasar.

Hubungan antara Kompetensi Dasar dengan Pengalaman Belajar


Pengalaman belajar mengacu kepada interaksi antara pebelajar dengan
kondisi eksternalnya. Pengalaman belajar dimiliki siswa setelah ia
mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah. Proses pembelajaran di
sekolah itu sendiri mengacu pada kompetensi dasar yang tertulis di dalam
RPP. Sehingga hubungan antara kompetensi dasar dengan pengelaman
belajar adalah pengalaman belajar siswa terbentuk dari proses
pembelajaran di sekolah, proses pembelajaran tersebut mengacu pada
kompetensi dasar.

Contoh:
Kompetensi dasar dalam mata pelajaran Ekonomi adalah menjelaskan
pengertian dan fungsi uang. Maka pemberian materi oleh guru kepada
siswa mengacu pada kompetensi dasar ini yaitu memberikan materi
tentang pengertian uang dan fungsi uang. Secara otomatis siswa akan
mengalami pengalaman belajar sesuai dengan materi yang disampaikan
guru tersebut.

Hubungan antara Pengalaman Belajar dengan Hasil Belajar


Pengalaman belajar siswa perlu dievaluasi karena evaluasi pengalaman
belajar merupakan proses pengumpulan dan penginterpretasian informasi
atau data yang dilakukan secara kontinyu dan sistematis untuk
menentukan tingkat pencapaian hasil belajar siswa. Sehingga hubungan
antara pengalaman belajar dengan hasil belajar adalah pengalaman
belajar merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa.

Contoh:
Melanjutkan contoh sebelumnya, pengalaman belajar siswa terkait dengan
materi pengertian dan fungsi uang.Maka evaluasi yang dilakukan guru
mengacu pada kompetensi dasar tersebut, dari evaluasi ini dapat
diketahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa terkait dengan materi
pengertian dan fungsi uang.

18
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Untuk memantau perkembangan mutu pendidikan diperlukan SK. SK dapat
didefinisikan sebagai “pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus dikuasai peserta didik serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam
mempelajari suatu mata pelajaran”

Menurut definisi tersebut, SK mencakup dua hal, yaitu standar isi (content standards),
dan standar penampilan (performance stan-dards).

Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap minimal yang harus
dikuasai oleh peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran yang diberikan dalam
kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Juga merupakan perincian atau penjabaran lebih
lanjut dari standar kompetensi. Adapun penempatan komponen Kompetensi Dasar dalam
silabus sangat penting, hal ini berguna untuk mengingatkan para guru seberapa jauh
tuntutan target kompetensi yang harus dicapainya.

Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku


yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur
dan/atau dapat diobservasi.

Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan
atau deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk digarisbawahi yaitu dari pemikiran
Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan
dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan
pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis

19
KEPUSTAKAAN

Bloom, S. B. 1974.Taxonomy of Education Objectives, Book 1 Cognitive Domain, London, Longman.

Krathwahl, R. D. &Bertram, M. B. 1971.Taxonomy of Educational Objective, Book 2 Affective


Domain, London, Longman.

Krathwohl, R.D., Bloom, S.B., & Marsia (1964). Taxonomy of Educational


Objectives. New York: Longman
Mager F. R., 1975.Preparing Instructional Objectives,Second Edition,California, Pitman Learning Inc.

PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan


Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013

Soekoer (1994). Perumusan Tujuan Belajar. Makalah Penataran Metode Pengajaran Teknologi
Kejuruan tanggal 12-25 Januari 1994. FPTK IKIP Yogyakarta.

Suparman, M.A., 2005. Desain Instruksional. Buku 1.08. Jakarta, PAU untuk Peningkatan Aktivitas
Instruksional, Dirjen Dikti Depdiknas.

20

Anda mungkin juga menyukai