Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN FISIKA

MODEL/STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

OLEH

KELOMPOK VI

1. NURHAZIZAH YUSLIM (16033023)


2. VIVIANDRI (16033037)
3. LUTHFIKA PUTRI ANTARI (16033055)
4. SRI GUSWINA (16033061)
5. REVI FEBRINA SARI (16033079)
6. SYARIFA RAHMI ANORI (16033033)

Dosen Pembimbing : Dr. Hj Djusmaini Djamas, M.si

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan ridho-Nya yang
telah memberikan kami kesempatan dan kesehatan untuk menyelesaikan makalah tentang
Model/Strategi Pembelajaran Problem Based Learning. Shalawat dan salam kami curahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.

Terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini. Semoga bagi pembaca makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia
dan dapat menambahkan ilmu yang berguna untuk kita semua.

Mungkin makalah ini jauh dari sempurna karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT.
Kami harap kritik dan saran yang membangun dari pembaca makalah ini agar dapat
mendekati suatu kesempurnaan.

Padang, 31 Oktober 2017

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
I.I. Latar Belakang............................................................................................................................... 1
I.II. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 1
I.III. Tujuan ......................................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3


II.I. Pengertian Problem Based Learning ............................................................................................ 3
II.II. Strategi Problem Based Learning ............................................................................................... 4
II.III. Metode yang Mendasari Strategi PBL....................................................................................... 4
II.IV. Karakteristik Problem Based Learning ..................................................................................... 5
II.V. Langkah-Langkah Problem Based Learning .............................................................................. 7
II.VI. Kelebihan dan Kekurangan Model PBL.................................................................................. 13

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 15


III.I. Kesimpulan ............................................................................................................................... 15
III.II. Saran ........................................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... .

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang


Pada saat ini banyak kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar. Hal ini
disebabkan karena proses belajar di dalam kelas yang begitu-begitu saja, sehingga
siswa merasa jenuh belajar.

Oleh karena itu, sekarang banyak inovasi dalam pembelajaran yang dilakukan
oleh sekolah-sekolah. Misalnya inovasi pembelajaran kuantum, kompetensi,
kontekstual, dan problem based learning. Untuk mengatasi kejenuhan dalam proses
belejar-mengajar dan meningkatkan kualitas diri siswa.

Salah satu inovasi dalam pembelajaran yaitu problem based learning, problem
based learning ini merupakan progam student center yang dimana siswa belajar
tentang subjek dalam konteks yang beraneka ragam, dan masalah yang benar-benar
terjadi (nyata). Tujuan dari problem based learning ini sendiri adalah untuk menolong
perkembangan pengetahuan siswa secara fleksibel, efektif, dan terampil dalam
memecahkan masalah. Berdasarkan uraian diatas kami akan memaparkan hasil kajian
pustaka mengenai Problem Based Learning yang kemudian dituangkan dalam bentuk
makalah yang berjudul “ Model dan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning”.

I.II. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Problem Based Learning?
2. Bagaimana strategi Problem Based Learning?
3. Apa saja metode yang mendasari Problem Based Learning?
4. Apa saja karakteristik Problem Based Learning?
5. Apa saja langkah-langkah implementasi PBL dalam pembelajaran fisika?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari Problem Based Learning?

I.III. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Problem Based Learning.
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi Problem Based Learning.
3. Untuk mengetahui apa saja metode yang mendasari Problem Based Learning.
4. Untuk mengetahui apa saja karakteristik Problem Based Learning.
5. Untuk mengetahui apa saja langkah-langkah implementasi PBL dalam
pembelajaran fisika.
1
6. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari Problem Based
Learning.

2
BAB II
PEMBAHASAN
II.I. Pengertian Problem Based Learning
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu strategi pembelajaran yang
menggunakan masalah (problem) sebagai langkah awal dalam mengintegrasikan
pengetahuan baru (Suradijono,2004). Paulina et al. (2001:85) menyatakan bahwa
“PBL merupakan pembelajaran yang berfokus pada penyajian permasalahan (nyata
ataupun simulasi) kepada siswa, kemudian siswa diminta mencari pemecahannya
melalui serangkaian penelitian berdasarkan teori, konsep, prinsip yang dipelajarinya
dari berbagai bidang ilmu”. Pendapat lain yang menyatakan Problem Based Learning
(PBL) is a pedagogical strategy of “active learning” often used in higher education,
but itcan be adapted for use K-13 education. Dengan kata lain PBL adalah strategi
pedagogi dari pembelajaran aktif yang sering digunakan dalam pendidikan lebih
tinggi, tetapi dapat diadaptasi untuk digunakan dalam pendidikan dasar. Sudarman
(2007) mengemukakan : “PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran”. Di sisi lain
Problem Based Learning isi a student centered process and it is the responsibility of
the individual student to participate fully, not only for his or her own learning, but
also to aid the learning of others in the group. Although much time is spent alone in
the library or at the computer, the full benefits of PBL cannot be realized in isolation.
Dapat dikemukakan bahwa PBL adalah proses berpusat pada siswa dan tanggung
jawab individu untuk berpartisipasi secara penuh, tidak hanya dalam pembelajarannya,
tetapi juga dalam kelompok. Meskipun banyak menghabiskan waktu sendiri di
perpustakaan atau computer, PBL sangat bermanfaat, karena PBL dapat membentuk
siswa berpikir kritis, bekerja sama dalam kelompok, menumbuhkan dan
mengembangkan kebiasaan belajar mandiri. Problem Based Learning (PBL) is an
learning strategy that exemplifies student centered learning. It emphasizes solving
complex problems in rich contexts and aims at developing higher-order thinking skills
(Savery & Duffy, 1995). Dapat dikatakan bahwa PBL adalah suatu strartegi
pembelajaran yang mencotohkan pembelajaran trepusata siswa. Pembelajaran yang
menekankan pemecahan masalh komplek kaya konteks dan tujuan mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi.

3
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa PBL adalah suatu strategi
pembelajaran yang menyajikan permasalah dunia nyata sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru melalui bekerja kelompok
(working cooperatively in groups). Dalam mengembangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi dan keterampilan pemecahan masalah komplek kaya konteks, serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

II.II. Strategi Problem Based Learning


Strategi Problem Based Learning konsisten dengan teori belajar konstruktivis
(Perkins,1988). Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan sebagai konstruksi
kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman maupun lingkungan atau suatu
pembentukan terus-menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi
pengetahuan karena adanya pemahaman-pemahaman baru (Budiningsih, 2005). Siswa
diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu
yang dihadapinya. Dengan cara demikian, siswa terbiasa dan terlatih untuk berpikir
sendiri, memecahkan masalah yang dihadapi, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu
mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa strategi PBL melibatkan
beberapa metode seperti metode pemecahan masalah, metode diskusi/diskusi
kelompok, dan mengembangkan tanggung jawab individu melalui pembelajaran
mandiri, serta mengembangkan berbagai skills seperti problem solving skill, critical
thinking skill, communication skill, research an collaboration sklls.

II.III. Metode yang Mendasari Strategi PBL


1. Metode Belajar Problem Solving
Yaitu metode pembelajaran yang mengaktifkan dan melatih siswa untuk
menghadapi berbagai masalah dan dapat mencari pemecahan masalah atau solusi
dari permasalahan itu.
2. Metode Belajar Kooperatif
Yaitu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode diskusi kelompok
untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru supaya siswa
lebih aktif mengikuti pelajaran.
3. Metode/Teori Belajar Konstruktivis
Yaitu pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu
makna dari apa yang dipelajari.

4
II.IV. Karakteristik Problem Based Learning
Menurut Barrows (1996), PBL mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Learning is student centered
2. Authentic problems form the organizing focus for learning
3. New information is acquired through self-deirected learning
4. Learning occurs in small groups
5. Teachers act ac facilitators
Kutipan di atas mengemukakan karakteristik PBL yaitu: pembelajaran berpusat
pada siswa, bentuk problem autentik, informasi baru diperoleh melaui pembelajaran
mandiri, pembelajaran dalam grup kecil dan guru hanya sebagai fasilitator.
Di sisi lain, ada pendapat yang menyatakan bahwa karakteristik dari Problem
Based Learning adalah:
1. Learning is driven by challenging, open-ended problems.
2. Students work in small collaborative groups.
3. Teachers take on the role as “facilitators” of learning.

Problem based learning dengan pengharapan peserta didik belajar di


lingkungan kecil atau kelompok kecil akan membantu perkembangan masyarakat
belajar. Bekerja dalam kelompok juga membantu mengembangkan karakteristik
esensial yang dibutuhkan untuk sukses setelah siswa tamat belajar seperti dalam
berkomunikasi secara verbal, berkomunikasi secara tertulis dan keterampilan
membangun team kerja.
Dari berbagai model pembelajaran yang mulai dikembangkan itu memiliki
masing-masing karakteristik. Para pengembang pembelajaran Problem Based
Learning (Krajcik, Blumenfeld, Marx, Soloway, Slavin Maden, Dolan, Wasik,
Cognition dan Teknology Group at Vanderbit) telah mendeskripsikan karakteristik
sebagai berikut (Arends, 2009: 42):

 Pengajuan pertanyaan atau masalah.


Pembelajaran problem based learning mengorganisasi pembelajaran dengan
diseputar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan
secara pribadi bermakna bagi peserta didik. Pengajuan situasi kehidupan nyata
autentik untuk menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya
berbagai macam solusi untuk situasi itu.

5
 Berfokus pada interdisipliner.
Meskipun problem based learning dipusatkan pada subjek tertentu atau mata
pelajaran tertentu, akan tetapi masalah yang dipilihkan benar-benar nyata agar
dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran
 Investigasi autentik
Problem based learning mengharuskan siswa untuk melakukan investigasi
autentik atau peyelidikan autentik untuk menemukan solusi riil. Mereka harus
menganalisis, mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat
prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksprimen
(bila memungkinkan) membuat inferensi dan menarik kesimpulan.

 Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya


Problem based learning menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu
dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau
mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk tersebut
dapat berupa transkrip debat, debat bohong-bohongan, dan dapat juga dalam
bentuk laporan, model fisik, video, maupun program computer. Karya nyata itu
kemudian di demonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang
telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan
tradisional atau makalah.
 Kolaborasi
Problem based learning dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu sama lain,
paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok-kelompok kecil.
Bekerjasama memberikan motivasi untuk keterlibatan secara berkelanjutan dalam
tugas-tugas kompleks dan meningkatkan kesempatan untuk melakukan
penyelidikan dan dialog bersama dan untuk mengembangkan berbagai
keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

Jadi problem based learning tidak dirancang untuk membantu guru


menyampaikan informasi dengan jumlah besar kepada peserta didik, akan tetapi
problem based learning dirancang terutama untuk membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah dan keterampilan
intelektualnya, mempelajari peran-peran orang dewasa dengan mengalaminya melalui
berbagai situasi riil atau situasi yang disimulasikan, dan menjadi peserta didik yang
mandiri dan otonom. Illustrasi karakteristik yang dijalani pada proses pembelajaran
dapat dilihat pada gambar berikut ini :
6
Gambar 1 Hasil Pelaksanaan PBL

II.V. Langkah-Langkah Problem Based Learning


Langkah – Langkah Implementasi PBL dalam Pembelajaran Fisika

Mini-lecture

A
s

Team work Looking reference and Self-designed s


deep an deep-thinking experiment e
s
m
e
nt
Results

Mark

Gambar 2. The Process of PBL in physics teaching

Untuk lebih jelasnya langkah-langkah operasional PBL yang akan


diimplementasikan dalam pembelajaran fisika seperti yang dikemukakan oleh Rained
dan Symsons (2005:10) yaitu:

1. Clarify
2. Define
3. Analyse
4. Review
7
5. Identify Learning Objectives
6. Self study
7. Report and synthesis
Kutipan di atas menyatakan bahwa, pada tahap awal PBL siswa memahami
permasalahan, dan mengidentifikasi kata-kata, persamaan atau konsep fisika yang
belum dimngerti. Kegiatan ini berlangsung pada tahap clarify. Pada tahap define siswa
bekerja sama dalam kelompok untuk menetapkan permasalahan atau membuat
brainstorming pada tahap analyses, dimana pada tahap ini tidak ada penyaringan ide.
Siswa bebas mengungkapkan seluruh ide pemikirannya. Barulah pada tahap review
siswa menyusun ide-ide yang telah dikemukakan menjadi jawaban atau solusi
sementara dari permasalahan. Selanjutnya siswa dalam kelompok masing-masing
menyepakati bersama apa saja objek atau konsep yang akan dipelajari, kegiatan yang
akan dilakukan berinformasi apa yang akan dicari (identify learning objective). Siswa
belajar mandiri untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan objek yang
dipelajari dan mempersiapkan diri untuk berbagi inforrmasi dengan teman
sekelompok. Kemudian siswa kembali dalam kelompok masing-masing untuk sharing
informasi, memadukan (synthesis) dan mendiskusikan seluruh hasil self study guna
mendapatkan solusi permasalahan dalam kelompok. Setelah itu baru dilakukan
pelaporan solusi permasalahan yang didapatkan.

Konsep tentang problem based learning adalah sangat jelas, tidak rumit dan
mudah untuk menangkap ide-ide dasar yang terkait dengan model ini. Namun
bagaimanapun juga pelaksanaan model itu secara efektif lebih sulit. Penerapan model
pembelajaran ini membutuhkan banyak latihan dan mengharuskan untuk mengambil
keputusan-keputusan khusus pada saat fase perencanaan, interaksi dan fase setelah
pembelajarannya.
Beberapa prinsip pembelajaran sama dengan prinsip yang telah dideskripsikan
untuk presentasi, pengajaran langsung dan cooperative learning, tetapi sebagian
lainnya unik bagi problem based learning. Penekanan diberikan pada ciri unik model
tersebut dalam proses pelaksanaannya adalah (Arends, 2009: 52-56), (Ibrahim dan
Nur, 2005: 24-29) :
a. Melaksanakan Perecanaan
Pada tingkat yang paling mendasar, problem based learning dicirikan
mengenai peserta didik bekerja dalam berpasangan atau kelompok kecil untuk
melakukan penyelidikan masalah-masalah kehidupan nyata yang belum

8
teridentifikasi dengan baik. Karena tipe pembelajaran ini sangat tinggi kualitas
interaktifnya, beberapa ahli berpendapat bahwa perencanaan yang terinci tidak
dibutuhkan dan bahkan tidak mungkin. Penyederhanaan ini tidak benar.
Perencanaan untuk pembelajaran problem based learning seperti halnya
dengan pelajaran interaktif yang lain, pendekatan yang berpusat pada peserta
didik, membutuhkan upaya perencanaan sama banyaknya atau bahkan lebih.
Perencanaan guru itulah yang memudahkan pelaksanaan berbagai fase
pembelajaran problem based learning dan pencapaian tujuan pembelajaran
yang diinginkan.
1) Penetapan tujuan
Penetapan tujuan pembelajaran khusus untuk pembelajaran problem based
learning merupakan salah satu di antata tiga pertimbangan penting
perencanaan. Sebelumnya problem based learning dirancang untuk
membantu mencapai tujuan-tujuan yaitu meningkatkan keterampilan
intelektual dan investigasi, memahami peran orang dewasa, dan membantu
peserta didik untuk menjadi mandiri. Akan tetapi kemungkinan yang lebih
besar adalah guru hanya akan menekankan pada satu atau dua tujuan
pembelajaran tertentu.
2) Merancang situasi masalah
Problem based learning didasarkan pada anggapan dasar bahwa situasi
bermasalah yang penuh teka teki dan masalah yang tidak terdefinisikan
secara ketat akan merangsang rasa ingin tahu peserta didik hingga
membuat mereka tertarik untuk menyelidiki.
Menurut Sanjaya (2007: 216) bahan pembelajaran atau masalah yang
ditawarkan adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi
yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang di
harapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan,
keluhan, kerisauan dan kecemasan. Oleh karena itu kriteria pemilihan
bahan pelajaran atau masalah adalah :
a) Masalah yang mengandung isu-isu, konflik (compflict issue)
yang bisa bersumber dari berita, rekaman video dan yang lainya.
b) Yang dipilih adalah bahan yang bersifat familier dengan peserta
didik, shingga setiap peserta didik dapat mengikutinya dengan
semangat.

9
c) Yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan
kepentingan orang banyak (universal), sehingga terasa manfaatnya.
d) Yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau
kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.
e) Yang dipilih sesuai dengan minat peserta didik sehingga setiap
peserta didik merasa perlu untuk mempelajarinya.
3) Organisasi sumber daya dan rencana logistik
Problem based learning mendorong peserta didik untuk bekerja dengan
berbagai bahan dan alat, beberapa di antaranya dilakukan di dalam kelas,
yang lainnya di perpustakaan atau laboratorium komputer, sementara yang
lainnya berada di luar sekolah. Untuk pekerjaan yang berada di luar
sekolah mendatangkan masalah khusus bagi guru. Oleh karena itu tugas
mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk
penyelidikan peserta didik, haruslah menjadi tugas perencanaan yang
utama bagi guru.
b. Melaksanakan Pembelajaran
Pada pelaksanaan problem based learning ada lima fase dan prilaku yang
dibutuhkan dari guru untuk dilalui yakni :
1) Memberikan orientasi masalah kepada siswa
Guru harus menjelaskan proses-proses dan prosedur-prosedur model itu
secara terperinci, hal yang perlu dielaborasi antara lain:
a) Tujuan utama pembelajaran bukan untuk mempelajari sejumlah
besar informasi baru tetapi menginvestigasi berbagai permasalah
penting dan menjadi pelajar yang mandiri. Untuk peserta didik yang
lebih muda, konsep ini dapat dijelaskan sebagai pelajaran bagi
mereka untuk dapat “menemukan sendiri makna berbgai hal”.
b) Permasalahan atau pertanyaan yang diinvestigasi tidak memiliki
jawaban yang mutlak “benar” dan sebagian besar permasalahan
kompleks memiliki banyak solusi yang kadang-kadang saling
bertentangan.
c) Selama fase investigasi pelajaran, peserta didik akan didorong
untuk melontarkan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan
memberikan bantuan, tetapi siswa mestinya berusaha bekerja secara
mandiri atau dengan teman-temannya.
10
d) Selama fase analisis dan penjelasan pelajaran, siswa akan di dorong
untuk mengekspresikan ide-idenya secara terbuka dan bebas. Tidak
ada ide yang ditertawakan oleh guru maupun teman sekelas. Semua
siswa akan diberi kesempatan untuk berkonstribusi dalam
investigasi dan mengekspresikan ide-idenya.
2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Pada model pembelajaran berdasarkan masalah dibutuhkan pengembangan
keterampilan kerjasama diantara siswa dan saling membantu untuk
menyelidiki masalah secara bersamaan. Berkenaan dengan hal tersebut peserta
didik memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-
tugas pelaporan.
3) Membantu penyelidikan individu dan kelompok
Hal yang dilakukan guru adalah membantu penyelidikan peserta didik secara
individu maupun kelompok dengan jalan yaitu:
a) Pengumpulan data dan eksperimentasi, guru membantu peserta didik untuk
pengumpulan informasi dari berbagai sumber, peseta didik diberi
pertanyaan yang membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis
informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Peserta
didik diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif dan dapat
menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya,
peserta didik juga perlu diajarkan apa dan bagaimana etika penyelidikan
yang benar.
b) Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya
gagasan-gagasan tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam tahap
penyelidikan dalam rangka, selama tahap penyelidikan, guru seharusnya
menyediakan bantuan yang dibutuhkan tampa mengganggu aktifitas
peserta didik.
c) Mengembangkan dan menyajikan artifak dan pameran. Artifak lebih dari
sekedar laporan tertulis, artifak meliputi berbagai karya seperti videotape
yang menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan. Setelah
artifak dikembangkan, maka guru seringkali mengorganisasikan pamertan
untuk memamerkan dan mempublikasikan hasil karya tersebut.
4) Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Tahap akhir problem based learning meliputi aktivitas yang dimaksudkan
untuk membantu siswa menganalisa dan mengevaluasi proses berpikir mereka
11
sendiri dan di samping itu juga keterampilan penyelidikan dan keterampilan
intelektual yang mereka gunakan.
Selama tahap ini, guru meminta peserta didik untuk melakukan rekonstruksi
pemikiran dan aktivitas mereka selama tahap-tahap pelajaran yang dilewatinya.
Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi
masalah? Kapan mereka merasa yakin dalam pemecahan masalah? Mengapa
mereka dapat menerima beberapa penjelasan lebih dahulu daripada yang
lainnya? Mengapa mereka menolak beberapa penjelasan? Mengapa mereka
mengadopsi pemecahan final mereka? Apakah mereka telah mengubah
pemikirannya tentang situasi masalah itu ketika penyelidikan berlangsung?
Apa penyebab perubahan itu? Apakah mereka akan melakukan secara berbeda
di waktu yang akan datang?. Dibawah ini adalah bagaimana prosesdur
pelaksanaan problem based learning.
Gambar 2 PROSEDUR PELAKSANAAN PBL

Perilaku yang dilakukan guru dan peserta didik Problem based learning
berhubungan dengan masing-masing fase dirangkum dalam tabel berikut ini:
Tabel SINTAKS PROBLEM BASED LEARNING
Fase Perilaku Guru
Fase 1: Orientasi siswa kepada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
memotivasi siswa terlibat pada aktivasi
pemecahan masalah yang dipilihnya
Fase 2: Mengorganisasi siswa untuk Guru membantu peserta didik mendefinisikan
belajar dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
Fase 3: Membimbing penyelidikan Guru mendorong peserta didik untuk

12
individu maupun kelompok mengumpulkan infomasi yang sesuai
melaksanakan eksprimen, untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan Guru membantu siswa dalam merencanakan
hasil karya dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model dan membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Mengembangkan dan Guru membantu peserta didik untuk melakukan
mengevaluasi proses pemecahan masalah refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.

II.VI. Kelebihan dan Kekurangan Model PBL

II.VI.I. Kelebihan
Sebagai suatu model pembelajaran, Problem Based Learning (PBL) memiliki
beberapa kelebihan, diantaranya :
1. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
2. Meningkatakan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
3. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah
dunia nyata.
4. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, PBM dapat
mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baikterhadap hasil maupun
proses belajarnya.
5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
6. Memberikan kesemnpatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata.
7. Mengembangkan minat siswa untuk secaraterus menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telah berakhir. Memudahkan siswa dalam menguasai
konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan mkasalah dunia nyata.
(Sanjaya, 2007)

13
II.VI.II. Kekurangan
Disamping kebihan di atas, PBL juga memiliki kelemahan, diantaranya:
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencobanya.
2. Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi
yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha
untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa
yang mereka ingin pelajari.
(Sanjaya, 2007)

14
BAB III
PENUTUP

III.I. Kesimpulan
1. PBL adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan yang
esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk
merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi pada masalah.
2. Strategi PBL melibatkan beberapa metode seperti metode pemecahan masalah,
metode diskusi/diskusi kelompok, dan mengembangkan tanggung jawab individu
melalui pembelajaran mandiri, serta mengembangkan berbagai skills seperti
problem solving skill, critical thinking skill, communication skill, research an
collaboration sklls.
3. Metode yang Mendasari Strategi PBL
 Metode Belajar Problem Solving
 Metode Belajar Kooperatif
 Metode/Teori Belajar Konstruktivis
4. Karakteristik PBL yaitu:
 Pembelajaran berpusat pada siswa
 Bentuk problem autentik
 Informasi baru diperoleh melaui pembelajaran mandiri
 Pembelajaran dalam grup kecil
 guru hanya sebagai fasilitator.
5. langkah-langkah operasional PBL, yaitu:
 Clarify
 Define
 Analyse
 Review
 Identify Learning Objectives
 Self study
 Report and synthesis
6. Kelebihan dan kekurangan PBL
a. Kelebihan

15
 Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
 Meningkatakan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
 Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami
masalah dunia nyata.
 Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu,
PBM dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baikterhadap
hasil maupun proses belajarnya.
 Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
 Memberikan kesemnpatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka miliki dalam dunia nyata.
 Mengembangkan minat siswa untuk secaraterus menerus belajar sekalipun
belajar pada pendidikan formal telah berakhir. Memudahkan siswa dalam
menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan mkasalah dunia
nyata.
b. Kekurangan
 Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencobanya.
 Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi
yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus
berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka
akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
III.II. Saran

Saran dari penulis kiranya makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran naik
penulis, pembaca khususnya siswa dan guru didalam meningkatkan proses
pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arends. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Grasindo.

Djamas, Djusmaini. 2014. Perangkat Pembelajaran Strategi Pembelajaran Fisika.


Padang: Rios Multimedia.

Ibrahim & Nur. 2005. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Universitas Press.

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai