Anda di halaman 1dari 16

A.

SEJARAH PERKEMBANGAN KAMERA DAN FOTOGRAFI

Gambar ini tentunya sudah tidak asing lagi bagi


kebanyakan orang, ya alat untuk mengabadikan momen atau
peristiwa tertentu dalam perjalanan hidup kita. KAMERA.
Kamera merupakan media untuk melukis menggunakan
cahaya. Melukis dengan cahaya biasanya disebut dengan
fotografi. Fotografi berasal dari bahasa Yunani yaitu
“photos” yang berarti cahaya dan “Grafo” yang berarti
melukis/menulis. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa
dibuat. Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga
mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran
luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang
memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Sejarah kamera dimulai pada abad ketujuh belas. Sejarah fotografi berkisar sekitar
inovasi usaha untuk mereproduksi gambar, apakah upaya itu berhasil atau fotografi menemui
akhir. Perkembangan kamera di mulai dari kamera Obscura hingga yang tercanggih sekarang
adalah kamera DSLR dengan resolusi tinggi serta smartphone yang juga memberikan fasilitas
foto dengan resolusi beragam.

1. Kamera Obscura

Kamera Obscura adalah awal dari kecanggihan masa


kini dalam dunia fotografi yang ditemukan oleh seorang
muslim bernama Al-Haitam atau sering disebut Alhazen.
Tak banyak yang tahu akan seorang penemu muslim Al-
Haitam ini, dikarenakan teknologi saat ini dikuasai oleh
orang barat, sehingga menyangka bahwa kamera awal
ditemukan oleh orang barat, padahal bukan.
Jauh sebelum masyarakat Barat menemukannya, prinsip-prinsip dasar pembuatan kamera
telah dicetuskan sarjana Muslim ini sekitar 1.000 tahun silam. Pada akhir abad ke-10 M, al-
Haitham berhasil menemukan sebuah kamera obscura.

Dunia mengenal al-Haitham sebagai perintis di bidang optik


yang terkenal lewat bukunya bertajuk Kitab al-Manazir (Buku
optik). Kemudian orang barat mempelajari bukunya dan
mengembangkan kamera obscura dengan beberapa hal seperti yang
dilakukan oleh Joseph
Kepler (1571 – 1630 M). Kepler meningkatkan fungsi kamera itu
dengan menggunakan lensa negatif di belakang lensa positif,
sehingga dapat memperbesar proyeksi gambar (prinsip digunakan dalam dunia lensa foto jarak
jauh modern).
Setelah itu, Robert Boyle (1627-1691 M), mulai menyusun kamera yang berbentuk kecil,
tanpa kabel, jenisnya kotak kamera obscura pada 1665 M. Setelah 900 tahun dari penemuan
al-Haitham pelat-pelat foto pertama kali digunakan secara permanen untuk menangkap gambar
yang dihasilkan oleh kamera obscura. Foto permanen pertama diambil oleh Joseph Nicephore
Niepce di Prancis pada 1827.

2. Daguerreotypes dan Calotypes

Louis Daguerre dan Joseph Nicéphore


Niépce menemukan metode fotografi praktis
pertama, yang bernama Daguerreotype, pada
1836. Daguerre dilapisi pelat tembaga dengan
perak, kemudian tambahkan dengan uap yodium
untuk membuatnya sensitif terhadap cahaya.
Gambar itu dihasilkan oleh uap merkuri dan
dengan larutan kuat garam biasa (natrium klorida). Henry Fox Talbot menyempurnakan
proses yang berbeda, calotype, pada 1840. Kedua kamera yang digunakan sedikit berbeda dari
model yang Zahn, dengan piring peka atau selembar kertas ditempatkan di depan layar monitor
untuk merekam gambar. Berfokus pada umumnya melalui kotak geser.

3. Dry Plates
Pelat kering collodion telah ada
sejak 1855, berkat karya Désiré van Monckhoven,
hingga sampai ada penemuan baru dari
pelat kering gelatin pada tahun 1871 oleh
Richard Leach Maddox dengan kecepatan dan kualitas
lebih baik. Juga, untuk pertama kalinya, kamera bisa
dibuat cukup kecil untuk dipegang tangan, atau
bahkan tersembunyi .Ada proliferasi dari berbagai
desain, dari refleks tunggal dan lensa ganda untuk kamera besar dan kameragenggam.

4. Kodak dan Lahirnya Film

Penggunaan film fotografi dipelopori oleh George


Eastman, dimulai dari kertas film manufaktur pada 1885
sebelum beralih ke seluloid pada tahun 1889. Kamera
pertamanya, yang ia disebut "Kodak," pertama kali
ditawarkan untuk dijual pada tahun 1888. Itu adalah
kotak kamera yang sangat sederhana dengan lensa fixed-
focus dan kecepatan rana tunggal, dengan harga yang
relatif rendah.

5. Compact Camera dan Canon

Oskar Barnack, yang bertanggung jawab


atas penelitian dan pengembangan
di Leitz, memutuskan untuk menyelidiki dengan
menggunakan 35 mm film cineuntuk
kamera dalam percobaannya untuk membangun
sebuah kamera kompak yang mampu membuat pembesaran berkualitas tinggi

Dia membangun prototipe kamera 35 mm nya (Ur-Leica) sekitar tahun 1913, meskipu
npengembangan lebih lanjut ditunda selama beberapa tahun akibat. Perang
Dunia I. Leitz diuji pasarkan antara tahun 1923 dan 1924. Kamera tersebut memperoleh
respon sangat baik dari para konsumen sehingga para pesaing pun mulai bermunculan
salah satunya adalah Canon yang dibuat oleh Jepang.

6. TLRs, SLRs dan Nikon

Kamera pertama dengan


refleks praktis dibuat oleh Franke
& Heidecke Rolleiflex media
dengan nama TLR tahun 1928.
Meskipun secara single twin-lens
reflex kamera ini tersedia selama
beberapa dekade, dengan
kepopuleran yang cukup lama.
Sebuah revolusi serupa di
desain SLR dimulai pada tahun
1933 dengan pengenalanIhagee Exakta, SLR kompak yang digunakan 127 rollfilm. Hal
ini diikuti tiga tahun kemudian oleh penemu barat pertamakali dengan SLR menggunakan
film 35mm, yang Kine Exakta.

Pada tahun 1952 Asahi Optical, perusahaan yang kemudian menjadi terkenal untuk
kamera Pentax memperkenalkan SLR Jepang pertama menggunakan film 35mm, yang
disebut Asahiflex. Beberapa pembuat kamera Jepang lainnya juga memasuki pasar SLR
pada 1950-an, termasuk Canon, Yashica, dan Nikon.

Nikon masuk pasaran dengan nama Nikon F, dengan kualitas hasil potret yang sangat
baik dan membuatnya populer. Seri F bersama dengan seri sebelumnya S dari kamera
pengintai tersebut membuat reputasi Nikon sebagai pembuat peralatan profesional
berkualitas.

7. Kamera Analog
Kamera analog mulai muncul pada tahun 1981
dari Sony Mavica (Magnetic Video Camera). Ini
adalah kamera analog, yang mencatat sinyal pixel
terus menerus, sebagai mesin rekaman video.

Kamera elektronik Analog berikutnya ditahun


1986 adalah Canon RC-701. Canon pertama kali
menjadi kamera untuk memotret Olimpiade 1984,
mencetak foto Yomiuri Shinbun, dalam surat kabar
Jepang. Di Amerika Serikat, publikasi pertama yang menggunakan kamera ini untuk
reportase nyata dalam USA Today, untuk pertandingan Bisbol World Series.

Namun ternyata kamera analog kurang mendapat respon baik karena beberapa faktor
seperti biaya mahal (hingga US $ 20.000), kualitas gambar yang buruk dibandingkan
dengan film, dan kurangnya printer terjangkau berkualitas.

8. Kamera Digital: DSLR serta Kamera Ponsel


Kamera digital berbeda dari pendahulunya
kamera analog terutama tidak menggunakan
film, tapi menangkap dan menyimpan foto-foto
pada kartu memori digital atau penyimpanan
internal. Kamera digital sekarang termasuk
kemampuan komunikasi nirkabel (misalnya Wi-
Fi atau Bluetooth) untuk mentransfer, mencetak
atau berbagi foto, dan juga ditemukan pada ponsel.
Kamera digital pertama dengan gambar direkam sebagai file terkomputerisasi
adalah kemungkinan Fuji DS-1P Tahun 1988, yang direkam ke kartu memori 16 MB
internal yang digunakan baterai untuk menyimpan data dalam memori. Kamera digital
pertama yang benar-benar dipasarkan secara komersial dijual pada bulan Desember
1989 di Jepang, DS-X oleh Fuji.
Kamera digital pertama yang tersedia secara komersial di Amerika Serikat
adalah 1.990 Dycam Model 1, itu awalnya gagal komersial karena hanya hitam dan
putih, rendah dalam resolusi, dan biaya hampir $ 1.000 (sekitar $ 2000 pada tahun 2013
uang). Ini kemudian hadir Logitech Fotoman pada tahun 1992 yang menggunakan CCD
sensor gambar, gambar disimpan secara digital, dan terhubung langsung ke komputer
untuk di-download.
Pada tahun 1991, Kodak memasarkan Kodak DCS-100, awal garis panjang
kamera profesional Kodak DCS SLR yang sebagian didasarkan pada film Nikons.
Kamera ini menggunakan sensor 1,3 megapixel dan dengan harga $ 13.000.
Pindah ke format digital oleh format JPEG dan MPEG standar pada tahun 1988,
yang memungkinkan gambar dan file video yang akan dikompresi untuk penyimpanan.
Kamera pertama yang dipasarkan untuk konsumen dengan layar kristal cair di bagian
belakang adalah Casio QV-10 dikembangkan oleh tim yang dipimpin oleh Hiroyuki
Suetaka pada tahun 1995 setelah kamera digital pertama kali dirilis di pasar konsumen
yang menggunakan CompactFlash adalah Kodak DC-25 pada tahun 1996
Tahun 1999 awal pengenalan D1 Nikon, kamera 2,74 megapiksel yang pertama
SLR digital yang dikembangkan sepenuhnya oleh produsen besar, dan dengan biaya di
bawah $ 6000 pada pengenalan terjangkau oleh fotografer profesional dan konsumen
high-end. Kamera ini juga digunakan Nikon F-mount lensa, yang berarti fotografer film
bisa menggunakan banyak lensa.
Pada tahun 2010, hampir semua ponsel fitur built-in kamera resolusi tinggi
digital video dan banyak kamera fitur built-in GPS, memungkinkan untuk otomatis
real-time geotagging.

9. DSLR
Digital Single Lens Reflex (Digital SLR atau DSLR) adalah kamera digital yang
menggunakan sistem cermin otomatis dan pentaprisma atau pentamirror untuk
meneruskan cahaya dari lensa menuju ke viewfinder.
Kamera ini menjadi kamera tercanggih dan terpopuler saat ini, terutama untuk merek
Nikon dan Canon. Kamera ini juga sering digunakan untuk studio foto karena kualitas
gambarnya yang sangat baik dengan resolusi tinggi.

10. Kamera Ponsel


Kamera ponsel ini menjadi trend teknologi modern yang menjadi salah satu faktor
dalam kesuksesan pemasaran smartphone dengan kualitas potret dan rekaman yang
beragam dengan penawaran harga termurah hingga paling mahal.
B. BAGIAN-BAGIAN KAMERA DAN FUNGSINYA
Sebelum kita menggunakan kamera alangkah baiknya kita tahu terlebih dahulu
tombol - tombol yang terdapat di kamera. Disini saya menampilkan kamera DSLR,
walaupun kamera DLSR banyak merknya tetapi tombol dan fungsinya masih sama hanya
berbeda tempat dan namanya saja, berikut bagian - bagian kamera beserta fungsinya :

1. Lensa adalah bagian pokok dari kamera yang bekerja sama denga body kamera.
Fungsi lensa sendiri yaitu sebagai pemantul objek yang akan di bidik.
2. Grip yaitu bagian kamera yang menonjol di sebelah kanan dan berfungsi untuk
pegangan kamera.
3. Tombol Lensa fungsinya adalah untuk melepaskan lensa pada kamera
4. Tombol Stabilizer yang Berfungsi untuk mestabilkan getaran oleh tangan saat
memotret yang membuat hasil foto tidak maksimal.
5. Tombol Shutter Berfungsi untuk mengambil sebuah gambar.
6. Tombol Flash Tombol ini digunakan untuk menyalakan flash pada kamera Digital
SLR.
7. Dial Berfungsi sebagai pengatur kecepatan rana (shutter speed)
8. Tombol Display Berfungsi untuk menampilkan gambar yang kita jepret.
9. Thumb-Wheel Tombol ini merupakan tombol modus pemotretan
10. Built in Flash Light Fungsi dari Lampu Flash internal ini hanya untuk memberikan
penerangan 1 arah
11. Anti Red Eye Fungsi tombol tersebut sebagai penangkal untuk menghindari mata
kelihatan merah pada saat menggunakan Flash llight (Lampu Flash)

12. Finder adalah Jendela bidik yang digunakan untuk melihat objek saat memotret
13. Layar LCD berfungsi untuk menampilkan keterangan settingan kamera, untuk
melihat hasil foto, sebagai layar bidik untuk melihat objek yang akan difoto (lifeview)
14. Tombol Navigasi berfungsi untuk membantu mengendalikan program dalam kamera
dan menggeser pilihan pada menu di kamera
15. Tombol AV berfungsi untuk mengatur bukaan diafragma atau aperture
16. Tombol Fn/Q berfungsi untuk mengubah atau mengalihkan fungsi pada tombol
navigasi di atas ke fungsi shortcut
17. Tombol Zoom berfungsi untuk memperbesar hasil foto dan juga untuk memperdekat
jarak objek ketika mengaktifkan mode lifeview saat memotret
18. Tombol Lifeview berfungsi untuk mengganti atau mengalihkan layar bidik dari
viewfinder ke lifeview yang tampil pada layar LCD.
19. Tombol Menu untuk menuju menu pengaturan, sedangkan tombol info untuk
mengetahui informasi data termasuk informasi foto.
20. Tombol Preview berfungsi untuk melihat hasil foto pada layar LCD kamera.
21. Tombol Delete berfungsi untuk menghapus foto dan data lainnya di dalam kamera.

C. ENAM PANDUAN MENGATUR SETTING KAMERA UNTUK MEMOTRET PADA


BEBERAPA KONDISI

Kita tahu setting di kamera modern itu sangat banyak,


yang tentunya sangat membantu kita dalam menghadapi
berbagai kondisi pemotretan sehari-hari. Namun kita juga tahu
masih banyak pemilik kamera yang tidak (mau) tahu kegunaan
setting-setting tersebut, sehingga tidak dimanfaatkan saat
menghadapi kondisi yang cukup sulit atau tidak ideal. Kita boleh
saja pakai mode AUTO dan kamera akan pikirikan apa setting terbaik untuk setiap kondisi,
tapi kan kita tidak punya kendali atas setting tersebut dan juga kita tidak pernah belajar darinya.
Pada akhirnya kita bisa jadi tidak puas dengan hasilnya. Boleh dibilang mode AUTO itu lebih
cocok dipakai dalam kondisi yang ideal saja, seperti cukup cahaya, bendanya tidak bergerak
dan momennya tidak berlalu dengan cepat. Namun saat kondisi menjadi lebih sulit,
pencahayaan menantang, warna sumber cahaya yang tidak mudah, subyek terus bergerak, kita
tidak bisa lagi mengandalkan mode AUTO di kamera. Kali ini kami akan berbagi banyak tips
penting untuk menghadapi bermacam kondisi sulit, tentunya dengan menjelaskan setting apa
yang harus dipilih. Ada baiknya setelah dibaca, anda juga praktekkan untuk lebih memahami
dan bisa membuktikan sendiri. Ayo mulai.

Kondisi 1 : Cahaya Berubah-Ubah


Misal : saat memotret konser dengan lampu sorot dan lampu latar (LED)
yang terus berubah

Pertama yang harus diingat adalah, jangan pakai mode Manual exposure.
Biarkan kamera menghitung sendiri cahayanya dan memberikan nilai
ekpsosur yang tepat untuk kita. Bisa gunakan mode P (Program)
atau A/Av (Aperture Priority) atau S/Tv (Shutter Priority). Gunakan juga
mode metering Spot, lalu kunci pengukuran metering ke obyek utama yang ingin difoto, ini
dilakukan supaya kita bisa mendapat pengukuran yang pas walau cahayanya sulit.
Bila kita merasa setting eksposur yang diberikan
kamera sudah pas, bisa kita kunci setting dengan
menekan dan menahan tombol AE-Lock (simbol
bintang di kamera Canon, atau tombol AE-L di
kamera lain). Tak perlu menunggu lama, setelah
jempol kita menahan tombol ini segeralah
mengambil foto untuk mencegah perubahan
cahaya lagi. Selamat mencoba..

Kondisi 2 : Kontras Tinggi


Misal : siang hari outdoor matahari terik dan subyek yang akan difoto tampak gelap

Disini tidak ada satu solusi yang mudah, karena


memang kenyataannya dynamic range sensor
kamera tidak bisa menyamai apa yang kita lihat.
Maka kamera selalu kesulitan untuk menangkap
semua terang gelap di alam dengan sama baiknya.
Biasanya yang terjadi adalah langit menjadi
terlalu terang, atau justru obyek utamanya jadi
terlalu gelap. Ada beberapa setting kamera yang
bisa dicoba dengan plus minus masing-masingnya :
 Mengatur kompensasi eksposur, biasanya dikompensasi ke arah + (positif), cocok bila kita
ingin obyek utama terlihat terang namun background terpaksa jadi terlalu terang/over
(untuk mengembalikan detail di daerah yang over memang hampir mustahil, tapi cobalah
pakai RAW dan diatur highlight settingnya di olah digital kadang-kadang bisa membantu
sedikit)
 Mengatur fitur Active D Lighting (Nikon), Auto Lighting
Optimizer (Canon), bisa menjaga kontras dimana hasil
fotonya diusahakan tidak ada yang terlalu terang dan
terlalu gelap (tidak bisa pakai RAW)
 memakai mode in camera HDR (bila ada), seperti
contoh foto atas kanan (mode ini tidak cocok bila
obyeknya bergerak dan juga tidak bisa pakai RAW)

Tips tambahan : di kamera Canon ada fitur Highlight Tone Priority, ini bisa diaktifkan untuk
mencegah over eksposur di daerah putih seperti baju pengantin atau langit.

Kondisi 3 : Subyek Bergerak, Momen Sulit Diprediksi


Misal : aktivitas outdoor, event olahraga, perlombaan dsb

Yang perlu diingat disini adalah untuk mendapatkan


foto yang timingnya pas, diperlukan fokus dan drive
kontinu (terus menerus). Selain itu tentu shutter speed
harus dipilih yang cukup cepat supaya obyeknya
beku/diam.

Drive
continu bisa dipilih di drive mode, biasanya kamera
bisa memotret mulai dari 4 foto per detik yang cukup
lumayan untuk memotret berturut-turut. Kamera lebih
canggih bahkan bisa memotret sampai 11 foto per detik.
Untuk mengaktifkan fokus kontinu pilih mode AF-C
(di kamera Nikon dan Sony) atau AF mode ke AI Servo
(di kamera Canon). Selanjutnya tentu kita harus membidik obyeknya, tekan dan tahan setengah
tombol jeptret (atau tekan dan tahan tombol AF-ON) lalu saat momennya tiba tekan penuh
tombol jepret cukup lama supaya bisa diambil banyak foto. Nantinya pilih dari sekian foto yang
diambil manakah yang momen dan timingnya paling pas.

Kondisi 4 : Aktivitas Di Tempat Kurang Cahaya


Misal : seremoni indoor (wedding, wisuda, pentas seni dsb)

Kondisi seperti ini kerap kita hadapi, dan bisa


dibagi dua kelompok : bisa dibantu flash dan
tidak. Idealnya kita punya flash eksternal yang
bisa di bounce ke langit-langit sehingga
cahayanya lebut dan natural. Untuk menambah
kekuatan flash bisa juga naiikan ISO hingga
ISO 800. Namun bila flash tidak bisa dipakai
(entah karena dilarang atau jangkauannya terbatas) maka hal yang penting adalah gunakan
bukaan maksimal (lensa yang bisa f/2.8 atau lebih besar akan lebih embantu) dan naikkan ISO
cukup tinggi (ISO 1600-3200) supaya foto jadi terang, shutter speed tetap cepat sehingga
momen yang difoto tidak blur.

Walau tampak terang, foto diatas diambil


di dalam ruangan yang kurang cahaya.
Untuk itu penggunaan flash dengan
bounce akan membantu pencahayaan.
Jangan lupa karena aktivitas di dalam
ruangan ini umumnya dinamis (bergerak),
tips di kondisi 3 diatas seperti AF mode
kontinu kadang tetap diperlukan.

Kondisi 5 : Warna Sumber Cahaya Yang Sulit


Misal : di cafe/resto/hotel, bermacam sumber cahaya bercampur (matahari, lampu, flash)

Paling aman pakailah format file RAW lalu diedit belakangan, sesuaikan setting White Balance
yang diinginkan. Tapi bila kita mau hasil akurat tanpa perlu repot edit, maka kita perlu siapkan
kertas putih di lokasi pemotretan, lalu lakukan prosedur Custom/Preset WB atau Measure WB.
Syaratnya, kertas putih harus difoto penuh, dengan sumber cahaya yang sama dengan yang
akan kita pakai nanti. Dengan begitu kamera akan mengerti setting WB optimal dari kertas
putih tadi.

Khusus di cafe/resto/hotel umumnya disengaja


memberi pencahayaan hangat (lampu tungsten
yang kekuningan) sehingga membuat dilema saat
difoto. Bila kita netralkan maka seolah-olah di
lokasi itu lampunya putih netral (tidak ada kesan
hangat), tapi bila dibiarkan kuning maka orang
yang ada di foto tersebut warnanya (kulit, baju
dsb) jadi tidak netral.

Contoh warna kuning dinetralkan jadi putih, benar secara teknis tapi jadi tidak terlihat warna
aslinya :

Lalu difoto lagi dengan menjaga warna aslinya, lebih hangat (kuning) tapi tidak netral :

WB shift juga bisa dilakukan bila kita sudah tahu ingin membiaskan hasil warna akhir ke arah
mana : Hijau – Magenta atau Biru – Merah. Idealnya titik tengah akan memberi hasil netral
apabila setting WB sama dengan sumber cahayanya. Tapi kalau kita mau geser bisa juga,
dengan menggeser ke kanan maka tone warna akan semakin kemerahan. Bila titik tengah
memberi hasil yang tidak netral (misal akibat gangguan dari warna biru pada cahaya yang ada)
maka ada baiknya WB shift digeser ke kanan supaya
hasil akhirnya tidak lagi biru. WB shift juga boleh
dipakai untuk membuat warna sengaja berbeda,
misal di daerah berkabut putih akan lebih unik bila
WB di geser ke warna biru.
Kondisi 6 : Balance Flash Di Tempat Low Light Atau Fill Flash Untuk Backlight
Misal : foto potret dengan flash, tapi ingin suasana sekeliling terlihat terang, atau sebaliknya
mengisi flash saat backlighting
Flash slow speed dimaksudkan unyuk menerangi subyek yang dekat, namun untuk
menangkap ambient lightperlu shutter speed yang cukup lambat, misal di belakangnya ada
lampu-lampu gedung. Biasanya dipilih 1/30 detik hingga 1/8 detik. Perhatikan kalau tripod
sebaiknya dipakai untuk speed lambat.
Foto berikut pakai shutter 1/20 detik, ISO 800 dan lampu flash :

Bedakan dengan foto berikut ini :

Ini perkecualian karena backlight / melawan


matahari, jadi shutter speed boleh lebih cepat
(misal 1/100 detik) tapi supaya obyek utama
tidak jadi siluet maka flash tetap diset untuk
menyala seperti foto diatas.

D. Pengetahuan Tentang Teori Warna Pada Pemotretan


Dalam fotografi warna dalam sebuah foto bisa dihasilkan dari beberapa cara,
yaitu dengan menggunakan filter yang akan merubah seluruh nuansa warna. Cara
lainnya dengan menggunakan warna pada cahaya yang digunakan saat pemotretan, atau
dengan menggunakan warna-warna pada fisik dari objek yang akan difoto untuk
membentuk suatu komposisi. Filter adalah aksesoris kamera yang berupa lapisan kaca,
gelatin, atau bahan lain yang digunakan untuk memodifikasi spektrum cahaya. Filter
memungkinkan fotografer untuk memodifikasi foto yang dihasilkan, bahkan
kadangkadang fotografer memakainya hanya untuk membuat sedikit perubahan pada
nuansa foto.

Karakter Warna Karakter warna digolongkan sesuai dengan ciri khas warna dalam
implementasi kehidupan sehari-hari. Berikut karakter-karakter warna tersebut :
 Hitam, sebagai warna yang tertua (gelap) dengan sendirinya menjadi lambang
untuk sifat gulita dan kegelapan (juga dalam hal emosi).

 Putih, sebagai warna yang paling terang, melambangkan cahaya, kesucian.

 Abu-abu, merupakan warna yang paling netral dengan tidak adanya sifat atau
kehidupan spesifik.

 Merah, bersifat menaklukkan, ekspansif (meluas), dominan (berkuasa), aktif dan


vital (hidup).

 Kuning, dengan sinarnya yang bersifat kurang dalam, merupakan wakil dari hal-
hal atau benda yang bersifat cahaya, momentum dan mengesankan sesuatu.

 Biru, sebagai warna yang menimbulkan kesan dalamnya sesuatu (dediepte), sifat
yang tak terhingga dan transenden, disamping itu memiliki sifat tantangan.

 Hijau, mempunyai sifat keseimbangan dan selaras, membangkitkan ketenangan


dan tempat mengumpulkan daya-daya baru. Dari sekian banyak warna, dapat
dibagi dalam beberapa bagian yang sering dinamakan dengan sistem warna Prang
System yang ditemukan oleh Louis Prang pada 1876 meliputi :

 Hue, adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari 26 26 suatu
warna, seperti merah, biru, hijau dsb. Value, adalah dimensi kedua atau mengenai
terang gelapnya warna. Contohnya adalah tingkatan warna dari putih hingga hitam.

 Intensity, seringkali disebut dengan chroma, adalah dimensi yang berhubungan


dengan cerah atau suramnya warna. Selain Prang System terdapat beberapa sistem
warna lain yakni, CMYK atau Process Color System, Munsell Color System,
Ostwald Color System, Schopenhauer/Goethe Weighted Color System,
Substractive Color System serta Additive Color/RGB Color System.
E. Film Negatif Warna
Film negatif warna adalah jenis film berwarna yang menghasilkan negatif (klise)
dengan gambar yang warnakomplemennya berasal
dari warna-warna yang terdapat pada objek. Objek
warna merah akan membentuk cyan(hijau biru) pada
film, warna hijau akan terbentuk warna magenta
(merah biru), sedangkan objek warna biru akan
terbentuk warna kuning pada film. Dari negatif ini
dapat dicetak menjadi foto-foto berwarna (gambar
positif).

Anda mungkin juga menyukai