Oleh :
A. Tujuan Pembelajaran
B.F. Skinner pada tahun 1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada
hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan
yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Sementara itu, Oemar
deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah
3
berlangsung pembelajaran.
tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002)
pembelajaran;
James Popham dan Eva L. Baker (2005) mengemukakan pada masa lampau
pembelajaran.
pada pentingnya penguasaan bahan bagi siswa dan pada umumnya yang
atau performansi.
tujuan pembelajarannya dalam bentuk perilaku siswa yang dapat diukur yaitu
menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa tersebut sesudah mengikuti
pelajaran.
a. Preferensi nilai guru yaitu cara pandang dan keyakinan guru mengenai
apa yang penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana
diharapkan dicapai oleh setiap siswa. Lebih tepatnya, kemampuan baru apa
yang seharusnya dikuasai siswa pada akhir pelajaran. Rumusan tujuan bukan
aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai
dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang
dimaksud adalah:
a) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
b) Pemahaman (comprehension)
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
c) Penerapan (application)
d) Analisis (analysis)
e) Sintesis (syntesis)
f) Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk
masalah tersebut.
sendiri.
dipelajari.
lebih menyeluruh.
baik.
tertulis.
kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif
atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7)
struktur.
mengkhususkan.
tegak lurus.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi,
tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik
agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1)
datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk
16
yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian
sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada
jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau
diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah
hasil belajar afektif jenjang Receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin
wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.
tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih
lebih jauh atau menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang
kedisiplinan.
yang lebih tinggi lagi daripada Receiving dan Responding. Dalam kaitan
dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima
nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep
17
atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu
mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti
bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di
stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang Valuing adalah
tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku
masyarakat.
temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang
yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari
suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang
tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten
tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar
jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol
diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa telah
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena
suatu nilai. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang
tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan
Oleh sebab itu, sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke
Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam
maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya
perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas,
arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan.
Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari
senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih
kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif
atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau
buruk.
maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target
mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila
matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan
bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa
a. Sikap
atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara
yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu
objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek
b. Minat
yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya.
intensitas tinggi.
c. Nilai
perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap
Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa
22
sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat
nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu
bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga
objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh
dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik
terhadap masyarakat.
d. Moral
diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau
melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan
berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan
keyakinan seseorang.
menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian
ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang
sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena
e. Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang
Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak
kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak
kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor
sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif
psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif afektif itu
adalah;
kedisiplinan
di siplin dalam mengikuti tata tertib yang telah ditentukan oleh sekolah,
dan lain-lain
dan lain-lain
kebut-kebutan, dengan suka rela mau antri waktu membeli karcis, dan
lain-lain.
diukur melalui (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta
pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk
membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang
produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada
suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur
atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku
peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta
Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang
sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai tingkah
laku yang tampak untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda
penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik.
Tes tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi,
1. Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada
yang sebenarnya
Tes simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan
menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat baik,