Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MODEL PENGEMBANGAN DICK DAN CARREY

OLEH

AHMAD ALWI (15B07001)

DEVI ARVITA KUSUMA (15B07006)

KARTINI (15B07013)

YOHANA OKTAVIA MAJU (15B07020)

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat_Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah

yang berjudul “Model Pengembangan Dick dan Carrey” ini merupakan salah satu

tugas mata kuliah Desain dan Strategi Pembelajaran.

Kami berterima kasih kepada Prof. Dr. Abdul Rahman dan Prof. Dr. H.
Irwan Akib, selaku dosen mata kuliah Desain dan Strategi Pembelajaran karena
telah membimbing dan memberi dukungan kepada kami dalam menyelesaikan
tugas ini.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih pula kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini. Tugas ini tidak luput dari
kesalahan, oleh karena itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran dari
pembaca budiman.

Makassar, 2016

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah pendidikan telah ada setua dengan pendidikan dan manusia itu
sendiri.Berbagai upaya dilakukan untuk memecahkannya dan menjadikan
pendidikan berjalan efektif dan efisien. Hal positif dari keadaan ini adalah
menjadikan pendidikan merupakan sesuatu yag dinamis, sehingga menuntut
manusia untuk tetap kreatif dan tidak terbuai dengan keberhasilan satu atau dua
model atau metode saja. Pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan, dan
merupakan bagian proses yang langsung berkaitan dengan siswa. Upaya
peningkatan proses pembelajaran dilakukan dengan berbagai usaha, termasuk
melalui desain pembelajaran. Banyak ahli percaya bahwa desain pembelajaran
yang baik akan menghasilkan proses yang baik pula. Dengan pemikiran ini, maka
kajian tentang desain pembelajaran yang efektif, tidak kalah penting dengan
kajian konsep pendidikan lainnya.

Dari berbagai kajian tentang desain pembelajaran, para ahli telah


menawarkan beberapa model desain pembelajaran, diantaranya model desain
pembelajaran Dick and Carrey. Secara teoritis desain pembelajaran ini
menawarkan sistematika berpikir prosedural, yang akan menjadi dasar
pengembangan desain lainnya, sehingga pemahaman yang lengkap mengenai
desain pembelajaran Dick and Carrey, akan menjadi dasar pemahaman bagi model
desain pembelajaran yang lain, pemikiran inilah yang kemudian menjadikan
model desain pembelajaran Dick and Carrey menarik untuk dikaji.

Salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran adalah aktivitas


siswa di dalam pembelajaran, Agar dapat mencapai keberhasilan ini, maka
diperlukan desain pembelajaran yang matang dari mulai tujuan, memahami
karakter siswa yang akan menjalankan pembelajaran, menentukan model atau
strategi yang tepat, dan evaluasi. Model desain pembelajaran Dick and Carey,
menawarkan rancangan yang lengkap untuk semua proses yang telah disebutkan.
Dalam hal inilah model.

Dick and Carey menarik untuk dikaji. Berdasarkan latar belakang yang
telah dipaparkan, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai
model desain pembelajaran Dick and Carey

B. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas arah kajian dalam makalah ini, maka disusun rumusan
masalah sebagai berikut
1. Bagaimana pemahaman terhadap model pembelajaran dick and carey?
2. Bagaimana langkah-langkah dalam model desain pembelajaran Dick dan
Carey?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari model desain Dick dan Carey ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
kajian dalam makalah ini adalah :
1. Untuk memecahkan permasalahan strategi pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran dick and carey.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam model desain pembelajaran Dick
dan Carey
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model desain Dick dan
Carey

D. Manfaat Hasil Penulisan


Kajian mengenai model desain pembelajaran Dick dan Carey, akan
memberikan beberapa manfaat diantaranya :
1. Memberikan gambaran sederhana mengenai model desain pembelajaran Dick
and Carey, sehingga menjadi kajian awal untuk mengkaji model ini lebih
dalam.
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh para peserta didik, dan memungkinkan peserta didik untuk menguasai
tujuan pengajaran yang lebih baik.
3. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar dan kemampuan berpikir siswa dalam menerima materi.
4. Menjadi dasar pemahaman mengenai model desain pembelajaran yang
lainnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran Dick dan Carey


Walter Dick adalah lulusan dari Princeton, dan menerima gelar Ph.D dari
Penn state University dalam bidang Psikologi Pendidikan. Walter Dick pernah
belajar bersama Robert Gagne dan sangat dipengaruhi oleh karya Gagne,
khususnyanya “The Conditions of Learning” yang diterbitkan pada tahun 1965.
Bersama dengan mahasiswa pascasarjananya yang bernama Lou Carey, Walter
dick kemudian menulis buku “The Systematic Design of Instruction” yang
diterbitkan pada tahun 1978.Dalam penulisan buku ini suami Lou, yang bernama
James, bergabung untuk membantu menulis buku ini.James memiliki keahlian di
bidang teknologi pendidikan dan teknologi media baru. Dick, Carey, dan James
bersama-sama mengembangkan model desain pembelajaran yang digambarkan
sebagai "Pendekatan Sistem Model". Hasil pengembangan ini disajikan dalam
buku “The Systematic Design of Instruction”. Model yang dikembangkan dikenal
dengan model Dick & Carey
Model pembelajaran dick and carey merupakan model pembelajaran yang
dikembangkan melalui pendekatan sistem (System Approach). Terhadap
komponen-komponen dasar dari desain sistem pembelajaran meliputi analisis,
desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Model sistem pembelajaran
yang dikembangkan oleh Dick and Carey terdiri dari beberapa komponen yang
perlu untuk membuat rancangan aktifitas pembelajaran yang lebih besar. Dick dan
carey memasukkan unsur kognitif dan behavioristik yang menekankan pada
respon siswa terhadap stimulus yang dihadirkan. Model desain pembelajaran
berperan subagai alat konseptual, pengelolaan, komunnikasi, untuk menganalisis,
merancang, mengevaluasi program pembelajaran, dan program latihan. Setiap
desain pembelajaran memiliki keunikan dan perbedaan dalam langkah-langkah
dan prosedur yang digunakan. Perbedaan juga kerap terdapat pada istilah-istilah
yang digunakan. Namun demikian, model-model desain tersebut memiliki dasar
prinsip yang sama dalam upaya merancang program pembelajaran yang
berkualitas.
Dick, Carey, dan Carey (2001) memandang desain pembelajaran sebagai
sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sitematis. Pada
kenyataannya cara kerja yang sistematis inilah dinyatakan sebagai model
pendekaan sistem. Dipertegas oleh Dick, Carey, dan Carey (2001) bahwa
pendekatan sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan
pembelajaran (Instructional Systems Development /ISD). Jika berbicara masalah
desain maka masuk ke dalam proses, dan jika menggunakan istilah instructional
design (ID) mengacu kepada instructional system development (ISD) yaitu
tahapan analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Instructional
desain inilah payung bidang (Dick, Carey, dan Carey, 2001).
Komponen model Dick, Carey, dan Carey meliputi; pembelajar, pebelajar, materi,
dan lingkungan. Demikian pula dilingkungan pendidikan non formal meliputi;
warga belajar (pebelajar), tutor (pembelajar), materi, dan lingkungan
pembelajaran (Ditjen PMPTK PNF, 2006). Semua berinteraksi dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bila melihat
komponen bekerja dengan memuaskan atau tidak maka perlu mengembangkan
format evaluasi (Dick, Carey, dan Carey, 2001). Jika dari hasil evaluasi
menunjukkan unjuk kerja pebelajar tidak memuaskan maka komponen tersebut
direvisi untuk mencapai kriteria efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Komponen model Dick, Carey, dan Carey dipengaruhi oleh Condition of Learning
hasil penelitian Robert Gagne yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1965.
Condition of learning ini berdasarkan asumsi psikologi behavioral, psikologi
cognitive, dan konstruktivisme yang diterapkan secara eklektic (Dick, Carey, dan
Carey, 2001). Tiga proyek utama yang dihasilkan oleh Gagne (Bostock, 1996)
yaitu 1) instructional events, 2) types of learning outcomes, 3) internal conditions
and external conditions. Ketiganya merupakan masukan yang penting dalam
memulai kegiatan desain pembelajaran.
Komponen dan tahapan model Dick, Carey, dan Carey lebih kompleks jika
dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain seperti Morrison, Ross, &
Kemp (2001). Walaupun model Morrison, Ross, & Kemp juga memandang desain
pembelajaran sebagai sebuah sistem, tetapi sedikit berbeda. Mereka menyebutkan
desain pembelajaran sebagai metode yang sistematis tetapi bukan pendekatan
sitematis. Tahapan yang diguanakan yaitu perencanaan, pengembangan, evaluasi,
dan management proses. Sedangkan komponen dasar sistem meliputi learners,
objectives, methods, dan evaluation yang selanjutnya dikembangkan menjadi 9
(sembilan) rencana desain pembelajaran.
Pada umumnya, tahap pertama dalam desain pembelajaran adalah analisis
untuk mengetahui kebutuhan dalam pembelajaran, dan mengidentifikasi masalah-
masalah apa yang akan dipecahkan. Model Dick, Carey, dan Carey menerapkan
tahapan ini, dengan demikian pengembangan yang dilakukan berbasis kebutuhan
dan pemecahan masalah. Produk yang direkomendasikan dalam model ini yaitu
sebuah produk yang dapat digunakan untuk belajar mandiri (Nasution, 1995;
Dick, Carey, dan Carey, 2001; Heinich, Molenda, Russel, & Smadino, 2002).
Model ini juga memungkinkan warga belajar menjadi aktif berinteraksi karena
menetapkan strategi dan tipe pembelajaran yang berbasis lingkungan. Dengan
bentuk pembelajaran yang berbasis lingkungan, yang disesuaikan dengan konteks
dan setting lingkungan sekitar atau disebut juga sebagaisituational approach oleh
Canale & Swain (1980) memungkinkan pebelajar bahasa (sebagaimana dinyatkan
oleh Sadtono, 1987) dapat mengoptimalkan kompetensi komunikatif.
Seperti yang diuraikan sebelumnya, tahapan model pengembangan sistem
pembelajaran (Instructional Systems Develovment / ISD) Dick, Carey, dan Carey
(2001) terdiri dari 10 tahapan.
B. Langkah-Langkah Model Desain Pembelajaran Dick and Carey
Tahap-tahap yang dikembangkan dalam Model Dick and Carey terdiri dari
10 langkah.Berikut adalah tahap-tahap model desain pembelajaran Dick and
Carey yang disarikan dari tulisan M.khotib (2015) :
1. Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan (Identifying goals)
Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah langkah
pertama yang dilakukan untuk menentukan apa yang anda inginkan setelah warga
belajar melaksanakan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari
serangkaian tujuan pembelajaran yang ditemukan dari analisis kebutuhan, dari
kesulitan-kesulitan warga belajar dalam praktek pembelajaran, dari analisis yang
dilakukan oleh orang-orang yang bekerja dalam bidang, atau beberapa keperluan
untuk pembelajaran yang aktual.
Menentukan tujuan dari sistem yang dibangun. Yang dimaksud dengan
tujuan di sini adalah kemampuan yang dapat diperoleh pembelajar setelah
menyelesaikan pelajaran.
Harles (1975) melukiskan hubungan kerjasama dan partisipasi ketiga
pihak dalam mengidentifikasi kebutuhan instruksional dalam bentuk segitiga
sebagai berikut :
 Kemampuan yang akan dicapai (tujuan)
 Siswa
 Pendidik
Secara umum informasi yang dicari dalam proses mengidentifikasi
kebutuhan instruksional adalah kompetensi siswa saat ini untuk dibandingkan
dengan kompetensi yang seharusnya dikuasai untuk dapat melaksanakan
pekerjaan atau tugasnya dengan baik.
Bagi pengembang instruksional, informasi yang bermanfaat adalah
informasi tentang kurangnya prestasi siswa yang disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dan keterampilan, bukan yang disebabkan oleh kurangnya peralatan
kerja, sikap atassan atau lingkungan kerja lainnya. Hanya masalah yang
disebabkan kurangnya siswa dalam mendapatkan kesempatan pendidikan atau
pelatihan yang dapat diatasi dengan kegiatan instruksional.
Seringkali pengembang instruksional terlalu cepat mengambil kesimpulan,
bahwa setiap indicator yang menunjukkan rendahnya prestasi siswa harus
diselesaikan dengan pelajaran atau pelatihan. Kesimpulan seperti itu belum tentu
benar, seharusnya pengembang instruksional melakukan satu langkah tambahan
yaitu mencari factor penyebab ketidakmampuan siswa sebelum menentukan cara
membantunya dalam mencapai kemampuan yang diharapkan.
Berdasarkan teori belajar yang disusun Gagne merupakan perpaduan yang
seimbang antara behaviorisme dan kognitivisme, yang berpangkat pada teori
proses informasi. Menurut Gagne seperti dikutip oleh Worell dan Stilwell (1981)
cara berpikir seseorang tergantung pada;
1) keterampilan apa yang telah dipunyainya
2) keterampilan serta hierarki apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas.

2. Melakukan Analisis Pembelajaran (Conducting instructional analysis)


Setelah mengidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya
adalah menentukan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut. Langkah terakhir dalam proses analisis tujuan
pembelajaran adalah menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang
disebut sebagai entry behavior (perilaku awal/masukan) yang diperlukan oleh
warga belajar untuk memulai pembelajaran.
Menentukan kemampuan apa saja yang terlibat dalam proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan dan menganalisa topik atau materi yang akan dipelajari.
Analisis ini akan menghasilkan diagram tentang keterampilan-keterampilan/
konsep dan menunjukkan keterkaitan antara keterampilan konsep tersebut.
Menurut Dick & Carey (2005), analisis instruksional adalah suatu prosedur, yang
apabila diterapkan pada suatu tujuan instruksional akan menghasilkan suatu
identifikasi kemampuan-kemampuan bawahan yang diperlukan bagi siswa untuk
mencapai tujuan instruksional. Sedangkan menurut Essef (dalam Zuhairi), analisis
instruksional adalah suatu alat yang dipakai para penyusun desain instruksional
atau guru untuk membantu mereka didalam mengidentifikasi setiap tugas pokok
yang harus dikuasai/dilaksanakan oleh siswa dan sub tugas yang membantu siswa
dalam menyelesaikan tugas pokok.
Gagne (1985) mengidentifikasi lima kategori utama belajar yaitu :
1. informasi verbal,
2. keterampilan intelektual,
3. strategi kognitif,
4. sikap
5. keterampilan motorik
Berbagai kondisi internal dan eksternal yang diperlukan untuk setiap jenis
belajar. Misalnya, untuk strategi kognitif untuk belajar, harus ada kesempatan
untuk berlatih mengembangkan solusi untuk masalah-masalah baru, untuk
mempelajari sikap, peserta didik yang harus terkena yang kredibel peran model
atau argumen persuasif.
Kapabilitas belajar Unjuk kerja
1. Informasi verbal
2. Keterampilan intelektual
 Deskriminasi
 Konsep konkrit
 Konsep abstrak
 Kaidah
 Kaidah tingkat tinggi
3. Strategi kognitif
4. Sikap
5. Keterampilan motorik
 Menyertakan informasi
 Menggunakan symbol untuk berinteraksi dengan lingkungan
 Membedakan perangsang yang memiliki dimensi fisik yang berlainan
 Mengidentifikasi contoh-contoh
 Mengklasifikasikan contoh-contoh dengan menggunakan ungkapan verbal
atau definisi
 Menunjukkan aplikasi suatu kaidah
 Mengembangkan kaidah baru untuk memecahkan masalah
 Mengembangkan cara-cara baru untuk memecahkan masalah.
 Menggunakan berbagai cara untuk mengontrol proses belajar dan berpikir.
 Memilih berprilaku dengan cara tertentu
 Melakukan gerakan tubuh yang luwes dan cekatan, serta dengan urutan
yang benar
Kapabilitas Belajar Kondisi internal Kondisi eksternal
 Informasi verbal Mengingat perangkat pengetahuan terorganisasi yang
telah ada
 Menyajikan konteks yang bermakna
 Keterampilan intelektual
 Mengingat komponen keterampilan intelektual yang lebih sederhana
 Menyajikan secara berlanjut situasi baru untuk dipecahkan
 Strategi kognitif
 Mengingat konsep dan kaidah yang relevan
 Menyajikan secara berlanjut situasi baru bermasalah yang menuntut cara
pemecahan baru.
 Sikap Mengingat informasi dan keterampilan intelektual yang relevan
dengan tindakan personal yang di inginkan
 Memberi kesempatan mengamati model perilaku
 Mengganjar pilihan tindakan personal
 Keterampilan
 Mengingat komponen-komponen rangkaian gerakan motorik
 Memberi kesempatan latihan keterampilan secara utuh
Gagne menyatakan bahwa tugas belajar untuk kemampuan intelektual
dapat disusun dalam hirarki sesuai dengan kompleksitas, pengakuan rangsangan,
respon generasi, prosedur berikut ini, penggunaan istilah, discriminations, konsep
formasi, aturan aplikasi, dan pemecahan masalah. Kepentingan utama dari hirarki
adalah untuk mengidentifikasi prasyarat yang harus diselesaikan untuk
memfasilitasi belajar pada setiap tingkat. Prasyarat dikenal dengan melakukan
tugas analisis belajar / pelatihan tugas.

3. Menganalisis Karakteristik Siswa dan Konteks Pembelajaran (Identifying


entry behaviors and learner characteristics).
Selain melakukan analisis tujuan pembelajaran, hal penting yang perlu
dilakukan dalam menerapkan model ini adalah analisis terhadap karakteristik
siswa yang akan belajar dan konteks pembelajaran. Kedua langkah ini dapat
dilakukan secara bersamaan atau paralel. Analisis konteks meliputi kondisi-
kondisi terkait dengan keterampilan yang dipelajari oleh siswa dan situasi yang
terkait dengan tugas yang dihadapi oleh siswa untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajari. Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi
kemampuan aktual yang dimiliki oleh siswa, gaya belajar, dan sikap terhadap
aktivitas belajar. Identifikasi yang akurat tentang karakteristik siswa yang akan
belajar dapat membantu perancang program pembelajaran dalam memilih dan
menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan.

4. Merumuskan Tujuan Khusus (Writing performance objective)


Perumusan tujuan khusus pembelajaran merupakan pernyataan tentang apa
yang akan dicapai siswa setelah mereka selesai mengikuti kegiatan pembelajaran.
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus, ada beberapa hal yang perlu
mendapatkan perhatian, yaitu :
a. menentukan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah
menempuh proses pembelajaran.
b. kondisi yang diperlukan agar siswa dapat melakukan unjuk kemampuan dari
pengetahuan yang telah dipelajari. Komponen kondisi dalam tujuan
pembelajaran khusus menyebutkan sesuatu yang secara khusus diberikan atau
tidak diberikan ketika pebelajar menampilkan perilaku yang ditetapkan dalam
tujuan (Degeng, 1999: 2). Komponen kondisi bisa berupa bahan dan alat,
informasi dan lingkungan.
c. indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan
siswa dalam menempuh proses pembelajaran. Kriteria yang relevan tersebut
dapat berupa kecermatan, waktu (kecepatan), kesesuaian dengan prosedur,
kuantitas atau kualitas hasil akhir (Degeng, 1999: 5).
5. Mengembangkan instrumen penilaian (Developing criterion-referenced
test items)
Berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, langkah
selanjutnya adalah mengembangkan alat atau instrumen penilaian yang mampu
mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Yang perlu diperhatikan dalam
menentukan instrumen evaluasi yang akan digunakan adalah instrumen harus
dapat mengukur performa siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Beberapa tujuan pembelajaran tidak bisa diukur dengan tes obyektif
tetapi harus diukur unjuk kerja dengan pengamatan penilai. Untuk membuat
instrumen penilaian ini harus dilakukan pemberian skor untuk tiap langkah yang
dilakukan oleh pebelajar (Dick, et al, 2001:173).
Tes acuan patokan disusun secara langsung untuk mengukur tingkah laku
yang digambarkan dalam tujuan. Ada empat jenis tes acuan patokan:
1. Tes perilaku awal atau entry behavior test. Tes ini diberikan sebelum mulai
pembelajaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah pebelajar telah
menguasai ketrampilan yang menjadi prasyarat bagi pembelajaran.
2. Tes pendahuluan atau pre test, adalah tes acuan patokan yang diperlukan
untuk mengetahui profil pebelajar sehubungan dengan analisis pembelajaran.
Pre test tidak selalu harus dilakukan. Pada saat topic yang akan dipelajari
merupakan sesuatu yang baru, maka hasilnya pre test kadang tidak bisa
menggambarkan kemampuan pebelajar yang sebenarnya. Hal ini karena
pebelajar mungkin menebak jawaban tes.
3. Latihan adalah tes yang bertujuan untuk membuat pebelajar berpartisipasi
aktif dalam pembelajaran. Latihan bisa membuat pebelajar mengulang
kembali pengetahuan dan ketrampilan baru sekaligus menilai tingkat
pemahaman dan ketrampilannya sendiri. Pembelajar menggunakan hasil
latihan untuk memberikan umpan balik dan memonitor kecepatan
pembelajaran.
4. Post test adalah tes acuan patokan yang mencakup seluruh tujuan
pembelajaran yang mencerminkan hasil belajar yang dilakukan siswa.
Meskipun begitu, tujuan awal post test adalah untuk mengidentifikasi bagian
pembelajaran yang tidak berhasil.
Keempat jenis tes itu dimaksudkan untuk digunakan selama proses desain
pembelajaran (Dick, et al, 2001: 147-148).
Item tes dan tugas harus sesuai dengan : 1) tujuan sementara dan tujuan
akhir pembelajaran, 2) karakteristik dan kebutuhan pebelajar seperti tingkat
penguasaan bahasa, tingkat perkembangan pebelajar, tingkat motivasional dan
ketertarikan, pengalaman dan latar belakang dan kebutuhan khusus pebelajar
(Dick, et al, 2001: 151-153). Desainer juga harus membuat keadaan pada saat tes
sama dengan saat belajar. Item tes dan tugas harus realistis atau autentik.
Pembelajar juga harus diberi petunjuk sebelum menjawab soal.

6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran (Developing Instructional


Strategy)
Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya, perancang
program pembelajaran dapat menentukan strategi yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
Strategi yang digunakan disebut strategi pembelajaran atau instructional
strategy. Asal konsep strategi pembelajaran adalah the events of instruction yang
digambarkan oleh Gagne dalam bukunya Condition of Learning. Dick and Carey
mengelompokkan kegiatan itu dalam lima komponen yaitu: 1) aktivitas pra
pembelajaran, 2) penyajian materi atau isi, 3) partisipasi pebelajar, 4) penilaian
dan 5) aktifitas lanjutan (Dick, et al, 2001: 189). Strategi pembelajaran
berdasarkan teori dan hasil penelitian, karakteristik media pembelajaran yang
digunakan, bahan pembelajaran, dan karakteristik warga belajar yang menerima
pembelajaran. Prinsip-prinsip inilah yang digunakan untuk memilih materi
strategi pembelajaran yang interaktif.
Aktivitas pra pembelajaran dilakukan dengan memotivasi siswa,

menginformasikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan ketrampilan

prasyarat pada pelajar. Selanjutnya dilakukan penyajian materi. Kegiatan ini


bukan hanya untuk menjelaskan konsep konsep baru saja, tetapi juga menjelaskan

hubungan antar konsep. Desainer juga memutuskan berapa jenis dan jumlah

contoh yang akan diberikan untuk tiap tiap konsep.

Menentukan aktivitas instruksional yang membantu dalam pencapaian


tujuan. Dimana, strategi tersebut akan meliputi aktivitas preinstruksional,
penyampaian informasi, praktek dan balikan, testing, yang dilakukan lewat
aktivitas. Misalnya membaca, mendengarkan, hingga eksplorasi internet. Aktifitas
instruksional ini dapat dikembangkan oleh instruktur sesuai dengan latar
belakang, kebutuhan, dan kemampuan pembelajar atau bisa saja pembelajar
menggabungkan pengetahuan yang baru didapatkan dengan pengetahuan dan
kemampuan yang telah dimiliki untuk membentuk pemahaman baru. Proses
pembelajaran juga dapat dilakukan secara berkelompok atau individual.
Salah satu komponen yang paling kuat dalam proses pembelajaran adalah
latihan dengan umpan balik. Desainer harus memberikan aktivitas yang relevan
dengan tujuan disertai dengan umpan balik atau informasi tentang unjuk kerja
mereka. Sedangkan untuk kegiatan lanjutan, desainer meninjau lagi strategi
secara keseluruhan untuk menentukan berhasilnya proses belajar.

7. Mengembangkan materi pembelajaran (Developing and selecting


instructional materials)
Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, produk
pengembangan ini meliputi petunjuk untuk pembelajar, materi pembelajaran, dan
soal-soal. Materi pembelajaran meliputi : petunjuk untuk tutor, modul untuk
warga belajar, transparansi OHP, videotapes, format multimedia, dan web untuk
pembelajaran jarak jauh. Pengembangan materi pembelajaran tergantung kepada
tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber belajar yang ada disekitar
perancang.
Bagian ini berkaitan dengan media yang digunakan untuk proses
pembelajaran untuk menghasilkan pengajaran yang meliputi petunjuk untuk
siswa, bahan pelajaran, tes dan panduan guru. Media pembelajaran dapat berupa
pemberian materi/perkuliahan, pemberian tugas, powerpoint, internet, paket
computer-assisted-instruction, dan sebagainya. Permasalahan terletak pada
penentuan media yang tepat untuk mencapai tujuan dan hal ini tidak sama untuk
setiap pembelajaran

8. Merancang & Mengembangkan Evaluasi Formatif (Designing and


conducting the formative evaluation of instruction
Dalam merancang dan mengembangkan evaluasi formative yang
dihasilkan adalah instrumen atau angket penilaian yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Data-data yang diperoleh tersebut sebagai pertimbangan
dalam merevisi pengembangan pembelajaran ataupun produk bahan ajar. Ada tiga
tipe evaluasi formatif : uji perorangan (one-to-one), uji kelompok kecil (small
group) dan uji lapangan (field evaluation).
Formative evaluation bertujuan menyediakan data untuk revisi dan
pengembangan instructional materials. Selain itu, Evaluasi ini juga dilakukan
untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan
pembelajaran yang akan digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana
meningkatkan pengajaran. Meskipun tujuan utamanya adalah mendapat data dari
pembelajar tetapi tinjauan dari orang lain yang juga ahli merupakan hal yang
penting (Dick et al, 2001: 285) Evaluasi ini dapat dilakukan, misalnya, dengan
cara mewawancarai setiap pembelajar.
Tiga jenis evaluasi formatif dapat diaplikasikan untuk mengembangkan
produk atau program pembelajaran, yaitu :
 Evaluasi perorangan
 Evaluasi kelompok kecil
 Evaluasi lapangan
Evaluasi perorangan merupakan tahap pertama dalam menerapkan
evaluasi formatif. Evaluasi ini dilakukan melalui kontak langsung dengan minimal
tiga orang calon pengguna program untuk memperoleh masukan tentang
kesalahan kesalahan yang tampak dalam bahan ajar dan memperoleh petunjuk
awal daya guna bahan ajar dan reaksi pebelajar pada isi bahan ajar. Untuk tahap
ini dipilih satu orang pebelajar yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, satu
orang berkemampuan sedang dan satu orang berkemampuan dibawah rata-rata.
Evaluasi kelompok kecil dilakukan dengan mengujicobakan program
terhadap kelompok kecil calon pengguna. Evaluasi ini dilakukan untuk
menentukan efektivitas perubahan yang telah dibuat setelah evaluasi perorangan
dan mengidentifikasi masalah yang mungkin masih ada. Pada langkah ini,
pebelajar bisa menggunakan bahan ajar tanpa interaksi langsung dengan
pengembang.
Evaluasi lapangan adalah uji coba program terhadap sekelompok besar
calon pengguna program sebelum program tersebut digunakan dalam situasi
pembelajaran yang sesungguhnya.

9. Merevisi Pembelajaran (Revising instruction)


Data yang diperoleh dari evaluasi formative dikumpulkan dan
diinterpretasikan untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi pembelajar dalam
mencapai tujuan. Bukan hanya untuk ini, singkatnya hasil evaluasi ini digunakan
untuk merevisi pembelajaran agar lebih efektif.
Revisi harus menjadi bagian konstan dalam proses design. Revisi
dilakukan berdasarkan hasil dari tiap komponen model ini. Pada tahap ini, data
dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan
dianalisis serta diinterpretasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil
implementasi dari pakar/validator. Mungkin saja tahapan-tahapan pembelajaran
kurang efektif dalam pencapaian tujuan akhir, atau aktifitas, media, dan
penugasan yang telah ditentukan tidak membantu dalam memperoleh tujuan.

10. Mengembangkan evaluasi sumatif (Conducting summative evaluation)


Evaluasi sumatif merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi
formatif. Jenis evaluasi ini dianggap sebagai puncak dalam aktivitas model desain
pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey. Evaluasi sumatif
dilakukan dilakukan setelah program selesai dievaluasi secara formatif dan
direvisi sesuai dengan standar yang digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif
tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilai independen. Hal
ini merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak
tergolong ke dalam proses desain sistem pembelajaran.
Di antara kesepuluh tahapan desain pembelajaran di atas, tahapan ke-10
(sepuluh) tidak dijalankan. Evaluasi sumative ini berada diluar sistem
pembelajaran model Dick & Carey, (2001) sehingga dalam pengembangan ini
tidak digunakan.
Summative evaluation bertujuan mempelajari efektifitas keseluruhan
sistem dan dilakukan setelah tahap formative evaluation.
Kesepuluh langkah desain yang dikemukakan di atas merupakan sebuah
prosedur yang menggunakan pendekatan sistem dalam mendesain sebuah program
pembelajaran. Setiap langkah dalam desain sistem pembelajaran ini memiliki
keterkaitan satu sama lain. Output yang dihasilkan dari suatu langkah akan
digunakan sebagai input bagi langkah-langkah selanjutnya.

Dalam bentuk bagan, model desain pembelajaran Dick dan Carey dapat
digambarkan sebagai berikut :

2 9
Melakukan Revisi
Analisis Program
Pembelajaran Pembelajaran

7
1 4 5 6
Mengembangkan 8 10
Mengidentifikasi Merumuskan Mengembangkan Mengembangkan
Tujuan
DanMenentukan Mengembangkan Mendesain
Tujuan Instrumen Strategi
Pembelajaran Materi Dan Membuat dan Membuat
Pembelajaran Penilaian Pembelajaran
Pembelajaran Evaluasi Formatif EvaluasiSumatif

3
Menganalisis
Kemampuan
Awal Peserta
Didik
C. Karakteristik Model Pembelajaran Dick dan Carey
Adapun karakteristik yang dimiliki model Dick dan Carey yaitu:
 Dalam penerapan model ini, setiap komponen bersifat penting dan tidak boleh
ada yang dilewati
 Penggunaan model ini mungkin akan menghalangi kreatifitas instructional
designer professional
 DC Model menyediakan pendekatan sistematis terhadap kurikulum dan
program design. Ketegasan model ini susah untuk diadaptasikan ke tim
dengan banyak anggota dan beberapa sumber yang berbeda
 Cocok diterapkan untuk e-learning skala kecil, misalnya dalam bentuk unit,
modul, atau lesson

D. Kelebihan Model Desain Pembelajaran Dick dan Carey


Dengan melihat langkah-langkah model pembelajaran Dick dan Carey,
maka dapat kita lihat bahwa model Dick and Carey ini merupakan tahapan
prosedural, artinya harus dilewati tiap langkah, kecuali pada langkah ke-2 dan ke-
3, yaitu analisis langkah pembelajaran dan analisis mengenai karakteristik awal
siswa. Selain itu dapat kita perhatikan bahwa model ini sangat memperhatikan
efektifitas desain. Dari tahapan prosedural semacam ini dapat dilihat beberapa
kelebihan dari model ini diantaranya :

1. Setiap langkah jelas dan mudah diikuti. Tahapan-tahapan model ini


merupakan tahapan logis sederhana, artinya desain ini merupakan arah dan
cara berpikir dari kebanyakan orang untuk mencapai suatu tujuan atau
program.
2. Teratur, efektif, dan efisien.Langkah-langkah yang dijelaskan tiap tahap akan
menghindarkan desainer dari multitafsir, sehingga setiap desainer akan
melewati urutan yang sama. Bandingkan dengan model sirkular, yang
memungkinkan desainer memilih langkah yang mungkin. Selain itu, karena
telah terperinci urutannya, model ini menjadi satu arah, jelas, dan efektif.
3. Walaupun secara tahapan, merupakan tahapan prosedur, akan tetapi pada
model ini masih menyediakan ruang perbaikan yaitu pada langkah ke-9.
Adanya revisi pada analisis pembelajaran, memungkinkan perbaikan apabila
terjadi kesalahan dan dapat segera dapat dilakukan perubahan pada analisis
instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi
kesalahan pada komponen setelahnya.

E. Kelemahan Model Desain Pembelajaran Dick dan Carey

Walaupun model pembelajaran Dick and Carey ini terlihat sangat


sistematis, logis, dan sederhana, akan tetapi kita dapat melihat beberapa
kekurangan, diantaranya adalah :

1. Desain ini merupakan desain prosedural, artinya desainer harus melewati


tahapan-tahapan yang ditentukan, sehingga model desain pembelajaran Dick
dan Carey terkesan kaku, karena setiap langkah telah di tentukan
2. Desain Model ini merupakan desain yang matang, artinya tidak menyediakan
ruang untuk uji coba dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan
tes formatif.
3. Jika pembelajaran menggunakan basis internet dan model interaktif, dimana
guru tidak bertemu langsung dengan siswa-siswanya, kecuali interaksi dengan
satu atau dua orang siswa. Model ini akan mengalami kesulitan, terutama
ketika harus menganalisis karakteristik siswa.

F. Kemungkinan Penggunaan Model Desain Pembelajaran Dick and Carey


Di Indonesia.

Salah satu masalah pembelajaran di Indonesia diantaranya adalah


pemerataan fasilitas dan sumber belajar, akibatnya kompetensi siswa menjadi
beragam walaupun pemerintah telah menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar dari tiap mata pelajaran. Penyeragaman desain untuk mencapai
satu kompetensi tertentu, akan mempermudah standarisasi kompetensi yang
diinginkan. Oleh karena itu pengunaan model desain pembelajaran Dick and
Carey satu guru di satu tempat akan sama dengan di tempat lain sehingga
memperoleh hasil yang sama pula
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan kajian yang dirumuskan dalam rumusan masalah, maka


kesimpulan kajian ini adalah :

a. Model pembelajaran Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah
sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat
cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain.
b. Langkah-langkah model desain pembelajaran Dick and Carey adalah :
1) Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran (Identifying goals), identifikasi
tujuan yang dimaksud adalah arah kemana peserta didik akan dibawa oleh
pembelajaran.
2) Melakukan Analisis Pembelajaran (Conducting instructional analysis),
artinya desainer hendaknya menentukan pembelajaran yang tepat untuk
mencapai kompetensi yang diinginkan
3) Menganalisis Karakteristik Siswa dan Konteks Pembelajaran (Identifying
entry behaviors and learner characteristics).
4) Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (Writing performance
objective). Tujuan khusus yang dimaksud adalah tujuan setelah peserta
didik melewati tahapan pembelajaran.
5) Mengembangkan Instrumen Penilaian berdasarkan patokan (Developing
criterion-referenced test items)
6) Mengembangkan Strategi Pembelajaran (Developing instructional
strategy)
7) Mengembangkan dan Memilih Bahan Ajar (Developing and selecting
instructional materials).
8) Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Formatif (Designing and
conducting the formative evaluation of instruction). Hal ini dimaksudkan
untuk melihat perkembangan pembelajaran yang terjadi pada peserta didik.
9) Melakukan Revisi Terhadap Program Pembelajaran (Revising instruction).
Revisi yang dimaksud adalah revisi untuk setiap tahapan kegiatan dari
kegiatan no.1 sampai dengan no.8.
10) Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif (Conducting
summative evaluation), hal ini biasanya melibatkan pihak independen.
c. Kelebihan dari model desain pembelajaran Dick and Carey adalah :
1) Setiap langkah jelas dan mudah diikuti.
2) Teratur, efektif dan efisien dalam pelaksanaan.
3) Memungkinkan perbaikan apabila terjadi kesalahan dan dapat segera
dilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut.
d. Kelemahan dari model desain pembelajaran Dick and Carey adalah :
1) Desain ini model desain pembelajaran Dick and Carey terkesan kaku,
karena setiap langkah telah di tentukan
2) Desain Model ini tidak menyediakan ruang untuk uji coba dan kegiatan
revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif.
3) Sulit untuk pembelajaran berbasis e-learning

B. Saran
1. Kajian mengenai model desain pembelajaran dalam makalah ini adalah kajian
sederhana, sehingga pembaca yang ingin meperdalam wawasan tentang model
desain pembelajaran Dick and Carey, harus membaca literatur yang lengkap
terutama buku yang ditulis oleh Walter Dick , Lou Carey, dan James Carey
yang berjudul “The Systematic Design of Instruction”
2. Langkah-langkah dalam desain Dick and Carey merupakan urutan logis,
sehingga dapat dikatakan menjadi dasar bagi model desain pembelajaran yang
lain, akan tetapi setiap model mengandung kelebihan dan kekurangannya
tersendiri. Oleh karena itu disarankan pembaca makalah ini memahami urutan
logika langkah-langkah model desain ini, untuk memahami model yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Desain Sistem Instructional Model Dick– Carey. Muhamad Khotib.

https://kuliahemka.wordpress.com. Diakses tanggal 16 Desember 2016

Model-pembelajaran-dick-and-carey. Syahrul Munir.

http://smoeland.blogspot.com Diakses tanggal 16 Desember 2016

http://ariantiyoulie.blogspot.co.id/2014/04/model-pembelajaran-dick-and
carey.html diakses tanggal 16 Desember 2016

Madeamin, Ishaq. 2010. Desain Pengembangan Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) pada Mata Kuliah Aplikasi Komputer. Tesis. Tidak dipublikasikan

Anda mungkin juga menyukai