Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 2

 Wiwien Ray Rachmat (239024485081)


 Suryani Magfira (239024485088)
 Sahra Erika (239024485094)
 Sulastriawati Pairing (239024485060)

State Standards and Objective


(Merumuskan Standar dan Tujuan Pembelajaran)

A. Rumusan Tujuan Pembelajaran


Salah satu tahap dalam proses desain pembelajaran adalah merumuskan dan menulis
tujuan-tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah bagian yang penting dalam suatu
perencanaan pembelajaran, banyak manfaat yang didapat bila tujuan pembelajaran tersebut
dicantumkan dan tujuan pembelajaran juga sangat membantu dalam proses pengukuran dan
evaluasi hasil pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat disusun dengan mengacu pada
kurikulum yang secara rinci dilengkapi dengan kompetensi inti dan diperinci lagi dengan
kompetensi dasar. Tujuan tersebut dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diamati dan diukur, dan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. (Uno,
2006) berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian tujuan pembelajaran:
a) Robert F. Mager mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak
dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi
tertentu.
b) Kemp dan David E. Kapel mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu
pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang
diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
c) Henry Ellington mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang
diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
d) Oemar Hamalik mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi
mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung
pembelajaran.
Dengan merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat maka seorang guru memiliki
pedoman saat menyampaikan materi pembelajaran dan pencapaian tujuan lebih terfokus dan
tidak bias (Syahputra, 135: 2022) Selain itu, rumusan tujuan pembelajaran atau kompetensi
dapat dikembangkan dengan menggunakan Rumusan ABCD (Pribadi, 2011: 67). Hamzah B.
Uno (2008) mengemukakan tentang teknis penyusunan tujuan pembelajaran Dalam format
ABCD.
a. A = Audience (pelajar, siswa, mahasiswa, murid dan sasaran didik lainnya), adalah
pelaku yang menjadi kelompok sasaran pembelajaran, yaitu siswa. Dalam Tujuan
Pembelajaran harus dijelaskan siapa siswa yang mengikuti pelajaran itu. Keterangan
mengenai kelompok siswa yang akan menjadi kelompok sasaran pembelajaran secara
spesifik. Misalnya, siswa jenjang sekolah apa, kelas Berapa, semester berapa, dan bahkan
klasifikasi pengelompokan siswa tertentu. Batasan yang spesifik ini penting artinya agar
sejak awal mereka yang tidak termasuk dalam batasan tersebut sadar bahwa bahan
pembelajaran yang dirumuskan itu belum tentu sesuai bagi mereka, ada bahan
pembelajarannya terlalu mudah, terlalu sulit, Atau tidak sesuai dengan kebutuhannya.
Begitu pula, dalam pembelajaran terhadap kelas yang dibagi atas beberapa kelompok
yang bahan pembelajarannya diklasifikasi atas dasar kemampuan individu siswa, maka
penyebutan klasifikasi siswa tersebut juga perlu tercantum pada TPK masing-masing.
b. B = Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar), adalah perilaku spesifik
khusus yang diharapkan dilakukan siswa setelah selesai mengikuti proses pembelajaran.
Perilaku ini terdiri atas dua bagian penting, yaitu kata kerja dan objek. Kata kerja
menunjukkan bagaimana siswa mempertunjukkan sesuatu, seperti: menyebutkan,
menganalisis, menyusun, dansebagainya. Objek menunjukkan pada apa yang akan
dipertunjukkan itu, misalnya contoh kalimat pasif, kesalahan tanda baca dalam kalimat,
karangan berdasarkan gambar seri, dsb. Komponen perilaku dalam TPK adalah tulang
punggung TPK secara keselutuhan. Tanpa perilaku yang jelas, komponen yang lain
menjadi tidak bermakna.
c. C = Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat
tercapai, adalah kondisi yang dijadikan syarat atau alat yang digunakan pada saat siswa
diuji kinerja belajarnya. TPK yang baik di samping memuat unsur penyebutan audiens
(siswa sebagai sasaran belajar) dan perilaku, hendaknya pula mengandung unsur yang
memberi petunjuk kepada penyusun tes mengenai kondisi atau dalam keadaan bagaimana
siswa diharapkan mempertunjukkan perilaku yang dikehendaki pada saat diuji.
d. D = Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima), adalah derajat atau tingkatan
keberhasilan yang ditargetkan harud dicapai siswa dalam mempertunjukkan perilaku hasil
belajar. Target perilaku yang diharapkan dapat berupa: melakukan tampa salah, dalam
batas waktu tertentu, pada ketinggian tertentu atau ukuran tingkat keberhasilan lainnya.
Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku
yang dianggap dapat diterima. Dibawah batas itu, siswa dianggap belum mencapai tujuan
pembelajaran khusus yang ditetapkan.

B. Taksonomi Bloom: Model Perumusan Tujuan Pembelajaran


Taksonomi bloom adalah struktur hierarki yang mengidentifikasi keterampilan
berpikir mulai dari jenjang yang rendah hingga jenjang yang tinggi. Taksonomi Bloom
pertama kali diterbitkan pada tahun 1956 oleh seorang psikolog pendidikan yaitu Benjamin
Bloom. Kemudian pada tahun 2021 direvisi oleh Krathwohl dan para ahli aliran
kognitivisme. Hasil revisi ini yang kita kenal dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi
yang dibuat hanya pada ranah kognitif dengan menggunakan kara kerja. Taksonomi Bloom
memiliki tiga ranah diantaranya yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor..
1. Ranah kognitif, yang mencakup ingatan atau pengenalan terhadap fakta-fakta tertentu dan
konsep-konsep yang memungkinkan berkembangnya kemampuan dan skill intelektual.
Ranah kognitif ini terdiri atas enam level, yaitu: (1) knowledge (pengetahuan), (2)
comprehension (pemahaman atau persepsi), (3) application (penerapan), (4) analysis
(penguraian atau penjabaran), (5) synthesis (pemaduan), dan (6) evaluation (penilaian)
( Utari, 2012 dalam Magdalena, 2020).
2. Ranah afektif, ranah yang berkaitan Perkembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi,
3. Ranah psikomotor, ranah yang Berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif atau
keterampilan motorik (Degeng, 2013 dalam Magdalena, 2020). Pengembangan
keterampilan ini memerlukan latihan dan diukur dalam hal Kecepatan, ketepatan, jarak,
prosedur, atau teknik dalam pelaksanaan.
Pada revisi taksonomi Bloom ini, setiap tingkatan lebih menunjukkan kata kerja aktif
untuk menggambarkan apa yang harus dilakukan oleh peserta didik. Tingkatan dalam
pengetahuan ini digambarkan dalam bentuk paramida, di mana tingkat dasar digambarkan
lebih luas daripada tingkat di atasnya. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak orang yang
bertahan pada tingkat pengetahuan yang lebih rendah ini. Kata kerja revisi taksonomi Bloom
diuraikan sebagai berikut:
a. Mengingat: pembelajaran yang paling mendasar (meskipun dapat melibatkan informasi
yang kompleks). Pada tingkat ini, peserta didik mungkin mengetahui terminology kunci
untuk subjek tertentu, fakta dan angka yang relevan, sistem atau teori yang telah
dikembangkan orang lain.
b. Memahami: orang tahu lebih banyak tentang apa sebenarnya arti dari informasi itu.
c. Menerapkan: pada tingkatan ini, pengetahuan digunakan dengan cara baru dan diterapkan
untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks.
d. Menganalisis: melibatkan pemecahan informasi menjadi beberapa bagian untuk
memeriksa secara individual dan untuk melihat bagaimana informasi tersebut
berhubungan satu dengan lain.
e. Mengevaluasi: orang membuat penilaian tentang apa yang telah mereka temukan sejauh
ini. Pada tingkatan ini memungkinkan mereka untuk membuat rekomendasi atau
menyarankan ide-ide inovatif.
f. Membuat: pada tingkat akhir ini, orang dapat mengatur ulang informasi yang dimiliki
kemudian menggabungkan dengan informasi yang didapatkan kemudian menciptakan
sesuatu yang baru.

C. Tujuan Merumuskan Tujuan Pembelajaran


Adapun alasan pentingnya merumuskan tujuan pembelajaran dalam sistem
instruksional di antaranya:
1) Pertama, rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas
keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil
manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan pencapaian tujuan
merupakan indikator keberhasilan pendidik merancang dan memproses pembelajaran;
2) Kedua, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan dalam
kegiatan aktivitas belajar siswa. Sehubungan dengan itu, pendidik juga dapat
merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang dilakukan untuk membantu
siswa belajar;
3) Ketiga, tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain sistem pembelajaran,
yaitu dengan tujuan yang jelas dapat membantu pendidik dalam menentukan materi
pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, alat, media dan sumber belajar, serta dalam
menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa; dan
4) Keempat, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-
batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, pendidik dapat
mengontrol sampai mana siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan sesuai dengan
tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat dapat
ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah.
Daftar Pustaka
Hamzah B., Uno. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Magdalena, I., Nur Fajriyati Islami, Eva Alanda Rasid, Nadia Tasya Diasty. 2020. “Tiga
Ranah Taksonomi Bloom Dalam Pendidikan”. Jurnal EDISI: Edukasi dan Sains, 2(1),
133-137.

Pribadi, Benny A. 2011. Model Assure untuk Mendesain Pembelajaran Sukses. Jakarta: Dian
Rakyat.

Uno, H. B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai