Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RANGKUMAN

PENILAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DISUSUN OLEH:
Muhammad Ali ( A2A022012 )

UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA
PROGRAM STUDI MAGISTER (S-2) PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
TAHUN AJARAN 2022-2023
PENILAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Kegiatan belajar merupakan proses pendidikan di sekolah. Ini berarti


bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana pencapaian taksonomi pendidikan yang dialami siswa yang mencakup
aspek kongnitif, afektif dan psikomotorik. Dalam suatu lembaga pendidikan
keberhasilan proses belajar mengajar dapat di lihat juga dari prestasi belajar yang
dicapai oleh peserta didik. Pendapat ini diungkapkan Fatimah (2011: 95) dalam
majalah ilmiah mengatakan dalam konteks pembelajaran ada beberapa tolak ukur
yang dapat digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Salah satu tolak
ukur yang digunakan adalah prestasi belajar yang mengacu pada pencapaian
taksonomi pendidikan yang mencangkup aspek kognitif,afektif, dan psikomotorik.
Salah satu upaya yang menjadikan seseorang berprestasi adalah melakukan
kegiatan yang berkelanjutan. Artinya, setelah seseorang menyadari potensi dirinya
disuatu bidang maka ia akan terus menerus berusaha untuk mengembangkannya
menjadi kemampuan utama. Seperti yang dikemukakan Dahlan (2008: 59)
menyatakan prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara terus
menerus. Hasil belajar tersebut merupakan prestasi belajar peserta didik yang
dapat diukur dari nilai siswa setelah mengerjakan soal yang diberikan oleh guru
pada saat evaluasi dilaksanakan. Keberhasilan pembelajaran disekolah akan
terwujud dari keberhasilan belajar siswa. Keberhasilan siswa dalam belajar dapat
dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu maupun dari luar individu.
Perumusan tujuan pembelajaran merupakan salah satu elemen dalam
program pelatihan. Tujuan pembelajaran sebuah program pelatihan akan
mempengaruhi materi, media pembelajaran, metode pembelajaran dan juga
evaluasi. Tujuan pembelajaran juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan
pekerjaannya. Layaknya setiap orang tidak dapat menjadi ahli dalam semua
bidang, begitupun dengan merumuskan tujuan pembelajaran. Tidak semua tujuan
pembelajaran harus mencapai tingkatan tertinggi. Untuk membantu
merumuskannya, salah satu model yang dapat digunakan dalam hal ini adalah
taksonomi bloom. Taksonomi bloom adalah struktur hierarki yang
mengidentifikasi keterampilan berpikir mulai dari jenjang yang rendah hingga
jenjang yang tinggi. Taksonomi Bloom pertama kali diterbitkan pada tahun 1956
oleh seorang psikolog pendidikan yaitu Benjamin Bloom. Kemudian pada tahun
2021 direvisi oleh Krathwohl dan para ahli aliran kognitivisme. Hasil revisi ini
yang kita kenal dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi yang dibuat hanya
pada ranah kognitif dengan menggunakan kara kerja.
Tabel 1. Perbandingan taksonomi bloom dan revisinya ranah kognitif
Taksonomi Bloom Revisi Taksonomi Bloom Keterangan
Pengetahuan Mengingat
Pemahaman Memahami Low Order Thinking Skills
Penerapan Mengaplikasikan
Analisis Menganalisis
Sintesis Mengevaluai High Order Thinking Skills
Evaluasi Mengkreasi

Taksonomi Bloom dibagi menjadi tiga ranah, yaitu: kognitif, afektif dan
psikomotorik. Tiga domain tersebut penting dalam pembelajaran. Namun, domain
kognitiif seperti pada penjelasan di atas lebih banyak digunakan.

Taksonomi Bloom versi revisi, jenis pengetahuan dibagi menjadi 4 (empat)


yaitu:

1. Fakta: Informasi yang menunjukkan fenomena dalam pembelajaran


2. Konseptual: termasuk kategori, struktur, dan teori
3. Prosedur: bagaimana menggunakan teknik dan metode yang spesifik, dan
waktu penggunaannya
4. Metakognitif: strategi keputusan, pengetahuan-diri, dan “thinking about
thinking”

Dari empat jenis pengetahuan, kemudian dibagi menjadi enam tingkat


pembelajaran. Pada revisi taksonomi Bloom ini, setiap tingkatan lebih
menunjukkan kata kerja aktif untuk menggambarkan apa yang harus dilakukan
oleh peserta didik. Tingkatan dalam pengetahuan ini digambarkan dalam bentuk
paramida, di mana tingkat dasar digambarkan lebih luas daripada tingkat di
atasnya. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak orang yang bertahan pada
tingkat pengetahuan yang lebih rendah ini. Kata kerja revisi taksonomi Bloom
diuraikan sebagai berikut:

1. Mengingat: pembelajaran yang paling mendasar (meskipun dapat melibatkan


informasi yang kompleks). Pada tingkat ini, peserta didik mungkin
mengetahui terminology kunci untuk subjek tertentu, fakta dan angka yang
relevan, sistem atau teori yang telah dikembangkan orang lain.
2. Memahami: orang tahu lebih banyak tentang apa sebenarnya arti dari
informasi itu.
3. Menerapkan: pada tingkatan ini, pengetahuan digunakan dengan cara baru dan
diterapkan untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks.
4. Menganalisis: melibatkan pemecahan informasi menjadi beberapa bagian
untuk memeriksa secara individual dan untuk melihat bagaimana informasi
tersebut berhubungan satu dengan lain.
5. Mengevaluasi: orang membuat penilaian tentang apa yang telah mereka
temukan sejauh ini. Pada tingkatan ini memungkinkan mereka untuk membuat
rekomendasi atau menyarankan ide-ide inovatif.
6. Membuat: pada tingkat akhir ini, orang dapat mengatur ulang informasi yang
dimiliki kemudian menggabungkan dengan informasi yang didapatkan
kemudian menciptakan sesuatu yang baru.
A. PENGARTIAN TAKSONOMI (BLOOM)
Kata “taksonomi” diambil dari bahasa yunani “tassein” yang berarti untuk
mengelompokan dan “nomos” yang berati aturan. Taksonomi dapat diartikan
sebagai pengelompokan suatu hal berdasrkan hieraki (tingkatan) tertentu. Dimana
taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih rendah
besifat lebih spesifik.
Dalam biologi, taksonomi juga merupakan cabang ilmu tersendiri yang
mempelajari penggolongan atau sistematika makhluk hidup. Sistem yang dipakai
adalah penamaan dengan dua sebutan, yang dikenal sebagai tata nama binomial
atau binomial nomenclature, yang diusulkan oleh Carl von Linne (Latin: Carolus
Linnaeus), seorang naturalis berkebangsaan Swedia. Ia memperkenalkan enam
hierarki (tingkatan) untuk mengelompokkan makhluk hidup. Keenam hierarki
(yang disebut takson) itu berturut-turut dari tingkatan tertinggi (umum) hingga
terendah (spesifik) adalah :
· Phylum/Filum untuk hewan, atau Divisio/Divisi untuk tumbuhan
· Classis/Kelas,
· Ordo/Bangsa,
· Familia/Keluarga/Suku,
· Genus/Marga, dan
· Species/jenis.
Dalam cabang ilmu tanah (pedologi), taksonomi tanah dibuat berdasarkan
sejumlah variabel yang mencirikan keadaan suatu jenis tanah. Karena klasifikasi
awal tidak sistematis, pada tahun 1975 tim dari 'Soil Survey Staff' dari Departemen
Pertanian Amerika Serikan (USDA) menerbitkan suatu kesepakatan dalam
taksonomi tanah. Sejak saat itu, setiap jenis tanah paling sedikit memiliki dua
nama. Meskipun nama baru sudah diberikan, nama lama seringkali masih dipakai
karena aturan dari Soil Survey Staff dianggap terlalu rinci.
Dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk
mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi
menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap
ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana
sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat
diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan
pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom". Jadi
taksonomi (bloom) adalah pengklasifikasian tujuan pendidikan dengan
menyajikannya dalam bentuk hirarki. Tujuan penyajian ke dalam bentuk system
klasifikasi hirarki ini dimaksudkan untuk mengkategorisasi hasil perubahan pada
diri siswa sebagai hasil buah pembelajaran. Menurut Bloom perilaku individu
dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah, yaitu:

1. Ranah kognitif; ranah yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar,


di dalamnya mencakup: pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension), penerapan (application), penguraian (analysis), memadukan
(synthesis), dan penilaian (evaluation)
2. Ranah afektif; ranah yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan,
minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya
mencakup: penerimaan (receiving/attending), sambutan (responding), penilaian
(valuing), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization)
3. Ranah psikomotor; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi
psikis. Ranah ini terdiri dari : kesiapan (set), peniruan (imitation), membiasakan
(habitual), menyesuaikan (adaptation) dan menciptakan (origination).
Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk
mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN TAKSONOMI (BLOOM)
Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-
nilai. Taksonomi Bloom merupakan hasil kelompok penilai di Universitas yang
terdiri dari B.S Bloom Editor M.D Engelhart, E Frust, W.H. Hill dan D.R
Krathwohl, yang kemudian di dukung oleh Ralp W. Tyler. Bloom merumuskan
tujuan-tujuan pendidikan pada 3 tingkatan yaitu :
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan
mengevaluasi. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir
yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut
siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan,
metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang
mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Masalah
afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih
kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif
tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan psikomotor. Satuan
pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan
pembelajaran afektif dapat dicapai. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam
aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan
jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
a. Pengetahuan: mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan
disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah, dan prinsip,
serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan,
digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan yang mengingat (recall)
atau mengenal kembali (recognition). Misalnya, TIK yang untuk sebagian
dirumuskan sebagai berikut: “ siswa akan mampu menyebutkan nama semua
sekretaris jendral PBB, sejak saat PBB mulai berdiri”, “siswa akan mampu
menulis semua nama provinsi ditanah Indonesia, padapeta perbatasan daerah-
daerah provinsi”.
b. Pemahaman: mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari
bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan
isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dlam bentuk
tertentu kedalam bentuk lain, seperti rumus matematika kedalam bentuk kata-
kata, membuat perkiraan tentang kecenderungan yang Nampak dalma data
tertentu seperti dalam grafik. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari pada
kemampuan (1). Misalnya, TIK yang untuk sebagian dirumuskan sebagai
berikut: “ siswa akan mampu menguraikan, dalam kata-kata sendiri, garis-
garis besar dalam nakah bahasa inggris”, “siswa akan mampu meperkirakan
jumlah kecelakaan lalu lintas selama lima tahun yang akan dating,
berdasarkan data dalam grafik kecelakan lalu lintas selama lima tahun yang
lalu, kalau situasi lalu lintas tetap sama”.
c. Penerapan: mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau
metode bekerja pada suatu khasus atau problem yang kongkrit dan baru.
Adanya kemampuan dinyataka dalam aplikasi suatu metode kerja pada
pemecahan problem baru. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari pada
kemampuan (2), karena memahami suatu kaidah belum tentu membawa
kemampuan untuk menerapkannya terhadap suatu khasus atau problem baru.
Misalnya, TIK yang untuk sebagian dirumuskan sebagai berikut: “siswa akan
mampu menghitung jumlah liter cat yang dibutuhkan untuk mencat semua
dinding disuatu ruang dan jumlah uang yang harus dikeluarkan. Data
mengenai ukuran-ukuran ruang, kuantitas cat yang diperlukan untuk setiap m3
dan hardga cat perkaleng @2liter, disajikan”.
d. Analisis: mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat
dipahami dengan baik. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam
penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar, bersama
dengan hubungan atau relasi antara semua bagian itu. Kemampuan ini
setingkat lebih tinggi daripada kemampuan (3), karena sekaligus harus
ditangkap adanya kesamaan dan adanya pebedaan antara sejumlah hal.
Misalnya, TIK yang untuk sebagian dirumuskan sebagai berikut: “siswa akan
mampu menempatkan suatu kumpulan bunga berjumlah 20 kuntum dalam
empat kategori, menurut pilihannya sendiri”.
C. KESIMPULAN
Belajar yang dilaksanakan oleh siswa diharapkan dapat mengembangkan
prestasi belajar siswa tersebut, Karena prestasi merupakan tolak ukur pencapaian
aspek-aspek yang bersifat kongnitif, afektif dan psikomotorik sesuai dengan
pendapat Fatimah (2011: 95) dalam majalah ilmiah mengatakan “dalam konteks
pembelajaran ada beberapa tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui
prestasi belajar siswa. Salah satu tolak ukur yang digunakan adalah prestasi belajar
yang mengacu pada pencapaian taksonomi pendidikan yang mencangkup aspek
kognitif,afektif, dan psikomotorik”. Dan dipertegas oleh Nana Sudjana dalam
Fatimah (2011: 95) menyatakan bahwa pencapaian prestasi belajar atau hasil
belajar siswa merujuk pada pencapaian aspek-aspek yang bersifat kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Ditinjau dari segi aspek perubahan yang ingin dicapai, prestasi
belajar setidaknya dapat dideskripsikan menjadi beberapa aspek pengetahuan atau
pemahaman, aspek keterampilan, aspek nilai dan aspek sikap. Prestasi belajar yang
dicapai seseorang merupakan hasil interaksi antar lingkungan, keluarga dan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai