Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RANGKUMAN

PENILAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DISUSUN OLEH:
Reta andika A2A022014

UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA
PROGRAM STUDI MAGISTER (S-2) PENDIDIKAN BAHASA
INDONESIA
TAHUN AJARAN 2022-2023

A. PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat setrategis dalam
meningkatkan sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa
indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Usaha untuk meningkatkan pembangunan sumber daya
manusia melalui pendidikan perlu mendapat perhatian khusus. Undang-undang
Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk watak dan peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakal mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis dan peka terhadap tantangan zaman. Jadi jelaslah pendidikan
merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja agar anak didik memiliki
sikap dan kepribadian yang baik, sehingga penerapan pendidikan harus
diselengggarakan sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan UU
No. 20/ 2003.
Kegiatan belajar merupakan proses pendidikan di sekolah. Ini berarti
bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung
kepada bagaimana pencapaian taksonomi pendidikan yang dialami siswa yang
mencakup aspek kongnitif, afektif dan psikomotorik. Dalam suatu lembaga
pendidikan keberhasilan proses belajar mengajar dapat di lihat juga dari
prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik. Pendapat ini diungkapkan
Fatimah (2011: 95) dalam majalah ilmiah mengatakan dalam konteks
pembelajaran ada beberapa tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui
prestasi belajar siswa. Salah satu tolak ukur yang digunakan adalah prestasi
belajar yang mengacu pada pencapaian taksonomi pendidikan yang
mencangkup aspek kognitif,afektif, dan psikomotorik. Salah satu upaya yang
menjadikan seseorang berprestasi adalah melakukan kegiatan yang
berkelanjutan. Artinya, setelah seseorang menyadari potensi dirinya disuatu
bidang maka ia akan terus menerus berusaha untuk mengembangkannya
menjadi kemampuan utama. Seperti yang dikemukakan Dahlan (2008: 59)
menyatakan prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara
terus menerus. Hasil belajar tersebut merupakan prestasi belajar peserta didik
yang dapat diukur dari nilai siswa setelah mengerjakan soal yang diberikan
oleh guru pada saat evaluasi dilaksanakan. Keberhasilan pembelajaran
disekolah akan terwujud dari keberhasilan belajar siswa. Keberhasilan siswa
dalam belajar dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu maupun dari
luar individu. Menurut Ahmadi (2004: 138) prestasi belajar yang dicapai
seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya
baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal)
individu. Faktor dari dalam individu, meliputi faktor fisik dan psikis,
diantaranya adalah minat siswa.
B. PENGARTIAN TAKSONOMI (BLOOM)
Kata “taksonomi” diambil dari bahasa yunani “tassein” yang berarti
untuk mengelompokan dan “nomos” yang berati aturan. Taksonomi dapat
diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasrkan hieraki (tingkatan)
tertentu. Dimana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan
taksonomi yang lebih rendah besifat lebih spesifik.
Dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk
mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi
menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap
ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana
sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat
diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-
kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi
Bloom". Jadi taksonomi (bloom) adalah pengklasifikasian tujuan pendidikan
dengan menyajikannya dalam bentuk hirarki. Tujuan penyajian ke dalam
bentuk system klasifikasi hirarki ini dimaksudkan untuk mengkategorisasi hasil
perubahan pada diri siswa sebagai hasil buah pembelajaran. Menurut Bloom
perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah, yaitu:
1. Ranah kognitif; ranah yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau
berfikir/nalar, di dalamnya mencakup: pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehension), penerapan (application), penguraian
(analysis), memadukan (synthesis), dan penilaian (evaluation)
2. Ranah afektif; ranah yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti
perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di
dalamnya mencakup: penerimaan (receiving/attending), sambutan
(responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan
karakterisasi (characterization)
3. Ranah psikomotor; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan
yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan
fungsi psikis. Ranah ini terdiri dari : kesiapan (set), peniruan (imitation),
membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation) dan menciptakan
(origination). Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh
guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya.
C. PERBEDAAN REVISI TAKSONOMI (BLOOM)
Pada 1990-an, Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom karena
mencerminkan berbagai bentuk pemikiran yang merupakan proses aktif yang
membutuhkan kata kerja yang lebih akurat. Pada awalnya Bloom
mengklasifikan tujuan kognitif dalam enam level, yaitu pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (apply), analisis
(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) dalam satu dimensi,
maka Anderson dan Kratwohl merevisinya menjadi dua dimensi, yaitu proses
dan isi/jenis.
Pada dimensi proses, terdiri atas mengingat (remember), memahami
(understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), menilai (evaluate),
dan berkreasi (create). Sedangkan pada dimensi isinya terdiri atas pengetahuan
faktual (factual knowlwdge), pengetahuan konseptual (conceptual knowledge),
pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan metakognisi
(metacognitive knowledge). Tingkat taksonomi Lorin Anderson sebagai
berikut ( Pickard , 2007) :
1. Mengingat : kemampuan siswa untuk mengingat atau mengingat
informasi
2. Memahami : kemampuan untuk menjelaskan ide-ide atau konsep
3. Menerapkan : kemampuan untuk menggunakan informasi dengan cara
baru
4. Menganalisis : kemampuan untuk membedakan antara bagian yang
berbeda
5. Mengevaluasi : kemampuan untuk membenarkan sikap atau keputusan
6. Menciptakan : kemampuan untuk menciptakan produk baru atau sudut
pandang
D. TUJUAN PEMBELAJARAN TAKSONOMI (BLOOM)
Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan
nilai-nilai. Taksonomi Bloom merupakan hasil kelompok penilai di Universitas
yang terdiri dari B.S Bloom Editor M.D Engelhart, E Frust, W.H. Hill dan D.R
Krathwohl, yang kemudian di dukung oleh Ralp W. Tyler. Bloom merumuskan
tujuan-tujuan pendidikan pada 3 tingkatan yaitu :
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental
(otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak
adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan
dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan
menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan
kemampuan mengevaluasi. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada
kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan
masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan
menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang
dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang
mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Masalah
afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya
masih kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian tujuan
pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan
psikomotor. Satuan pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran
yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai. Dalam ranah
kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari
jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam
jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
1. Pengetahuan: mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan
disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah, dan
prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam
ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan yang
mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition). Misalnya, TIK
yang untuk sebagian dirumuskan sebagai berikut: “ siswa akan mampu
menyebutkan nama semua sekretaris jendral PBB, sejak saat PBB mulai
berdiri”, “siswa akan mampu menulis semua nama provinsi ditanah
Indonesia, padapeta perbatasan daerah-daerah provinsi”.
2. Pemahaman: mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari
bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam
menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan
dlam bentuk tertentu kedalam bentuk lain, seperti rumus matematika
kedalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan tentang kecenderungan
yang Nampak dalma data tertentu seperti dalam grafik. Kemampuan ini
setingkat lebih tinggi dari pada kemampuan (1). Misalnya, TIK yang untuk
sebagian dirumuskan sebagai berikut: “ siswa akan mampu menguraikan,
dalam kata-kata sendiri, garis-garis besar dalam nakah bahasa inggris”,
“siswa akan mampu meperkirakan jumlah kecelakaan lalu lintas selama
lima tahun yang akan dating, berdasarkan data dalam grafik kecelakan lalu
lintas selama lima tahun yang lalu, kalau situasi lalu lintas tetap sama”.
3. Penerapan: mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau
metode bekerja pada suatu khasus atau problem yang kongkrit dan baru.
Adanya kemampuan dinyataka dalam aplikasi suatu metode kerja pada
pemecahan problem baru. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari pada
kemampuan (2), karena memahami suatu kaidah belum tentu membawa
kemampuan untuk menerapkannya terhadap suatu khasus atau problem
baru. Misalnya, TIK yang untuk sebagian dirumuskan sebagai berikut:
“siswa akan mampu menghitung jumlah liter cat yang dibutuhkan untuk
mencat semua dinding disuatu ruang dan jumlah uang yang harus
dikeluarkan. Data mengenai ukuran-ukuran ruang, kuantitas cat yang
diperlukan untuk setiap m3 dan hardga cat perkaleng @2liter, disajikan”.
4. Analisis: mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat
dipahami dengan baik. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam
penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar,
bersama dengan hubungan atau relasi antara semua bagian itu.
Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan (3), karena
sekaligus harus ditangkap adanya kesamaan dan adanya pebedaan antara
sejumlah hal. Misalnya, TIK yang untuk sebagian dirumuskan sebagai
berikut: “siswa akan mampu menempatkan suatu kumpulan bunga
berjumlah 20 kuntum dalam empat kategori, menurut pilihannya sendiri”.
5. Sintesis: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau
pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain, sehingga
terciptakan suatu bentuk baru. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam
membuat suatu rencana, seperti penyusunan satuan pelajaran atau
proposal penelitian ilmiah, dalam mengembangkan suatu skema
dasarsebagai pedoman dalam memberikan ceramah dan lain sebagainya
kemampuan ini setingkat lebih daripada kemampuan (4), karena dituntut
kriteria untuk menemukan pola dan struktur organisasi. Misalnya, TIK
yang untuk sebagian dirumuskan sebagai berikut: “siswa akan mampu
memberikan uraian lisan tentang perlunya penataan P4, dengan berpegang
pada suatu kerangka yang mengandung pembukaan, inti, ringkasan
pembahasan dan kesimpulan”; “mahasiswa akan mampu menghasilkan
dan merumuskan suatu hipotesis penelitian, berdasarkan sejumlah data
tentang siswa yang drop-out disekolah dasar”.
6. Evaluasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggung
jawaban pendapat itu, berdasarkan criteria tertentu. Kemampuan itu
dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu, seperti
penilaian terhadap penguguran kandungan berdasarkan norma moralitas,
atau pernyataan pendapat terhadap sesuatu, seperti dalam menilat tepat-
tidaknya perumusan suatu TIK, berdasarkan criteria yang berlaku dalam
perumusan TIK yang baik. Kemampuan ini adalah tingkatan tertinggi,
kaena mencakup semua kemampuan dalam (1) sampai (5). Misalnya TIK
yang dirumuskan sebagai berikut :”mahasiswa FIP akan mampu
mengandalkan evaluasi tertulis, terhadap contoh-contoh perumusan TK
yang dberikan dalam (1) sampai (5) diatas , berdasarkan criteria yang
berlaku bagi perumusan TIK yang baik.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Taksononomi
ialah yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan sehari- hari yang di
maksud pendidikan sehari-hari ialah pendidikan dalam bentuk tingkah laku.
Belajar yang dilaksanakan oleh siswa diharapkan dapat mengembangkan
prestasi belajar siswa tersebut, Karena prestasi merupakan tolak ukur
pencapaian aspek-aspek yang bersifat kongnitif, afektif dan psikomotorik
sesuai dengan pendapat Fatimah (2011: 95) dalam majalah ilmiah mengatakan
“dalam konteks pembelajaran ada beberapa tolak ukur yang dapat digunakan
untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Salah satu tolak ukur yang digunakan
adalah prestasi belajar yang mengacu pada pencapaian taksonomi pendidikan
yang mencangkup aspek kognitif,afektif, dan psikomotorik”. Dan dipertegas
oleh Nana Sudjana dalam Fatimah (2011: 95) menyatakan bahwa pencapaian
prestasi belajar atau hasil belajar siswa merujuk pada pencapaian aspek-aspek
yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ditinjau dari segi aspek
perubahan yang ingin dicapai, prestasi belajar setidaknya dapat dideskripsikan
menjadi beberapa aspek pengetahuan atau pemahaman, aspek keterampilan,
aspek nilai dan aspek sikap. Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan
hasil interaksi antar lingkungan, keluarga dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai