Anda di halaman 1dari 11

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Ujian Akhir Smester Mata Kuliah Desain

Pembelajaran Yang Diampu Oleh :


Dr. Hj Jamilah S.H., M.Pd

Oleh :

Sinta Mustika, S. Pd.


NIM. 21861010

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
2021
JAWABAN UAS DESAIN EMBELAJARAN
1. Bagian A :
➢ Tujuan pendidikan menurut bloom (1956) dan suparman (2014:143) yaitu taksonomi
ini pertama kali oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan
pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain
tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci.Tujuan pendidikan dalam
Teori Bloom di bagi ke dalam tiga domain, yaitu:
a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek keterampilan motorik seperti menulis dengan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain
tersebut di antaranya seperti yang di ungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta,
rasa, dan karsa. Selain itu, juga di kenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut di bagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hierarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai
tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat di asumsikan
menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam
ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga di
perlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama. Tujuan belajar yang di
kemukakannya dirangkum ke dalam tiga kawasan yang dikenal dengan sebutan Taksonomi
Bloom. Melalui taksonomi Bloom inilah telah berhasil memberikan inspirasi kepada
banyak pakar pendidikan dalam mengembangkan teori-teori maupun praktek
pembelajaran.
➢ Sedangkan menurut Anderson tujuan pendidikan yaitu Sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi serta perkembangannya tuntutan
komunitas pendidikan, Anderson dalam buku A Taxonomy for Learning, Teaching and
Assessing: A revision of Bloom’s Taxonomi of Educational Objectivites (2001), revisi
taksonomi dilakukan dengan memasukkan unsur metacognitive sebagai bagian tertinggi
dari domain kognitif, yang kemudian dinamakan meng-create (mencipta) menggantikan
posisi evaluasi dan menarik sintesis. Hasil revisi taksonomi semua tingkatan dalam
domain kognitif yang asalnya kata benda diubah menjadi kata kerja, misalnya tingkatan
pertama yang disebut dengan pengetahuan (knowledge) diubah menjadi mengingat
(remembering). Demikian juga dengan pemahaman (comprehension) diubah menjadi
memahami (understand). Tingkatan dalam domain kognitif hasil revisi tersebut
digambarkan dalam gambar berikut : Yang menarik aspek pengetahuan (knowledge)
dari tingkatan kognitif menjadi aspek knowledge (pengetahuan) secara tersendiri
menjadi 4 aspek pengetahuan, yakni:
1. Pengetahuan tentang fakta (factual knowledge)
2. Pengetahuan tentang konsep (conceptual knowledge)
3. Pengetahuan tentang prosedur (procedural knowledge)
4. Pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge)
Dari uraian di atas, maka perbaikan (revisi) dalam dimensi kognitif di antaranya
meliputi:
1. Adanya penggantian posisi tingkatan yakni evaluasi yang pada awalnya
ditempatkan pada posisi puncak menjadi posisi kelima mengganti tingkatan sintesis
yang diganti dengan mencipta (create) sebagai tingkatan aspek kognitif yang paling
tinggi.
2. Mengeluarkan aspek pengetahuan (knowledge) dari tingkatan kognitif digantikan
dengan mengingat (remember); sedangkan pengetahuan itu sendiri dijadikan aspek
tersendiri yang harus menaungi enam tingkatan meliputi pengetahuan (knowledge)
tentang fakta, konsep, procedural dan pengetahuan metakognitif.
3. Dimensi kognitif yang enam tingkatan diubah dari kata benda menjadi kata kerja
yakni yang asalnya pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi menjadi mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi
dan mencipta.
Jadi daapt disimpulkan bahwa perbandingan teori bloom dan andrson yaitu treletak
pada kata kuncinya dimana andrson merevisi hasil pendapat bloom pada teori ini kata
benda menjadi kata kerja . Kunci perubahan ini terutama terkait dengan terminologi.
Menurut Anderson dan Krathwohl istilah knowledge, comprehension, application dan
selanjutnya tidak menggambarkan penerapan hasil belajar. Oleh karna itu
mengusulkan penggunaan terminology berbentuk gerund yaitu ingatan, pemahaman,
penerapan, analisis, penilaian dan nerapan. Istilah knowledge mewakili kata benda
umum yaitu pengetahuan. Berbeda dengan remembering yang bermakna ingatan; kata
ini memiliki arti sebuah kemampuan sebagai hasil dari proses belajar dengan kegiatan
membaca, mendengar, melakukan dan sejenisnya.
Bagian B :
Tujaun dari pendidikan yang di implementasikan dalm RPP yaitu siswa dapat menghargai
hak asasi manusia berdasarkan perspektif pancasila sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa,
dapat bersikap peduli terhadap hak asasi manusia berdasarkan perspektif pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, Menganalisis pelanggaran hak asasi manusia dalam
perspektif pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan Menyajikan hasil analisis
pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Adpun untuk tindakan guru yaitu dapat dilakukan dengan : Mengaitkan
materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik
dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya, Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan
bertanya dan mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan.

2. JAWABAN :

➢ Rencana pelaksanaan pembelajaran, atau disingkat RPP, adalah pegangan seorang guru
dalam mengajar di dalam kelas. RPP dibuat oleh guru untuk membantunya dalam mengajar
agar sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada hari tersebut.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berisi pengaturan yang berkenaan dengan
perkiraan atau proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung, kemungkinan pelaksaan pembelajaran sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan ataupun tidak karena proses
pembelajaran bersifat situasional, apabila perencanaan disusun secara matang maka proses
dan hasil pembelajaran tidak akan jauh dari perkiraan. Sementara itu menurut Panduan
Teknis Penyusunan RPP di Sekolah Dasar, RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran
tatap muka untuk satu pertemua atau lebih. RPP dikembangkan secara rinci dari suatu
materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus untuk mengarahkan kegiatan
pembelajaran siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada
suatu pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien,
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis siswa. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema dan dilaksanakan dalam
satu kali pertemuan atau lebih. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal
semester atau awal tahun pelajaran dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu
dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh
guru secara individu maupun berkelompok dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) di gugus
sekolah, di bawah koordinasi dan supervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan. Cara
Menyusun RPP Yang Baik dan Benar :

a. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau
lebih.

b. RPP yang baik itu jelas, siapapun yang mengajarkan akan bisa membaca dan melakukan
karena di dalamnya dipaparkan tahap demi tahap (proses)

c. RPP menggambarkan prosedur, struktur organisasi pembelajaran untuk mencapai


Kompetensi Dasar yang ditetapkan dalam standar isi & dijabarkan dalam silabus.

d. Susunan indikator dalam RPP guru melibatkan 3 aspek (kognitif, afektif, psikomotorik)
tetapi tidak harus semua.

e. Tujuan pembelajaran wajib memuat ABCD atau lebih jelasnya audience, behaviour,
condition, dan degree. Maksudnya, dalam tujuan pembelajaran harus terdapat peserta
didik (audience), tingkah laku belajar (behaviour), kondisi belajar (condition), dan tingkat
keberhasilan (degree).

Contoh tujuan pembelajaran :

Melalui pengamatan tentang kebutuhan hidup sehari-hari (condition), peserta didik


(audience) dapat mengetahui jenis kebutuhan dan alat pemuas kebutuhan manusia
(behaviour) dengan tingkat ketercapaian 80% " sesuai dengan KKM" atau dengan tingkatan
lain (degree) Selain itu dalam tujuan juga terkandung karakter kepribadian bangsa misalnya
Jujur, nasionalis, kerja keras maupun ketrampilan sosial misalnya ketrampilan berpendapat
dalam diskusi, ketrampilan bertanya dan sebagainya. Ciri-ciri indikator yang kreatif dalam
menyusun RPP adalah berorientasi pada produk yang akan dibuat oleh siswa. Misalnya siswa
membuat jurnal umum serta banyak lagi jenis penugasan yang kreatif dan memaksa siswa
mempraktekan berpikir tingkat tinggi. RPP berisi kegiatan-kegiatan yang terstruktur, Jika tidak
terstruktur kemungkinan besar kelas berantakan.

➢ Kurikulum Prototipe disebutkan bukanlah kurikulum baru sebagaimana 'dituduhkan


selama ini'. Sebaliknya, Kurikulum Prototipe ini, menurut Kemendikbudristek, hanyalah
merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2013 yang sampai saat ini masih tetap berlaku
dan dapat digunakan. Kurikulum Prototipe pada 2022 hanya akan ditawarkan sebagai
alternatif atau pilihan acuan pembelajaran bagi satuan pendidikan yang berminat atau siap.
Jadi, bukanlah suatu keharusan atau 'mandat'. Dikemukakan, terdapat tujuh hal baru pada
Kurikulum Prototipe yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya. Pertama, struktur
kurikulum, profil pelajar Pancasila, yang akan menjadi acuan dalam pengembangan standar
isi, standar proses, dan standar penilaian, atau struktur kurikulum, capaian pembelajaran,
dan asesmen pembelajaran. Kedua, istilah KI dan KD diganti menjadi capaian
pembelajaran (CP). Kita sudah mengenal dan paham bahwa KI (kompetensi inti) dan KD
(kompetensi dasar) merupakan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa setelah proses
pembelajaran. Namun, dalam Kurikulum 2022 dikenalkan dengan julukan baru, yaitu
capaian pembelajaran (CP) yang merupakan rangkaian pengetahuan, keterampilan, dan
sikap sebagai suatu kesatuan proses untuk mengembangkan kompetensi yang utuh bagi
siswa. Konsekuensinya, asesmen yang dikembangkan akan mencakup seluruh capaian
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketiga, pembelajaran tematik yang
sebelumnya hanya terbatas pada kelas 4, 5, dan 6 SD saja, pada Kurikulum Prototipe
pembelajaran tematik bisa diterapkan pada jenjang SMP dan SMA. Sebaliknya, pada
jenjang SD juga bisa dilakukan pembelajaran berbasis mata pelajaran, bukan tematik
semata. Keempat, jumlah jam pelajaran ditetapkan per tahun. Jika dalam kurikulum
sebelumnya penetapan jumlah jam pelajaran berlaku per minggu, pada Kurikulum
Prototipe jumlah jam pelajaran ditetapkan per tahun sehingga sekolah memiliki kelenturan
(fleksibilitas) dalam mengatur pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Suatu mata pelajaran
bisa diajarkan pada semester ganjil atau dapat dilakukan sebaliknya, selama bukan
merupakan prasyarat atau bahan ajar yang bersifat vertikal. Kelima, pembelajaran
kolaboratif. Penerapan pembelajaran kolaboratif yang berbentuk project bertujuan
mengembangkan profil pelajar Pancasila melalui pengalaman pembelajaran (experiential
learning) dan mengintegrasikan kompetensi esensial yang dipelajari peserta didik dari
berbagai disiplin ilmu. Pembelajaran berbasis project dinilai juga akan membantu guru
dalam mengembangkan soft skill siswa dan dapat mempersiapkan siswa dengan
pengetahuan dan kompetensi sesuai dengan tuntutan zaman sehingga siswa dapat berperan
di lingkungannya. Selain itu, sekolah diberikan keleluasaan untuk menerapkan dan
membuat asesmen di antara mata pelajaran atau lintas mata pelajaran pada penilaian
sumatif dalam bentuk project, yang di dalamnya mencakup beberapa aspek mata pelajaran
sekaligus. Pada jenjang SD dapat melakukan paling sedikit dua kali
penilaian project dalam setahun. Adapun untuk siswa SMP dan SMA/SMK setidaknya
dapat melakukan penilaian project tiga kali dalam satu tahun.
3. JAWABAN :
Bagian A :
➢ Evaluasi formatif memiliki perbedaan mendasar dengan penilaian sumatif. Penilaian formatif
dilakukan pada saat proses pembelajaran, sedangkan penilaian sumatif dilaksanakan pada
akhir pembelajaran satu atau beberapa kompetensi dasar. Hasil penilaian formatif untuk
mengetahui perkembangan penguasaan kompetensi yang sedang dipelajari peserta didik.
Hasil penilaian formatif tidak digunakan untuk menentukan nilai rapor.
➢ Sedangkan evaluasi sumatif digunakan untuk membuat keputusan apakah seorang peserta
didik dapat melanjutkan atau tidak dapat melanjutkan ke kompetensi berikutnya, naik kelas
atau tidak, dan lulus atau tidak lulus. Hasil penilaian sumatif diperhitungkan dalam
pengolahan nilai pada buku rapor. Selain itu, hasil penilaian sumatif juga dapat dipakai untuk
memutuskan tujuan dan kegiatan pembelajaran berikutnya
Bagian B :
Berdasarkan evaluasi yang saya dapatkan di tempat saya bekerja yaitu masih kurangnya sarana
dan prasarana untuk anak-anak melakukan kegiatan pembelajaran, diantaranya infokus cuman
ada satu, lab juga masih belum ada, buku di perpus masih sangat minim, dan juga kekurangan
tenaga guru karena masih ada beberapa guru yang mengajar lebih dari satu mata pelajaran.
Sehingga menyebabkan apabila guru ynag mengajar double tidak masuk maka anak-anak
cenderung keluar kelas saat KBM berlangsung dan suasana sekolahpun tidak kondusif serta tidak
dapat di handle oleh satu orang guru piket. Untuk guru piketpun maish kurang karena yang piket
itu di laksanakan oleh guru maple yang tidak ada jadwal pada saat hari tertentu sehingga tugas
semua guru menjadi double selain mengajar juga berperan sebagai guru piket. Saran saya untuk
kemajuan sekolah temmpat saya bekerja hendaknya tenaga guru ditambah beberapa sehingga
tidak ada lagi guru yang mengajr double, fasilits di lengkapi biar anak-anak belajaranya tekun
dan nyaman, ditambah lagi satu orang tenaga untuk piket supaya guru tidak bertugas double serta
lebih memperhatikan lagi banyaknya ruangan kelas sehingga kantor guru menjadi lebih luas dan
meiliki meja masing-masing.
4. JAWABAN :
ABSTRACT
The purpose of this research to know the theory of learning behaviorism through BF Skinner's
thinking in planning Arabic learning. This research method is literature study with qualitative
approach, data is extracted through literature study and analyzed through content analysis. The
primary data source in this study is The Theories of Learning by Ratna Willis Dahar. While
secondary data in this study were obtained from literature exploration related to the discussion.
The results of the analysis show that the BF Skinner theory can be applied in Arabic learning
planning that is the material being studied is analyzed up to the units organically, the subject matter
is used a module system, learning evaluation must be notified to students, if incorrectly corrected
and if properly strengthened, more tests emphasized for the sake of diagnostics, in education
prioritizing changing the environment to avoid violations so as not to punish, prioritizing the needs
that will lead to operant behavior, the behavior desired by educators are rewarded, the desired
behavior is analyzed in small ways, increasingly reaching goals, implementing mastery learning is
to learn the material thoroughly according to each time because each child has a different rhythm.

Keywords: Behaviorism; BF Skinner Theory; Arabic Learning Planning

Berdasrkan hasil analisis jurnal yang saya baca “Implementation of Behaviorism Learning
Theories in Arabic Learning Planning” maka dapat disimpulkan bahwa penerapan Teori
Behavioristik dalam Pembelajaran Bahasa Arab Para pakar Psikologi belajar bahasa penganut
faham Behaviorisme berpendapat bahwa belajar bahasa berlangsung dalam lima tahap, yaitu:
a. Trial and error b. Mengingat-ingat c. Menirukan d. Mengasosiasikan e. Menganalogikan Dari
kelima langkah tersebut dapat disimpulkan bahwa berbahasa pada dasarnya merupakan proses
pembentukan kebiasaan. Dalam teori behaviorisme, segala tingkah laku manusia menjadi suatu
prilaku berbahsa yang menjadi manifestasi stimulus dan respon yang dilakukan terus-menerus
menjadi suatu kebiasaan. Berdasarkan teori ini, pembelajaran bahasa dilakukan dengan
mendahulukan pengenalan keterampilan mendengar dan berbicara daripada keterampilan
lainnya, pemberian latihan-latihan dan penggunaan bahasa secara aktif dan terus menerus,
penciptaan lingkungan berbahasa yang kondusif, penggunaan media pembelajaran yang
memungkinkan siswa mendengar dan berinteraksi dengan penutur asli, pembiasaan motivasi
sehingga berbahsa asing menjadi sebuah prilaku kebiasaan.

5. JAWABAN :

Bagian A :

Implemntasi desain pemeblajrn dalam setiap jenjang pendikan semuanya hamper relative
sama baik di jenjang SD, SMP dan SMA, dalam desain pembelajaran yang merupakan tugas
skrusial guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran di kelas, tugas utama guru dalam
melaksanakan desain pembelajaran adalah diawali dengan bagaimana guru mampu
menganalisis kompetensi dasar yang diamanatkan oleh kurikulum, dalam pengembangan
kurikulum guru juga dipersiapkan dalam menentukan target kompetensi dari setiap
kompetensi dasar yang telah disusun untuk mengetahui apa yang menjadi target dari
komptensi dasar dari kurikulum tersebut, sehingga guru bisa dengan tepat merumuskan
pembelajaran yang akan di laksanakan. Indikator pencapaian kompetensi di rumuskan oleh
guru untuk melihat sejauh mana tingakat pemahaman peserta didik dalam pembelajaran yang
sedang dilakukan, dengan IPK yang telah disusun, guru mampu mengembangkan
pembelajaran sesuai rangakain tingkat pengetahuan dan keterampilan yang telah dirancang
dengan IPK dalam setaip materinya, setelah itu guru mampu mengembangkan tujuan
pembelajaran yang menyesuaikan dengan target kompetensi yang kemudian dijabarkan dalam
rumusan IPK, tujuan pembelajaran dikembangkan dalam bentuk narasai atau poin yang
mampu menjabarkan materi dan kompetensi yang akan dicapai.

Bagian B :
Saran supaya kegiatn KBM dapt berjalan dengan baik yaitu :
1. Menyampaikan aturan dengan tegas namun penuh empati
Saat suasana kelas sedang tidak kondusif, guru harus mampu meredam suasana menjadi lebih
tenang, namun tantangannya guru harus menghindari bentakan atau meninggikan suara. Guru
yang mampu berkomunikasi dengan tenang dan emosi yang stabil di kelas, akan mempengaruhi
cara siswa dalam menerima pesan yang disampaikan. Namun perlu diingat untuk tetap bersikap
tegas, agar siswa mengerti batasan dan menghormati Anda sebagai guru. Siswa cenderung
memperlakukan guru berdasarkan perlakuan guru terhadapnya. Perlakukan mereka dengan
empati, dengan begitu siswa akan bersikap serupa.
2. Bangun komunikasi yang baik dengan siswa dan orangtua
Anak cenderung akan meniru perilaku orang yang lebih tua. Ketika di sekolah, mereka akan
mengamati orang yang lebih dewasa untuk diikuti. Supaya perilaku Anda bisa menjadi teladan
yang baik bagi mereka, bangunlah hubungan yang hangat dengan para siswa
3. Libatkan siswa dalam membuat aturan
Generasi muda saat ini sudah sangat kritis dengan hal-hal yang mereka anggap tidak adil,
termasuk tentang peraturan di kelas. Libatkan siswa dalam diskusi untuk membahas dan
menetapkan peraturan yang dibutuhkan di kelas. Ketika anak-anak ikut dalam diskusi membuat
peraturan, mereka akan merasa terlibat dan menganggap peraturan itu harus dipatuhi karena
dibuat atas kesepakatan bersama.

Sumber :
https://hermananis.com/teori-bloom-tujuan-pendidikan-dan-teori-belajar-tuntas
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta :
Kencana.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group,
https://www.amongguru.com/penilaian-formatif-dan-sumatif-pengertian-tujuan-serta-
perbedaannya
https://mediaindonesia.com/opini/461869/kurikulum-prototipe
https://id.wikipedia.org/wiki/Rencana_pelaksanaan_pembelajaran
https://mikatasa.topkarir.com/article/detail/tips-menciptakan-suasana-kelas-yang-kondusif-
dan-menyenangkan

Anda mungkin juga menyukai