Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian taksonomi
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein yang berarti
untuk mengklasifikasi, dan nomos yang berarti aturan. Suatu
pengklasifikasian atau pengelompokan yang disusun berdasarkan
ciri-ciri tertentu. Klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang
mendasari klasifikasi. Klasifikasi bidang ilmu, kaidah, dan prinsip
yang meliputi pengklasifikasian objek. Taksonomi ini merupakan
kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi mutu
dan efektivitas pembelajarannya.
B. Tujuan Pendidikan
Sejak

lahirnya

kurikulum

PPSP

(Proyek

Perintis

Sekolah

Pembangunan) yang kemudian disusul oleh lahirnya kurikulum


tahun 1975, telah mulai tertanam kesadaran para guru bahwa
tujuan pelajaran harus di rumuskan sebelum proses belajarmengajar berlangsung. Jadi, tujuan pendidikan bukanlah sesuatu
yang perlu di rahasiakan. 1[1]
Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan yaitu:
1) Tujuan umum pendidikan
2) Tujuan yang didasarkan atas tingkah laku (taksonomi)
3)
Tujuan yang lebih jelas yang dapat dirumuskan secara
operasional
C. Taksonomi Bloom
B. S. Bloom bersama rekan-rekannya yang berpikir sehaluan, menjadi kelompok
pelopor dalam menyumbangkan suatu klasifikasi tujuan instruksional (educational
11 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidikan , hal 127

objectives). Pada tahun 1956, terbitlah karya Taxonomy of Educational Objectives,


Cognitive Domain. Pada tahun 1964, terbitlah karya Taxonomy of Educational
Objectives, Affective Domain. Kelompok pelopor ini tidak berhasil menerbitkan
suatu taksonomi yang menyangkut tujuan instruksional di bidang psikomotorik
(psychomotor domain). Orang lainlah yang mengembangkan suatu klasifikasi di
bidang ini, antara lain E. Simpson pada tahun 1967 dan A. Harrow pada tahun 1972.
Dalam pendidikan,

taksonomi

dibuat

untuk

mengklasifikasikan

tujuan

pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu:
kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi
beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai
dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah
laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyetarakan juga tingkah laku dari tingkat
yang lebih rendah. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan
kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi
Bloom". Adapun prinsip dasar taksonomi tujuan pendidikan menurut
Bloom dan krathwohl, yaitu:
1)
2)
3)
4)

Prinsip
Prinsip
Prinsip
Prinsip

metodelogis
psikologis
logois
tujuan

Taksonomi tujuan pendidikan merupakan suatu kategorisasi tujuan pendidikan,


yang umumnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan
tujuan pembelajaran. Taksonomi tujuan terdiri dari domain-domain kognitif, afektif
dan psikomotor. Taksonomi Bloom juga dapat dijadikan acuan bagi seorang guru
dalam menyusun soal-soal untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Hendaknya, soalsoal tersebut meliputi seluruh tingkat atau ranah kognitif yang disusun dari yang
termudah hingga ranah kognitif tertinggi. Dengan demikian, guru mengetahui ranah
kognitif yang telah dicapai oleh para siswanya dan dapat menyusun suatu strategi
untuk meningkatkan kemampuan siswanya. Model pembelajaran yang dapat

mengaitkan pengalaman dalam kehidupan nyata peserta didik dengan materi


pelajaran (kimia) serta dapat merangsang dan melatih keterampilan berpikir tingkat
tinggi peserta didik dari aspek terendah sampai aspek tertinggi taksonomi Bloom
adalah model pembelajaran Problem Based Learning. 2 Berbicara tentang taksonomi
perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada umumnya sepakat untuk
menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005) sebagai tujuan pembelajaran, yang
dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom (Blooms Taxonomy). Menurut Bloom
perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah, yaitu:
1) Ranah kognitif
Ranah
yang

berkaitan

aspek-aspek

intelektual

atau

berfikir/nalar, di dalamnya mencakup:


a. Pengetahuan (knowledge),
Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam
ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode
yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat
dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal
kembali (recognition). Misalnya, TIK yang untuk sebagian dirumuskan
sebagai berikut : siswa akan mampu menyebutkan nama semua sekretaris
jenderal PBB, sejak saat PBB mulai berdiri. Siswa akan mampu menulis
semua nama propinsi di Indonesia, pada peta perbatasan daerah-daerah
propinsi.
b. Pemahaman (comprehension),
Mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang
dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok
dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke
bentuk lain, seperti rumus matematika ke dalam bentuk kata-kata, membuat
2 Ni. L. Sudewi, dkk, 2014, Studi komparasi penggunaan model
pembelajaran Problem based learning (pbl) dan kooperatif tipe Group
investigation (gi) terhadap hasil belajar Berdasarkan taksonomi bloom.
Volume 14 tahun 2014

perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti


dalam grafik.
c. Penerapan (application),
Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja
pada suatu kasus/problem yang kongkret dan baru. Adanya kemampuan
dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapai
atau aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem baru.
d. Penguraian (analysis),
Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagianbagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami
dengan baik. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan
bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar, bersama dengan
hubungan/relasi antara bagian-bagian itu.
e. Memadukan (synthesis),
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru.
Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain, sehingga terciptakan suatu
bentuk baru.
f. Penilaian (evaluation);
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu
atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang
berdasarkan kriteria tertentu. Kemampuan itu dinyatakan dalam memberikan
penilaian terhadap sesuatu, seperti penilaian terhadap pengguguran
kandungan berdasarkan norma moralitas, atau pernyataan pendapat terhadap
sesuatu, seperti dalam menilai tepat-tidaknya perumusan suatu TIK,
berdasarkan kriteria yang berlaku dalam perumusan TIK yang baik.
2) Ranah afektif
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol. Ranah
yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat,

sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya


mencakup:
a. Penerimaan
Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk
memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang
diberikan oleh guru.
b. Partisipasi (responding)
Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut :
- Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding). Contoh : mengajukan
pertanyaan, menempelkan gambar dari tokoh yang disenangi pada
-

tembok kamar yang bersangkutan, atau mentaati peraturan lalu lintas.


Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk
melihat hal-hal khusus di dalam bagian yang diperhatikan. Misalnya pada

desain atau warna saja.


Kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi atau
kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan
mengetahui. Contoh kegiatan yang tampak dari kepuasan menanggapi ini
adalah bertanya, membuat coretan atau gambar, memotret dari objek yang
menjadi pusat perhatiannya, dan sebagainya.

c. Penilaian/Penentuan Sikap/
Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan
membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap :
menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah
laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin.
d. Organisasi
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman
dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima
ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus
diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting. Kemampuan itu dinyatakan
dalam mengembangkan suatu perangkat nilai, seperti menguraikan bentuk

keseimbangan yang wajar antara kebebasan dan tanggung jawab dalam suatu
negara demokrasi atau menyusun rencana masa depan atas dasar kemampuan
belajar, minat dan cita-cita hidup.
e. Pembentukan Pola Hidup
Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian
rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan
nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.
3) Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular
system) dan fungsi psikis. Ranah ini terdiri dari :
a. Kesiapan (set),
Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan
memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan
dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental, seperti dalam mempersiapkan diri
untuk menggerakkan kendaraan yang ditumpangi, setelah menunggu beberapa
lama di depan lampu lalu lintas yang berwarna merah.
b. Persepsi
Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua
perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas
pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam
suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan
(stimulasi) dan perbedan antara rangsangan-rangsangan yang ada, seperti
dalam menyisihkan benda yang berwarna merah dari yang berwarna hijau.
c. Gerakan Terbimbing
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai
dengan contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan dalam
mengerakkan anggota tubuh, menurut contoh yang diperlihatkan atau

diperdengarkan, seperti dalam meniru gerakan-gerakan tarian atau dalam


meniru bunyi suara.
d. Gerakan yang terbiasa
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan
lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh
yang diberikan. Kemapuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggotaanggota tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat, seperti dalam
menggerakkan kaki, lengan dan tangan secara terkoordinir.
e. Gerakan Kompleks
Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan yang terdiri
atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan
dan menggabungkan beberapa subketrampilan menjadi suatu keseluruhan
gerak-gerik yang teratur, seperti dalam membongkar mesin mobil dalam
bagian-bagiannya dan memasangnya kembali.
f. Kreatifitas
Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru,
seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orang-orang yang
berketrampilan tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mempu mencapai
tingkat kesempurnaan ini, seperti kadang-kadang dapat disaksikan dalam
pertunjukan tarian di lapisan es dengan diiringi musik instrumental.
g. Menyesuaikan (adaptation)
Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola
gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus yang
berlaku. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menunjukkan suatu taraf
ketrampilan yang telah mencapai kemahiran, misalnya seorang pemain tenis
yang menyesuaikan pola permainannya dengan gaya bermain dari lawannya
atau dengan kondisi lapangan.

D. Revisi Taksonomi Bloom


Dimensi proses kognitif pada taksonomi Bloom yang telah direvisi yang
mencakup: (1) mengingat (remember), yaitu menarik kembali informasi yang
tersimpan dalam memori jangka panjang, (2) memahami (understand), yaitu
mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang
dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang
ada dalam pemikiran siswa, (3) mengaplikasikan (apply), yaitu penggunaan
suatu prosedur guna meyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas, (4)
menganalisis (analyze), yaitu menguraikan suatu permasalahan atau objek ke
unsur-unsurnya dan menentukan saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut, (5)
mengevaluasi (evaluate), yaitu membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria
dan standar yang ada, dan (6) mencipta (create), yaitu menggabungkan
beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan.
E. Teori Belajar yang Melandasi Taksonomi Bloom
Teori belajar merupakan serangkaian prinsip yang saling berhubungan dan
merupakan penjelasan atas sejumlah fakta atau penemuan yang berkaitan
dengan peristiwa belajar.3
1) Teori Belajar Behavioristik (Tingkah Laku)
Belajar menurut aliran behavioristik adalah perubahan dalam tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons.31 Proses belajar
sebagai perubahan perilaku yang dapat diamati dan timbul sebagai hasil
pengalaman. Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran behavioristik,
antara lain yang terkenal adalah teori Connectonism dari Thorndike, teori
Classical

Conditioning dari Pavlov, dan teori Operant Conditioning

dari

Skinner.4
a. Teori Connectonism
3 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hlm.63.
4 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),
hlm. 7.

Teori ini dikemukakan oleh Edward L. Thorndike (1874-1949). Menurut


Thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus (yang
mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respon (yang mungkin
berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) baik yang bersifatkonkret (dapat
diamati) maupun yang non konkret (tidak bisa diamati). Teori ini juga
disebut trial and error learning, Sebab hubungan yang terbentuk antara
stimulus dan respons tersebut timbul melalui proses trial and error, yaitu
suatu upaya mencoba berbagai respons untuk mencapai stimulus meski
bekali-kali mengalami kegagalan. Thorndike juga membuat rumusan
hukum belajar, yaitu: law of readiness (hukum kesiapan), law of
exercise (hukum latihan), dan law of effect (hukum efek). 35
b. Teori Classical Conditioning
Teori ini dikemukakan oleh Ivan Pavlov (1849-1936),

melalui

percobaannya yaitu anjing yang diberi stimulus bersyarat sehingga


terjadi reaksi bersyarat pada anjing. Hal tersebut yntuk mengetahui
bagaimana refleks bersyarat terbentuk dengan adanya hubungan antara
conditioned

stimulus

(CS),

unconditioned

stimulus

(UCS),

dan

conditioned respons (CR). Penelitian Pavlov dikembangkan oleh John


B. Watson bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks
atau respon-respon bersyarat melalui stimulus pengganti.
Menurut Watson, manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksireaksi emosional berupa takut, cinta dan marah. Semua tingkah laku
lainnya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus respon baru melalui
conditioning.
c. Teori Operant Conditioning
Teori ini dikemukakan

oleh

BF.

Skinner

(1930-an)

Skinner

menganggap reward atau reinforcement faktor terpenting dalam proses


pembelajaran. Menurut Skinner, perilaku terbentuk oleh konsekuensi
yang ditimbulkannya. Apabila konsekuensinya menyenangkan (positive
reinforcement) akan membuat perilaku yang sama akan diulangi lagi,

sebaliknya bila konsekuensi tidak menyenangkan (negative reinforcement)


akan membuat perilaku untuk dihindari.
Dalam pembelajaran, operant conditioning menjamin respon-respon
terhadap

stimulus.

Guru berperan

penting

dalam

mengontrol

dan

mengarahkan kegiatan belajar ke arah tercapainya tujuan yang tel;ah


dirumuskan.
2) Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif merupakan teori belajar tidak hanya melibatkan
hubungan

antara

stimulus

dan respon. Teori

belajar

yang

lebih

mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Teori


kognitif menekankan

pentingnya

proses

mental

seperti

berpikir dan

memfokuskan pada apa yang terjadi pada pembelajaran sehingga dapat


menginterpretasi dan mengorganisir informasi secara aktif.
a. Awal Pertumbuhan Teori-Teori Belajar Psikologi Kognitif
Lahirnya teori belajar psikologi kognitif bermula dari teori belajar
Gestalt

tentang pengamatan

dan

problem

solving.

Konsep

yang

digunakan psikologi Gestalt adalah tentang insightyaitu pengamatan


atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagianbagian di dalam suatu situasi permasalahan. Menurut

pandangan

ini,

semua kegiatan belajar menggunakan insight yaitu pengamatan atau


pemahaman

terhadap

hubungan-hubungan, terutama hubungan antara

bagian dan keseluruhan.


b. Teori Cognitive Field
Tokoh teori ini adalah Kurt Lewin (1892-1947). Menurut Lewin bahwa
tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan-kekuatan baik
yang dari dalam maupun dari luar diri sesorang individu seperti tantangan
dan permasalahan.
c. Teori Cognitive Developmental
Tokoh teori ini adalah Pieget mengenai tahaptahap perkembangan pribadi
serta perubahan umur yang mepengaruhi kemampuan belajar individu.
Pieget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari
fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak.

Menurut aliran ini,tahapan dalam proses belajara terdiri atas tiga tahap,
yakni: asimilasi (proses penyatuan atau pengintegrasian informasi baru
ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak peserta didik),
akomodasi (penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru),
dan equilibrasi

(penyesuaian

akomodasi). Pengaplikasian
bergantung

pada

perkembangan,

berkesinambungan
dalam

akomodasi.

struktur

belajar,
Anak

antara asimiliasi dan


perkembangan kognitif

yang sedang

mengalami

dan konten intelektualnya berubah atau

berkembang.
d. Teori Discovery Learning
Bruner berpendapat bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan

suatu

aturan

(termasuk

konsep,

teori, definisi,

dan

sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang


menjadi sumbernya. J. Dewey salah seorang yang mendukung teori ini
berpendapat complete art of reflective activity atau yang terkenal
problem solving. Mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam
bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pada
tingkat permulaan pengajaran hendaknya dapat diberikan melalui caracara
yang bermakna, dan makijn meningkatkan ke arah yang abstrak.
3) Teori Belajar Humanistik
Teori ini merupakan teori yang paling abstrak. Teori ini memandang bahwa
proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Para
pendidik membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya

dengan

mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya
dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka. Teori ini yang
melatari dalam teori Bloom dan Krathwohl dalam bentuk Taksonomi Bloom
dengan tiga ranah (kognitif, afektif dan psikomotor) yang harus dikuasai atau
dipelajari oleh peserta didik. Taksonomi ini, banyak membantu para praktisi

pendidikan untuk memformulasikan tujuan-tujuan belajar dalam bahasa yang


mudah dipahami, operasional, serta dapat diukur.

DAFTAR PUSTAKA
Ari Kunto Suharsisni, 2012 ,Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,
Jakarta :Bumi Aksara.
Khodijah Nyayu, 2014 ,Psikologi

Pendidikan , Jakarta: Raja

Grafindo Persada
Ni. L. Sudewi, dkk, 2014, Studi komparasi penggunaan model
pembelajaran
Group

Problem based learning (pbl) dan kooperatif tipe

investigation

(gi)

terhadap

hasil

belajar

Berdasarkan

taksonomi bloom. Volume 14 tahun 2014


Uno

Hamzah

B,

2010

Orientasi

Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.

Baru

dalam

Psikologi

Anda mungkin juga menyukai