Anda di halaman 1dari 5

Nama : Andi Gusti Tamsil

Nim 2169010503

Tugas

Hubungan Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotir terhadap Sistem Evaluasi Belajar
Mengajar
Ranah kognitif

Evaluasi hasil belajar pada ranah kognitif berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dimana
Bloom membagi menjadi 6 tingkatan diawali dari pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan evaluasi.
Dimensi Proses Pengetahuan

Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan
memecahkan masalah.. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses
berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam
jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:

a. Pengetahuan (knowledge)

Yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kembali tentang nama,
istilah, ide, gejala, rumus-rumus, dan sebagainya; mencakup ingatan akan hal-hal
yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan yang meliputi fakta, kaidah,
prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan ini
akan digali pada saat diperlukan melalui bentuk mengingat (recall) atau mengenal
kembali (recognition). Dalam jenjang kemampuan ini, seseorang dituntut untuk dapat
mengenali atau mengetahui adanya suatu konsep, fakta, atau istilah tanpa harus
mengerti atau dapat menggunakannya. Misalnya, “Siswa akan mampu menyebutkan
nama semua sekretaris jenderal PBB, sejak saat PBB mulai berdiri”.

b. Pemahaman (comprehension)
Yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu
itu diketahui atau diingat; mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti
dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu
bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang
lain. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan,
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat memanfaatkan isinya tanpa
keharusan untuk menghubungkannya dengan hal-hal yang lain. Kemampuan ini dapat
dijabarkan ke dalam tiga bentuk, yaitu menerjemahkan (translation), menginterpretasi
(interpretation), dan mengekstrapolasi (extrapolation). Misalnya, “Siswa akan mampu
menguraikan, dalam kata-kata sendiri”.

c. Penerapan (application)

Yaitu kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum,


metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam
situasi yang baru dan konkret; mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah
atau metode yang digunakan pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru,
yang dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapi atau
aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem yang baru. Situasi yang
digunakan haruslah baru, karena apabila tidak demikian, maka kemampuan yang
diukur bukan lagi penerapan, melainkan ingatan semata-mata. Pengukuran
kemampuan ini umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem
solving), dan melalui pendekatan ini siswa dihadapkan pada suatu masalah yang perlu
dipecahkan dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya.

d. Analisis (analysis)

Yaitu kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut
bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antaranya:
mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian,
sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik, yang
dinyatakan dengan penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen
dasar dengan hubungan bagian-bagian itu.

e. Evaluasi (evaluation)

Merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu


situasi, nilai, atau ide; mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai sesuatu atau beberapa hal dan mempertanggungjawabkan pendapat itu
berdasarkan kriteria tertentu, yang dinyatakan dengan kemampuan memberikan
penilaian terhadap suatu hal. Kriteria yang digunakan untuk mengadakan evaluasi ini
dapat bersifat intern dan ekstern. Kriteria intern adalah kriteria yang berasal dari
situasi atau keadaan yang dievaluasi itu sendiri, sedangkan kriteria ekstern adalah
kriteria yang berasal dari luar keadaan atau situasi yang dievaluasi tersebut.

f. Sintesis (synthesis)

Yaitu kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari kemampuan analisis;


mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola yang baru, yang
dinyatakan dengan membuat suatu rencana, yang menuntut adanya kriteria untuk
menemukan pola dan struktur organisasi yang dimaksud. Misalnya, “Siswa akan
mampu memberikan uraian lisan tentang perlunya pelatihan rencana bisnis, dengan
berpegang pada suatu kerangka yang mengandung pembukaan, inti, ringkasan
pembahasan dan kesimpulan”. (Elisa 2021)

Ranah Afektif

Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan
minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal
yaitu: a.) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim,
b.) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif
kemampuan yang diukur adalah:
a. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran,
kerelaan, mengarahkan perhatian
b. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam
merespon, mematuhi peraturan
c. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen
terhadap nilai
d. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak,
mengorganisasi sistem suatu nilai. Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan
sistem nilai yang dianutnya. Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti
proses belajar mengajar berlangsung. Skala yang sering digunakan dalam instrument
(alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
(Isa, n.d.)

Ranah Psikomotirk

Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan (1980)
menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui (1) pengamatan langsung
dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2)
sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah
pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sementara itu Leighbody (1968)
berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan
menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan
menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan
membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau
ukuran yang telah ditentukan. Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam
penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan
produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta
didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta
didik. (II, n.d.)

Daftar Pustaka

Elisa, Edi. 2021. “Evaluasi Pembelajaran Ranah Kognitif.”


II, B A B. n.d. “PENILAIAN PSIKOMOTOR.”
Isa, Anshori. n.d. “Aspek-Aspek Dalam Evaluasi Pembelajaran.” -.

Anda mungkin juga menyukai