Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“ TAKSONOMI TUJUAN
PENDIDIKAN DAN
EVALUASI HASIL BELAJAR “

OLEH

SYARIF MAMANG
NIM : 0100220048

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanyaan pokok sebelum penilaian ialah apa yang harus dinilai itu.
Terhadap pertanyaan ini kita kembali pada unsur-unsur yang terdapat dalam proses
belajar-mengajar. Ada empat unsur utama proses belajar-mengajar yakni tujuan-bahan
metode dan alat sertta penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada
hakikatnya ada adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa
setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya. Bahan adalah seperangkat
pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk disampaikan atau dibahas
dalam proses belajar-mengajar agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan.
Metode dan alat adalah cara atau teknik yang dugunakan dalam mencapai tujuan.
Sedangkan penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan
yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi
sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.
Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam tujuan pengajaran,
sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemapuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya
menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud taksonomi tujuan pendidikan ?
2. Apa yang dimaksud evaluasi hasil belajar ?
3. Apa hubungan antara taksonomi tujuan pendidikan dan evaluasi hasil belajar ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Taksonomi Tujuan Pendidikan
2. Untuk mengetahui apa itu Evaluasi Hasil Belajar
3. Untuk mengetahui Hubungan antara Taksonomi tujuan pendidikan dan Evaluasi
Hasil belajar
BAB II
PEMBAHASAN

A. TAKSONOMI TUJUAN PENDIDIKAN


1) Pengertian taksonomi
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani “tassein” yang berarti untuk
mengklasifikasi, dan “nomos” yang berarti aturan. Suatu pengklasifikasian atau
pengelompokan yang disusun berdasarkan ciri-ciri tertentu. Klasifikasi berhirarki
dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Klasifikasi bidang ilmu,
kaidah, dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek.
2) Arti dan letak taksonomi tujuan Pendidikan
Sejak lahirnya kurikulum PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang
kemudian disusul oleh lahirnya kurikulum tahun 1975, telah mulai tertanam
kesadaran para guru bahwa tujuan pelajaran harus di rumuskan sebelum proses
belajar-mengajar berlangsung. Jadi, tujuan pendidikan bukanlah sesuatu yang perlu
di rahasiakan. [1]
Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan yaitu:
a. Tujuan umum pendidikan
b. Tujuan yang didasarkan atas tingkah laku (taksonomi)
c. Tujuan yang lebih jelas yang dapat dirumuskan secara operasional
3) Taksonomi Bloom
Model taksonomi Bloom merupakan salah satu pengembangan teori kognitif, yang
biasa sering dikaitkan dengan persoalan dalam merumuskan tujuan pembelajaran
dan masalah standar evaluasi atau pengukuran hasil belajar sebagai pengembangan
sebuah kurikulum. Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk
tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom
pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa
domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam
pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Adapun prinsip dasar
taksonomi tujuan pendidikan menurut  Bloom dan Krathwohl, yaitu [2] :
a. Prinsip metodelogis
b. Prinsip psikologis
c. Prinsip logois
d. Prinsip tujuan
Taksonomi tujuan pendidikan merupakan suatu kategorisasi tujuan pendidikan, yang
umumnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan
pembelajaran. Taksonomi tujuan terdiri dari domain-domain kognitif, afektif dan
psikomotor.
Berbicara tentang taksonomi perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli
pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005)
sebagai tujuan pembelajaran, yang dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom (Bloom’s
Taxonomy).
Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah, yaitu :
a. Ranah kognitif; ranah yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar,
di dalamnya mencakup:
o pengetahuan (knowledge),
o pemahaman (comprehension),
o penerapan (application),
o penguraian (analysis),
o memadukan (synthesis),
o penilaian (evaluation);
b. Ranah afektif; ranah yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan,
minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup:
o pandangan atau pendapat (oponion)
o sikap atau penilaian (attitude,value)
c. Ranah psikomotor; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi
psikis. Ranah ini terdiri dari :
o kesiapan (set),
o peniruan (imitation),
o membiasakan (habitual),
o menyesuaikan (adaptation)
o menciptakan (origination).
Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk
mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya. Dalam setiap aspek
taksonomi terkandung kata kerja operasional yang menggambarkan bentuk
perilaku yang hendak dicapai melalui suatu pembelajaran.
B. EVALUASI HASIL BELAJAR
1) Pengertian Evaluasi
Evaluasi (bahasa Inggris:Evaluation) adalah proses penilaian. Dalam
perusahaan, evaluasi dapat diartikan sebagai proses pengukuran akan
efektifitas strategi yang digunakan dalam upaya
mencapai tujuan perusahaan. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut
akan digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya. Adapun menururt ahli
mereka mendefinisikannya sebagai berikut :
a. Guba dan  Lincoln (hamid hasan, 1988) mendefinisikan evaluasi itu
merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti
sesuatu yang dipertimbangkan (evaluation).
b. Wiersma dan jurs evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pungukuran
dan mungkin juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai.
c. Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan
menilai.
d. Sedangkan evaluasi hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan
untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut
memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi,
penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.
Dari konsep yang di kemukakan oleh Guba dan Lincoln diatas ada dua
karakteristik evaluasi. Pertama, evaluasi merupakan suatu proses, kedua evaluasi
berhubungan dengan nilai.[3] 
2) Hasil belajar sebagai objek penilaian
Pertanyaan pokok sebelum melakukan penilaian ialah apa yang harus di nilai.
Terhadap pertanyaan ini kita kembali kepada unsur-unsur yang terdapat dalam
proses belajar-mengajar. Dalam sistem pendidikan nasioanal rumusan tujuan
pendididikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotoris. Ketiga ranah tersebut
menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah
yang paling banyak nilai oleh para pendidik di sekolah karena berkaitan dengan
kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Selanjutnya, kami
akan memaparkan masing-masing dari ranah tersebut.

a. Penilaian ranah kognitif  terdiri atas :


o Tipe hasil belajar : pengetahuan
Istilah pengatahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari
kata knowledge dalam taksonomi Bloom, pengetahuan adalah aspek yang
paling dasar dalam taksonomi Bloom. Namun, tipe hasil belajar ini
menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Dalam jenjang
kemampuan ini seseorang di tuntut untuk dapat mengenali atau
mengetahui adanya konsep, fakta, dll tanpa harus mengetahui atau dapat
menggunakannya. Bentuk soal yang sesuai untuk mengukur kemampuan
ini antara lain: benar-salah, menjodohkan isian atau jawaban singkat dan
pilihan ganda.
o Tipe hasil belajar: pemahaman
Kemampuan ini pada umumnya mendapat penekanan dalam proses
belajar-mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang di
ajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat
memanfaatkan isinya tanpa harus menghubunkan dengan hal yang lain.
Bentuk soal yang sering di gunakan adalah pilihan ganda atau uraian.
Kemampuan pemahaman dapat dibedakan kedalam tiga kategori yaitu: 
 Menerjemahkan (translation)
 Menginterprestasi (interprestation)
 Mengekstrapolasi (extrapolation)
o Tipe hasil belajar: penerapan
Penerapan adalah pengguaan abstraksi pada situasi yang kongkret atau
situasi khusus. Dalam jenjang kemampuan ini peserta didik di tuntut
kesanggupan umum, tata cara, ataupun metode-metode, prinsip-prinsip,
serta teori-teori dalam situasi baru dan kongkret. Pengukuran ini
umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem
solving)
o Tipe hasil belajar: analisis
Dalam jenjang kemapuan ini seseorang di tuntut untuk dapat menguraikan
situasi atau keadaan tertentu kedalam unsur-unsur atau komponen-
komponen pembentuknya. Kemampuan analisis diklasifikasikan atas tiga
kelompok yaitu :

 Analisis unsur
 Analisis hubungan
 Analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi
o Tipe hasil belajar: sintetis
Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu
yang baru dengan jalan menggabungkan faktor yang ada. Hasil yang
diperoleh dari penggabungan ini dapat berupa: tulisan dan rencana atau
mekanisme.
o Tipe hasil belajar: evaluasi
Dalam jenjang kemapuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi
situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria
tertentu. yang terpenting dalam evaluasi ialah menciptakan kriteria
tertentu. Yang penting dalam evaluasi ialah menciptakan kondisinya
sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria standar,
atau ukuran untuk mengevaluasi sesuatu.
b. Penilaian ranah afektif
Ranah afektif meliputi lima jenjang kemapuan yaitu:
o Meneriama, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan
(stimulus) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah,
situasi, gejala, dll.
o Menjawab, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi
yang datang dari luar
o Menilai, yaitu yang berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulus.
o Organisasi, yakni pengembangan dari nilai kedalam satu sistem
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan
dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
o Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan sistem nilai
yang telah dimiliki sesorang , yang mempengaruhi kepribadian dan
tingkah lakunya.
c. Penilaian ranah psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Ranah psikomotoris meliputi tiga tingkatan
keterampilan yakni :
 Keterampilan motorik (muscular or motor skills) yaitu: memperlihatkan
gerak, menunjukan hasil, menggerakan, menampilkan, melompat dan
sebagainya.
 Manipulasi benda (manipulation of materials or objects) : menyusun,
membentuk, memindahkan, menggeser, mereparasi, dan sebagainya.
 Koordinasi neuromuscular, menghubungkan, mengamati, memotong dan
sebagainya.

C. HUBUNGAN ANTARA TAKSONOMI TUJUAN PENDIDIKAN DAN


EVALUASI HASIL BELAJAR
Pada dasarnya kedua pengertian ini sama-sama mempunyai tujuan yang sama
dalam dunia pendidikan. Dengan objek yang sama yaitu peserta didik, disini dibahas
tentang bagaimana tujuan pendidikan tercapai dan mengukur hasil akhir belajar dengan
evaluasi. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan membaginya
menjadi tiga ranah, a) ranah kognitif, b) ranah afektif, c) ranah psikomotoris. Semua
ranah ini dilakukan untuk membantu berjalannya kegiatan belajar mengajar agar tujuan
pendidikan yang ditentukan tercapai, begitu pula dengan evaluasi hasil belajar itu untuk
membantu mengukur seberapa mampu peserta didik menguasai materi yang diajarkan.
Tujuan pengajaran pada intinya adalah diperolehnya bentuk tingkah laku menjadi lebih
baik, yang belum tahu jadi lebih banyak tahu tentang ilmu pengetauan melalui belajar
yang di sampaikan oleh seorang pendidik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan evaluasi dan taksonomi di atas dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1) Evaluasi dalam sistem pendidikan dan pengajaran adalah komponen yang urgen
yang harus dilakukan terutama untuk tujuan mengetahui pencapaian keberhasilan
proses pendidikan dan pengajaran yang telah dijalankan.
2) Tujuan pengajaran pada dasarnya adalah diperolehnya bentuk perubahan tingkah
laku baru pada peserta didik yang menurut Benyamin S Bloom terbagi dalam tiga
ranah tujuan pengajaran yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang dikenal
dengan taksonomi Bloom.
3) Taksonomi Bloom dikembangkan dari teori psikologi kognitif dan dirumuskan
pertama kali tahun 1956. Setiap ranah/domain tersusun atas kategori-kategori atau
subkategori yang menunjukkan tingkat kemampuan yang dapat ditunjukkan oleh
peserta didik.
4) Dalam evaluasi pendidikan taksonomi Bloom dapat digunakan sebagai acuan
melakukan penilaian secara lebih komprehensif dan terperinci mencakup ketiga
ranah (kognitif, afektif dan psikomotor) dan mencakup sub-sub kategorinya.
DAFTAR PUSTAKA

Ari Kunto Suharsisni, “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan”, Bumi Aksara ; jakarta : 2012


Daryanto , “Evaluasi Pendidikan”, Rineka Cipta ; jakarta : 2008
Sanjaya Wina, “ Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran”, Kencana Prenada Media
Grup ; jakarta : 2010
Sudjana Nana, “ Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar” , PT.Remaja Rusda Karya ;
Bandung : 2006

[1] Suharsimi Arikunto “Dasar-dasar Evaluasi pendidikan” hal 127


[2] Idem
[3] Wina Sanjaya “perencanaan dan desain sistem pembelajaran” hal 241
Diposting oleh Unknown di 06.59 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Anda mungkin juga menyukai