Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bagi guru dan praktisi pendidikan, kata “Jenjang Kognitif” atau sering
disingkat “C” (dari kata Cognitive) merupakan istilah yang sudah akrab dalam
merumuskan tujuan pembelajaran dan penentuan jenjang soal. Istilah dimaksud
diambil dari taksonomi tujuan pembelajaran yang dikemukakan oleh Bloom,
Engelhart, Furst, Hill dan Krathwohl. Dalam bukunya “The Taxonomy of
Education Objectives, The Classification of Educational Goals, Handbook I:
Cognitive Domain”. Selama hampir setengah abad bukuitu banyak menjadi
rujukan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Meskipun ide-idedalam buku
tersebut masih sangat bermanfaat, namun dinilai perlu adanya revisi untuklebih
bisa mengadopsi perkembangan dan temuan baru dalam dunia pendidikan.
Olehkarena itulah diterbitkan edisi revisi buku tersebut yang berjudul
“A Taxonomy for Learning and Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s
Taxonomy of EducationalObjectives”.
Tulisan ini menyajikan pemanfaatan taksonomi yang baru ini dalam
pengembangan soal untuk setiap jenjang. Pembaca yang tertarik untuk
mengetahui perbedaan antara taksonomi yang lama dengan taksonomi ynag baru
dan kejelasan lebih rinci tentang taksonomi yang baru dan pemanfaatan dalam
perumusan tujuan pembelajaran dapat membaca tulisan penulis sebelumnya.
Taksonomi ialah klasifikasi atau pengelompokan benda menurut ciri-ciri
tertentu. Taksonomi dalam bidang pendidikan, digunakan untuk klasifikasi tujuan
instruksional; ada yang menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan penampilan,
atau sasaran belajar, yang digolongkan dalam tiga klasifikasi umum atau ranah
(domain), yaitu: (1) ranah kognitif, berkaitan dengan tujuan belajar yang
berorientasi pada kemampuan berpikir; (2) ranah afektif berhubungan dengan
perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati); dan (3) ranah psikomotor
(berorientasi pada keterampilan motorik atau penggunaan otot kerangka). Saat ini
dikenal berbagai macam taksonomi tujuan instruksional yang diberi nama
menurut enciptanya, misalnya: Bloom; Merill dan Gagne (kognitif); Krathwohl,

1
2

Martin & Briggs, dan Gagne (afektif); dan Dave, Simpson dan Gagne
(psikomotor).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penjelasan mengenai Taksonomi Bloom?
2. Bagaimana penjelasan mengenai Kata Kerja Oprasional?
3. Bagaimana contoh soal pilihan ganda?
4. Jelaskan karakteristik tes pilihan ganda?
5. Jelaskan kekurangan dan kelemahan tes pilihan ganda?
1.3 Tujuan
1. Dapat menjelaskan mengenai Taksonomi Bloom.
2. Dapat menjelaskan mengenai Dapat menjelaskan mengenai.
3. Dapat membuat contoh soal pilihan ganda.
4. Dapat menjelaskan karakteristik tes pilihan ganda.
5. Daat menjelaskan kekurangan dan kelebihan tes pilihan ganda.

...
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Taksonimi Bloom


A. Sejarah Taksonomi Bloom
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang
berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti
hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan
oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan yang
melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berpikir dalam
proses pembelajaran. Bloom, lahir pada tanggal 21 Februari 1913 di Lansford,
Pennsylvania dan berhasil meraih doktor di bidang pendidikan dari The
University of Chicago pada tahun 1942. Ia dikenal sebagai konsultan dan aktivis
internasonal di bidang pendidikan dan berhasil membuat perubahan besar dalam
sistem pendidikan di India. Ia mendirikan the International Association for the
Evaluation of Educational Achievement, the IEA dan mengembangkan the
Measurement, Evaluation, and Statistical Analysis (MESA) program pada
University of Chicago. Di akhir hayatnya, Bloom menjabat sebagai Chairman of
Research and Development Committees of the College Entrance Examination
Board dan The President of the American Educational Research Association. Ia
meninggal pada 13 September 1999.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam
Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan
bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata
persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk
mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari
konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan sebenarnya
merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors).
Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya

3
4

Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl
berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan
Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang
mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.
Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus
dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh
Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual
behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

B. Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik


1. Ranah Kognitif
Ranah Kognitif merupakan ranah yang berisi perilaku yang menekankan
aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Taksonomi
Bloom mengklasifikasikan perilaku menjadi enam kategori, dari yang sederhana
(mengetahui) sampai dengan yang lebih kompleks (mengevaluasi). Ranah kognitif
terdiri atas (berturut-turut dari yang paling sederhana sampai yang paling
kompleks), yaitu: (1) knowledge (pengetahuan), (2) comprehension (pemahaman
atau persepsi), (3) application (penerapan), (4) analysis (penguraian atau
penjabaran), (5) synthesis (pemaduan), dan (6) evaluation (penilaian). Level ranah
ini dapat digambarkan dalam bentuk piramida berikut:

Tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking Skills,


sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Namun demikian
pembuatan level ini bukan berarti bahwa lower level tidak penting. Justru lower
order thinking skill ini harus dilalui dulu untuk naik ke tingkat berikutnya. Skema
5

ini hanya menunjukkan bahwa semakin tinggi semakin sulit kemampuan


berpikirnya.
a. Pengetahuan (Knowledge ) / C – 1
Pengetahuan dalam pengertian ini melibatkan proses mengingat kembali
hal-hal yang spesifik dan universal, mengingat kembali metode dan proses, atau
mengingat kembali pola, struktur atau setting. Pengetahuan dapat dibedakan
menjadi tiga, yakni:
1) Pengetahuan tentang hal-hal pokok;
Pengetahuan tentang hal-hal pokok yaitu mengingat kembali hal-hal yang
spesifik, penekanannya pada simbol-simbol dari acuan yang konkret. Pengetahuan
tentang hal-hal pokok dibagi menjadi dua yakni: (1) pengetahuan tentang
terminologi; dan (2) pengetahuan mengenai fakta-fakta khusus. Pengetahuan
tentang terminologi yaitu pengetahuan tentang acuan simbol yang diterima banyak
orang, misalnya kata-kata umum beserta makna-maknanya yang lazim.
Pengetahuan tentang fakta yang spesifik yaitu pengetahuan tentang tanggal,
peristiwa, orang, tempat.
2) Pengetahuan tentang cara memperlakukan hal-hal pokok;
Pengetahuan tentang cara memperlakukan hal-hal pokok yaitu
pengetahuan tentang cara-cara untuk mengorganisasi, mempelajari, menilai, dan
mengkritik. Pengetahuan tentang cara memperlakukan hal-hal pokok dibagi
menjadi lima yakni: (1) pengetahuan tentang konvensi; (2) pengetahuan tentang
kecenderungan atau urutan; (3) pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori; (4)
pengetahuan tentang tolok ukur; dan (5) pengetahuan tentang metodologi.
Pengetahuan tentang konvensi yaitu pengetahuan tentang cara-cara yang khas
untuk mempresentasikan ide dan fenomena misalnya cara untuk
mempresentasikan puisi, drama, dan makalah ilmiah. Pengetahuan tentang
kecenderungan atau urutan yaitu pengetahuan tentang proses, arah, dan gerakan
suatu fenomena dalam kaitannya dengan waktu misalnya pengetahuan tentang
perkembangan kebudayaan Indonesia. Pengetahuan tentang klasifikasi dan
kategori yaitu pengetahuan tentang kelas, divisi, dan susunan yang dianggap
fundamental bagi suatu bidang, tujuan, argumen, atau masalah. Pengetahuan
tentang tolak ukur (kriteria) yaitu pengetahuan tentang kriteria-kriteria untuk
menguji atau menilai fakta, prinsip, pendapat, dan perilaku. Pengetahuan tentang
metodologi yaitu pengetahuan tentang metode-metode penelitian, teknik-teknik,
6

dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam suatu bidang dan untuk menyelidiki
suatu masalah dan fenomena.
3) Pengetahuan tentang hal yang umum dan abstraksi.
Pengetahuan tentang hal yang umum (universalitas) dan abstraksi dalam
suatu bidang yaitu pengetahuan tentang skema-skema dan pola-pola pokok untuk
mengorganisasi fenomena dan ide. Pengetahuan tentang hal yang umum dan
abstraksi dibagi menjadi dua yakni: (1) pengetahuan tentang prinsip dan
generalisasi; dan (2) pengetahuan tentang teori dan struktur. Pengetahuan tentang
prinsip dan generalisasi yaitu pengetahuan tentang abstraksi-abstraksi tertentu
yang merupakan rangkuman atas hasil pengamatan terhadap suatu fenomena.
Pengetahuan tentang teori dan struktur yaitu pengetahuan tentang sekumpulan
prinsip dan generalisasi beserta interelasi yang membentuk suatu pandangan yang
jelas, utuh, dan sistematis mengenai sebuah fenomena, masalah, atau bidang yang
kompleks.
b. Pemaahaman (Comprehension) / C – 2
Pemahaman bersangkutan dengan inti dari sesuatu, ialah suatu bentuk
pengertian atau pemahaman yang menyebabkan seseorang mengetahui apa yang
sedang dikomunikasikan, dan dapat menggunakan bahan atau ide yang sedang
dikomunikasikan itu tanpa harus menghubungkannya dengan bahan lain.
Pemahaman dibedakan menjadi tiga, yakni: (1) penerjemahan (translasi) yaitu
kemampuan untuk memahami suatu ide yang dinyatakan dengan cara lain dari
pada pernyataan asli yang dikenal sebelumnya; (2) penafsiran (interpretasi) yaitu
penjelasan atau rangkuman atas suatu komunikasi, misalnya menafsirkan berbagai
data sosial yang direkam, diubah, atau disusun dalam bentuk lain seperti grafik,
tabel, diagram; dan (3) ekstrapolasi yaitu meluaskan kecenderungan melampaui
datanya untuk mengetahui implikasi, konsekuensi, akibat, pengaruh sesuai dengan
kondisi suatu fenomena pada awalnya, misalnya membuat pernyataan-pernyataan
yang eksplisit untuk menyikapi kesimpulan-kesimpulan dalam suatu karya sastra.
c. Penerapan (Application) / C – 3
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan
gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, prinsip di dalam berbagai situasi.
Sebagai contoh: agar teh dalam gelas cepat mendingin, maka tutup gelas harus
dibuka (bidang fisika), orang perlu menyirami tanaman agar tidak layu (bidang
biologi); dan jari yang terlukai harus diberi obat merah (bidang kesehatan).
d. Analisis (Analysis) / C – 4
7

Analisis diartikan sebagai pemecahan atau pemisahan suatu komunikasi


(peristiwa, pengertian) menjadi unsur-unsur penyusunnya, sehingga ide
(pengertian, konsep) itu relatif menjadi lebih jelas dan/atau hubungan antar ide-ide
lebih eksplisit. Analisis merupakan memecahkan suatu isi komunikasi menjadi
elemen-elemen sehingga hierarki ide-idenya menjadi jelas. Kategori analisis
dibedakan menjadi tiga, yakni: (1) analisis elemen yaitu analisis elemen-elemen
dari suatu komunikasi; (2) analisis hubungan yaitu analisis koneksi dan interaksi
antara elemen-elemen dan bagian-bagian dari suatu komunikasi; dan (3) analisis
prinsip pengorganisasian yaitu analisis susunan dan struktur yang membentuk
suatu komunikasi.
e. Sintesis (Synthesis) / C – 5
Sintesis adalah memadukan elemen-elemen dan bagian-bagian untuk
membentuk suatu kesatuan. Sintesis bersangkutan dengan penyusunan
bagianbagian atau unsur-unsur sehingga membentuk suatu keseluruhan atau
kesatuan yang sebelumnya tidak tampak jelas. Kategori sintesis dibedakan
menjadi tiga yakni: (1) penciptaan komunikasi yang unik, yaitu penciptaan
komunikasi yang di dalamnya penulis atau pembicara berusaha mengemukakan
ide, perasaan, dan pengalaman kepada orang lain; (2) penciptaan rencana yaitu
penciptaan rencana kerja atau proposal operasi; dan (3) penciptaan rangkaian
hubungan abstrak yaitu membuat rangkaian hubungan abstrak untuk
mengklasifikasikan data tertentu.
f. Evaluasi (Evaluation) / C – 6
Evaluasi adalah menentukan nilai materi dan metode untuk tujuan tertentu.
Evaluasi bersangkutan dengan penentuan secara kuantitatif atau kualitatif tentang
nilai materi atau metode untuk sesuatu maksud dengan memenuhi tolok ukur
tertentu. Kategori evaluasi dibedakan menjadi dua, yakni: (1) evaluasi
berdasarkan bukti internal yaitu evaluasi terhadap ketetapan komunikasi
berdasarkan logika, konsistensi, dan kriteria-kriteria internal lain misalnya,
menunjukkan kesalahan-kesalahan logika dalam suatu argumen; dan (2) evaluasi
berdasarkan bukti eksternal yaitu evaluasi terhadap materi berdasarkan kriteria
yang ditetapkan atau diingat, misalnya membandingkan teori-teori,
generalisasigeneralisasi, dan fakta-fakta pokok tentang kebudayaan tertentu.
Taksonomi Bloom ranah kognitif berturut-turut dari yang paling sederhana
sampai yang paling kompleks diilustrasikan seperti pada Gambar 1.
8

2. Ranah Afektif
Ranah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi,
misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat,minat, motivasi, dan sikap. Lima
kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana hingga yang
paling kompleks.

RANAH AFEKTIF – SIKAP (ATTITUDE)


No Kategori Penjelasan Kata Kerta Kunci
.
1. Penerimaan Kemampuan untuk menanyakan, mengikuti,
menunjukkan atensi dan memberi, menahan /
penghargaan terhadap orang mengendalikan diri,
lain Contoh: mendengar mengidentifikasi,
pendapat orang lain, memperhatikan, menjawab.
mengingat nama seseorang.
2. Responsif Kemampuan berpartisipasi Menjawab, membantu,
aktif dalam pembelajaran dan mentaati, memenuhi,
selalu termotivasi untuk menyetujui, mendiskusikan,
segera bereaksi dan melakukan, memilih,
mengambil tindakan atas menyajikan,
suatu kejadian. Contoh: mempresentasikan,
berpartisipasi dalam diskusi melaporkan, menceritakan,
kelas. menulis,
menginterpretasikan,
menyelesaikan,
mempraktekkan.
3. Nilai yang Kemampuan menunjukkan Menunjukkan,
dianut nilai yang dianut untuk mendemonstrasikan,
(Nilai diri). membedakan mana yang baik memilih, membedakan,
dan kurang baik terhadap mengikuti, meminta,
suatu kejadian/obyek, dan memenuhi, menjelaskan,
nilai tersebut diekspresikan membentuk, berinisiatif,
dalam perilaku. Contoh: melaksanakan,
9

Mengusulkan kegiatan memprakarsai,


Corporate Social menjustifikasi, mengusulkan,
Responsibility sesuai dengan melaporkan,
nilai yang berlaku dan menginterpretasikan,
komitmen perusahaan. membenarkan, menolak,
menyatakan /
mempertahankan pendapat,
4. Organisasi Kemampuan membentuk Mentaati, mematuhi,
sistem nilai dan budaya merancang, mengatur,
organisasi dengan mengidentifikasikan,
mengharmonisasikan mengkombinasikan,
perbedaan nilai. Contoh: mengorganisisr,
Menyepakati dan mentaati merumuskan, menyamakan,
etika profesi, mengakui mempertahankan,
perlunya keseimbangan menghubungkan,
antara kebebasan dan mengintegrasikan,
tanggung jawab. menjelaskan, mengaitkan,
menggabungkan,
memperbaiki, menyepakati,
menyusun,
menyempurnakan,
menyatukan pendapat,
menyesuaikan, melengkapi,
membandingkan,
memodifikas.
5. Karakterisa Kemampuan mengendalikan Melakukan, melaksanakan,
si perilaku berdasarkan nilai memperlihatkan
yang dianut dan memperbaiki membedakan, memisahkan,
hubungan intrapersonal, menunjukkan,
interpersonal dan social. mempengaruhi,
Contoh: Menunjukkan rasa mendengarkan,
percaya diri ketika bekerja memodifikasi,
sendiri, kooperatif dalam mempraktekkan,
10

aktivitas kelompok. mengusulkan, merevisi,


memperbaiki, membatasi,
mempertanyakan,
mempersoalkan, menyatakan,
bertindak, Membuktikan,
mempertimbangkan.

3. Ranah Psikomotorik
Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani,
keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat diasah jika
sering melakukannya. Perkembangan tersebut dapat diukur sudut kecepatan,
ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam ranah
psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit.

RANAH PSIKOMOTORIK – KETRAMPILAN (SKILLS)


N Kategori Penjelasan Kata kunci
O
1. Persepi Kemampuan menggunakan Mendeteksi, mempersiapkan
saraf sensori dalam diri, memilih,
menginterpretasikan nya menghubungkan,
dalam memperkirakan menggambarkan,
sesuatu Contoh: menurunkan mengidentifikasi,
suhu AC saat merasa suhu mengisolasi, membedakan
ruangan panas menyeleksi,.
2. Kesiapan Kemampuan untuk Memulai, mengawali,
mempersiapkan diri, baik memprakarsai, membantu,
mental, fisik, dan emosi, memperlihatkan
dalam menghadapi sesuatu. mempersiapkan diri,
Contoh: melakukan menunjukkan,
pekerjaan sesuai urutan, mendemonstrasikaan.
menerima kelebihan dan
kekurangan seseorang.
3. Reaksi yang Kemampuan untuk memulai Meniru, mentrasir,
diarahkan ketrampilan yang kompleks mengikuti, mencoba,
11

dengan bantuan / bimbingan mempraktekkan,


dengan meniru dan uji mengerjakan, membuat,
coba.Contoh: Mengikuti memperlihatkan, memasang,
arahan dari instruktur. bereaksi, menanggapi.
4. Reaksi Kemampuan untuk Mengoperasikan,
natural melakukan kegiatan pada membangun, memasang,
(mekanisme tingkat ketrampilan tahap membongkar, memperbaiki,
) yang lebih sulit. Melalui melaksanakan sesuai standar,
tahap ini diharapkan siswa mengerjakan, menggunakan,
akan terbiasa melakukan merakit, mengendalikan,
tugas rutinnya. Contoh: mempercepat,
menggunakan computer. memperlancar,
mempertajam, menangani.
5. Reaksi yang Kemampuan untuk Mengoperasikan,
kompleks melakukan kemahirannya membangun, memasang,
dalam melakukan sesuatu, membongkar, memperbaiki,
dimana hal ini terlihat dari melaksanakan sesuai standar,
kecepatan, ketepatan, efsiensi mengerjakan, menggunakan,
dan efektivitasnya. Semua merakit, mengendalikan,
tindakan dilakukan secara mempercepat,
spontan, lancar, cepat, tanpa memperlancar, mencampur,
ragu. Contoh: Keahlian mempertajam, menangani,
bermain piano. mngorganisir, membuat
draft/sketsa, mengukur
6. Adaptasi Kemampuan Mengubah,
mengembangkan keahlian, mengadaptasikan,
dan memodifikasi pola sesuai memvariasikan, merevisi,
dengan yang dbutuhkan, mengatur kembali,
Contoh: Melakukan merancang kembali,
perubahan secara cepat dan memodifikasi.
tepat terhadap kejadian tak
terduga tanpa merusak pola
yang ada.
12

7. Kreativitas Kemampuan untuk Merancang, membangun,


menciptakan pola baru yang menciptakan, mendisain,
sesuai dengan kondisi/situasi memprakarsai,
tertentu dan juga kemampuan mengkombinasikan,
mengatasi masalah dengan membuat, menjadi pioneer
mengeksplorasi kreativitas
diri. Contoh: membuat
formula baru, inovasi,
produk baru.

C. Revisi Taksonomi Bloom


Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl
dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar
sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan
pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan
pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi:
1. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level
taksonomi.
2. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level
masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan mendasar
terletak pada level 5 dan 6. Perubahanperubahan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
 Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering (mengingat).
 Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding
(memahami).
 Pada level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan).
 Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis).
 Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan
perubahan mendasar, yaitu creating (mencipta).
 Pada level 6, Evaluation turun posisisinya menjadi level 5, dengan
sebutan evaluating (menilai).
Jadi, Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri
dari enam level: remembering (mengingat), understanding (memahami), applying
(menerapkan), analyzing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan
creating (mencipta). Revisi Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan
tujuan belajar yang sering kita kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6.
13

Perubahan istilah dan pola level taksonomi bloom dapat digambarkan sebagai
berikut:

Sama dengan sebelum revisi, tiga level pertama (terbawah) merupakan


Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order
Thinking Skill. Jadi, dalam menginterpretasikan piramida di atas, secara logika
adalah sebagai berikut:
 Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya
terlebih dahulu.
 Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu.
 Sebelum kita menganalisa maka kita harus menerapkannya dulu.
 Sebelum kita mengevaluasi maka kita harus menganalisa dulu.
 Sebelum kita berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka kita harus.
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi.
Beberapa kritik dilemparkan kepada penggambaran piramida ini. Ada yang
beranggapan bahwa semua kegiatan tidak selalu harus melewati tahap yang
berurutan. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja tergantung
kreasi tiap orang. Hingga saat ini ranah afektif dan psikomotorik belum mendapat
14

perhatian. Skill menekankan aspek psikomotorik yang membutuhkan koordinasi


jasmani sehingga lebih tepat dipraktekkan bukan dipelajari. Attitude juga
merupakan faktor yang sulit diubah selama proses pembelajaran karena attitude
terbentuk sejak lahir. Mungkin itulah alasan mengapa revisi baru dilakukan pada
ranah kognitif yang difokuskan pada knowledge.

D. Cara Menggunakan Taksonomi Bloom


Dalam kaitannya dengan tugas pengajar/widyaiswara dalam menyusun
kurikulum, pemilihan kata kerja kunci yang tepat memegang peranan penting
dalam menjelaskan tujuan program diklat, kompetensi dasar dan indikator
pencapaian agar konsep materi tersampaikan secara effektif. Kata kerja kunci
tersebut merupakan acuan bagi instruktur dalam menentukan kedalaman
penyampaikan materi, apakah cukup memahami saja, mendemonstrasikan,
menilai, dan sebagainya.
Langkah-langkah yang harus digunakan dalam menerapkan Taksonomi
Bloom adalah sebagai berikut:
1. Tentukan tujuan pembelajaran
2. Tentukan kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai apakah peningkatan
knowledge, skills atau attitude. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan
karakteristik mata diklat, dan peserta didik
3. Tentukan ranah kemampuan intelektual sesuai dengan kompetensi
pembelajaran.
a. Ranah kognitif : Tentukan tingkatan taksonomi, apakah pada tingkatan
Mengingat, Memahami,Menerapkan, Menganalisis, Menilai, Membuat.
b. Ranah Psikomotorik : Kategorikan ranah tersebut, apakah termasuk
Persepi, Kesiapan, Reaksi yang diarahkan, Reaksi natural (mekanisme),
Adaptasi, Reaksi yang kompleks Kreativitas.
c. Ranah Afektif: Kategorikan ranah tersebut, apakah termasuk penerimaan,
Responsif, Nilai yang dianut (Nilai diri), Organisasi dan Karakterisasi.
4. Gunakan kata kerja kunci yang sesuai, untuk menjelaskan instruksi
kedalaman materi, baik pada tujuan program diklat, kompetensi dasar dan
indikator pencapaian.
5. Sebagai tambahan, untuk penerapan taksonomi bloom dalam ranah kognitif,
dapat ditentukan pula media pembelajaran yang sesuai dengan mengacu pada
Bloom’s Cognitive Wheel. Pilihan media pembelajaran ini dapat dilihat pada
lingkaran terluar yang berwarna hijau.
15

2.2 Kata Kerja Oprasional

2.3 Tes Pilihan Ganda


A. C1. Pengetahuan: Pengetahuan adalah aspek yang
paling dasar dalam taksonomi Bloom. Pengetahuan hafalan
yang perlu diingat seperti rumus, batasan definisi, istilah
pasal dalam undang-undang, nama dan tokoh, nama-nama
kota dan lain-lain. Hafal menjadi prasyarat bagi
pemahaman, misalnya hafal suatu rumus maka kita akan
paham bagaimana menggunakan rumus tersebut atau
hafatl kata-kata akan memudahkan membuat kalimat.
1. Jaringan merupakan tingkat organisasi setelah sel dan
gabungan dari beberapa jaringan akan membentuk . . .
a. Organ
16

b. Sistem organ
c. Individu
d. Sistem jaringa
e. Semua benar
Jawaban: A
2. Satuan makhluk hidup tunggal disebut
a. Ekosistem
b. Populasi
c. Induvidu
d. Simbiosis
e. Komunitas
Jawaban: C
B. C2. Pemahaman: Pemahaman dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu tingkat rendah seperti menterjemah. Tingkat
kedua yaitu pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan
bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutrya,
atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan
kejadian. Pemahaman tingkat ketiga, yaitu pemahaman
ektrapolasi yang mengharapkan seseorang mampu melihat
dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang
konsekuensi atau dapat memperluas.persepsi dalam arti
waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya
3. Dari beberapa pilihan di bawah ini, yang tidak termasuk
jaringan dasar hewan adalah...
a. Jaringan otot
b. Jaringan ikat
c. Jaringan epitel
d. Jaringan saraf
e. Jaringan epidermis
Jawaban: E
4. Dibawah ini merupakan contoh induvidu adalah...
a. Sebatang pohon kelapa
b. Tiga ekor belalang
c. Lima ekor capung
d. Dua ekor kupu-kupu
e. Sepuluh ekor kambing
Jawaban: A
C. C3. Aplikasi: Menerapkan aplikasi ke dalam situasi baru
bila tetap terjadi proses pemecahan masalah. Pada aplikasi
17

ini siswa dituntun memiliki kemampuan untuk


menyeleksi atau memilih suatu abseksi tertentu (konsep,
hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk
diterapkan dalam situasi baru dan menerapkannya secara
benar
5. Untuk menghasilkan individu dalam jumlah yang banyak
dan memiliki sifat yang sama dengan induknya, maka
diperlukan perbanyakan tanaman dengan metode :
a. Stek akar
b. Cangkok
c. Kultur jaringan
d. Stek batang
e. Stek daun
Jawaban: C
6. Jika dalam kolam kita jumpai makhluk hidup berupa belut,
ikan sepat, ikan gabus, dan beberapa tumbuhan air yakni
teratai, Hidrilla Sp. Kemudian mereka berinteraksi dengan
lingkungan kolam maka kolam membentuk
a. Populasi
b. Komunitas
c. Induvidu
d. Ekosistem
e. Simbiosis
Jawaban: D
D. C4. Analisis : seseorang dituntut untuk dapat
menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam
unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuknya
7. Dalam proses Pencernaan makanan, protein akan di serap
oleh tubuh dalam bentuk
a. Vitamin D
b. Asam Amino
c. Gliserol
d. Glukosa
e. Asam Lemak
Jawaban: B
8. Akuarium air tawar merupakan suatu ekosistem yang
terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Ikan-ikan yang
18

hidup dalam akuarium harus mendapat oksigen yang


cukup untuk melangsungkan hidupnya. Untuk itu
kandungan oksigen terlarut dapat bertambah dari...
a. Hidrolisi air menjadi hirogen
b. Tumbuhan air yang ada dalam akuarium
c. Pemecahan gara-garam karbonat
d. Zooplankton yang hidup didalam akuarium
e. Hasil respirasi ikan di dalam akuarium
Jawaban: b
E. C5. Sintesis : seserang dituntut untuk dapat
menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan
menggabungkan berbagai faktor yang ada
9. Susunan yang benar tentang proses pembentukan urine
adalah :
a. Filtrasi-Absorpsi-Reabsorpsi-Augmentasi
b. Absorbsi-Reabsorpsi-Filtrasi-Augmentasi
c. Filtrasi-Absorpsi-Augmentasi-Reabsorpsi
d. Filtrasi-Augmentasi-Absorpsi-Reabsorpsi
e. Filtrasi-Absorpsi-Augmentasi
Jawaban: A
10. Suatu bioma di huni oleh hewan-hewan yang mampu
menyimpan air, ular, rodentia dan semut. Tumbuhannya
adalah xerofit dan tumbuhan semusim sedangkan curah
hujan mencapai 25 cm/th. Evaporasi tinggi, suhu siang
dengan malam sangat jauh berbeda yaitu 40ºC-50ºC.
Sedangkan mencapai 0ºC pada malam hari. Bioma ini
adalah
a. Tunra
b. padang rumput
c. gurun
d. tiaga
e. savana
Jawaban: C
F. C6. Evaluasi: Seseorang dituntut untuk dapat
mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep
berdasarkam suatu kriteria tertentu
19

11. Pabrik dan kendaraan bermotor menimbulkan


masalah, paling tepat disebut sebagai penyebab ;
a. Gangguan pernafasan
b. Timbulnya penyakit mata
c. Batuk-batuk berlebihan
d. Pencemaran udara
e. Menurunnya estetika
Jawaban: D
12. Disebuah perkaranganrumah terdapat pohon jati
yang sedang rindang sipemilik rumah ingin menanam
jagung di areal sekitar pohon jati tersebut. Sehingga
jagung ternaungi oleh rindang pohon jati. Bila kandungan
organik tanah, kembapan, dan semua faktor biotik dari
dalam tanah optimal maka diramalkan setelah dua bulan
kemudian pertumbuhan jagung tersebut akan
a. Batang tinggi dan besar, buah besar, daun lebar
hijau
b. Batang pendek dan besar, buah besar, daun lebar
pucat
c. Batang tinggi dan kurus, buah kecil, daun kecil dan
hijau
d. Batang tinggi dan kurus, buah besar dan daun kecil
hijau
e. Batang pendek dan kecil, buah besar, dan daun
lebar pucat
Jawaban: B

2.4 Karakteristik Tes Pilihan Ganda

Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan


pilihan jawabannya (Depdiknas, 2008:15). Tes objektif disebut juga
sebagai tes jawaban singkat. Ada empat macam tes objektif, yaitu tes
jawaban benar-salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice), isian
(completion), dan penjodohan (matching) (Nurgiyantoro, 2001: 98). Tes
pilihan ganda merupakan suatu bentuk tes yang paling banyak
dipergunakan dalam dunia pendidikan. Tes pilihan ganda terdiri dari
20

sebuah pernyataan atau kalimat yang belum lengkap yang kemudian


diikuti oleh sejumlah pernyataan atau bentuk yang dapat untuk
melengkapinya. Dari sejumlah “pelengkap” tersebut, hanya satu yang tepat
sedang yang lain merupakan pengecoh (distractors) (Nurgiyantoro, 2001:
99). Tipe soal pilihan ganda memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Terdiri dari dua bagian, yaitu stem dan option.
b. Memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari Satu
c. Alternatif jawaban antara 2 hingga 5.
Penulisan soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan
keterampilan dan ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis
soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh
yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat
kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci
jawaban. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk
pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah
berikut, langkah pertama adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua
menuliskan kunci jawabannya, langkah ketiga menuliskan pengecohnya.

A. Kemampuan yang Diukur oleh Soal Pilihan Ganda

Soal pilihan ganda dapat mengukur beberapa aspek pengetahuan


(recall, knowledge), pengertian (coimprehension, understanding), aplikasi
dan analisis. Kurang tepat soal pilihan ganda untuk mengukur sisntesis,
dan evaluasi.. Selanjutnya kami akan mengungkapkan mengenai
perbedaan-perbedaan dari aspek-aspek diatas,

1. Tes yang mengungkap pengetahuan (knowlwdge)


Tes yang mengungkap pengetahuan merupakan pertanyaan atau tes
yang mengugkap penalaran dalam kategori terendah. Tes ini hanya
mengungkap tentang fakta, definisi, pengertian dan sejenisnya. Jadi siswa
hanya di tuntut untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari.

2. Tes yang mengungkap pemahaman (comprehension)


Tes ini menuntut siswa untuk memahami atau mengerti apa yang
telah dipelajari.Dia tidak sekadar dapat mengingat dan menghafal
informasi yang telah diperoleh, tetapi dapat memilih dan
21

mengorganisasikan informasi tersebut. Termasuk dapat menafsirkan


gambaran, grafik, bagan dan lain lain.

3. Tes yang mengungkap penerapan (application)


Jika dalam tes yang mengungkap pengetahuan siswa diminta
mengingat menghapal, mendefinisikan sesuatu dan selanjutnya dapat
menjelaskan dan mengungkapkan informasi yang diterima (pemahaman),
maka pada penerapan (aplikasi) siswa dapat menggunakan konsep, prinsip,
aturan, hokum, atau proses yang telah dipelajari sebelumnya, siswa
diharapkan dapat menentukan jawaban yang benar terhadap pertanyaan /
soal tes yang diajukan.

4. Tes yang mengungkap analisis (analysis)


Analisis merupakan jenjang pertanyaan tingkat tinggi. Pertanyaan
analisis menuntut siswa untuk berfikir secara mendalam, kritis bahkan
menciptakan sesuatu yang baru. Untuk menjawab pertanyaan / tes analisis,
siswa harus dapat menguraikan sebab-sebab, motif-motif atau mampu
mengadakan deduktif (dari suatu generalisasi hal umum, dari fakta-
faktanya, ke hal yang khusus). Oleh karena itu pertnyaan analisis tidak
hanya mempunyai satu jawaban yang benar, melainkan berbagai
alternative.

5. Tes yang mengungkap sintesis (synthesis)


Sintesis merupakan jenjang kedua dari kelompok pertanyaan / tes
tingkat tinggi. Pertanyaan yang mengungkap sintesis menuntut siswa
berfikir orsinil dan kreatif. Siswa di tuntut berfikir induktif (dari factor,
fakta, unsure-unsur yang brsifat khusus, diambil suatu kesimpulan atau
genealisasi).

6. Tes yang mengungkap penilaian (pertanyaan yang mengungkap evaluasi)


Tes (pertanyaan) yang mengungkap penilaian menuntut siswa untuk
mengadakan kegiatan berfikir yang paling tinggi. Dia dapat melakukan itu
apabila pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis dapat
dikuasai dengan baik.
22

Pertanyaan yang mengungkap evaluasi menuntut adanya standar


atau criteria yang jelas. Kemungkinan jawaban yang diberikan siswa
berbeda-beda. Hal itu tidak menjadi masalah asal sudah ada criteria yang
jelas. Adanya perbedaan itu justru memperluas segi penalaran siswa
sehingga mereka mempunyai cakrawala yang luas.

B. Jenis-Jenis Tes Pilihan Ganda

1. Pilihan Ganda Analisis Bubungan Antar-hal atau sebab akibat

Pilihan ganda hubungan antar-hal atau sebab akibat terdiri dari dua
pernyataan. Kedua pernyataan tersebut dihubungkan oleh kata “SEBAB”.
Pada bentuk soal pilihan ganda antar-hal atau sebab akibat ini, siswa
dituntut untuk mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara pernyataan
pertama (yang merupakan akibat) dan pernyataan kedua (yang merupakan
sebab). Kedua pernyataan itu dapat benar, salah, atau dapat juga
pernyataan yang satu benar, yang lain salah. Apabila kedua pernyataan itu
benar, yang perlu diperhatikan ialah apakah kedua pernyataan itu
mempunyai hubungan sebab-akibat.

2. Pilihan Ganda Analisis Kasus

Pada tes bentuk pilihan ganda analisis kasus peserta tes dihadapkan
pada suatu kasus. Kasus ini disajikan dalam bentuk cerita, peristiwa, dan
sejenisnya. Kepada peserta tes diajukan beberapa pertanyaan. Setiap
pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan.

3. Pilihan Ganda Kompleks atau Pilihan Ganda Asosiasi

Bentuk pilihan ganda kompleks atau pilihan ganda asosiasi hampir


sama dengan bentuk pilihan ganda biasa, hanya saja cara menjawabnya
lebih kompleks. Dalam pilihan ganda biasa hanya ada satu jawaban yang
paling benar atau tepat, tetapi pada pilihan ganda asosiasi jawaban yang
benar dapat lebih dari satu, mungkin 2, 3, atau 4. Jadi dalam pilihan ganda
asosiasi diperbolehkan menuliskan keempat alternatif pilihan sebagai
jawaban yang benar.
23

4. Pilihan Ganda dengan Diagram, Grafik, Tabel, dan sebagainya

Bentuk soal tes ini mirip analisis kasus, baik struktur maupun pola
pertanyaannya. Perbedaannya yaitu dalam tes bentuk ini tidak disajikan
kasus dalam bentuk cerita atau peristiwa, tetapi kasus tersebut berupa
diagram, gambar, grafik maupun tabel.

Kaidah penulisan soal pilihan ganda dalam Depdiknas (2008: 15-


16) sebagai berikut.

a. Materi

Soal harus sesuai dengan indikator (artinya soal harus menanyakan


perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator
dalam kisi-kisi), pengecoh harus berfungsi, dan setiap soal harus
mempunyai satu jawaban yang benar (artinya, satu soal hanya mempunyai
satu kunci jawaban).

b. Konstruksi
1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/
materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan
pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis.
Setiap butir soal hanya mengandung satu persoalan/gagasan.
2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan
yang diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan
yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu
dihilangkan saja.
3) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya,
pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau
ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang
mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan
penafsiran peserta didik terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk
keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek
yang akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
24

5) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama
seperti yang ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara, dan
semua pilihan jawaban harus berfungsi.
6) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban
di atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya dengan
adanya pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban
berkurang satu karena pernyataan itu bukan merupakan materi yang
ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak homogen.
7) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini
diperlukan karena adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban
yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu
lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
8) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya
pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun dari nilai angka
paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling besar, dan
sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu
harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara unit dimaksudkan
untuk memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban.
9) Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada
soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal
yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik.
Apabila soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau
sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu
tidak berfungsi.
10) Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang
bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
11) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang
tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat menjawab
benar soal berikutnya.
c. Bahasa/budaya
a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya
25

meliputi: pemakaian kalimat: (1) unsur subjek, (2) unsur predikat, (3) anak
kalimat;
b. Pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan kata, dan
c. Pemakaian ejaan; (1) penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca. Bahasa
yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah
dimengerti peserta didik. Pilihan jawaban jangan mengulang kata/frase
yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada
pokok soal.

2.5 Kelemahan dan Kelebihan Tes Pilihan Ganda


A. Kelebihan tes pilihan ganda
1. Butir soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur segala level
tujuan pembelajaran, mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang
paling kompleks, kecuali tujuan yang berupa kemampuan
mendemonstrasikan, keterampilan menyatakan sesuatu secara ekspresif.
Misalnya, tujuan yang ingin diukur adalah memperlihatkan keindahan tulisan,
kemampuan membuat gambar, atau kemampuan mendemonstrasikan
keseimbangan tubuh. Hal-hal tersebut tidak dapat diukur dengan butir soal
objektif manapun, termasuk tipe pilihan ganda.
2. Penskoran hasil tes dapat dilakukan secara objektif. Dengan demikian maka
tidak ada unsur subjektivitas pemeriksa masuk ke dalam skor hasil ujian.
Bahkan, karena sifatnya maka penskoran dapat dilakukan dengan mesin.
Karena itu, maka dapat dikerjakan dalam waktu sangat singkat.
3. Tipe butir soal dapat disusun sedemikian rupa sehingga menuntut kemampuan
peserta tes untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran sekaligus.
Misalnya, dapat disusun butir soal dengan pilihan yang seluruhnya benar,
tetapi dalam tingkatan kebenaran yang berbeda. Peserta tes diminta untuk
menyatakan butir jawaban yang paling benar di antara semua jawaban yang
benar tersebut. Hal ini merupakan kelebihan yang sukar diperoleh butir soal
tipe lain.
4. Jumlah pilihan yang disediakan melebihi dua. Karena itu, akan dapat
mengurangi keinginan peserta tes untuk menebak. Biasanya keinginan
menjadi lebih besar bila probabilitas untuk benar makin besar. Jadi pilihan
lebih dari dua, maka probabilitas untuk benar makin besar. Jadi bila pilihan
26

lebih dari dua, maka probabilityas untuk benar tebakannya akan kurang dari
50 %. Tentu hal ini tidak berlaku bagi peserta tes yang memang ini menebak.
5. Tingkat kesukaran butir soal dapat diatur, dengan hanya mengubah tingkat
homogrnitas alternatif jawaban. Semakin homogen alternatif jawaban, maka
makin tinggi tingkat kesukarannya. Dan sebaliknya, makin kurang
homogenitas alternatif jawaban, maka akan semakin rendah tingkat kesukaran
butir soal.
6. Informasi yang diberikan lebih kaya. Butir soal ini dapat memberikan
informasi tentang peserta tes lebih banyak kepada guru, terutama bila butir
soal itu memiliki homogenitas yang tinggi.Setiap pilihan peserta terhadap
alternatif jawaban merupakan suatu informasi tersendiri tentang penguasaan
kognitif peserta tes dalam bidang yang diujikan.

B. Kekurangan Tes Pilihan Ganda

1. Relatif lebih sulit dalam penyusunan butir soal. Kesulitan menyusun butir soal
tipe pilihan ganda ini terutama untuk menemukan alternatif jawaban yang
homogen. Seringkali guru menyusun butir soal dengan hanya satu alternatif
jawaban yang tersedia, yaitu kunci jawaban. Alternatif lainnya dicari dan
ditemukan secara tergesa-gesa, sehingga alternatif jawaban tidak homogen.
Butir soal seperti ini tidak terlalu bernilai untuk mengukur kemampuan peserta
tes.

2. Ada kecenderungan bahwa guru menyusun butir soal tipe ini dengan hanya
menguji atau mengukur aspek ingatan, atau aspek yang paling rendah dalam
ranah kognitif. Bukan berarti bahwa aspek ini tidak penting dalam aspek
belajar. Tetapi bila sebagian butir soal itu hanya menguji satu aspek kognitif,
maka perangkat tes tidak terlalu berarti sebagai alat pengukur keberhasilan
belajar secara menyeluruh.

3. Adanya pengaruh kebiasaan peserta tes terhadap tes bentuk pilihan ganda (test
twice) terhadap hasil tes peserta. Jadi makin terbiasa seseorang dengan bentuk
tes pilihhan ganda, makin besar kemungkinan ia akan memperoleh skor yang
lebih tinggi. Kenaikan skor karena tes twice ini sungguh pun cukup berarti
27

tetapi tidak akan sampai mengganggu interpretasi hasil individual, asalkan


guru menyadari adanya pengaruh tersebut.
BAB III
3.1 Kesimpulan

Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang


mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah
hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang
lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu.
Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh
Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan
intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif
dan psikomotorik.

Soal pilihan ganda dapat mengukur beberapa aspek


pengetahuan (recall, knowledge), pengertian
(coimprehension, understanding), aplikasi dan analisis.
Kurang tepat soal pilihan ganda untuk mengukur sisntesis,
dan evaluasi

Terdapat beberapa jenis tes pilihan ganda

5. Pilihan Ganda Analisis Bubungan Antar-hal atau sebab


akibat

6. Pilihan Ganda Analisis Kasus

7. Pilihan Ganda Kompleks atau Pilihan Ganda Asosiasi

8. Pilihan Ganda dengan Diagram, Grafik, Tabel, dan


sebagainya

Kaidah penulisan soal pilihan ganda dalam Depdiknas (2008:


15-16) sebagai berikut

 Materi

 Konstruksi
29

 Bahasa/budaya

Tes pilihan ganda memiliki beberapa kelebihan yaitu


Butir soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk
mengukur segala level tujuan pembelajaran, Penskoran
hasil tes dapat dilakukan secara objektif, Tipe butir soal
dapat disusun sedemikian rupa sehingga menuntut
kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai
tingkatan kebenaran sekaligus, Jumlah pilihan yang
disediakan melebihi dua, Tingkat kesukaran butir soal
dapat diatur, Informasi yang diberikan lebih kaya. Selain
kkelebihan tes pilihan ganda uga memiliki beberapa
kekurangan antara lain: Relatif lebih sulit dalam
penyusunan butir soal, Ada kecenderungan bahwa guru
menyusun butir soal tipe ini dengan hanya menguji atau
mengukur aspek ingatan, atau aspek yang paling rendah
dalam ranah kognitif, Adanya pengaruh kebiasaan peserta
tes terhadap tes bentuk pilihan ganda (test twice) terhadap
hasil tes peserta

3.2 Saran
Demikian makalh ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangat kami butuhkan. Guna perbaikan makalah berikutnya. Dan
semoga makalah ini berguna untuk kita semua.
30

DAFTAR RUJUKAN

Alexander, P., Schallert, D., Hare, V. 1991. Coming to Terms: How Researcher in
Learning and Literacy Talk about Knowledge. Review of Educational
Research, 61: 315 – 343.
Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning,
Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl
Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Bloom, B.S., Engelhart, M.D., Furst, E.J., Hill, W.H., dan Krathwohl, D.R. 1956.
The Taxonomy of Educational Objectives The Classification of
Educational Goals, Handbook I: Cognitive Domain. New York: David
McKay.
Chung, B.M. 1994. The Taxonomy in the Republic of Korea. In Anderson, L.W.,
dan Sosiak, L.A (Eds), Bloom’s Taxonomy: A Forty-year Retrospective,
Ninety-third Yearbook of the National Society for the Study of Education
(hlm. 363 – 173). Chicago: University of Chicago Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Yogjakarta: BPFE.
Paris, S., Lipson, M., dan Wixson, K. 1983. Becoming a Strategic Reading.
Contemporary Educational Psycilogy, 8: 293 – 316.

Anda mungkin juga menyukai