Anda di halaman 1dari 26

TAKSONOMI PENDIDIKAN

A. Definisi Taksonomi
Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani “Tassein” yang berarti untuk
mengelompokkan dan “Nomos” yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan
sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu1.
Dalam dunia pendidikan sering dijumpai mengenai istilah taksonomi.
Taksonomi merupakan sebuah istilah dalam pengelompokkan ranah penilaian
tujuan pendidikan. Taksonomi merupakan pengklafikasian berdasarkan tingkatan-
tingkatan tertentu. Lebih khusus lagi dalam dunia pendidikan, taksonomi adalah
pengklasifikasian terhadap tingkat kemampuan peserta didik dalam mencapai
tujuan belajar mengajar baik ditinjau dari aspek kognitif, afektif, dan juga
psikomotor.
Taksonomi Bloom merujuk kepada taksonomi yang dibuat untuk tujuan
pendidikan. Taksonomi ini pertama kali dirancang oleh Benjamin S. Bloom pada
tahun 1956. Menurut Bloom, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain
dan setiap ranah atau domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang
lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam 3 domain, yaitu:
 Kognitif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti
pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
 Afektif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,
seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
 Psikomotor, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan
motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

1
Abidin, Analisis Taksonomi Bloom Konsep dan Implikasinya Bagi Pendidikan Anak, (2012.
Vol 1 No 2. 3 Oktober 2019)

1
B. Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk
dalam ranah kognitif. Kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau
pengetahuan dan kemampuan intelektual serta keterampilan-keterampilan.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai
tingkah laku.
3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemapuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang
menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar
psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif
(memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku).
Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar
psikomotor apabila peserta didik telah menunjukan perilaku atau perbuatan
tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah
afektifnya.
C. Perbandingan Taksonomi Bloom Lama dan Revisi
Dalam sebuah taksonomi, satu kontinum itu terdiri atas beberapa kategori.
Dalam taksonomi Bloom yang lama hanya mempunyai satu dimensi yaitu
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (application),
analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Sedangkan
taksonomi Bloom yang telah direvisi mempunyai dua dimensi yakni dimensi proses

2
kognitif dan dimensi pengetahuan. Dalam dimensi proses kognitif terdiri atas enam
kategori yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta.
Tingkatan Ranah Kognitif Versi lama Versi Baru
C1 Pengetahuan Mengingat
C2 Pemahaman Memahami
C3 Penerapan Mengaplikasikan
C4 Analisis Menganalisis
C5 Sintesis Mengevaluasi
C6 Evaluasi Mencipta

D. Taksonomi Bloom Lama


1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali
(recall) atau mengenali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan
sebagainya, tanpa mengharap kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan
atau ingatan ini adalah merupakan proses berpikir yang paling rendah. Salah satu
contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah peserta didik
dapat menghafal surat al-ashr, menterjemahkan dan menuliskannya secara baik
dan benar.
2. Pemahaman
Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami
adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.
Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat
memberikan penjelasan dan memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu
dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
3. Penerapan atau aplikasi
Penerapan adalah kesanggupan seseorang untuk menerapan atau
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip,
rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi dan kongkret.
4. Analisis

3
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci dan menguraikan
suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu
dengan faktor-faktor lainnya.
5. Sintesis
Sintesis adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari
proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan
bagian-bagian atau unsur-unsur cecara logis, sehingga menjelma menjadi suatu
pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
6. Penilaian / penghargaan / evaluasi
Penilaian adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah
kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi di sini merupakan
kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi,
nilai atau ide, minsalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, maka
ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-
patokan atau kriteria yang ada.
E. Kata Kerja Operasional Taksonomi Bloom Revisi
Taksonomi Bloom yang telah direvisi mempunyai dua dimensi yakni dimensi
proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dalam dimensi proses kognitif terdiri
atas enam kategori yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta2.
1. Dimensi Proses Kognitif dan Tingakatan Ranah Kognitif
a. Ranah Kognitif
1) C1
(a) Mengingat
Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang.
Pengtahuan yang dibutuhkan ini boleh jadi pengetahuan factual,

2
Peter W,Airasian, dkk, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen,
Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010) hal 99.

4
konseptual, procedural, atau metakognitif, atau kombinasi beberapa
dari pengetahuan ini.
Untuk mengakses pembelajaran siswa dalam kategori proses
kognitif yang paling sederhana ini guru memberikan pertanyaan
mengenali atau mengingat kembali dalam kondisi yansg sama persis
dengan kondisi ketika siswa belajar materi yang diujikan.
 Mengenali
Proses mengenali adalah mengambil pengetahuan yang
dibutuhkan dari memori jangka panjang untuk membandingkannya
dengan informasi yang baru saja diterima. Dalam mengenali, siswa
mencari di memori jangka panjang suatu informasi yang identic
atau mirip sekali dengan informasi yang baru diterima. Jika
menerima informasi baru, siswa menentukan apakah informasi
tersebut sesuai dengan pengetahuan yang telah dipelajari
sebelumnya atau tidak; siswa mencari kesesuaian diantara
keduanya. Istilah lain untuk mengenali adalah mengidentifikasi.
Dalam pelajaran biologi, Tesnya adalah “Benar atau salah:
Tumbuhan berbiji nama latinnya Spermatophyta”. Tugas
asesmennya berupa tes menjodohkan yang berisi 3 golongan
kingdom plantae dan lebih dari tiga contoh tanamannya. Tugas
asesmennya berupa tes pilihan ganda; misalnya: “Berapa kelompok
hewan berdasarkan keberadaan tulang belakang ? (a) dua, (b)
empat, (c) enam, (d) delapan.”
 Mengingat Kembali
Proses mengingat kembali adalah mengambil pengetahuan
yang dibutuhkan dari memori jangka panjang ketika soalnya
menghendaki demikian. Soalnya sering berupa pertanyaan.
Dalam mengingat kembali, siswa mencari informasi di
memori jangka panjang dan membawa informasi tersebut ke
memori kerja untuk diproses. Istilah lain untuk mengingat
kembali adalah mengambil. Dalam proses mengingat kembali,

5
siswa mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya
ketika diberi soal. Tesnya adalah “ Apa perbedaan antara sel
tumbuhan dan sel hewan ?”.
2) C2
(a) Memahami
Siswa dikatakan memahami bila mereka dapat mengkonstruksi
makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan
ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar
komputer. Contoh-contoh pesan pembelajaran adalah demonstrasi
fisika di kelas.
Siswa memahami ketika mereka menghubungkan pengetahuan
“baru” dan pengetahuan lama mereka. Lebih tepatnya, pengetahuan
yang baru masuk dipadukan dengan skema-skema dan kerangka
kognitif yang telah ada. Proses-proses kognitif dalam kategori
memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,
merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.
 Menafsirkan
Menafsirkan terjadi ketika siswa dapat mengubah informasi
dari satu bentuk ke bentuk lain. Menafsirkan berupa pengetahuan
kata-kata jadi kata-kata lain (misalnya, memparafrasakan), gambar
dari kata-kata, kata-kata jadi gambar, angka jadi kata-kata, kata-
kata jadi angka. Nama-nama lainnya adalah menerjemahkan,
memparafrasakan, menggambarkan dan megklarifikasi.
Dalam menafsirkan, ketika diberi informasi dalam bentuk
tertentu, siswa dapat mengubahnya jadi bentuk lain. Dalam ilmu
sains, tujuannya adalah belajar menggambar berbagai fenomena
alam di kertas. Asesmennya ialah meminta siswa menggambar
diagram-diagram yang menjelaskan fotosintesis.
Guna memastikan bahwa yang diases adalah kemampuan
untuk menafsirkan, bukan untuk mengingat, informasi dalam tugas
asesmennya harus baru. “Baru” di sini berarti bahwa siswa belum

6
pernah menjumpainya dalam aktifitas pembelajaran. Jika
informasinya tidak baru, kita tidak dapat memastikan apakah yang
diases kemampuan untuk menafsirkan atau mengingat.
 Mencontohkan
Proses kognitif mencontohkan terjadi manakala siswa
memberikan contoh tentang konsep atau prinsip umum.
Mencontohkan melibatkan proses identifikasi ciri-ciri pokok dari
konsep atau prinsip umum (misalnya, kapilaritas peristiwa naik
atau turunnya permukaan zat cair di dalam pipa kapiler) dan
menggunakan ciri-ciri ini untuk memilih atau membuat contoh
(misalnya, siswa dapat membuat contoh kapilaritas dalam
kehidupan sehari-hari). Nama-nama lain untuk mencontohkan
adalah mengilustrasikan dan memberi contoh.
Dalam proses kognitif mencontohkan, siswa diberi sebuah
konsep atau prinsip dan mereka harus memilih atau membuat
contohnya yang belum pernah mereka jumpai dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran sains, contoh tujuannya adalah dapat
memberikan contoh tentang berbagai jenis senyawa kimia. Tugas
asesmennya ialah meminta siswa menunjukkan sebuah senyawa
anorganik di tempat karyawisata dan menjelaskan mengapa
senyawa itu termasuk anorganik (misalnya, menyebutkan ciri-ciri
pokoknya).
 Mengklasifikasikan
Proses kognitif mengklasifikasikan terjadi ketika siswa
mengetahui bahwa sesuatu (misalnya, sesuatu contoh) termasuk
dalam kategori tertentu (misalnya, konsep atau prinsip).
Mengklasifikasikan adalah proses kognitif yang melengkapi proses
mencontohkan. Jika mencontohkan dimulai dengan konsep atau
prinsip umum dan mengharuskan siswa menemukan contoh
tertentu, mengklasifikasikan dimulai dengan contoh tertentu dan
mengharuskan siswa menemukan konsep atau prinsip umum.

7
Dalam pelajaran sains, tujuannya adalah belajar
mengategorikan spesies-spesies berbagai hewan prasejarah. Tugas
asesmennya adalah memberi siswa beberapa gambar binatang
prasejarah dan meminta mereka mengelompokkan binatang-
binatang tersebut dengan binatang-binatang lain dengan spesies
yang sama.
 Merangkum
Proses kognitif merangkum terjadi ketika siswa
mengemukakan satu kalimat yang mempresentasikan informasi
yang diterima atau mengabstraksikan sebuah tema. Merangkum
melibatkan proses membuat ringkasan informasi, misalnya makna
suatu adegan drama dan proses mengabstraksikan ringkasannya,
misalnya menentukan tema atau poin-poin pokoknya. Nama-nama
lain untuk merangkum adalah menggeneralisasi dan
mengabstraksikan.
Dalam merangkum, ketika siswa diberi informasi, mereka
membuat rangkuman atau mengabstraksikan sebuah tema. Contoh
tujuan dalam pembelajaran sains ialah belajar merangkum
sumbangan-sumbangan penting dari para ilmuwan ternama setelah
membaca beberapa tulisan mereka. Tugas asesmennya meminta
siswa untuk membaca tulisan-tulisan tentang Albert Einstein dan
kemudian merangkum poin-poinnya.
 Menyimpulkan
Proses kognitif menyimpulkan menyertakan proses
menemukan pola dalam sejumlah contoh. Menyimpulkan terjadi
ketika siswa dapat mengabstraksikan dalam sebuah konsep atau
prinsip yang menerangkan contoh-contoh tersebut dengan
mencermati ciri-ciri pada setiap contohnya dan, yang terpenting,
dengan menarik hubungan diantara ciri-ciri tersebut. Misalnya,
ketika siswa diberi angka-angka 1,2,3,5,8,13,21, mereka
memperhatikan nilai numerik setiap digit, bukan ciri-cirinya yang

8
tak relevan seperti bentuk setiap digit atau apakah setiap digitnya
ganjil atau genap. Mereka dapat membedakan pola dalam susunan
angka tersebut (yakni setelah dua angka pertama, setiap angkanya
merupakan jumlah dari dua angka sebelumnya).
Nama-nama lain adari menyimpulkan adalah
mengekstrapolasi, menginterpolasi, memprediksi, dan
menyimpulkan.
Dalam menyimpulkan, ketika siswa diberi sejumlah contoh,
mereka menemukan konsep atau prinsip yang menerangkan
contoh-contoh tersebut. Dalam pelajaran kimia, tujuannya ialah
belajar menyimpulkan hubungan antar nama unsur golongan gas
mulia dengan senyawanya. Tugas asesmennya meminta siswa
untuk menentukan apa saja kah senyawa itu.
 Membandingkan
Proses kognitif membandingkan melibatkan proses
mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek,
peristiwa, ide, masalah, atau situasi, seperti menentukan bagaimana
suatu peristiwa terkenal. Nama-nama lainnya adalah
mengontraskan, memetakan, mencocokkan.
Dalam membandingkan, ketika siswa diberi informasi baru,
mereka mendeteksi keterkaitannya dengan pengetahuan yang sudah
familiar. Dalam pembelajaran sains, contoh tujuannya adalah
membandingkan aliran listrik dengan system yang lebih familier.
Contoh pertanyaan asesmennya adalah “Bagaimana aliran listrik
dibandingkan dengan aliran air dalam pipa ?”.
Membandingkan juga melibatkan proses menentukan
keterkaitan antara dua atau lebih objek, peristiwa, atau ide yang
disuguhkan.
 Menjelaskan
Proses kognitif menjelaskan berlangsung ketika siswa dapat
membuat dan menggunakan model sebab-akibat dalam sebuah

9
system. Model ini dapat diturunkan dari teori (sebagaimana sering
kali terjadi dalam sains) atau didasarkan pada hasil penelitian atau
pengalaman.
Nama lain dari menjelaskan adalah membuat model. Dalam
menjelaskan, ketika siswa diberi gambaran tentang sebuah system,
mereka menciptakan dan menggunakan model sebab akibatnya.
Dalam pelajaran sains, contoh tujuannya adalah menjelaskan
bagaimana cara kerja hukum-hukum fisika dasar. Tugas
asesmennya meminta siswa yang telah belajar hukum Ohm untuk
menjelaskan apa yang terjadi pada jumlah arus listrik ketika
ditambahkan sebuah baterai pada rangkaian listrik, atau meminta
siswa yang telah melihat video tentang halilintar untuk menjelaskan
bagaimana perbedaan suhu dapat menimbulkan halilintar.
3) C3
(a) Mengaplikasikan
Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan
prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau
menyelesaikan masalah. Mengaplikasikan berkaitan erat dengan
pengetahuan procedural. Soal latihan adalah tugas yang prosedur
penyelesaiannya telah diketahui siswa, sehingga siswa
menggunakannya secara rutin. Masalah adalah tugas yang prosedur
penyelesaiannya belum di ketahui siswa, sehingga siswa harus
mencari prosedur untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kategori
mengaplikasikan terdiri dari dua proses kognitif, yakni mengeksekusi:
ketika tugasnya hanya soal latihan (yang familier) dan
mengimplementasikan: ketika tugasnya merupakan masalah (yang
tidak familier).
 Mengeksekusi
Dalam mengeksekusi, siswa secara rutin menerapkan
prosedur ketika menghadapi tugas yang sudah familier (misalnya,
soal latihan). Nama lain dari mengeksekusi adalah melaksanakan.

10
Dalam mengeksekusi, siswa mendapat tugas yang familier
dan sudah mengetahui apa yang harus mereka lakukan untuk
menyelesaikan tugas tersebut. Siswa sekedar melaksanakan
prosedur yang telah diketahui untuk merampungkan tugasnya.
Misalnya, dalam pembelajaran sains, contoh tujuannya adalah
belajar menghitung nilai variable-variabel dengan rumus-rumus
ilmiah. Untuk mengakses tujuan ini, siswa diberi rumus Berat Jenis
= Massa/Volume dan diharuskan menjawab pertanyaan”Berapa
berat jenis benda yang massanya 18 kilogram dan volumenya 9
sentimeter kubik ?”
 Mengimplementasikan
Mengimplementasikan berlangsung saat siswa memilih dan
menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang
tidak familier. Nama lain dari mengimplementasikan adalah
menggunakan.
Dalam pelajaran sains, contoh tujuannya adalah siswa belajar
menggunakan metode penelitian yang lebih efektif, efisien dan kuat
untuk. Perhatikan asesmen sains tersebut mengharuskan siswa
bukan hanya mengaplikasikan prosedur (yakni
mengimplementasikannya), melainkan juga secara konseptual
memahami masalah prosedur.
4) C4
(a) Menganalisis
Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi
bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar
bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya.
Meningkatkan keterampilan siswa dalam menganalisis materi
pelajaran merupakan tujuan dalam banyak bidang studi. Guru-guru
sains, ilmu sosial, humaniora, dan kesenian kerap kali menjadikan
“belajar menganalisis” sebagai salah satu tujuan pokok mereka.
Mereka, misalnya, ingin mengembangkan kemampuan siswa untuk

11
 Membedakan fakta dari opini (atau realitas dari khayalan);
 Menghubungkan kesimpulan dengan pernyataan-pernyataan
pendukungnya;
 Membedakan materi yang relevan dari yang tidak relevan;
 Menghubungkan ide-ide;
 Menangkap asumsi-asumsi yang tak dikatakan dalam perkataan;
 Membedakan ide-ide pokok dari ide-ide turunannya atau
menentukan tema-tema puisi atau music;
 Menemukan bukti pendukung tujuan-tujuan pengarang.
 Membedakan
Membedakan melibatkan proses memilah-milah bagian-
bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur.
Membedakan terjadi sewaktu siswa mendiskriminasikan informasi
yang relevan dan tidak relevan, yang penting dan tidak penting, dan
kemudian memperhatikan informasi yang relevan atau penting.
Nama-nama lain untuk membedakan adalah menyendirikan,
memilah, memfokuskan, dan memilih.
Pada pelajaran sains, tujuannya ialah menentukan tahap-tahap
pokok dalam sebuah tulisan tentang cara kerja sesuatu. Tugas
asesmennya meminta siswa membaca satu bab buku yang
menggambarkan proses terjadinya petir dan kemudian meminta
mereka memerinci proses tersebut jadi tahap-tahap pokok
(termasuk uap air yang naik dan membentuk awan), pembentukan
udara yang bergerak ke atas dan ke bawah di dalam awan,
pemisahan muatan listrik di dalam awan, gerakan “tangga
berundak” turun dari awan ke tanah, dan terciptanya sembaran
balik dari tanah ke awan).
 Mengorganisasi
Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-
elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana
elemen-elemen ini membentuk sebuah struktur yang koheren.

12
Nama-nama lain untuk mengorganisasi adalah menstrukturkan,
memadukan, menemukan koherensi, membuat garis besar, dan
mendeskripsikan peran.
Dalam mengorganisasi, ketika siswa diberi suatu deskripsi
tentang sebuah situasi atau masalah, mereka dapat mengidentifikasi
hubungan-hubungan yang sistematis dan koheren diantara elemen-
elemen yang relevan. Contoh tujuan dari pelajaran sains adalah
belajar menganalisis laporan-laporan penelitian berdasarkan empat
poin, yaitu hipotesis, metode, data, dan kesimpulan. Tugas
asesmennya meminta siswa membuat garis besar tentang laporan
penelitian yang diberikan guru.
 Mengatribusikan
Mengatribusikan terjadi ketika siswa dapat menentukan sudut
pandang, pendapat, nilai, atau tujuan dibalik komunikasi.
Dalam mengatribusikan, ketika siswa diberi informasi,
mereka dapat menentukan sudut pandang atau tujuan pengarang.
Misalnya, dalam pelajaran sains, tujuannya adalah belajar
menentukan sudut pandang pengarang suatu esai mengenai topik
yang kontroversial. Tugas asesmennya meminta siswa menentukan
apakah esai tentang aktifitas belajar manusia ditulis oleh psikologi
behavioris atau kognitif.

5) C5
(a) Mengevaluasi
Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan
berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering
digunakan adalah kualitas, efektifitas, efisien, dam konsisten. Kriteria-
kriteria ini ditentukan oleh siswa.
 Memeriksa

13
Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsisten atau
kesalahan internal dalam suatu operasi atau produk. Nama-nama
lain untuk memeriksa adalah menguji, mendeteksi, memonitor, dan
mengoordinasi.
Dalam memeriksa, siswa mencari inkonsistensi internal.
Contoh tujuan dalam pelajaran sains adalah siswa belajar
menentukan apakah kesimpulan seorang ilmuwan sesuai dengan
data-data observasinya atau tidak. Tugas asesmennya meminta
siswa membaca sebuah laporan tentang eksperimen kimia dan
menentukan apakah kesimpulannya sesuai dengan hasil-hasil
eksperimen atau tidak.
 Mengkritik
Mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau
proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Dalam
mengkritik, siswa mencatat ciri-ciri positif dan negative dari suatu
produk dan membuat keputusan setidaknya sebagian berdasarkan
ciri-ciri tersebut. Mengkritik merupakan inti dari apa yang disebut
berpikir kritis. Contoh mengkritik adalah menilai kelebihan
(efektifitas dan efisiensi) suatu solusi untuk menyelesaikan masalah
hujan asam (misalnya, mengharuskan semua pembangkit tenaga
listrik di suatu daerah untuk membatasi emisi asapnya sampai batas
tertentu). Nama lain dari mengkritik adalah menilai.
Dalam mengkritik, siswa menilai kelebihan-kelebihan suatu
produk atau proses berdasarkan kriteria-kriteria atau standar-
standar baku atau buatan siswa sendiri. Dalam pelajaran sains,
tujuannya adalah belajar mengevaluasi keberalasan suatu hipotesis
(misalnya, hipotesis yang menyatakan bahwa buah stroberi dapat
tumbuh sampai berukuran sangat besar karena sesuai dengan rasi
bintang tertentu).
6) C6
(a) Mencipta

14
Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi
sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan yang
diklasifikasikan dalam mencipta meminta siswa membuat produk baru
dengan mereorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola
atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya.
Dalam mencipta, siswa harus mengumpulkan elemen-elemen
dari banyak sumber dan menggabungkan mereka jadi sebuah struktur
atau pola baru yang bertalian dengan pengetahuan siswa sebelumnya.
Mencipta menghasilkan produk baru, yaitu sesuatu yang dapat diamati
dan lebih dari materi atau pengetahuan awal siswa. Tugas asesmennya
meminta sisewa mencipta membutuhkan aspek-aspek dari setiap
kategori proses kognitif sebelumnya sampai batas-batas tertentu, tetapi
tidak dengan urutan seperti dalam table taksonomi.
Proses mencipta (kreatif) dapat dibagi menjadi tiga tahap:
penggambaran masalah, yang di dalamnya siswa berusaha memahami
tugas asesmen dan mencari solusinya; perencanaan solusi, yang di
dalamnya siswa bwrhasil melaksanakan rencananya dengan baik.
Maka, dapatlah dikatakan bahwa proses mencipta dimulai dengan
tahap divergen yang di dalamnya siswa memikirkan berbagai solusi
ketika berusaha memahami tugas (merumuskan). Tahap selanjutnya
adalah berpikir konvergen, yang di dalamnya siswa merencanakan
metode solusi dan mengubahnya menjadi rencana aksi
(merencanakan). Tahap terakhir ialah melaksanakan rencana dengan
mengkonstruksi solusi (memproduksi).
 Merumuskan
Merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah
dan membuat pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria-
kriteria tertentu.
Dalam merumuskan, siswa diberi deskripsi tentang suatu
masalah dan diharuskan mencari beragam solusi. Dalam pelajaran
sains, tujuannya adalah belajar membuat hipotesis untuk

15
menjelaskan fenomena yang diamati. Tugas asesmennya meminta
siswa menulis sebanyak-banyaknya hipotesis untuk menjelaskan
stroberi-stroberi yang ukurannya luar biasa besar. Lagi-lagi, guru
harus menentukan kriteria-kriteria yang jelas untuk menilai kualitas
jawaban siswa dan memberitahukan kriteria-kriteria tersebut
kepada siswa.
 Merencanakan
Merencanakan melibatkan proses merencanakan metode
penyelesaian masalah yangs sesuai dengan kriteria-kriteria
masalahnya, yakni membuat rencana untuk menyelesaikan
masalah. Merencanakan adalah mempraktikkan langkah-langkah
untuk menciptakan solusi yang nyata bagi suatu masalah. Dalam
merencanakan, siswa bisa jadi menentukan sub-sub tujuan, atau
merinci tugas jadi sub-sub tugas yang harus dilakukan ketika
menyelesaikan masalahnya. Nama lain dari merencanakan adalah
mendesain.
Dalam merencanakan, ketika siswa diberi soal, mereka
membuat metode penyelesaian masalah. Dalam pelajaran sains,
contoh tujuannya adalah belajar mendesain penelitian untuk
menguji berbagai hipotesis. Tugas asesmennya adalah meminta
siswa merencanakan cara untuk mengetahui manakah dari tiga
factor yang menentukan jumlah ayunan pendulum.

 Memproduksi
Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana
untuk menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-
spesifikasi tertentu. Tujuan yang memasukkan orisinalitas atau
kekhasan merupakan tujuan memproduksi. Nama lain dari
memproduksi adalah mengkonstruksi.

16
Dalam memproduksi, siswa diberi gambaran tentang suatu
produk dan harus menciptakan sebuah produk yang sesuai dengan
gambaran itu. Proses memproduksi melibatkan pelaksanaan
rencana penyelesaian masalah. Contoh-contoh tujuan pendidikan
berikut mengimplikasikan aktifitas produksi produk-produk yang
baru dan yang bermanfaat dan yang memenuhi syarat-syarat
tertentu. Dalam pelajaran sains, contoh tujuannya ialah belajar
merancang habitat untuk spesies-spesies dan tujuan-tujuan tertentu.
Tugas asesmennya meminta siswa merancang tempat tinggal
manusia di dalam satelit luar angkasa.
Adapun dimensi pengetahuan terdiri atas pengetahuan Faktual, Konseptual,
Prosedural, dan Metakognitif.
2. Dimensi Pengetahuan
Kategori-kategori dalam dimensi pengetahuan :
a. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan factual berisikan elemen-elemen dasar yang harus
diketahui siswa jika mereka akan mempelajari suatu disiplin ilmu atau
menyelesaikan masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Dua subjenis
pengetahuan factual adalah pengetahuan tentang terminology (Aa) dan
pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik (Ab).
1) Pengetahuan Tentang Terminology
Pengetahuan tentang terminology melingkupi pengetahuan tentang
label dan symbol verbal dan non verbal (misalnya, tanda, angka, kata,
gambar). Setiap materi kajian mempunyai banyak label dan symbol baik
verbal maupun non verbal, yang merujuk pada makna-makna tertentu.
Label dan symbol ini merupakan Bahasa dasar dalam suatu disiplin ilmu
semacam stenografi yang digunakan oleh para pakar untuk
mengungkapkan apa yang mereka ketahui. Label dan symbol ini sangat
spesifik dan berguna, sehingga para ahli berharap siswa mengetahui lebih
daripada apa yang siswa ingin atau dapat ketahui. Penggunaan label dan
symbol pun harus sangat cermat.

17
Contoh-contoh pengetahuan tentang terminology adalah sebagai
berikut :
 Pengetahuan tentang alphabet, pengetahuan tentang istilah-istilah
tertentu (misalnya, label untuk bagian-bagian sel, nama-nama partikel
sub-atom)
 Pengetahuan tentang kosakata dalam seni rupa
 Pengetahuan tentang istilah-istilah pokok akuntansi
 Pengetahuan tentang symbol-simbol pokok pada peta dan kartu
 Pengetahuan tentang symbol-simbol yang digunakan untuk
menggambarkan pengucapan kata yang tepat.
2) Pengetahuan Tentang Detail-detail dan Elemen-elemen yang Spesifik
Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik
merupakan pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber
informasi, dan semacamnya. Pengetahuan ini meliputi semua informasi
yang mendetail dan spesifik, seperti tanggal terjadinya sebuah peristiwa
atau ukuran suatu fenomena. Fakta-fakta yang spesifik adalah fakta-fakta
yang dapat disendirikan sebagai elemen-elemen yang terpisah dan berdiri
sendiri ; ini berkebalikan dengan fakta-fakta yang hanya dapat dikenali
dalam konteks yang lebih luas.
Contoh pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang
spesifik adalah sebagai berikut :
 Pengetahuan tentang fakta-fakta pokok perihal kebudayaan dan
masyarakat tertentu.
 Pengetahuan tentang fakta-fakta praktis yang penting menyangkut
kesehatan, kewarganegaraan, dan urusan-urusan manusia lain.
 Pengetahuan tentang nama orang, tempat, dan peristiwa yang signifikan
di koran.
 Pengetahuan tentang produk utama dan produk ekspor negara-negara
tertentu.

18
 Pengetahuan tentang sumber-sumber informasi yang terpercaya tentang
pembelian yang tepat.
b. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori,
klasifikasi, dan hubungan antara dua atau lebih kategori atau klasifikasi
pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata. Pengetahuan konseptual
meliputi skema, model mental, atau teori yang implisit atau eksplisit dalam
beragam model psikologi kognitif.
Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga subjenis, yaitu pengetahuan
tentang klasifikasi dan kategori (Ba), pengetahuan tentang prinsip dan
generalisasi (Bb), dan pengetahuan tentang teori, model, dan struktur (Bc).
Klasifikasi dan kategori merupakan landasan bagi prinsip dan generalisasi.
1) Pengetahuan Tentang Klasifikasi dan Kategori
Subjenis Ba ini meliputi kategori, kelas, divisi dan susunan yang
spesifik dalam disiplin-disiplin ilmu. Pengetahuan tentang klasifikasi dan
kategori menjadi aspek penting dalam mengembangkan keahlian dalam
suatu disiplin ilmu.
Contoh pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori adalah sebagai
berikut :
 Pengetahuan tentang berbagai jenis literature
 Pengetahuan tentang bermacam-macam bentuk usaha
 Pengetahuan tentang bagian-bagian kalimat (misalnya, kata benda, kata
kerja, dan kata sifat)
 Pengetahuan tentang pelbagai jenis masalah psikologis
 Pengetahuan tentang beraneka kalender
2) Pengetahuan Tentang Prinsip dan Generalisasi
Prinsip dan generalisasi merupakan bagian yang dominan dalam
sebuah disiplin ilmu dan digunakan untuk mengkaji fenomena dan
menyelesaikan masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut.
Apabila siswa mengetahui prinsip dan generalisasi, berarti mereka
mempunyai alat untuk mempelajari dan menata materi pelajaran yang luas.

19
Sehingga, mereka memilki pengetahuan yang lebih banyak tentang materi
pelajarn tersebut dan makin mudah mengingatnya.
Contoh pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi adalah sebagai
berikut :
 Pengetahuan tentang generalisasi-generalisasi pokok dalam
kebudayaan-kebudayaan tertentu.
 Pengetahuan tentang hukum-hukum fisika dasar
 Pengetahuan tentang prinsip-prinsip kimia yang relevan dengan proses
kehidupan dan kesehatan
 Pengetahuan tentang implikasi-implikasi kebijakan perdagangan
Amerika pada perekonomian dunia dan sikap masyarakat internasional.
 Pengetahuan tentang prinsip-prinsip utama belajar
 Pengetahuan tentang prinsip-prinsip system pemerintahan federal
 Pengetahuan tentang prinsip-prinsip aritmatik sederhana (misalnya,
prinsip komutatif (pertukaran) dan prinsip asosiatif (pengelompokan)
3) Pengetahuan tentang Teori, Model, dan Struktur
Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakup
pengetahuan tentang berbagai paradigma, epistemology, teori, dan model
yang digunakan dalam disiplin-disiplin ilmu untuk mendiskripsikan,
memahami, menjelaskan dan memprediksi fenomena.
Contoh pengetahuan tentang teori, model, dan struktur adalah
sebagai berikut :
 Pengetahuan perihal interelasi antara prinsip-prinsip kimia sebagai
dasar bagi teori-teori kimia
 Pengetahuan mengenai semua struktur MPR (yaitu organisasi)
 Pengetahuan tentang struktur inti pemerintah kota setempat
 Pengetahuan tentang rumusan lengkap teori evolusi teori gerakan
lempeng bumi
 Pengetahuan tentang model-model genetika (misalnya DNA)
c. Pengetahuan Prosedural

20
Pengetahuan procedural adalah “pengetahuan tentang cara” melakukan
Sesuatu. “Melakukan sesuatu” ini boleh jadi mengerjakan latihan rutin
sampai menyelesaikan masalah-masalah baru. Pengetahuan procedural kerap
kali berupa rangkaian langkah yang harus diikuti. Pengetahuan ini mencakup
pengetahuan tentang keterampilan, algoritme, teknik, dan metode yang
semuanya disebut sebagai prosedur. Pengetahuan procedural juga meliputi
pengetahuan tentang kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan harus
menggunakan berbagai prosedur. Sebagai pengetahuan tentang keterampilan,
algoritme, teknik dan metode yang khusus pada mata pelajaran atau disiplin
ilmu tertentu. Dalam matematika, misalnya, terdapat algoritme-algoritme
untuk melakukan pembagian bertingkat, menyelesaikan persamaan kuadrat,
dan menentukan segitiga-segitiga yang sama.
1) Pengetahuan Tentang Keterampilan dalam Bidang Tertentu dan
Algoritme
Contoh pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan
algoritme adalah sebagai berikut :
 Pengetahuan perihal keterampilan-keterampilan yang dipakai dalam
melukis dalam cat air
 Pengetahuan perihal keterampilan-keterampilan yang digunakan untuk
menentukan makna kata dengan menganalisis strukturnya
 Pengetahuan tentang berbagai algoritme untuk menyelesaikan
persamaan-persamaan kuadrat
 Pengetahuan tentang keterampilan-keterampilan untuk melakukan
lompat tinggi
2) Pengetahuan Tentang Teknik dan Metode dalam Bidang Tertentu
Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu ini
mencakup pengetahuan yang galibnya merupakan hasil consensus,
kesepakatan, atau ketentuan dalam disiplin ilmu, bukan hasil pengamatan,
atau eksperimen, atau penemuan langsung.
Contoh-contoh pengetahuan tentang teknik dan metode dalam
bidang tertentu adalah sebagai berikut :

21
 Pengetahuan perihal metode-metode penelitian yang relevan dalam
ilmu sosial
 Pengetahuan tentang teknik-teknik yang dipakai oleh para ilmuwan
dalam mencari solusi atas suatu masalah
 Pengetahuan tentang metode-metode untuk mengevaluasi konsep-
konsep kesehatan
 Pengetahuan Tentang Berbagai Metode dalam Kritik Sastra
3) Pengetahuan tentang kiteria untuk menentukan kapan harus
menggunakan prosedur yang tepat
Pengetahuan tentang kapan harus menggunakan prosedur yang tepat
menjadi syarat penting untuk memakainya secara tepat. Maka, sebelum
melakukan penelitian, siswa diharapkan mengetahui metode-metode dan
teknik-teknik yang pernah dipakai dalam penelitian serupa.
Contoh pengetahuan tentang kiteria untuk menentukan kapan harus
menggunakan prosedur yang tepat adalah sebagai berikut :
 Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan jenis essai apa yang
mesti ditulis (misalnya, eksposisi dan persuasi)
 Pengetahuan perihal kriteria untuk menentukan metode apa dalam
menyelesaikan persamaan-persamaan aljabar
 Pengetahuan mengenai kriteria untuk menentukan rumus statistic mana
dalam menganalisis data riset eksperimen
 Pengetahuan mengenai kriteria untuk menentukan teknik apa guru
menimbulkan efek tertentu dengan melukis dengan cat air
d. Pengetahuan Metakognitif
Pengeahuan metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi secara
umum dan kesadaran akan, serta pengetahuan tentang, kognisi diri sendiri.
Metakognisi mencakup pengetahuan tentang strategi, tugas, dan variable-
variabel person.
1) Pengetahuan Strategi
Pengetahuan strategi adalah pengetahuan perihal strategi-strategi
belajar dan berpikir serta pemecahan masalah. Strategi-strategi dalam

22
subjenis pengetahuan ini dapat digunakan dalam banyak tugas dan mata
pelajaran, bukan hanya dan paling cocok untuk tugas tertentu dalam mata
pelajaran tertentu (misalnya, menyelesaikan persamaan kuadrat atau
menerapkan hukum Ohm).
Subjenis pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang berbagai
strategi yang dapat siswa gunakan untuk menghafal materi pelajaran,
mencari makna teks, atau memahami apa yang mereka dengar dari
pelajaran di kelas atau apa yang mereka baca dalam buku dan bahan ajar
lain. Strategi-strategi belajar yang jumlahnya banyak sekali dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kategori : mengulang-ulang, mengelaborasi,
dan mengorganisasi.
Contoh-contoh pengetahuan strategis adalah sebagai berikut :
 Pengetahuan bahwa mengulang-ulang informasi merupakan salah satu
cara untuk menanamkan informasi
 Pengetahuan perihal beraneka strategi mnemonic untuk menghafal
(misalnya, memakai akronim seperti mejikuhibiniu (merah jingga
kuning hijau biru nila ungu) untuk warna-warna pelangi)
 Pengetahuan tentang berbagai strategi elaborasi seperti memparafrase
dan merangkum
 Pengetahuan tentang beragam strategi pengorganisasian seperti
menuliskan garis besar dan menggambar diagram
 Pengetahuan untuk merencanakan strategi seperti merumuskan tujuan
membaca, pengetahuan tentang strategi-strategi pemahaman-
pemonitoran seperti mengetes diri sendiri dan mengajukan pertanyaan
seperti diri sendiri
2) Pengetahuan Tentang Tugas-tugas Kognitif, yang Meliputi
Pengetahuan Kontekstual dan Kondisional
Contoh pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, yang meliputi
pengetahuan kontekstual dan kondisional adalah sebagai berikut :

23
 Pengetahuan bahwa tugas mengingat kembali (misalnya, soal jawaban
singkat) berbeda dengan tugas mengenali (misalnya, soal pilihan
ganda) pada umumnya lebih banyak menuntut kerja system memori
 Pengetahuan bahwa buku babon lebih sukar dipahami ketimbang buku
teks atau buku populer
 Pengetahuan bahwa tugas sederhana untuk menghafal sederhana
(misalnya, mengingat sebuah nomor telepon) hanya membutuhkan
strategi pengulangan
 Pengetahuan bahwa strategi elaborasi seperti merangkum dan
memparafrasakan dapat membuahkan pemahaman yang mendalam
 Pengetahuan bahwa metode heuristic penyelesaian masalah sangat
bermanfaat ketika siswa tidak mempunyai pengetahuan dalam bidang
tertentu atau pengetahuan procedural yang spesifik
 Pengetahuan tentang norma-norma sosial lokal dan umum,
konvensional, dan kultural untuk bagaimana, kapan, dan mengapa
menerapkan strategi tertentu
3) Pengetahuan Diri
Pengetahuan diri mencakup pengetahuan tentang kekuatan dan
kelemahan diri sendiri dalam kaitannya dengan kognisi dan belajar.
Contoh-contoh pengetahuan diri adalah sebagai berikut :
 Pengetahuan bahwa dirinya mempunyai pengetahuan yang mendalam
pada sebagian bidang, tetapi tidak pada sebagian bidang lainnya
 Pengetahuan bahwa dirinya cenderung mengandalkan satu “alat
kognitif” (strategi) dalam situasi tertentu
 Pengetahuan yang akurat dan tidak palsu (misalnya, kepercayaan diri
yang berlebihan) tentang kemampuan sendiri untuk melakukan suatu
tugas
 Pengetahuan tentang minat pribadi pada tugas tertentu
 Pengetahuan tentang keputusan pribadi tentang manfaat suatu tugas

24
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2016. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi 2. Jakarta: Bumi


Aksara.

25
Airasian, Peter W, dkk. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran,
dan Asesmen, Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Abidin. 2012. Analisis Taksonomi Bloom Konsep dan Implikasinya Bagi Pendidikan
Anak. Vol 1 No 2. 3 Oktober 2019.

26

Anda mungkin juga menyukai