Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Taksonomi berasal dari bahasa Yunani, taxis yang berarti pengaturan dan
nomos yang berarti ilmu pengetahuan. Taksonomi adalah klasifikasi atau
pengelompokkan benda menurut ciri-ciri tertentu. Taksonomi dalam pendidikan,
digunakan untuk klasifikasi tujuan instruksional, ada yang menamakannya tujuan
pembelajaran, tujuan penampilan, atau sasaran belajar, yang digolongkan dalam
tiga klasifikasi umum atau ranah (domain), yaitu: (1) ranah kognitif, berkaitan
dengan tujuan belajar yang berorientasi pada kemampuan berpikir; (2) ranah
afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap (hati); dan (3)
ranah psikomotor (berorientasi pada keterampilan motorik atau penggunaan otot
kerangka). Saat ini, dikenal berbagai macam taksonomi tujuan instruksional yang
diberi nama menurut penciptanya, misalnya: Bloom; Merill dan Gagne (kognitif);
Krathwohl, Martin dan Briggs serta Gagne (afektif); dan Dave, Simpson dan
Gagne (psikomotor) (Gunawan dan Palupi, tanpa tahun).
Bloom dan beberapa rekannya (1956) menulis salah satu buku yang sangat
penting yaitu Taksonomi Kognitif. Mereka menyatakan bahwa proses “knowing”
atau “mengetahui” sebenarnya, terdiri dari 6 tingkatan hierarkis, yaitu:
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Penelitian-
penelitian selama 40 tahun terakhir ini, membuktikan bahwa 4 level pertama
memang benar adalah hierarkis. Yaitu “mengetahui” sesuatu pada tingkatan
pengetahuan adalah lebih mudah dari tingkatan pemahaman, dan seterusnya
sampai pada tingkatan analisis. Namun, hubungan antara tingkatan sintesis dan
evaluasi tidaklah selalu hierarkis. Bahkan, ada kemungkinan bahwa kedua level
ini bisa ditukar posisinya dalam hierarki tersebut dan ada kemungkinan juga
bahwa keduanya merupakan dua aspek yag sama sekali berbeda (Sudiarta, 2005).
Sintesis dan evaluasi adalah dua tipe berpikir yang memiliki beberapa
kesamaan, namun berbeda dalam hal tujuan. Evaluasi (yang bisa dianggap sebagai
pemikiran kritis) berfokus pada membuat suatu penilaian berdasarkan suatu

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 1


pernyataan atau masalah. Sintesis (yang kurang lebih sama dengan pemikiran
kreatif) memerlukan pengamatan pada bagian-bagian yang akan disintesis dan
menemukan hubungannya, kemudian menempatkan mereka dalam suatu
perspektif yang baru (Sudiarta, 2005).
Adapun isi dari makalah ini akan lebih terfokus pada tingkat kemampuan
(level of competence) dari taksonomi Bloom. Dimana, tingkat kemampuan
taksonomi Bloom tersebut telah mengalami revisi pada bagian ranah kognitifnya.
Untuk lebih jelasnya, bagian dari revisi tersebut disajikan pada Bab 2 makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sejarah tentang sejarah taksonomi Bloom?
2. Apakah pengertian dari taksonomi Bloom?
3. Apakah tingkatan kemampuan (level of competence) dari taksonomi
Bloom?
4. Bagaimana revisi dari taksonomi Bloom?
5. Apakah perbedaan taksonomi Bloom lama dan yang baru?
6. Bagaimana pengembangan taksonomi Bloom?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Agar dapat menguasai tentang sejarah taksonomi Bloom.
2. Agar dapat mengetahui tentang pengertian taksonomi Bloom.
3. Agar dapat mengetahui tentang tingkatan kemampuan (level of
competence) taksonomi Bloom.
4. Agar dapat menguasai tentang revisi dari taksonomi Bloom.
5. Agar dapat mengetahui tentang perbedaan taksonomi Bloom lama dan
yang baru.
6. Agar dapat menguasai tentang pengembangan taksonomi Bloom.

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 2


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Taksonomi Bloom


Sejarah taksonomi Bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam
Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan
bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata
persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk
mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari
konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan sebenarnya
merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors).
Masih banyak level lain, yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya (Utari,
tanpa tahun). Akhirnya, pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan
Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang
dinamakan dengan Taxonomy Bloom.

2.2 Pengertian Taksonomi Bloom


Menurut Bloom (1956), taksonomi Bloom merujuk pada tujuan
pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain
tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang rinci berdasarkan hirarkinya.
Jadi, taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills
mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya, untuk mencapai
tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam
kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga
domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik (Utari, tanpa tahun).
Dari setiap ranah tersebut, dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
sub kategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku
yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam
setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 3


rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman”
yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada
tingkatan pertama.

2.3 Tingkatan Kemampuan (Level of Competence) Taksonomi Bloom


Tingkatan kemampuan (level of competence) dari taksonomi Bloom adalah
sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif (Cognitive Domain)
Ranah kognitif ini berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual,
seperti: pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Ranah afektif mencakup perilaku
terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat, motivasi, dan sikap.
Sedangkan ranah psikomotorik berisi perilaku yang menekankan fungsi
manipulatif dan keterampilan motorik/kemampuan fisik, berenang, dan
mengoperasikan mesin. Para trainer biasanya mengkaitkan ketiga ranah ini
dengan Knowledge, Skill, and Attitude (KSA). Kognitif menekankan pada
knowledge, afektif pada attitude, dan psikomotorik pada skill (Utari, tanpa tahun).
Ranah kognitif mengurutkan keahlian berpikir sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai
oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan. Ranah kognitif
ini terdiri atas enam level, yaitu: (1) knowledge (pengetahuan), (2) comprehension
(pemahaman atau persepsi), (3) application (penerapan), (4) analysis (penguraian
atau penjabaran), (5) synthesis (pemaduan), dan (6) evaluation (penilaian) (Utari,
tanpa tahun).
Level ranah ini, dapat digambarkan dalam bentuk piramida (Gambar 1).

Gambar 1. Piramida dari Level Ranah


(Sumber: Utari, tanpa tahun)

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 4


Tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking Skills,
sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Namun demikian,
pembuatan level ini bukan berarti bahwa lower level tidak penting. Justru, Lower
Order Thinking Skill ini harus dilalui dulu untuk naik ke tingkat berikutnya.
Skema ini hanya menunjukkan bahwa semakin tinggi, semakin sulit kemampuan
berpikirnya (Tabel 1).

Tabel 1. Ranah Kognitif untuk Pengetahuan

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 5


Sumber: Utari (tanpa tahun)

Berikut disajikan contoh kata kerja operasional yang dapat dipakai untuk
ranah kognitif (Tabel 2).

Tabel 2. Kata Kerja Operasional (Ranah Kognitif)


Pengetahuan Pemahaman Penerapan
Analisis (C4) Sintesis (C5) Penilaian (C6)
(C1) (C2) (C3)
Mengutip Memperkirakan Menugaskan Menganalisis Mengabstraksi Membandingkan
Menyebutkan Menjelaskan Mengurutkan Mengaudit Mengatur Menyimpulkan
Menjelaskan Mengkategorikan Menentukan Memecahkan Menganimasi Menilai
Menggambar Mencirikan Menerapkan Menegaskan Mengumpulkan Mengarahkan
Membilang Merinci Menyesuaikan Mendeteksi Mengkategorikan Mengkritik
Mengidentifikasi Mengasosiasikan Mengkalkulasi Mendiagnosis Mengkode Menimbang
Mendaftar Membandingkan Memodifikasi Menyeleksi Mengombinasikan Memutuskan
Menunjukkan Menghitung Mengklasifikasi Merinci Menyusun Memisahkan
Memberi label Mengkontraskan Menghitung Menominasikan Mengarang Memprediksi
Memberi indeks Mengubah Membangun Mendiagramkan Membangun Memperjelas
Memasangkan Mempertahankan Membiasakan Megkorelasikan Menanggulangi Menugaskan
Menamai Menguraikan Mencegah Merasionalkan Menghubungkan Menafsirkan
Menandai Menjalin Menentukan Menguji Menciptakan Mempertahankan
Membaca Membedakan Menggambarkan Mencerahkan Mengkreasikan Memerinci
Menyadari Mendiskusikan Menggunakan Menjelajah Mengoreksi Mengukur
Menghafal Menggali Menilai Membagankan Merancang Merangkum
Meniru Mencontohkan Melatih Menyimpulkan Merencanakan Membuktikan
Mencatat Menerangkan Menggali Menemukan Mendikte Memvalidasi
Mengulang Mengemukakan Mengemukakan Menelaah Meningkatkan Mengetes
Mereproduksi Mempolakan Mengadaptasi Memaksimalkan Memperjelas Mendukung
Meninjau Memperluas Menyelidiki Memerintahkan Memfasilitasi Memilih
Memilih Menyimpulkan Mengoperasikan Mengedit Membentuk Memproyeksikan
Menyatakan Meramalkan Mempersoalkan Mengaitkan Merumuskan

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 6


Pengetahuan Pemahaman Penerapan
Analisis (C4) Sintesis (C5) Penilaian (C6)
(C1) (C2) (C3)
Mempelajari Merangkum Mengkonsepkan Memilih Menggeneralisasi
Mentabulasi Menjabarkan Melaksanakan Mengukur Menggabungkan
Memberi kode Meramalkan Melatih Memadukan
Menelusuri Memproduksi Mentransfer Membatas
Menulis Memproses Mereparasi
Mengaitkan Menampilkan
Menyusun Menyiapkan
Mensimulasikan Memproduksi
Memecahkan Merangkum
Melakukan Merekonstruksi
Mentabulasi
Memproses
Meramalkan
Sumber: Utari (tanpa tahun)

Ranah kognitif merupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan aspek-


aspek pengetahuan, penalaran, atau pikiran (Dimyati dan Mudjiono, 2009:298).
Bloom (1956) membagi ranah kognitif ke dalam enam tingkatan atau kategori.
Adapun penjabarannya sebagai berikut:
1) Pengetahuan/Hafalan/Ingatan (Knowledge)
Pengetahuan/hafalan adalah level terendah yang dimiliki siswa dalam
taksonomi kognitif Bloom ini. Pengetahuan atau kemampuan mengingat
ini dapat dirinci sebagai berikut:
. Terminologi
Kemampuan yang paling besar adalah mengetahui arti tiap kata.
Artinya, siswa dapat menunjukkan arti suatu kata atau istilah yang
ditemuinya.
. Fakta-fakta Lepas (Isolated Facts)
Setelah memahami prinsip-prinsip atau komponen bahasa, anak menuju
pada tingkatan pengetahuan yang lebih tinggi yaitu pengetahuan akan
fakta-fakta lepas. Fakta yang diketahuinya tetap berdiri sendiri tanpa
dihubungkan dengan fakta atau gejala lainnya.
. Universal dan Abstraksi
Dalam hal ini, siswa mampu menerjemahkan bagan-bagan atau pola-
pola utama yang dipakai untuk mengorganisasikan fenomena-fenomena
(Muniroh, 2015).

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 7


Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan
disimpan dalam ingatan. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali
pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau
mengenal kembali (recognition).
 Mengenal (recognition)
Aspek mengenal yang termasuk ke dalam ranah kognitif, siswa diminta
untuk memilih satu dari dua atau lebih jawaban.
Contoh:
Jelaskan yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan!
 Mengungkap/mengingat kembali (recall)
Dalam aspek mengingat kembali, siswa diminta untuk mengingat
kembali satu atau lebih fakta-fakta yang sederhana.
Contoh:
Tempat keluarnya air dari dalam tanah disebut…..
Mengenal dan mengungkap kembali umumnya dikategorikan menjadi
satu jenis, yaitu ingatan. Ketegori ini merupakan tingkatan yang paling
rendah (Arikunto, 2009:117-118).
2) Pemahaman/Pengertian (Comprehension)
Pemahaman/pengertian adalah kemampuan untuk menangkap arti suatu
materi atau informasi yang dipelajari. Artinya, siswa mampu memahami
dan mencerna makna yang terkandung dari pesan yang sudah dihafalkan
sebelumnya (Muniroh, 2015). Lebih spesifik, Arikunto (2009:118)
berpendapat bahwa dalam aspek pemahaman, siswa diminta diminta untuk
membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara
fakta-fakta atau konsep.
Contoh:
Jelaskan persamaan dan perbedaan tumbuhan monokotil dan dikotil!
Menurut Muniroh (2015), kemampuan pemahaman dapat dijabarkan
menjadi tiga kategori, diantaranya:

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 8


a. Menerjemahkan (Translation)
Menerjemahkan diartikan sebagai perubahan konsepsi abstrak menjadi
suatu model simbolik, pengalihan konsep yang berupa kata-kata ke
dalam gambar atau grafik. Dalam hal ini, pemahaman memiliki
hubungan yang erat dengan aplikasi.
b. Menginterpretasi (Interpretation)
Kemampuan ini adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami.
Kata lain dari menginterpretasi ini adalah menafsirkan. Siswa
diharapkan mampu menafsirkan kembali data yang telah dipahami
sebelumnya.
c. Mengekstrapolasi (Extrapolation)
Siswa diminta untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan pola.
Pada tingkat pemahaman ekstrapolasi ini, menuntut kemampuan siswa
dengan intelektual yang lebih tinggi.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai untuk mengukur kemampuan
ini adalah memperhitungkan, memperkirakan, menduga,
menyimpulkan, meramalkan, membedakan, menentukan, mengisi, dan
menarik kesimpulan (Daryanto, 2012:108).
3) Penerapan/Aplikasi (Application)
Aplikasi adalah kemampuan menerapkan materi atau informasi yang telah
dipelajari ke dalam suatu keadaan baru dan konkret dengan hanya
mendapat sedikit pengarahan. Hal ini termasuk aplikasi dati suatu aturan,
konsep, metode, dan teori guna memecahkan masalah (Muniroh, 2015).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Arikunto (2009:119) dalam
aspek penerapan, siswa diminta untuk menyeleksi atau memilih suatu
abstrasi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat
untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara
benar.
Contoh:
Pada peristiwa intermediet, F2 yang dihasilkan berbunga merah muda:
merah : putih dengan perbandingan ….
a. 3:1:1 d. 2 : 1 : 1

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 9


b. 9:3:3 e. 1 : 3 : 1
c. 1:2:1
Untuk menyelesaikan soal tersebut digunakan hukum Mendel 1.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
ini adalah: menggunakan, meramalkan, menggabungkan,
menggeneralisasi, memilih, mengembangkan, mengorganisasi, mengubah,
menyusun kembali, mengklasifikasikan, menghitung, menerapkan,
menentukan, dan memecahkan masalah (Muniroh, 2015).
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan memecahkan atau menguraikan suatu materi
atau informasi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil sehingga
lebih mudah dipahami (Muniroh, 2015). Lebih spesifik, Arikunto
(2009:119) menjelaskan bahwa, dalam aspek analisis, siswa diminta untuk
menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-
konsep dasar.
Contoh:
Pada peristiwa pindah silang, sebagian kromosom berpindah menuju ke
kromosom lain sehingga ada gamet yang memiliki kromosom lebih dan
anak yang memiliki kromosom kurang. Apa penyebab peristiwa tersebut?.
Kemampuan analisis diklasifikasi ke dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Analisis unsur
Dalam analisis unsur diperlukan kemampuan merumuskan asumsi-
asumsi, mengidentifikasi unsur-unsur penting, dapat membedakan
antara fakta dan nilai. Kata kerja kemampuan ini adalah: membedakan,
menemukan, mengenal, membuktikan dan menarik kesimpulan.
b. Analisis hubungan
Analisis ini menuntut kemampuan mengenal unsur-unsur dan pola
hubungannya. Kata kerja operasional kemampuan ini adalah
menganalisis, membandingkan, membedakan, dan menarik kesimpulan.
c. Analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi
Analisis hubungan menuntut kemampuan menganalisis pokok-pokok
yang melandasi tatanan suatu organisasi. Kata kerja operasional

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 10


kemampuan ini adalah menganalisis, membedakan, menemukan dan
menarik kesimpulan (Daryanto, 2012: 110-111).
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan bagian-bagian atau
komponen menjadi suatu bentuk yang lengkap dan unik. Pada level ini,
siswa mampu mengkombinasikan beberapa permasalahan menjadi satu
rangkaian yang utuh, sehingga terbukti bahwa pesan yang didapat
memiliki keterkaitan antara satu pesan dengan pesan yang lain (Muniroh,
2015).
Aspek sintesis, siswa diminta untuk menggabungkan atau menyusun
kembali (reorganize) hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan
suatu struktur baru. Pada dasarnya dalam aspek sintesis ini siswa diminta
untuk melakukan generalisasi (Arikunto, 2009:119).
Contoh:
Berikut ini adalah fase-fase proses sintesis protein.
1. RNA-d meninggalkan inti menuju ribosom
2. RNA-t mengangkut asam amino yang dibutuhkan sesuai dengan kode
genetik dan bergabung dengan RNA-d
3. RNA-r dibentuk dari DNA dalam inti
4. Asam amino berjajar sesuai dengan urutan kode genetik
5. Terjadi protein yang dikehendaki
Urutan yang sesuai dengan sintesis protein adalah ….
a. 1, 2, 3, 4, 5 d. 1, 3, 4, 5, 2
b. 3, 1, 2, 4, 5 e. 2, 3, 4, 5, 1
c. 2, 3, 4, 1, 5
Kata kerja operasional yang dipakai untuk mengukur kemampuan ini
adalah: menulis, membicarakan, menghubungkan, menghasilkan,
mengangkat, meneruskan, memodifikasi, membuktikan kebenaran,
mengusulkan, mengemukakan, merencanakan, mendesain dan menentukan
(Muniroh, 2015).

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 11


6) Penilaian/Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan menentukan nilai suatu materi. Pernyataan,
laporan, cerita, atau lainnya untuk tujuan tertentu. Penilaian dilakukan
berdasarkan pada suatu kriteria yang baku dan jelas (Muniroh, 2015).
Lebih luas, Arikunto (2009:120) mengatakan bahwa pada aspek evaluasi,
siswa diminta untuk menilai suatu kasus dengan menerapkan pengetahuan
dan kemampuan yang dimilikinya.
Kata kerja operasional untuk mengukur kemampuan ini adalah
menfsirkan, menduga, mempertimbangkan, mengevaluasi, menentukan,
membandingkan, membakukan, membenarkan, dan mengkritik (Chatib
dalam Muniroh, 2015).
Beberapa aspek yang telah dijelaskan diatas, sebagian hanya cocok
diterapkan di Sekolah Dasar (Ingatan, Pemahaman, dan Aplikasi). Sementara itu,
analisis dan sintesis baru dapat dilatihkan di SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi
secara bertahap. Berdasarkan urutan, maka semakin ke atas semakin tinggi
tingkatan taksonominya. Sebagai contoh, untuk melalui aspek pemahaman maka
siswa harus terlebih dahulu dapat mengingat atau mengenal kembali (Arikunto,
2009:121).

b. Ranah Afektif
Ranah afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi,
misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat, minat, motivasi, dan sikap.
Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana hingga yang
paling kompleks (Tabel 3) dan kata kerja operasionalnya (Tabel 4).
Tabel 3. Ranah Afektif untuk Sikap

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 12


Sumber: Utari (tanpa tahun)

Tabel 4. Kata Kerja Operasional (Ranah Afektif)


Menerima (A1) Menanggapi (A2) Menilai (A3) Mengelola (A4) Menghayati (A5)
Memilih Menjawab Mengasumsikan Menganut Mengubah
Mempertanyakan Membantu Meyakini Mengubah perilaku
Mengikuti Mengajukan Melengkapi Menata Berakhlak mulia
Memberi Mengompromikan Meyakinkan Mengklasifikasikan Mempengaruhi
Menganut Menyenangi Memperjelas Mengombinasikan Mendengarkan
Mematuhi Menyambut Memprakarsai Mempertahankan Mengkualifikasi
Meminati Mendukung Mengimani Membangun Melayani
Menyetujui Mengundang Membentuk Menunjukkan
Menampilkan Menggabungkan pendapat Membuktikan
Melaporkan Mengusulkan Memadukan Memecahkan
Memilih Menekankan Mengelola
Mengatakan Menyumbang Menegosiasi
Memilah Merembuk
Menolak
Sumber: Utari (tanpa tahun)

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 13


Secara umum, ranah afektif terbagi dua, diantaranya:
1) Pandangan/Pendapat (Opinion)
Aspek pandangan, maka pertanyaan yang disusun menghendaki respons
yang melibatkan ekspresi, perasaan atau pendapat pribadi siswa terhadap
hal-hal yang relatif sederhana tetapi bukan fakta.
2) Sikap/Nilai (Attitude, Value)
Aspek sikap atau nilai, siswa ditanya mengenai responnya yang
melibatkan sikap atau nilai, dan siswa diminta untuk mempertahankan
pendapatnya (Arikunto, 2009:121-122).

c. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor dikemukakan taksonominya oleh Anita Harrow pada
tahun 1972. Harrow mengemukakan bahwa kriteria untuk mengukur keterampilan
siswa, penentuannya harus dilakukan dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 30
menit. Para penilai belum dapat menangkap gambaran tentang keterampilan yang
mencerminkan kemampuan siswa apabila kurang dari waktu yang telah
diperkirakan tersebut Arikunto (2009:122-123). Adapun garis besar dari
taksonomi yang dikemukakan oleh Harrow disajikan pada Gambar 2.

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 14


Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 15
Gambar 2. Ranah Psikomotor oleh Harrow
(Sumber: Arikunto, 2009)

Ranah psikomotor meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan


motorik dan kemampuan fisik. Keterampilan ini, dapat diasah jika sering
melakukannya. Perkembangan tersebut dapat diukur sudut kecepatan, ketepatan,
jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik
mulai dari tingkat yang sederhana hingga ke tingkat yang rumit (Tabel 5) dan
daftar kata kerja operasionalnya (Tabel 6).

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 16


Tabel 5. Ranah Psikomotorik untuk Keterampilan

Sumber: Utari, tanpa tahun

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 17


Tabel 6. Kata Kerja Operasional (Ranah Psikomotorik)
Menirukan (P1) Memanipulasi (P2) Pengalamiahan (P3) Artikulasi (P4)
Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Mengalihkan
Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan Mempertajam
Menggabungkan Merancang Memutar Membentuk
Melamar Memilah Mengirim Memadankan
Mengatur Melatih Memindahkan Menggunakan
Mengumpulkan Memperbaiki Mendorong Memulai
Menimbang Mengidentifikasikan Menarik Menyetir
Memperkecil Mengisi Memproduksi Menjeniskan
Membangun Menempatkan Mencampur Menempel
Mengubah Membuat Mengoperasikan Menseketsa
Membersihkan Memanipulasi Mengemas Melonggarkan
Memposisikan Mereparasi Membungkus Menimbang
Mengonstruksi Mencampur
Sumber: Utari (tanpa tahun)

2.4 Taksonomi Bloom Revisi


Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwal
dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar
sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan
pada tahun 2001 dengan nama, “Revisi Taksonomi Bloom”. Revisi hanya
dilakukan pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi:
1. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap
level taksonomi.
2. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan
level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan
mendasar terletak pada level 5 dan 6. Perubahan-perubahan tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering (mengingat).
Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding
(memahami).
 Pada level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan).
 Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis).
 Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6, tetapi
dengan perubahan mendasar, yaitu creating (mencipta).

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 18


 Pada level 6, evaluation turun posisinya menjadi level 5, dengan
sebutan evaluating (menilai) (Utari, tanpa tahun).
Jadi, taksonomi Bloom baru revisi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri
dari enam level: remembering (mengingat), understanding (memahami), applying
(menerapkan), analyzing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan
creating (mencipta). Revisi Krathwohl ini, sering digunakan dalam merumuskan
tujuan belajar yang sering dikenal dengan istilah C1 sampai dengan C6.
Perubahan istilah dan pola level taksonomi Bloom dapat digambarkan
pada Gambar 3 dan untuk piramidanya pada Gambar 4.

Gambar 3. Perubahan pada Taksonomi Bloom


(Sumber: Taher, 2013)

Gambar 4. Piramida dari Perubahan Taksonomi Bloom


(Sumber: Utari, tanpa tahun)

Sama dengan sebelum revisi, tiga level pertama (terbawah) merupakan


Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 19


Thinking Skill. Jadi, dalam menginterpretasikan piramida di atas, secara logika
adalah sebagai berikut:
 Sebelum memahami sebuah konsep, maka terlebih dahulu
mengingatnya.
 Sebelum menerapkan, maka harus memahaminya dulu.
 Sebelum menganalisa, maka harus menerapkannya dulu.
 Sebelum mengevaluasi, maka harus menganalisa dulu.
 Sebelum berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka harus mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi.
Hingga saat ini, ranah afektif belum mendapat perhatian. Skill menekankan
aspek psikomotorik yang membutuhkan koordinasi jasmani sehingga lebih tepat
dipraktekkan bukan dipelajari. Attitude juga merupakan faktor yang sulit diubah
selama proses pembelajaran karena attitude terbentuk sejak lahir. Mungkin itulah
alasan mengapa revisi baru dilakukan pada ranah kognitif yang difokuskan pada
knowledge (Utari, tanpa tahun).
Berikut ini disajikan penjelasan dan pilihan kata kerja kunci dari ranah
kognitif yang telah direvisi (Tabel 7) dan daftar kata kerja operasionalnya yang
baru (Tabel 8).

Tabel 7. Revisi pada Ranah Kognitif untuk Pengetahuan

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 20


Sumber: Taher (2013)

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 21


Tabel 8. Daftar Kata Kerja Operasional yang Baru

Sumber: Taher (2013)

2.5 Alasan Taksonomi Bloom Direvisi


Ada beberapa alasan mengapa handbook taksonomi Bloom perlu direvisi,
yakni:
1. Terdapat kebutuhan untuk mengarahkan kembali fokus para pendidik
pada handbook, bukan sekedar sebagai dokumen sejarah, melainkan
juga sebagai karya yang dalam banyak hal telah “mendahului”

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 22


zamannya (Rohwer dan Sloane, 1994). Hal tersebut mempunyai arti
banyak gagasan dalam handbook Taksonomi Bloom yang dibutuhkan
oleh pendidik masa kini karena pendidikan masih terkait dengan
masalah-masalah desain pendidikan, penerapan program yang tepat,
kurikulum standar, dan assessment autentik.
2. Adanya kebutuhan untuk memadukan pengetahuan-pengetahuan dan
pemikiran-pemikiran baru dalam sebuah kerangka kategorisasi tujuan
pendidikan. Dimana, kemajuan dalam ilmu pengetahuan mendukung
keharusan untuk dilakukannya revisi.
3. Taksonomi merupakan sebuah kerangka berpikir khusus yang menjadi
dasar untuk mengklasifikasikan tujuan-tujuan pendidikan. Dimana,
pada taksonomi Bloom hanya mempunyai satu dimensi yaitu hanya
kata benda. Padahal seharusnya, rumusan dari tujuan pendidikan harus
memuat dua dimensi yaitu dimensi pertama untuk menunjukkan jenis
perilaku siswa dengan menggunakan kata kerja dan dimensi kedua
untuk menunjukkan isi pembelajaran dengan menggunakan kata benda.
4. Proporsi yang tidak sebanding dalam penggunaan taksonomi
pendidikan untuk perencanaan kurikulum dan pembelajaran dengan
menggunakan taksonomi pendidikan untuk assessment. Pada taksonomi
Bloom lebih memfokuskan penggunaan taksonomi pada assessment.
5. Pada kerangka pikir, taksonomi Bloom lebih menekankan enam
kategorinya (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesism,
dan evaluasi) daripada sub-sub kategorinya. Taksonomi Bloom
menjabarkan enam kategori tersebut secara mendetail, namun kurang
menjabarkan pada sub kategorinya sehingga sebagian orang akan lupa
dengan sub-sub kategori taksonomi Bloom.
6. Ketidakseimbangan proporsi sub kategori dari taksonomi Bloom.
Dimana, kategori pengetahuan dan komprehensi memiliki banyak sub
kategori, namun empat kategori lainnya hanya memiliki sedikit sub
kategori.

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 23


7. Taksonomi Bloom versi aslinya lebih ditujukan untuk dosen-dosen,
padahal dalam dunia pendidikan tidak hanya dosen yang berperan untuk
merencanakan kurikulum, pembelajaran dan penilaian (Gunawan dan
Palupi, tanpa tahun).

2.6 Perbedaan Taksonomi Bloom Lama dan yang Baru


Dahulu dikenal klasifikasi secara hirarkhis terhadap ranah kognitif Bloom
menjadi enam tingkatan, mulai dari C1 sampai C6. Klasifikasi hirarkhis itu masih
digunakan lagi dalam revisi taksonomi Bloom tersebut sekalipun dengan nomen
yang sedikit berbeda. Ada hal yang sama sekali baru dalam taksonomi Bloom dari
C1 sampai C6 merupakan salah satu dimensi dalam klasifikasi tersebut, yaitu
dimensi proses kognitif. Hanya saja dalam dimensi proses kognitif, pada
taksonomi yang baru mengalami revisi seperti yang akan diuraikan pada Tabel 9
dan penjabarannya pada Tabel 10.

Tabel 9. Perbedaan antara Versi Lama dan Versi Baru

Sumber: Taher (2013)

Tabel 10. Penjabaran Dimensi Pengetahuan dalam Proses Kognitif

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 24


Sumber: Taher (2013)

2.7 Pengembangan Taksonomi Bloom


Pada tahun 1990-an, kelompok psikologi kognitif yang dipimpin oleh
Lorin Anderson (mantan mahasiswa Bloom), melakukan revisi terhadap level
kognitif yang dikembangkan oleh Bloom. Revisi dan pengembangan taksonomi
Bloom terus dilakukan, dan pengembangan yang terbaru adalah pengembangan
taksonomi Bloom menjadi 4 domain, yaitu domain kognitif, afektif, sensorimotor,
dan sosial yang disebut sebagai Developing Human Potential in Four Domains
for Learning and Doing (Dettmer, 2006).

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 25


Keempat domain dalam taksonomi Bloom yang dikembangkan tersebut
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Developing Human Potential in Four Domains for Learning and Doing

Sumber: Dettmer (2006)

Berdasarkan Tabel 11 juga dilakukan pengembangan pada jenjang atau


level pada setiap domain, dan setiap level tersebut akan dikembangkan lagi
menjadi kata operasional yang kemudian akan digunakan untuk membuat butir
pertanyaan dalam mencapai tujuan setiap domain. Oleh karena itu, perlu
diidentifikasi kata operasional pada setiap level domain yang berguna untuk
mempermudah guru dalam merumuskan pertanyaan yang digunakan sebagai
instrument pengukur prestasi belajar siswa.

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 26


.6.1 Domain Kognitif
Cognitive Domain (Ranah Kognitif), menggambarkan perilaku-perilaku
yang menekankan aspek intelektual, seperti: pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir. Menurut taksonomi Bloom (1956), kemampuan kognitif
adalah kemampuan berpikir secara hirarkhis yang terdiri dari pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Anderson dan Krathwohl’s
(dalam Nuraini, 2011) merevisi level kognitif tersebut menjadi: mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi (Wilson,
2006). Perbedaan utama versi lama dan baru adalah tidak hanya pada daftar atau
rewordings dari nomina ke verba, atau dalam mengubah nama dari beberapa
komponen, atau bahkan di reposisi dari dua kategori terakhir. Perbedaan utama
terletak dalam penambahan lebih bermanfaat dan komprehensif tentang
bagaimana memotong taksonomi dan bertindak atas berbagai jenis dan tingkat
pengetahuan-faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif (Nuraini, 2011).
Versi domain kognitif yang lebih terbaru lagi adalah pengembangan level
kognitif menjadi 8 level. Pada tabel Developing Human Potential in Four
Domains for Learning and Doing, level kognitif ada 8 yaitu pengetahuan (know),
pemahaman (comprehend), aplikasi (apply), analisis (analyze), evaluasi
(evaluate), sintesis (synthesize), imajinasi (image), dan kreasi (create). Berikut
akan diidentifikasi kata operasional pada setiap level dan contoh penggunaan kata
operasional tersebut dalam pelajaran biologi (Nuraini, 2011) yang disajikan pada
Tabel 12.

Tabel 12. Kata Operasional Domain Kognitif Versi Baru

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 27


Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 28
Sumber: Nur’aini (2011)

.6.2 Domain Afektif


Affective domain (ranah afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
pada aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara
penyesuaian diri. Level afektif versi lama terdiri dari 5 level yakni: receiving
(attending), responding, valuing, organization, dan characterization by a value or
value complex. Pada versi terbaru, level domain afektif terdiri dari receive,
respond, organize, internalize, characterize, wonder, dan aspire (Dettmer, 2006).

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 29


Kata operasional pada setiap level domain afektif dan contohnya dalam
pelajaran biologi dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Kata Operasional Domain Afektif Versi Baru

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 30


Sumber: Nur’aini (2011)

2.6.3 Domain Sensorimotor

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 31


Versi lama domain sensorimotor memiliki 7 level yaitu: persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian
pola gerakan, dan kreatifitas. Pada versi yang terbaru, level domain sensorimeter
adalah: mengamati (observe), bereaksi (react), bertindak (act), mengadaptasi
(adapt), mengotentifikasi (authenticate), menyelaraskan (harmonize),
memperbaiki (improvise), dan berinovasi (innovate) (Dettmer, 2006).
Kata operasional pada setiap level domain sensorimeter dan contohnya
dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Kata Operasional Domain Sensorimotor Versi Baru

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 32


Sumber: Nur’aini (2011)

2.6.4 Domain Sosial


Domain sosial merupakan versi terbaru dalam domain tujuan pendidikan.
Domain ini mencakup penilaian terhadap kompetensi sosial siswa dalam
pembelajaran. Sama seperti domain lainnya, domain sosial juga terdiri dari
delapan level, yaitu: relate, communicate, participate, negotiate, adjudicate,
collaborate, initiate dan convert (Dettmer, 2006).
Berikut ini disajikan kata operasional untuk tiap level pada domain sosial
beserta contohnya dalam mata pelajaran biologi (Tabel 15).
Tabel 15. Kata Operasional Domain Sosial Versi Baru

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 33


Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 34
Sumber: Nur’aini (2011)

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 35


BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkatan taksonomi
Bloom yakni: (1) pengetahuan (knowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3)
penerapan (application); (4) analisis (analysis); (5) sintesis (synthesis); dan (6)
evaluasi (evaluation). Tingkatan-tingkatan dalam taksonomi tersebut telah
digunakan hampir setengah abad sebagai dasar untuk penyusunan tujuan-tujuan
pendidikan, penyusunan tes dan kurikulum.
Revisi dilakukan terhadap taksonomi Bloom, yakni perubahan dari kata
benda (dalam taksonomi Bloom) menjadi kata kerja (dalam taksonomi revisi).
Perubahan ini dibuat agar sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan
pendidikan mengindikasikan bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata
kerja) dengan sesuatu (kata benda). Revisi dilakukan oleh Kratwohl dan
Anderson, taksonomi menjadi: (1) mengingat (remember); (2) memahami
(understand); (3) mengaplikasikan (apply); (4) menganalisis (analyze); (5)
mengevaluasi (evaluate); dan (6) mencipta (create).
Pada tahun 1990-an, kelompok psikologi kognitif yang dipimpin oleh
Lorin Anderson (mantan mahasiswa Bloom), melakukan revisi terhadap level
kognitif yang dikembangkan oleh Bloom. Revisi dan pengembangan taksonomi
Bloom terus dilakukan, dan pengembangan yang terbaru adalah pengembangan
taksonomi Bloom menjadi 4 domain yaitu kognitif, afektif, psikomotorik, dan
sosial yang disebut sebagai Developing Human Potential in Four Domains for
Learning and Doing (Dettmer, 2006), dimana keempat ranah ini yang diterapkan
dalam pengembangan kurikulum 2013 (Asmuniv, tanpa tahun).

3.2. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dalam makalah ini yaitu pembaca
diharapkan dalam memahami tentang tingkat kemampuan (level of competence)
dari taksonomi Bloom, sehingga pemahaman itu dapat diinformasikan kembali
kepada orang lain dan dapat diaplikasikan untuk diri sendiri. Selain itu, penulis

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 36


mengharapkan saran yang membangun yang dapat menjadi motivasi dalam
pembuatan makalah-makalah berikutnya sehingga dalam pembuatan makalah
berikutnya, penulis lebih teliti dan lebih baik lagi dalam menyampaikan informasi
dalam bentuk makalah.

Tugas Kelompok 1 Evaluasi Pembelajaran Biologi 37

Anda mungkin juga menyukai