DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 5
Pradipta Adhiswara Potabuga/20105154
Risti Astuti Damulawan/20105034
Sutra Indah Makalalag/
Diva Az Zahra Nafiza Laoh/20105192
Ivana Trimulia Ponge/20105147
Jesita Evani Pinu/20105153
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas perkenan-Nya kami kelompok 5 dapat
menyelesaikan Makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Pengembangan Pembelajaran IPS SD.
Kami menyedari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari apa yang
dikatakan sempurna karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki.
Walaupun demikian, kami berharap bahwa makalah ini dapat diterima dan memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan.
Tidak berlebihan apabila pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan banyak terima kasihn
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Dan tak lupa kami
menyampaikan banyak terima kasih serta seiring doa atas segala amal baik dan perhatian yang
telah diberikan kepada kami.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memenuhi syarat dan manfaat bagi penulis khususya dan
bagi para pembaca pada umumnya.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Taksonomi Bloom
B. Konsep Taksonomi Bloom
C. Tujuan dan Prinsip-Prinsip Taksonomi Bloom
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara bahasa taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu tassein dan nomos. Tassein
yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat
pula diartikan secara istilah yaitu, sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki
(tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum atau masih
luas dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik atau lebih terperinci.
Taksonomi dalam pendidikan dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Pada
Taksonomi Bloom, tujuan pendidikan di bagi menjadi tiga yaitu:
1) Ranah Kognitif, yang meliputi aspek- aspek kognitif pada diri seseorang seperti cara
berfikir, pengetahuan, pemahaman,
2) Ranah Afektif, yang meliputi aspek- aspek perasaan dan emosi seperti bakat, minat,
sikap,
3) Ranah Psikomotorik, yang meliputi aspek- aspek psikomotor seperti olahraga,
menggambar.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori
yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana
sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat
diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah. Taksonomi
ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956,
sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom". Guru sebagai seorang
pendidik perlu memahami berbagai taksonomi tujuan untuk memperoleh wawasan yang
lebih luas tentang tujuan pembelajaran, dan dapat memilih mana yang sesuai dengan
mata pelajaran yang diasuh dan kegiatan pembelajaran yang dirancangnya.
Taksonomi tujuan pembelajaran diperlukan dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Perlu adanya kejelasan terminologi tujuan yang digunakan dalam tujuan pembelajaran
karena tujuan pembelajaran berfungsi untuk memberikan arah kepada proses belajar dan
menentukan perilaku yang dianggap sebagai bukti hasil belajar.
2. Sebagai alat yang akan membantu guru dalam mendeskripsikan dan menyusun tes,
teknik penilaian dan evaluasi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
Penguasaan ranah kognitif peserta didik, meliputi perilaku peserta didik yang
ditunjukkan melalui aspek intelektual, seperti pengetahuan serta keterampilan berpikir.
Pengetahuan serta keterampilan peserta didik, dapat diketahui dari berkembangnya teori-
teori yang dimiliki oleh peserta didik, serta memori berpikir peserta didik yang dapat
menyimpan hal-hal baru yang diterimanya. Misalnya, peserta didik baru belajar
mengenai definisi dari drama, teater, serta tata panggung. Pada umumnya, peserta didik
yang ranah kognitifnya kuat, dapat menghafal serta memahami definisi yang baru
diketahuinya. Selain itu, kemampuan peserta didik dalam mengingat teori yang baru
didapatnya, sangat kuat.
Penguasaaan ranah afektif peserta didik, dapat ditinjau melalui aspek moral, yang
ditunjukkan melalui perasaan, nilai, motivasi, dan sikap peserta didik. Pada ranah
afektiflah pada umumnya peserta didik lemah dalam penguasaannya. Hal ini terbukti
dari maraknya kekerasan yang ada di sekolah. Hal ini tentu berseberangan dengan UUD
1945, pasal 28 B ayat 2 yang mengatakan bahwa, “Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi”. Akan tetapi, mirisnya yang melakukan kegiatan immoral, seperti
kekerasan serta diskriminasi di sekolah, pada dewasa ini, banyak kasus yang pelakunya
adalah peserta didik. Hal ini merupakan cerminan, bahwasanya penguasaan aspek afektif
pada peserta didik belum dapat dikatakan baik. Oleh karena itu, seharusnya peserta didik
yang aspek afektifnya terbangun dengan baik pada proses Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM), memiliki implementasi dari sikap yang baik, berupa saling toleransi dalam
pertemanan, jujur, amanah, serta mandiri, dalam melakukan Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) di sekolah, maupun melakukan berbagai aktivitas di luar sekolah. Sehingga,
peserta didik yang penguasaan pada ranah afektifnya kuat, akan memiliki kehidupan
sosial yang baik, hubungan pertemanan yang baik, serta dapat mengatasi keadaan
genting dengan bijak.
Ranah psikomotorik dapat ditinjau melalui aspek keterampilan peserta didik, yang
merupakan implementasi dari Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas. Peserta didik
tidak cukup hanya menghapal suatu teori, definisi saja, akan tetapi peserta didik juga
harus menerapkan teori yang sifatnya abstrak tersebut, ke dalam aktualisasi nyata. Hal
ini menjadi sebuah tolok ukur, dipahami atau tidaknya sebuah ilmu secara komprehensif
oleh peserta didik. Peserta didik yang memahami suatu ilmu dengan komprehensif,
memiliki daya implementasi yang kuat dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya. Ranah
Psikomotorik juga meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan
kemampuan fisik. Keterampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya.
Perkembangan tersebut dapat diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik
pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang
sederhana hingga tingkat yang rumit.
Pembelajaran afektif dapat dilaksanakan dengan baik dalam upaya mencapai hasil
belajar yang diharapkan bilamana guru memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Sikap dan nilai tidak hanya diperoleh dari proses pembelajaran langsung, akan
tetapi sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain.
2. Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan.
3. Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar prilaku kelompok.
4. Bagaimana para siswa menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan
memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.
5. Dalam banyak kesempatan nilai-nilai penting yang diperoleh pada masa kanak-
kanak akan tetap melekat sepanjang hayat.
6. Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat.
7. Model interaksi guru dan siswa yang positif dalam proses pembelajaran di kelas,
dapat memberikan kontribusi bagi tumbuhnya sikap positif di kalangan siswa.
8. Para siswa dapat dibantu agar lebih matang dengan cara memberikan dorongan bagi
mereka untuk lebih mengenal dan memahami sikap, peranan serta emosi.
Terdapat beberapa hal penting yang perlu diketahui guru berkenaan dengan
pembelajaran psikomotoriik:
1. Perkembangan psikomotorik anak, sebagian berlangsung secara beraturan, dan
sebagian di antaranya tidak beraturan.
2. Di dalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi kemampuan dasar
psikomotorik menentukan taraf penampilan psikomotorik.
3. Struktur ragawi dan system syaraf individu membantu.
4. Melalui aktivitas bermain dan aktivitas informal lainnya para secara lebih baik
siswa akan memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya.
5. Seirama dengan kematangan fisik dan mental, kemampuan belajar untuk
memadukan dan memperluas gerakan motorik akan lebih dapat diperkuat.
6. Faktor-faktor lingkungan memberikan pengarah terhadap bentuk dan cakupan
penampilan psikomotor individu.
7. Penjelasan yang baik, denonstrasi dan partisipasi aktif siswa dapat inenambah
efisiensi belajar psikomotorik.
8. Latihan yang cukup yang diberikan dalam rentang waktu tertentu dapat
memperkuat proses belajar psikomotorik.
9. Tugas-tugas psikomotorik yang terlalu sukar bagi siswa dapat menimbulkan
keputusasaan dan kelelahan yang lebih cepat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti
mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi klasifikasi
atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom,
seorang psikolog bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan
mengenai kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran. Taksonomi Bloom juga adalah
struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga
yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus
dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi
menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual [intellectual behaviors] yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik. Taksonomi Bloom juga merupakan struktur hierarki yang
mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat terendah hingga tertinggi. Setiap tingkatan
dalam Taksonomi Bloom memiliki korelasinya masing-masing. Maka, untuk mencapai
tingkatan yang paling tinggi, tentu tingkatan-tingkatan yang berada di bawahnya harus
dikuasai terlebih dahulu.
Konsep Taksonomi Bloom membagi domainnya menjadi 3 ranah, yaitu :
(1) ranah kognitif,
(2) ranah afektif, dan
(3) ranah psikomotorik. (Utari, 2012)
Prinsip-Prinsip Taksonomi Bloom terbagi atas 3 yaitu:
1. Prinsip Belajar Kognitif
2. Prinsip Belajar Afektif
3. Prinsip Belajar Psikomotorik
DAFTAR PUSTAKA
https://www.dosenpendidikan.co.id/taksonomi-bloom/
https://www.synaoo.com/prinsip-belajar-kognitif-afektif-dan-
psikomotorik/#:~:text=Prinsip%20Belajar%20Afektif,-Pembelajaran%20afektif
%20dapat&text=Sikap%20lebih%20mudah%20dibentuk%20karena,pengaruh
%20terhadap%20proses%20belajar%20afektif
https://www.defantri.com/2017/06/taksonomi-bloom-apa-dan-bagaimana -
menggunakannya.html