Anda di halaman 1dari 7

Abstrak

Supriadin1214@gmail.com
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang
Taksonomi Bloom ranah kognitif merupakan salah satu kerangka dasar untuk
pengkategorian tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes, dan kurikulum. Kurikulum
merupakan pedoman yang digunakan dalam pelaksaanan pendidikan yang memiliki
ketentuan untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum digunakan untuk melaksanakan
pendidikan agar pembelajaran dapat tercapai maksimal. Kurikulum yang berlaku saat ini
adalah kurikulum 2013. Tingkatan taksonomi Bloom yakni: (1) pengetahuan
(knowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3) penerapan (application); (4) analisis
(analysis); (5) sintesis (synthesis); dan (6) evaluasi (evaluation). Tingkatan-tingkatan
dalam taksonomi tersebut telah digunakan hampir setengah abad sebagai dasar untuk
penyusunan tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes dan kurikulum. Revisi dilakukan
terhadap Taksonomi Bloom, yakni perubahan dari kata benda (dalam Taksonomi Bloom)
menjadi kata kerja (dalam taksonomi revisi). Perubahan ini dibuat agar sesuai dengan
tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan pendidikan mengindikasikan bahwa siswa akan
dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata benda). Revisi dilakukan oleh
Kratwohl dan Anderson, taksonomi menjadi: (1) mengingat (remember); (2) memahami
(understand); (3) mengaplikasikan (apply); (4) menganalisis (analyze); (5) mengevaluasi
(evaluate); dan (6) mencipta (create).
Kata Kunci: Revisi Taksonomi Bloom, Ranah Kognitif
Pendahuluan
Kurikulum merupakan pedoman yang digunakan dalam pelaksaanan pendidikan
yang memiliki ketentuan untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum digunakan untuk
melaksanakan pendidikan agar pembelajaran dapat tercapai maksimal. Kurikulum yang
berlaku saat ini adalah kurikulum 2013. Proses pembelajaran yang dilakukan dalam
kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran tematik. Mengukur keberhasilan dalam
mencapai pembelajaran di pengaruhi oleh beberapa komponen, salah satunya penilaian
hasil belajar oleh pendidik. Oleh karena itu untuk keberhasilan dalam mencapai proses
pembelajaran digunakan sistem penilaian. Dalam kurikulum 2013 penilaian yang
digunakan adalah penilaian autentik. Taksonomi ialah klasifikasi atau pengelompokan
benda menurut ciri-ciri tertentu. Taksonomi dalam bidang pendidikan, digunakan untuk
klasifikasi tujuan instruksional ada yang menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan
penampilan, atau sasaran belajar, yang digolongkan dalam tiga klasifikasi umum atau
ranah (domain), yaitu: (1) ranah kognitif, berkaitan dengan tujuan belajar yang
berorientasi pada kemampuan berpikir; (2) ranah afektif berhubungan dengan perasaan,
emosi, sistem nilai, dan sikap hati); dan (3) ranah psikomotor (berorientasi pada
keterampilan motorik atau penggunaan otot kerangka).
Disamping itu dalam penerapan Kurikulum 2013, Permendikbud Nomor 21 tahun
2016 tentang standar isi pendidikan bahwa Bloom Taxonomy yang dikenalkan
sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956 dan
dikembangkan oleh Anderson and Krathwol pada tahun 2001 yaitu taksonomi Bloom
revisi digunakan sebagai rujukan pada Standar Kompetensi Lulusan. Bloom seorang
psikolog membagi pencapaian hasil belajar menjadi 3 dimensi yaitu dimensi Kognitif,
afektif, dan psikomotor. Kemampuan berpikir termasuk kedalam dimensi kognitif.1
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti
mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi
klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan oleh Benjamin

1
Nurul Yuliandini dan Ghullam Hamdu, Pengembangan Soal Tes Berbasis Higher Order Thinking Skill
(Hots) Taksonomi Bloom Revisi di Sekolah Dasar, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekoah Dasar Vol. 6,
No. 1 (2019), 37-46.
Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan
pengembangan mengenai kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran. Bloom, lahir
pada tanggal 21 Februari 1913 di Lansford, Pennsylvania dan berhasil meraih doktor di
bidang pendidikan dari The University of Chicago pada tahun 1942. Ia dikenal sebagai
konsultan dan aktivis internasonal di bidang pendidikan dan berhasil membuat perubahan
besar dalam sistem pendidikan di India. Ia mendirikan the International Association for
the Evaluation of Educational Achievement, the IEA dan mengembangkan the
Measurement, Evaluation, and Statistical Analysis (MESA) program pada University of
Chicago. Di akhir hayatnya, Bloom menjabat sebagai Chairman of Research and
Development Committees of the College Entrance Examination Board dan The President
of the American Educational Research Association. Sejarah taksonomi bloom bermula
ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan
kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di
sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa
untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari
konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan sebenarnya
merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors). Masih
banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat
menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.
Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom.
Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai
dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih
tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan
pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual
(intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.2
Benjamin S. Bloom, pada tahun 1949, mengajukan idenya mengenai pembagian
atau Taksonomi kognitif untuk mempermudah proses penyusunan bank soal sehingga
memiliki tujuan pembelajaran yang sama). Bloom bersama timnya mempublikasikan
Taksonomi tersebut pada tahun 1956. David R. Krathwohl, seorang dari anggota tim
Bloom, mengusulkan Revisi Taksonomi tersebut empat puluh lima tahun kemudian.
Krathwohl bekerja sama dengan tujuh ahli psiko edukasi dan pendidikan. Artikel ini
2
Taksonomi Bloom-Wikipedia bahasa Indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi Bloom diakses
tanggal 3 Mei 2021.
bermaksud untuk menyajikan Revisi Taksonomi Bloom (RTB) sebagai sebuah deskripsi
singkat.3
Taksonomi merupakan cara pengkategorian. Guru mengharapkan anak didiknya
berhasil mempelajari sesuatu. Keberhasilan itu tentu harus dapat diukur. Taksonomi
Bloom bermaksud mempermudah guru membuat klasifikasi apa saja yang harus
dipelajari anak didiknya dalam waktu tertentu. Pada pelajaran mengenai gugus fungsi
dalam mata kuliah kimia organik misalnya, seorang guru ingin mahasiswanya
mempelajari gugus-gugus fungsi apa saja, bagaimana suatu gugus fungsi dengan gugus
fungsi yang lainnya dibedakan, bagaimana mensintesis senyawa dalam gugus fungsi
tertentu, dan reaksi apa saja yang berkaitan dengan masing-masing gugus fungsi. Sejauh
apa guru menginginkan mahasiswanya mempelajari hal-hal tersebut merupakan tujuan
pembelajaran. Taksonomi Bloom mempermudah guru mendefinisikan learning
objectives. Tujuan belajar dilengkapi dengan kata kerja dan kata benda. Kata kerja
mendefinisikan kedalaman penguasaan kognisi yang diinginkan sedangkan kata benda
menunjukkan pengetahuan apa yang diharapkan. Jadi Taksonomi Bloom adalah
pengkatagorian kognisi.4
Anak-anak di masa kecil mereka berada dalam periode yang fundamental atau
sensitif. Selama periode ini, potensi anak muncul dan stimulasi dari lingkungan sangat
penting. Pendidikan adalah salah satunya cara memberikan stimulasi kepada anak untuk
mengoptimalkan perkembangannya (Suryana, 2013). Saat ini usia, apa yang diperoleh
anak akan berkontribusi pada pengembangan keterampilan dan kecerdasan (Edwards,
2009; Trawick, 2007). Pada usia 0-4 tahun perkembangan intelektual anak akan sama
banyaknya sebesar 50%, yang kemudian meningkat menjadi 80% saat mereka berusia 8
tahun (Gardner, 2011) kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan anak perlu dilakukan.
Kecerdasan visual-spasial didefinisikan sebagai Kemampuan mengenali ruang, bentuk
dan warna merupakan salah satu jenis kecerdasan yang membutuhkan stimulasi Sejak
usia dini yang dapat dilakukan melalui kegiatan bermain sebagai salah satu alternatifnya.
Domain Kognitif taksonomi Bloom sering berfungsi sebagai kerangka kerja untuk
mengkategorikan tujuan pendidikan, merancang penilaian, dan kurikulum. Taksonomi

3
Krathwohl, A Revision of Bloom’s Taxonomy An Overvie Theory into Practice, (New York: Longman.
2002) 41.
4
Anderson, L. W., Krathwohl, A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assissing: A Revision of Bloom's
Taxonomy of Educational Objectives. (New York: Longman 2001), 25.
Bloom diawal kelahirannya secara berurutan meliputi: (1) pengetahuan, (2) pemahaman,
(3) aplikasi, (4) analisis, (5) sintesis, dan (6) evaluasi.5
Terkait kecerdasan anak, terdapat sejumlah hasil penelitian dan survei yang
menggambarkan tingkat kecerdasan anak Indonesia. Program Penilaian Studi
Internasional (PISA) di bawah naungan Economic Co-operation and Development
(OECD) melaporkan mereka Hasil survei tahun 2015 dimana nilai matematika Negara
Indonesia menempati urutan ke-63 dari 70 negara di dunia (Gurría, 2016). Selain itu,
Tren Matematika Internasional dan Science Study (TIMSS) yang tergabung dalam
kegiatan Asosiasi Internasional for Evaluation of International Achievement (IEA)
memaparkan hasil survei Indonesia pencapaian yang menduduki peringkat 36 dari 49
TIMSS 2007 dengan perolehan rata-rata nilai 405 dari nilai standar yang telah ditentukan
sebesar 500, yang kemudian nilai rata-rata tercapai oleh Indonesia menurun menjadi 386
(Martin, Mullis, Foy, & Stanco, 2011). Sebelum laporan matematika Kemampuan dan
penurunan prestasi di atas, ada kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan matematis
siswa kemampuan terutama untuk anak-anak prasekolah di taman kanak-kanak.
Memperkenalkan dan menanamkan kemampuan Mengenali bentuk matematika akan
membangun pengalaman yang bermakna dan substansial pengetahuan yang akan
berkontribusi pada perkembangan mereka di masa depan.6
B. Pembahasan
1. Taksonomi Bloom Ranah Kognitif
Taksonomi Bloom mengklasifikasikan perilaku menjadi enam kategori, dari yang
sederhana (mengetahui) sampai dengan yang lebih kompleks (mengevaluasi). Ranah
kognitif terdiri atas (berturut-turut dari yang paling sederhana sampai yang paling
kompleks). Pengetahuan dalam pengertian ini melibatkan proses mengingat kembali hal-
hal yang spesifik dan universal, mengingat kembali metode dan proses, atau mengingat
kembali pola, struktur atau setting. Pengetahuan dapat dibedakan menjadi tiga, yakni: (1)
pengetahuan tentang hal-hal pokok; (2) pengetahuan tentang cara memperlakukan hal-hal
pokok; dan (3) pengetahuan tentang hal yang umum dan abstraksi. Pengetahuan tentang
hal-hal pokok yaitu mengingat kembali hal-hal yang spesifik, penekanannya pada simbol-
simbol dari acuan yang konkret.
5
Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019
6
Ayu Aprilia Pangestu Putri dan Suparno, Recognize Geometry Shapes through Computer Learning in
Early Math Skills, Jurnal Pendidikan Usia Dini Volume 14. Number 1. April 2020.
C. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang dilakukan dengan melihat kondisi objek penelitian secara ilmiah
dengan peneliti sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian kualitatif
peneliti berperan sebagai pengamat penuh untuk mengamati secara langsung kegiatan
warga belajar. Tingkat kepuasaan warga belajar menggunakan teori taksonomi Bloom
dilihat menggunakan instrumen penelitian yaitu lembaran observasi dan soal-soal tes
pemahaman konsep matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematis. Hasil
dari penelitian didapati dari kegiatan tes yang diberikan guru kepada warga belajar.
Kegiatan tes tersebut adalah dengan cara guru melakukan tes yang terdiri dari soal
kemampuan pemahaman konsep dan soal kemampuan pemecahan masalah matematis
Peneliti akan menjelaskan tentang teori taksonomi bloom dan dikaitkan dalam penerapan
materi sistem persamaan linear mata pelajaran matematika program pendidikan
kesetaraan paket C. Selanjutnya peneliti akan menguraikan pelaksanaan taksonomi bloom
pada materi mata pelajaran matematika dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). RPP disusun oleh pengajar dengan tujuan agar guru dapat menyusun materi yang
ingin disampaikan ketika kelas berlangsung. Penelitian juga dikaitkan dengan tingkat
kepuasan warga belajar setelah adanya penerapan teori Taksonomi Bloom pada materi
yang dipelajari. Sasaran utama dari penelitan ini adalah warga belajar PKBM Hang Tuah
Pekanbaru.7
Tujuan kajian ini adalah untuk membincangkan kelemahan Taksonomi Bloom
dalam mengelaskan domain vokasional dan mencadangkan suatu taksonomi yang baharu.
Kajian pembangunan ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Tatakaedah
kajian menggunakan Teknik Delphi yang temu bual bersama tujuh orang pakar bidang
pendidikan vokasional telah dijalankan bagi memperoleh kesepakatan mengenai
pembangunan taksonomi vokasional.8
DAFTAR PUSTAKA

7
Yeni Rita, Irna Liza Muliana, Taksonomi Bloom dalam Materi Sistem Persamaan Linear pada Program
Paket C di PKBM Hang Tuah Pekanbaru Juring (Journal for Research in Mathematics Learning, Vol. 4,
No. 1, Maret 2021), 069 – 080.
8
Noerhaziz, Analisis taksonomi Bloom daam Penilaian Vokasional Pembangunan suatu Taksonomi Baharu
(Jurnal Iqoma Vol 1 Juli 2019), 65.
Nurul Yuliandini dan Ghullam Hamdu, Pengembangan Soal Tes Berbasis Higher Order
Thinking Skill (Hots) Taksonomi Bloom Revisi di Sekolah Dasar, Jurnal Ilmiah
Pendidikan Guru Sekoah Dasar Vol. 6, No. 1 (2019), 37-46.
Taksonomi Bloom-Wikipedia bahasa Indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi
Bloom diakses tanggal 3 Mei 2021.
Krathwohl, A Revision of Bloom’s Taxonomy An Overvie Theory into Practice, (New
York: Longman. 2002) 41.
Anderson, L. W., Krathwohl, A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assissing: A
Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. (New York: Longman
2001), 25.
Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Vol. 4, No. 1, Juli-
Desember 2019
Ayu Aprilia Pangestu Putri dan Suparno, Recognize Geometry Shapes through Computer
Learning in Early Math Skills, Jurnal Pendidikan Usia Dini Volume 14. Number 1.
April 2020.

Anda mungkin juga menyukai