“Taksonomi Bloom”
DI SUSUN
OLEH :
SAMUEL SITORUS
NPM :1909110014
2021
Puja dan puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmatNya penulis dapatmenyelesaikan makalah mengenai“TaksonomiBloom”. Penulis mengha
rapkan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama dalam hal
melakukan kegiatan pembelajaran.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat
berbagai kekeliruan serta masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu,
saran dan kritik sangat penulis harapkan guna menambah wawasan dan agar
nantinya penulis dapat membuat makalah yang lebih baik.
Pada akhirnya penulis berharap agar makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Om Santih, Santih, Santih Om.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………i
Daftar Isi…………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………........................1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………...2
1.4 Manfaat………………………………………………….......................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Taksonomi Bloom……………………………………………...3
2.2 Konsep Dasar Taksonomi Bloom…………………………………........4
2.3 Revisi Taksonomi Bloom……………………………………………….4
2.4 Alasan Taksonomi bloom Diubah………………………......................7
2.5 Dimensi Pengetahuan Taksonomi Bloom………………......................8
2.6 Dimensi Proses Kognitif dalam Revisi Taksonomi Bloom…………….14
2.7 Penggunaan Tabel Taksonomi Pendidikan……………………………..23
BAB III PENUTUP
3.1.Simpulan………………………………………………………………..31
3.2. Saran…………………………………………………………………...34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomotr 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesertta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagaamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena
pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi
nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan pendidikan
dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan
kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal
ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah
laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga
tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun
1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom". Taksonomi bloom merujuk
pada tujuan pembelajaran yang diharapkan agar dengan adanya taksonomi ini para pendidik
dapat mengetahui secara jelas dan pasti apakah tujuan instruksional pelajaran bersifat kognitif,
afektif atau psikomotor. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang
mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada
kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut.
1) Bagaimana sejarah taksonomi bloom?
2) Bagaimana konsep dasar taksonomi bloom?
3) Bagaimana revisi taksonomi bloom?
4) Apa Alasan taksonomi bloom dirubah?
5) Bagaimana dimensi pengetahuan taksonomi bloom?
6) Bagaimana proses kognitif dalam revisi taksonomi bloom?
7) Bagaimana penggunaan tabel taksonomi pendidikan?
1.3 Tujuan
1) Memahami sejarah taksonomi bloom.
2) Memahami konsep dasar taksonomi bloom.
3) Memahami revisi taksonomi bloom.
4) Mengetahui taksonomi bloom dirubah.
5) Mengetahui dimensi pengetahuan taksonomi bloom.
6) Mengetahui proses kognitif dalam revisi taksonomi bloom.
7) Mengetahui penggunaan tabel taksonomi pendidikan.
1.4 Manfaat
Dengan memahami taksonomi bloom pendidik dimudahkan dalam merancang, melaksanakan,
dan menilai pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
1) Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu mengenai konsep itu.
2) Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa terlebih dahulu
memahami isinya.
Dalam bidang pendidikan tujuan-tujuan yang dirumuskan mengindikasikan apa yang
guru inginkan pada siswa mempelajarinya. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru dimaksudkan
mencapai tujuan pembelajaran. Saat ini rumusan tujuan pendidikan oleh Badan Nasional Standar
Pendidikan (BNSP) tertuang dalam Standar Isi dan diperinci dalam Standar Kompetensi (SK)
dan Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan mata pelajaran dan tingkat satuan pendidikan. Guru
diberikan tugas menyusun indikator-indikator ataupun tujuan pembelajarannya yang lebih mudah
dipahami dan diukur berdasarkan dari SK dan KD.
Jika dalam taksonomi Bloom hanya memiliki satu dimensi, sedangkan taksonomi revisi
ini memiliki dua dimensi yaitu proses kognitif dan pengetahuan., Dalam revisi taksonomi Bloom
ada beberapa hal yang mennjadi fokus utama diantaranya bagaimana memilih dan merancang
instrumen-instrumen asesmen yang menghasilkan informasi yang akurat tentang seberapa bagus
hasil belajar siswa sehingga guru dapat yakin bahwa tujuan, aktivitas pembelajaran dan
asesmennya saling bersesuaian.
SK dan KD yang dirumuskan oleh BNSP masih bersifat umum dan belum terukur,
sehingga guru perlu merumuskan indikator/tujuan pencapaian hasil belajar siswa yang lebih
rinci. Tabel taksanomi dapat dipakai untuk mengkategorikan tujuan-tujuan, supaya guru-
guru menarik kesimpulan yang tepat tentang tujuan-tujuan pendidikan. Jika guru menggunakan
tabel taksonomi, maka mereka dapat secara jelas melihat tujuan-tujuan pembelajaran dan
hubungan-hubungan diantara tujuan-tujuan itu.
1) Kategorisasi dalam kerangka berpikir ini memungkinkan para pendidik mengkaji tujuan-tujuan
pendidikan dari kaca mata siswa.
2) Kategorisasi dengan kerangka berpikir ini membantu para pendidik memikirkan berbagai
kemungkinan dalam pendidikan.
3) Kategorisasi dengan kerangka pikir ini membantu para pendidik melihat hubungan integral
antara proses kognitif yang inheren dalam tujuan pendidikan.
4) Mampu menjawab pertanyaan tentang asesmen.
Terdapat perbedaan antara aktivitas dan tujuan pembelajaran. Aktivitas merupakan alat
untuk mencapai tujuan. Tujuan menentukan hasil-akibat-akibat dan perubahan-perubahan yang
diharapkan. Aktivitas-aktivitas pembelajaran seperti membaca buku, mendengarkan, melakukan
eksperimen, berkaryawisata-semua ini merupakan cara untuk mencapai tujuan.Untuk
merumuskan tujuan pembelajaran, harus diketahui terlebih dahulu pengetahuan dan proses
kognitif yang mesti dipelajari dandimiliki.
Revisi Taksonomi Bloom diajukan secara umum untuk lebih melihat ke depan (ahead of
time) dan merespon tuntutan berkembangnya komunitas pendidikan, termasuk pada
bagaimana anak-anak berkembang dan belajar serta bagaimana guru menyiapkan bahan
ajar,seluruhnya mengalami perkembangan yang signifikan bila dibandingkan denganempat puluh
tahun yang lalu. (Anderson et al., 2001 dalam Widodo (2006:2)). Fokus utama revisi taksonomi
Bloom dimaksudkan pada daya aplikasinya terhadap penyusunan kurikulum,
desain instruksional, penilaian dan gabungan ketiganya. Dalam buku A Taxonomy for Learning,
Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives (Anderson
et.al., 2001 dalam Widodo (2006:2)), penyusun melengkapi fokus utama ini dengan bab-bab
terkait tiga kepentingan tersebut.
Dua buah perubahan mendasar dalam Revisi Taksonomi Bloom menurut Anderson
adalah:
1) Revisi Taksonomi Bloom Memfokuskan Pada Aplikasi
Dalam buku ini, menyajikan 11 bab dari 17 bab yang ada untuk membantu aplikasi revisi
taksonomi Bloom dalam tiga bidang utama yaitu penyusunan kurikulum, instruksi pengajaran,
dan assessmen. Komitmen pada aplikasi tiga bidang tersebut selanjutnya mendukung tujuan
Revisi Taksonomi Bloom. Revisi Taksonomi Bloom ditujukan bagi khalayak yang lebih luas
terutama untuk membantu guru pada tingkat sekolah menengah dan akademi. Hal ini berbeda
dengan ide dasar penyusunan Taksonomi Bloom yang lampau di mana Bloom dan timnya
menujukan penyusunan Taksonomi itu dalam rangka mempermudah penyusunan assessment
bagi tingkat perguruan tinggi secara nasional.
2) Perubahan Terminologi
Dalam Taksonomi Bloom yang lama, penekanan lebih diberikan pada keenam kategori
kognisi. Revisi Taksonomi Bloom lebih menekankan sub-kategori sehingga lebih spesifik dan
mempermudah penyusunan kurikulum, assessment dan instruksi pengajaran. Pembahasan
mengenai sub-kategori ini diungkapkan dalam bagian ketiga dari buku ini. Perubahan ini
dipengaruhi oleh riset progresif di bidang pendidikan, neuroscience dan psikologi. Dalam
Taksonomi Bloom yang lama, kategori “knowledge” menjadi kategori utama tingkat pertama.
Revisi taksonomi Bloom “mengeluarkan” kategori “knowledge” ini dari Taksonomi dan
menjadikannya ukuran yang harus dicapai. Artinya, “knowledge” adalah pencapaian kognisi itu
sendiri.
Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata
kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang
lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi
analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena
Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.
2.5 Dimensi Pengetahuan
Siahaan dan Rangkuti (2017:6) Ada empat macam pengetahuan, yaitu: pengetahuan
faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Jenis-
jenis pengetahuan ini sesungguhnya menunjukkan penjenjangan dari yang sifatnya konkret
(faktual) hingga yang abstrak (metakognitif). Dalam taksonomi yang lama, pengetahuan
metakognitif belum dicantumkan sebagai jenis pengetahuan yang juga harus dipelajari siswa.
Jenis dan Subjenis Contoh
A. PENGETAHUAN FAKTUAL - Pengetahuan yang berupa potongan-potongan informasi yang
terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu.
1. Pengetahuan tentang terminologi. Kosakata teknis, symbol-simbol music
2. Pengetahuan tentang detail-detail elemen- Sumber-sumber daya alam pokok, sumber-
elemen yang spesifik. sumber informasi yang reliebel.
B. PENGETAHUAN KONSEPTUAL - Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara
unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersama-sama.
1. Pengtahuan tentang klasifikasi dan kategori Periode waktu geologis, bentuk kepemilikan
2. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi usaha bisnis
3. Pengetahuan tentang teori, model dan struktur Rumus Pythagoras, hokum penawaran dan
permintaan
Teori evolusi, struktur Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR)
C. PENGETAHUAN PROSEDURAL- Bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin
maupun yang baru
1. Pengetahuan tentang keterampilan dalam Keterampilan-keterampilan dalam melukis
bidang tertentu dan algoritme dengan cat air, algoritme pembagian seluruh
2. Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bilangan
bidang tertentu Teknik wawancara, metode ilmiah
3. Pengetahuan tentang kritria untuk menentukan Kriteria yang digunakan untuk menentukan
kapan harus menggunakan prosedur yang tepat. kapan harus menerapkan prosedur hukum
Newton, kriteria yang digunakan untuk menilai
fisibilitas suatu metode
D. PENGETAHUAN METAKOGNITIF- Pengetahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran
serta pengetahuan tentang kognisi diri sendiri
1. Pengetahuan strategis Pengetahuan tentang skema sebagai alat untuk
2. Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif mengetahui struktur suatu pokok bahasan
3. Pengetahuan tantang diri sendiri dalam buku teks, pengetahuan tentang
penggunaan metode penemuan atau pemecahan
masalah
Pengetahuan tentang macam-macam tes yang
dubuat guru, pengetahuan tentang tuntutan
beragam tugas kognitif
Pengetahuan bahwa diri (sendiri) kuat dalam
‘mengkritik esai, tetapi lemah dalam hal
menulis esai; kesadaran tentang tingkat
pengetahuan yang dimiliki oleh diri (sendiri).
Tabel 2.1 Jenis dan Subjenis Dimensi Pengetahuan (Sumber: Anderson dan Krathwohl,
2010:41)
c. Mengaplikasikan (Applying)
Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan
tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun
tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini
mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan
(implementing).
1) Menjalankan (executing)
Menjalankan suatu prosedur rutin yang telah dipelajari sebelumnya. Langkah-langkah yang
diperlukan sudah tertentu dan juga dalam urutan tertentu. Apabila langkah-langkah tersebut
benar, maka hasilnya sudah tertentu pula. Istilah lain untuk menjalankan adalah melakukan
(carrying out).
Contoh soal:
a) Berapa macamkah gamet yang dihasilkan dari hasil persilangan dengan 8 sifat beda?
b) Berapa literkah isi sebuah drum dengan tinggi 1 m dan diameter 25 cm?
2) Mengimplementasikan (implementing)
Memilih dan menggunakan prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan tugas yang baru.
Karena diperlukan kemampuan memilih, siswa dituntut untuk memiliki pemahaman tentang
permasalahan yang akan dipecahkannya dan juga prosedur-prosedur yang mungkin
digunakannya. Apabila prosedur yang tersedia ternyata tidak tepat benar, siswa dituntut untuk
bisa memodifikasinya sesuai keadaan yang dihadapi. Istilah lain untuk mengimplementasikan
adalah menggunakan (using).
Contoh soal:
Seorang petani mempunyai sebidang tanah dengan
bentuk kurang lebih sebagai berikut:
Berapakah luas tanah tersebut?
d. Menganalisis (Analyzing)
Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurunsurnya dan menentukan
bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam
proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: membedakan (differentiating), mengorganisir
(organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributting).
1) Membedakan (differentiating)
Membedakan bagian-bagian yang menyusun suatu struktur berdasarkan relevansi, fungsi
dan penting tidaknya. Oleh karena itu membedakan (differentiating) berbeda dari
membandingkan (comparing). Membedakan menuntut adanya kemampuan untuk menentukan
mana yang relevan/esensial dari suatu perbedaan terkait dengan struktur yang lebih besar.
Misalnya, apabila seseorang diminta membedakan antara apel dan jeruk, faktor warna, bentuk
dan ukuran bukanlah ciri yang esensial. Namun apabila yang diminta adalah membandingkan
hal-hal tersebut bisa dijadikan pembeda. Istilah lain untuk membedakan adalah memilih
(selecting), membedakan (distinguishing) dan memfokuskan (focusing).
Contoh soal:
Beberapa kali di televisi diberitakan ada tumbuhan aneh, misalnya pisang yang tandannya
muncul langsung dari tanah, nanas berbuah 15, ataupun kelapa bercabang tiga. Masyarakat
menanggapi kejadian ini dengan berbagai pendapat, ada yang menyebutnya sebagai tumbuhan
“keramat” namun ada juga yang menganggapnya sebagai keanehan yang “biasa”.
2) Mengorganisir (organizing)
Menemukan sudut pandang, bias, dan tujuan dari suatu bentuk komunikasi.
Contoh: menganalisis mengapa seseorang menulis di surat kabar bahwa hutan di Jawa Barat
masih cukup luas
e. Mengevaluasi
Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam
proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan mengritik
(critiquing).
1) Memeriksa (Checking)
Menguji konsistensi atau kekurangan suatu karya berdasarkan kriteria internal (kriteria yang
melekat dengan sifat produk tersebut).
2) Mengritik (Critiquing)
Menilai suatu karya baik kelebihan maupun kekurangannya, berdasarkan kriteria eksternal.
f. Mencipta (create)
Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses
kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating), merencanakan
(planning), dan memproduksi (producing).
1) Membuat (generating)
Menguraikan suatu masalah sehingga dapat dirumuskan berbagai kemungkinan hipotesis
yang mengarah pada pemecahan masalah tersebut.
2) Merencanakan (planning)
Merancang suatu metode atau strategi untuk memecahkan masalah..
3) Memproduksi (producing)
Membuat suatu rancangan atau menjalankan suatu rencana untuk memecahkan masalah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun simpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi
Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar
yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya
meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Akhirnya pada tahun 1956, Bloom,
Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan
berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi
yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.
2. Untuk lebih mudah memahami Taksonomi Bloom, maka dapat dideskripsikan dalam dua
pernyataan yaitu memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu
mengenai konsep itu dan seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika
tanpa terlebih dahulu memahami isinya.
3. Ada dua buah perubahan mendasar dalam Revisi Taksonomi Bloom menurut Anderson adalah
revisi taksonomi bloom memfokuskan pada aplikasin dan perubahan terminologi.
4. Siahaan dan Rangkuti (2017:5) menyatakan ada beberapa alasan mengapa buku teks Taksonomi
Bloom perlu harus direvisi, yaitu :
(1) Terdapat kebutuhan untuk mengarahkan kembali fokus para pendidik pada buku teks, bukan
sekedar sebagai dokumen sejarah melainkan juga sebagai karya yang dalam banyak hal telaph
mendahului zamannya.
(2) Adanya kebutuhan untuk memadukan pengetahuan-pengetahuan dan pemikiran-pemikiran baru
dalam sebuah kerangka kategorisasi tujuan pendidikan.
(3) Taksonomi merupakan sebuah kerangka berpikir khusus yang menjadi dasar untuk
mengklarifikasikan tujuan-tujuan pendidikan.
(4) Proporsi yang tidak seimbang dalam penggunaan taksonomi pendidikan untuk perencanaan
kurikulum dan pembelajaran dengan penggunaan taksonomi pendidikan untuk asassmen.
(5) Pada kerangka berpikir taksonommi karya Benjamin Bloom lebih menekankan enam
kategorinya (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan eveluasi) daripada sub-
kategirinya. Ketidakseimbangan proporsi subkategori dari Taksonomi Bloom.
5. Siahaan dan Rangkuti (2017:6) Ada empat macam dimensi pengetahuan, yaitu: pengetahuan
faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Jenis-
jenis pengetahuan ini sesungguhnya menunjukkan penjenjangan dari yang sifatnya konkret
(faktual) hingga yang abstrak (metakognitif). Dalam taksonomi yang lama, pengetahuan
metakognitif belum dicantumkan sebagai jenis pengetahuan yang juga harus dipelajari siswa.
6. Siahaan dan Rangkuti (2017:13) Jumlah dan jenis proses kognitif tetap sama seperti dalam
taksonomi yang lama, hanya kategori analisis dan evaluasi ditukar urutannya dan kategori
sintesis kini dinamai membuat (create).Seperti halnya taksonomi yang lama, taksonomi yang
baru secara umum juga menunjukkan penjenjangan, dari proses kognitif yang sederhana ke
proses kognitif yang lebih kompleks. Namun demikian penjenjangan pada taksonomi yang baru
lebih fleksibel sifatnya. Artinya, untuk dapat melakukan proses kognitif yang lebih tinggi tidak
mutlak disyaratkan penguasaan proses kognitif yang lebih rendah. Berikut ini merupakan
perbedaan piramida Taksonomi Bloom sebelum revisi dan sesudah revisi.
7. Tabel taksonomi digunakan untuk membantu guru-guru dan pendidik lainnya setidaknya dengan
3 cara. Pertama, tabel taksonomi dapat membantu guru-guru dapat memahami tuhuan-tujuan
pembelajaran mereka (tujuan-tujuan yang mereka buat sendiri dan tujuan-tujuan yang telah
disediakan oleh pihak lain). Kedua, dengan pemahaman yang lebih utuh perihal tujuan-tujuan
pembelajaran, guru-guru dapat menggunakan tabel taksonomi untuk membuat keputusan-
keputusan yang lebih bagus mengenai bagaimana mengajar dan mengakses siswa dalam
kerangka tujuan-tujuan pembelajaran itu. Ketiga, tabel taksonomi dapat membantu mereka
menentukan seberapa sesuai antara tujuan, asesmen, dan pembelajarannya dengan cara yang
tepat.
3.2 Saran
Taksonomi Bloom penting untuk dipelajari bagi para calon pendidik untuk memudahkan
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.
Daftar Pustaka
Juhrodin.Udin.2006.“RevisiTaksonomiBloom”.Dalamhttps//www.academia.edu/6774013/
Revisi_Taksonomi_Bloom. Diunduh 25 September 2018.
Prastowo, Andi. 2015. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadui. Jakarta:
Prenamedia Group.
Siahaan, Mika Febriani dan Mika Rahmi Rangkuti. 2017. “Taksonomi Bloom Revisi dan
Kaitannya dengan Versi Konvensional. Medan: Universitas Pendidikan Medan.
Widodo, Ari. 2006. “Revisi Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal”. Buletin
Puspedik. Volume 3, (halaman 2-14).