Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Perkembangan Kognitif
Peserta Didik ” dengan baik,sholawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga ,sahabat,dan seluruh pengikutnya. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada “ bu Asma’ul husna,S.Ag., M.pd” selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi PPD
. Berkat tugas yang diberikan ini kami dapat menambah wawasan berkaitan dengan materi yng
dibahas dalam makalah ini.
Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna,,maka sebab itu kami memohon maaf atas kesalahan dan ketidak sempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Kami juga mengharakan kritik dan sran dari pembaca
agar kedepannya kami bisa membuat makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bisa
menambah wawasan dan bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii | P a g e
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 8
B. Saran ...................................................................................................................... 8
iii | P a g e
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan kognitif anak adalah semua hal tentang belajar. Perkembangan kognitif
meliputi kemampuan anak sekolah memecahkan masalah matematika hingga keberanian anak
usia sekolah mengajukan pertanyaan setelah mereka membaca sesuatu.
Taksonomi bloom adalah struktur hierarki yang mengidentifikasi keterampilan berpikir
mulai dari jenjang yang rendah hingga jenjang yang tinggi. Taksonomi Bloom pertama kali
diterbitkan pada tahun 1956 oleh seorang psikolog pendidikan yaitu Benjamin Bloom.
Kemudian pada tahun 2021 direvisi oleh Krathwohl dan para ahli aliran kognitivisme.
Sehingga Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl
(2021:66-88) yakni: mengingat (remember), memahami/mengerti (understand), menerapkan
(apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create).Hasil
revisi ini yang kita kenal dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi yang dibuat hanya
pada ranah kognitif dengan menggunakan kata kerja.
Dalam taksonomi Bloom pemahaman termasuk dalam taksonomi hasil belajar ranah
kognitif. Ranah kognitif merupakan ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Pemahaman
merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah seseorang
itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan
dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu
dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan
berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah satu contoh hasil belajar
ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini adalah peserta didik atas pertanyaan guru
Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung
dalam surat al-„Ashar secara lancar dan jelas.Apabila peserta didik telah mampu memahami
suatu materi Pendidikan Agama Islam, maka peserta didik akan selalu memperhatikan mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam, akan disiplin dalam mengikuti pelajaran agama di sekolah,
termotivasi yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran Agama Islam yang
diterimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru Pendidikan Agama
Islam, dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu konsep Taksonomi Bloom?
1|Page
2. Bagaimana revisi Taksonomi Bloom?
3. Apa kekuatan dan kelemahannya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Taksonomi Bloom
2. Untuk mengetahui revisinya
3. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahannya
2|Page
BAB II PEMBAHASAN
Taksonomi merupakan sistem klasifikasi (Yaumi, Muhammad: 2013) yang berasal dari
bahasa Yunani dan mengandung dua arti yaitu “Taxis/ pengaturan” dan “Nomos/ ilmu
pengetahuan” (Wibowo, Tri: 2007). Taksonomi Bloom berangkat dari pemikiran seorang
psikolog pendidikan yaitu Dr. Benjamin Boom (1956) yang membentuk pemikiran pendidikan
pada level yang lebih tinggi, yaitu menganalisis dan mengevaluasi konsep, proses, prosedur,
dan prinsip, bukan hanya mengingat fakta/hafalan (Zhou & Brown, 2017). Pada tahun 1956,
Bloom menerbitkan karyanya yang berjudul “Taxonomy of Educational Objective Cognitive
Domain”, dilanjutkan pada tahun 1964 dengan karyanya “Taxonomy of Educataional
Objectives, Affective Domain”. Produktifitas Bloom tidak berhenti sampai di situ. Pada tahun
1971,Bloom yang berjudul “Developing Talent in Young People” (Winkel, 2007).
3|Page
B. Revisi Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom dibagi menjadi tiga ranah, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik.
Tiga domain tersebut penting dalam pembelajaran. Namun, domain kognitiif seperti pada
penjelasan di atas lebih banyak digunakan.
Taksonomi Bloom versi revisi, jenis pengetahuan dibagi menjadi 4 (empat) yaitu:
Seiring perkembangan teori pendidikan, Krathwohl dan para ahli psikologi aliran
kognitivisme lainnya merevisi taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil
perbaikan tersebut dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom
(Effendi, 2015, hlm.73). Pada Revisi Taksonomi Bloom, Tingkatan berpikir tersebut
dikelompokkan lagi menjadi dua, yakni C1 hingga C3 sebagai Low Order Thinking Skill atau
kemampuan berpikir tingkat rendah, dan C4 hingga C6 sebagai Higher Order Thinking
Skill yang berarti kemampuan berpikir tingkat tinggi. Setiap poin tingkat kognitifnya juga
mengalami sedikit penyesuaian. Menurut Tim Pusat Penilaian Pendidikan (2019, hlm.3) dalam
Taksonomi Bloom yang direvisi oleh Krathwohl dan Anderson, dirumuskan 6 level proses
berpikir, yaitu:
1. mengingat (remembering),
yakni mengingat kembali suatu fakta atau gagasan;
2. memahami (understanding),
yaitu mampu menerjemahkan suatu konsep, kaidah, atau prinsip;
4|Page
3. menerapkan (applying),
mampu memecahkan suatu masalah menggunakan metode, konsep, atau prosedur;
4. menganalisis (analyzing),
dapat mengenali, menguraikan, serta mengkritisi suatu struktur, bagian atau hubungan;
5. mengevaluasi (evaluating),
mampu menilai hasil karya, mutu suatu tulisan berdasarkan norma internal, dan
6. mengkreasi (creating),
yaitu dapat menghasilkan karangan, teori, klasifikasi, proposal, tulisan ilmiah, karya.
Untuk memperjelas revisi yang dilakukan oleh Krathwohl & Anderson, berikut adalah
perbandingan Taksonomi Bloom sebelum dan sesudah di revisi.
C1 Pengetahuan Mengingat
C3 Penerapan Mengaplikasikan
C4 Analisis Menganalisis
C6 Evaluasi Mengkreasi
5|Page
Dalam revisi Taksonomi Bloom ini pula, tingkat berpikir siswa dibedakan menjadi dua
yaitu berpikir tingkat rendah/dasar dan berpikir tingkat tinggi. Menurut Resnick dan Thompson
(dalam Dewanti, 2020, hlm. 19) berpikir tingkat dasar (lower order thinking) hanya
menggunakan proses terbatas pada hal-hal rutin dan bersifat mekanis, sedangkan berpikir
tingkat tinggi (higher order thinking) membuat peserta didik untuk menginterpretasikan,
menganalisa atau bahkan mampu memanipulasi informasi sebelumnya sehingga tidak
monoton.
Jika kita lompat kedalam Taksonomi Bloom versi terbaru ada beberapa kekuatan.
Antaranya ialah Taksonomi Bloom versi baru membedakan antara “tahu tentang sesuatu
(knowing waht)”, isi dari pemikirannya itu sendiri, dan “tahu tentang bagaimana melakukannya
(Knowing how)”, sebagaimana prosedur yang digunakan dalam menyelesaikan masalah.
Menurut taksonomi tersebut dimensi pengetahuan adalah “tahu tentang sesuatu”, yang
memiliki empat kategori yaitu: faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.
Pengetahuan yang bersifat faktual melibatkan bagian-bagian terkecil yang terpisah-pisah
dari informasi, sebagaimana definisi kosakata dan pengetahuan tentang hal-hal khusus yang
terperinci. Pengetahuan yang bersifat konseptual pula terdiri dari berbagai sistem infromasi,
seperti bermacam-macam klasifikasi dan kategori.
Pengetahuan yang bersifat prosedural pula termasuk algoritma, heuristics atau aturan
baku, teknik dan metode, sebagaimana pengetahuan tentang bagaimana kita harus
menggunakan berbagai prosedur tersebut.
Pengetahuan yang bersifat metakognitif pula menggerakan kepada pengetahuan atas
proses-proses berfikir dan informasi tentang bagaimana memanipulasi proses-proses tersebut
secara efektif.
Dalam taksonomi bloom ini, dimensi proses kognitif yang telah diperbaiki daripada
taksonomi bloom versi lama mempunyai enam proses dari yang paling sederhana hingga yang
paling rumit yaitu Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, Mengevaluasi dan
Menciptakan.
Proses mengingat adalah mengingati kembali infromasi yang sesuai dari ingatan jangka
panjang. Proses memahami pula adalah kemampuan untuk memahami secara mendalam dari
bahan pendidikan, seperti bahan bacaan dan penjelasan guru. Kecakapan turunan dari proses
6|Page
ini melibatkam kemahiran memahami, mencontohkan, membuat klasifikasi, meringkas,
menyimpulkan.
Proses ketiga yaitu menerapkan, melibatkan kepada pengguna prosedur yang telah
dipelajari baik dalam situasi yang telah dikenal maupun pada situasi yang baru. Proses
berikutnya adalah menganalisis, terdiri dari memecah pengetahuan menjadu bagian-bagian
kecil dan memikirkan bagaimana bagian-bagian tersebut berhubungan dengan struktur
keseluruhan.
Menciptakan ialah proses yang tidak terdapat dalam taksonomi bloom versi lama. Proses
ini adalah komponen tertinggi dalam Taksonomi Bloom versi baru ini. Kecakapan ini
melibatkan usaha untuk meletakkan berbagai perkara secara bersama untuk menghasilkan
suatu pengetahuan baru.
Sesuai dengan taksonomi ini, setiap tingkat dari pengetahuan dapat berhubungan dengan
setiap tingkat dari proses kognitif sehingga seorang pelajar dapat mengingat pengetahuan yang
bersifat faktual atau prosedural, memahami pengetahuan yang bersifat konseptual atau
metakognitif, atau menganalisis pengetahuan metakognitif atau faktual.
7|Page
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Taksonomi bloom dan revisinya merupakan tingkatan yang digunakan sebagai panduan
guru dalam menyusun soal untuk mencapai tujuan pembelajaran. Perbaikan dalam revisi
taksonomi bloom dapat dijadikan acuan dalam menyusun soal mulai dari jenjang terendah
(mengingat) sampai jenjang tertinggi (mengkreasi). Tujuan pada tingkatan yang tertinggi tidak
dapat dicapai sebelum mencapai tujuan pada tingkatan di bawahnya. Penting bagi guru untuk
tidak terjebak pada kata kerja operasional yang terkadang sama untuk tingkatan yang berbeda.
Sebaiknya membuat soal sesuai dengan pengertian masing-masing tingkatan. Beberapa soal di
atas dapat dijadikan contoh dalam menyusun tujuan pembelajaran dan alat tesnya.
B. Saran
Penulisan makalah ini disadari jauh dari kesempurnaan, tiada gading yatak retak. Oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat saya harapkan demi kesempurnaan karya
selanjutnya.
8|Page
DAFTAR PUSTAKA
9|Page