Anda di halaman 1dari 15

Evaluasi Pendidikan

TAKSONOMI BLOOM

Di Susun Oleh :
Kelompok 4
Cut Ayu Lita Azmi 201926007
Dhea Salsabila 201926010
Nurfitri Akhira 201926023

Dosen Pengampu :
Samsul Bahri, S.Pd., M.Pd.

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE
2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Taksonomi Bloom
B. Klasifikasi Taksonomi Bloom
C. Prinsip Belajar yang Melandasi Taksonomi Bloom
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Segala puji atas kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkaan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan karunia dan rahmat-Nya kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini dalam bentuk maupun isi nya yang sangat sederhana, guna
memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, terkhusus dari Dosen
Pengajar guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk bisa menjadi lebih
baik di masa yang akan datang.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat membantu dan menambah pengetahuan
kami dan juga bagi para pembaca.

Lhokseumawe, 12 Maret 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan luhur, karena pada hakikatnya kita
akan terus belajar hingga sampai akhir hayat nanti. Pendidikan biasanya berawal saat seorang
bayi dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Dan pendidikan itu juga bisa saja berawal dari
sebelum bayi lahir, karena berdasarkan realita yang kita lihat ada sebagian orang yang
memperdengarkan musik atau membacakan berbagai macam cerita kepada bayi yang masih
di dalam kandungan dengan harapan agar bayi mereka nantinya dapat menjadi individu yang
cerdas.

Pendidikan itu sendiri pada dasarnya merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
manusia untuk memperluas pengetahuannya, guna untuk meningkatkan taraf hidup yang
lebih baik. Pendidikan dijadikan sebagai wadah untuk tumbuh dan berkembangnya kesadaran
setiap individu akan pentingnya ilmu pengetahuan, untuk merealisasikan tujuan nasional
pendidikan itu sendiri, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam


hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan
psikomotor. Dari setiap domain tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara hierarki (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang
sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Taksonomi ini pertama kali disusun
oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut
sebagai "Taksonomi Bloom".

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Taksonomi Bloom?
2. Apa saja Klasifikasi Taksonomi Bloom?
3. Bagaimana Prinsip Belajar yang Melandasi Taksonomi Bloom?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Taksonomi Bloom.
2. Untuk mengetahui Apa saja Klasifikasi Taksonomi Bloom.
3. Untuk mengetahui Bagaimana Prinsip Belajar yang Melandasi Taksonomi Bloom.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Taksonomi Bloom

Taksonomi berasal dari bahasa Yunani taxis yang berarti pengaturan dan nomos yang
berarti ilmu pengetahuan.1 Taksonomi adalah sistem klasifikasi.2 Taksonomi berarti ilmu
yang mempelajari tentang klasifikasi.

Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin S. Bloom.,
seorang psikolog bidang pendidikan beserta dengan kawan-kawannya. Pada tahun 1956,
terbitlah karya “Taxonomy of Educational Objective Cognitive Domain”, dan pada tahu 1964
terbitlah karya “Taxonomy of Educataional Objectives, Affective Domain”, dan karyanya
yang berjudul “Handbook on Formative and Summatie Evaluation of Student Learning” pada
tahun 1971 serta karyanya yang lain “Developing Talent in Young People” (1985).
Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran atau tujuan pendidikan menjadi tiga domain
(ranah kawasan): kognitif, afektif, dan psikomotor.3 Dan setiap ranah tersebut dibagi kembali
ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya.

Beberapa istilah lain yang juga meggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain
tersebut yang secara konvensional telah lama dikenal taksonomi tujuan pendidikan yang
terdiri atas aspek cipta, rasa, dan karsa. 4 Selain itu, juga dikenal istilah penalaran,
penghayatan dan pengamalan.

B. Klasifikasi Taksonomi Bloom


Adapun klasifikasi Taksonomi Bloom adalah sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif (cognitive domain)


Ranah kognitif merupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan aspek-aspek
pengetahuan, penalaran, atau pikiran.5 Bloom membagi ranah kognitif ke dalam
enam tingkatan, yaitu:
1) Pengetahuan (knowlegde)
1
Muhammad Yaumi, Prisip-Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 88.
2
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 468.
3
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia, 1987), hlm. 149.
4
Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan I, (Jakarta: Grasindo, 1992), hlm. 32.
5
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: RinekaCipta, 2009), hlm. 298
Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan
disimpan dalam ingatan. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali
pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal
kembali (recognition). Kemampuan untuk mengenali dan mengingat
peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip
dasar, dan sebagainya.6
Contoh soal :
1. siapakah yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945?
2. Siapakah presiden ke-2 Indonesia?
3. Apakah kepanjangan dari NKRI?
2) Pemahaman (comprehension)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menangkap makna dan
arti tentang hal yang dipelajari.7
Contoh :
Dari tiga benda dibawah ini manakah yang merupakan bangun datar yang
berbentuk persegi panjang?
a. Gelang, buku, meja
b. Meja ,buku, papan tulis
c. Penghapus papan, jendela, hulahup
d. Handphone, buku, keramik
3) Penerapan (application)
Kemampuan untuk menerapkan pemahamannya terhadap suatu kaidah atau
metode untuk menghadapi suatu kasus atau problem yang konkret atau nyata
dan baru.8
Contoh soal :
Jika diketahui panjang sisi sebuah persegi adalah 12 cm, maka kelilingnya
adalah….cm
a. 49 b. 48
c. 47 d. 46
Pembahasan
dik : s = 12 cm
6
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 27.
7
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, hlm. 150.
8
Ibid., hlm. 150.
dit : K = ⋯?
Penyelesaian
K=4×s
= 4 × 12 cm
= 48 cm
4) Analisis (analysis)
Di tingkat analisis, sesorang mampu memecahkan informasi atau materi yang
kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan
informasi lain.9
Contoh soal :
Pada masa politik etis, pendidikan mulai gencar digalakkkan di daerah jajahan
hindia belanda. kesejahteraan ditingkatkan melalui imigrasi dan emigrasi. apa
yang melatarbelakangi diterapkannnya politik etis di Indonesia oleh
pemerintah hindia belanda?
5) Sintesis (synthesis)
Kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. 10 Bagian-bagian
dihubungkan satu sama lain. Kemampuan mengenali data atau informasi yang
harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Adanya kemampuan
ini dinyatakan dalam membuat suatu rencana penyusunan satuan pelajaran.
Contoh soal :
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, kehidupan masyarakat Indonesia
tidak dapat dikatakan baik. kekacauan yang terjadi pasca proklamasi berakibat
buruk terhadap berbagai sektor dalam kehidupan. jelaskan bagaimana keadaan
umum perekonomian Indonesia pasca kemerdekaan!
6) Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu materi pembelajaran,
argumen yang berkenaan dengan sesuatu yang diketahui, dipahami, dilakukan,
dianalisis dan dihasilkan.11
Contoh soal :
Banyak pendapat dari para ahli tentang masuk dan berkembangnyanya Islam
Nusantara, menurut mereka Islam masuk kemudian dengan jalan damai
melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, kesenian, dan politik. Ketika
9
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan,terj. Tri Wibowo, hlm. 468.
10
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, hlm. 151.
11
Muhammad Yaumi, Prisip-Prinsip Desain Pembelajaran, hlm. 92
Islam telah melembanga dalam sebuah kerajaan atau kesultanan, adakalanya
islam disebarkan oleh pihak kerajaan dengan jalan penaklukan dan peperangan
dengan daerah lain. Dari kenyataan tersebut, tepatkah pendapat yang
menyatakan Islam tersebar di Nusantara dengan jalan damai?

b. Ranah Afektif (affective domain)


Ranah afektif merupakan kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan
reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran. 12 Kawasan afektif yaitu kawasan
yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan
terhadap moral dan sebagainya. Ranah afektif terdiri dari lima ranah yang
berhubungan dengan respons emosional terhadap tugas. Pembagian ranah afektif
ini disusun oleh Bloom bersama dengan David Krathwol, antara lain:
1) Penerimaan (receiving)
Seseorang peka terhadap suatu perangsang dan kesediaan untuk
memperhatikan rangsangan itu, seperti penjelasan yang diberikan oleh guru.13
Dan memilliki kemampuan untuk menunjukkan atensi dan penghargaan
terhadap orang lain, seperti mendengar pendapat orang lain.
Contoh soal :
Tidak semua organel di dalam sel tumbuhan terdapat dalam sel hewan,
namun semua organel yang ada di dalam sel hewan terdapat di sel tumbuhan.
(setuju atau tidak setuju)
2) Partisipasi (responding)
Tingkatan yang mencakup kerelaan dan kesediaan untuk memperhatikan
secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.14
Contoh soal :
Bagaimana pendapat setiap kelompok seandainya semua penjahat Negara
(koruptor) diberi hukuman mati atas perbuatannya?

3) Penilaian atau Penentuan Sikap/menghargai (valuing)


Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri
sesuai dengan penilaian itu.15

12
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 298.
13
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, hlm. 152
14
DimyatidanMudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 28.
15
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, hlm. 152.
Contoh soal :
Kadal berkembang biak secara ovovivipar. (benar atau salah)
4) Organisasi (organization)
Kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan
pegangan dalam kehidupan sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang
membawa pada perbaikan umum.16
Contoh soal :
Buatlah sususan atau silsilah keluarga Nabi Muhammad!
5) Pembentukan Pola Hidup (characterization by a value)
Kemampuan untuk menghayati nilai kehidupan, mengacu kepada karakter
dan daya hidup seseorang (keteraturan pribadi, sosial, dan emosi jiwa). 17
Mampu mengendalikan perilaku berdasarkan nilai yang dianut dan
memperbaiki hubungan intrapersonal, interpersonal, dan sosial.
Contoh soal :
Apa yang akan kamu lakukan ketika melihat temanmu diperlakukan dengan
tidak baik oleh teman yang lain?

c. Ranah Psikomotor (psychomotoric domain)


Ranah psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan jasmani.18 Rincian dalam ranah ini tidak dibuat oleh Bloom, namun
oleh ahli lain yang berdasarkan ranah yang dibuat oleh Bloom, antara lain:
1) Persepsi (perception)
Kemampuan untuk menggunakan isyarat-isyarat sensoris dalam memandu
aktivitas motrik. Penggunaan alat indera sebagai rangsangan untuk menyeleksi
isyarat menuju terjemahan.19 Misalnya, pemilihan warna.
2) Kesiapan (set)
Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai suatu gerakan. 20
Kesiapan fisik,mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. Misalnya,
posisi start lomba lari.
3) Gerakan terbimbing (guided response)

16
Ibid., hlm. 152.
17
Ibid., hlm. 153
18
DimyatidanMudjiono, Belajardan Pembelajaran, hlm. 298.
19
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, hlm. 98.
20
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, hlm. 153.
Kemampuan untuk melakukan suatu gerakan sesuai dengan contoh yang
diberikan.21
4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response)
Kemampuan melakukan gerakan tanpa memperhatikan lagi contoh yang
diberikan karena sudah dilatih secukupnya.22
5) Gerakan yang kompleks (complex response)
Kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak
tahap dengan lancar, tepat dan efisien.23
6) Penyesuaian pola gerakan (adjusment)
Kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerakan
dengan persyaratan khusus yang berlaku.24
7) Kreativitas (creativity)
Kemampuan untuk melahirkan pola gerakan baru atas dasar prakarsa atau
inisiatif sendiri.25

Adapun menurut Dave (1967) dalam penjelasannya mengatakan bahwa hasil


belajar psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu:
1) Imitasi, adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama
persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Contohnya, seorang
peserta didik dapat memukul bola dengan tepat karena pernah melihat atau
memperhatikan hal yang sama sebelumnya.
2) Manipulasi, adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum
pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja.
Contohnya, seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat hanya
berdasarkan pada petunjuk guru atau teori yang dibacanya.
3) Presisi, adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat
sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Contohnya, peserta
didik dapat mengarahkan bola yang dipukulnya sesuai dengan target yang
diinginkan.

21
Ibid., hlm. 153.
22
Ibid., hlm. 153.
23
Ibid., hlm. 154.
24
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 30.
25
Ibid., hlm. 30.
4) Artikulasi, kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepat sehingga
hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Contohnya, peserta didik dapat
mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola
sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini, peserta didik sudah
dapat melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari dengan arah dan
kecepatan tepat serta memukul bola dengan arah yang tepat pula.
5) Naturalisasi, adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni
kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi.
Contohnya, tanpa berpikir panjang peserta didik dapat mengejar bola
kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan
target yang diinginkan.

C. Prinsip Belajar yang Melandasi Taksonomi Bloom


Prinsip belajar sebagai dasar dalam upaya pembelajaran ini meliputi : 26
a. Kematangan Jasmani dan Rohani
Kematangan jasmani ini, telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi
fisiknya cukup kuat untuk melakuka kegiatan belajar. Sedangkan kematangan
rohani yaitu telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan
kegiatan belajar seperti kemampuan berpikir, ingatan dan sebagainya.
b. Kesiapan
Kesiapan ini harus dimiliki oleh seorang yang hendak melakukan kegiatan belajar
yaitu kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlegkapan belajar.
c. Memahami Tujuan
Setiap orang yang belajar harus memahami apa dan ke mana arah tujuannya serta
manfaat apa bagi dirinya.
d. Memiliki Kesungguhan
Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan belajar agar hasil yang diperoleh
memuaskan dan penggunaan waktu dan tenaga tidak terbuang percuma yaitu lebih
efisien.
e. Ulangan dan Latihan Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam
otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan.

26
Dalyono, Psikologi Pendidikan, hlm. 51-52.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dengan adanya taksonomi Bloom,tenaga pendidik dapat merencanakan pembelajaran
sesuai dengan capaian pembelajaran.
2. Melalui pembagian ranah pada taksonomi Bloom, tenaga pendidik dapat dengan
mudah membuat evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
3. Melalui taksonomi bloom, tenaga pendidik dapat mengetahui kesiapan dan
kesungguhan siswa dalam proses belajar-mengajar.
4. Tenaga pendidik dapat memahami bahwa capaian pembelajaran dapat dilihat dari
segi kognitif, afektif, dan psikomotor.

B. Saran
1. Sebaiknya para tenaga pendidik dapat mengevaluasi siswa dari berbagai ranah, tidak
hanya mengukur tingkat pengetahuan saja.
2. Para pendidik sebaiknya dapat membuat perangakat pembelajaran dengan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Dalyono. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.


Jamal Lisma, Zahara. I. (1992). Pengantar Pendidikan I. Jakarta: Grasindo.
Mudjiono, Dimyati. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Santrock, J. W. (2007). Psikologi Pendidikan, terj Tri Wibisono. Jakarta: Kencana.
Winkel, W. (1987). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Yaumi, M. (2013). Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai