Anda di halaman 1dari 69

Taksonomi Bloom

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan


pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disoleh Benjamin S. Bloom pada
tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa
domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke
dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.usun

Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:

Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang


menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.

Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang


menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi,
dan cara penyesuaian diri.

Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang


menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan,
mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan
ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki
Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal
istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.

Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari
tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks.
Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah
laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif,
untuk mencapai pemahaman yang berada di tingkatan kedua juga
diperlukan pengetahuan yang ada pada tingkatan pertama.

Daftar isi

Domain Kognitif

Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri


dari dua bagian: Bagian pertama berupa Pengetahuan (kategori 1) dan
bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori
2-6)

Pengetahuan (Knowledge)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan,


definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb.
Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang
yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas,
karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk
produk.

Pemahaman (Comprehension)

Berisikan kemampuan mendemonstrasikan fakta dan gagasan


mengelompokkan dengan mengorganisir, membandingkan,
menerjemahkan, memaknai, memberi deskripsi, dan menyatakan
gagasan utama

Terjemahan

Pemaknaan

Ekstrapolasi

Pertanyaan seperti: Membandingkan manfaat mengkonsumsi apel dan


jeruk terhadap kesehatan

Aplikasi (Application)

Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan


gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja.
Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya
reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu
merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam
bentuk fish bone diagram.

Analisis (Analysis)

Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang


masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian
yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah
skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu
memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan
tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap
penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.
Sintesis (Synthesis)

Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu


menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya
tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus
didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di
tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk
menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya
terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.

Evaluasi (Evaluation)

Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi,


gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau
standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu
menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan
efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb.

Domain Afektif

Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.

Penerimaan (Receiving/Attending)

Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya.


Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian,
mempertahankannya, dan mengarahkannya.

Tanggapan (Responding)

Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya.


Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan
tanggapan.

Penghargaan (Valuing)

Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek,
fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari
serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.

Pengorganisasian (Organization)

Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya,


dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.

Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value


Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga
menjadi karakteristik gaya-hidupnya.

Domain Psikomotor

Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain
berdasarkan domain yang dibuat Bloom.

Persepsi (Perception)

Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu


gerakan.

Kesiapan (Set)

Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.

Guided Response (Respon Terpimpin)

Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di


dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.

Mekanisme (Mechanism)

Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil


dengan meyakinkan dan cakap.

Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)

Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola


gerakan yang kompleks.

Penyesuaian (Adaptation)

Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam


berbagai situasi.

Penciptaan (Origination)

Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi, kondisi atau
permasalahan tertentu.

Rujukan

Bloom, B. S. ed. et al. (1956). Taxonomy of Educational Objectives:


Handbook 1, Cognitive Domain. New York: David McKay.

Gronlund, N. E. (1978). Stating Objectives for Classroom Instruction 2nd


ed. New York: Macmilan Publishing.
Krathwohl, D. R. ed. et al. (1964), Taxonomy of Educational Objectives:
Handbook II, Affective Domain. New York: David McKay.

Artikel bertopik pendidikan ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat


membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT


Rosda Karya Remaja.

Gendler, Margaret E..1992. Learning & Instruction; Theory Into Practice.


New York: McMillan Publishing.

Moh. Surya. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB -


IKIP Bandung.

Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.


Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya. W. Gulo. 2005. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta : Grasind

Benjamin S. Bloom

Benjamin S. Bloom lahir pada 21 februari 1913 di Lansford Pennsylvania,


dan meninggal pada tanggal 13 September 1999. Dia menerima gelar
sarjana dan gelar master dariPennsylvaniaStateUniversitypada tahun
1935 danPh.D.PendidikandariUniversityofChicagoMaret 1942. Ia menjadi
anggota staff Board of Examinations di University of Chicagopada tahun
1940 dan bertugas sampai 1959. Ia juga adalah seorang guru, penasihat
pendidikan dan psikologi pendidikan.

Penunjukan awalnya sebagai instruktur di


Departemen Pendidikan University of Chicago dimulai tahun 1944 dan
akhirnya ia ditunjuk Charles H. Swift Distinguished Service sebagai
Profesor pada tahun 1970. Ia menjabat sebagai penasihat pendidikan
pemerintahIsrael,Indiadan banyak negara lain,

Pada tahun 2001 Lorin W. Anderson mantan siswa Bloom bekerja sama
dengan salah satu mitra Bloom yaitu David Krathwohl menulis A
Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing (A Revision of Blooms
Taxonomy of Educational Objectives). Mereka adalah orang- orang yang
ahli di bidang psikologi kognitif, kurikulum dan pengajaran, dan
pendidikan pengujian, pengukuran, dan penilaian.

KAJIAN TEORI TAKSONOMI BLOOM


Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk
mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti
klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi.
Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada
kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema
taksonomi.

Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin


Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan
tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.

Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan


keahlian mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan
sikap dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan
fungsi manipulatif dan kemampuan fisik.

Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan


keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan
yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan
tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat
menunjukan kemampuan mengolah pikirannya sehingga mampu
mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Mengubah teori ke dalam
keterampilan sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai
produk inovasi pikirannya. Memahami sebuah konsep berarti dapat
mengingat informasi atau ilmu mengenai konsep itu. Seseorang tidak
akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa terlebih dahulu
memahami isinya.

Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan


dan kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang
bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990.
Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi
Taksonomi Bloom, dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada
kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori
masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi.
Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis
diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada
konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan
kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.
Taksonomi Bloom 1956 Taksonomi Anderson dan
Krathwohls 2000

1. PengetahuanMengingat atau1. MengingatMengambil,


mengambil bahan belajarmengingat, atau mengenali
sebelumnya pengetahuan dari
memori. Mengingat adalah
ketika memori digunakan
untuk menghasilkan definisi,
fakta, atau daftar, atau
membaca atau mengambil
materi.

2. PemahamanKemampuan untuk2. MemahamiMembangun


memahami atau makna dari berbagai jenis

membangun makna dari bahan fungsi akan mereka tertulis


atau pesan grafis
kegiatan seperti
menafsirkan,
mencontohkan,
mengklasifikasi,
meringkas,
menyimpulkan,
membandingkan, dan
menjelaskan
3. AplikasiKemampuan untuk 3. MenerapkanMelaksanakan
menggunakan atau menggunakan prosedur

bahan belajar, atau melalui pelaksana,


untuk mengimplementasikan materiatau pelaksanaan.
yang baru dan situasi konkret Menerapkan terkait dan
mengacu pada situasi
di mana bahan
belajar yang digunakan
melalui produk seperti model,
presentasi, wawancara atau
simulasi.

4. AnalisisKemampuan untuk4. MenganalisisBreaking


memecah atau materi atau konsep
menjadi
membedakan bagian-bagian
dari bagian-bagian,
menentukan bagaimana

materi ke dalam berhubungan atau


komponensehingga bagian-bagian
struktur organisasi mungkinsalingberhubungan satu
lebih baik dipahami sama lain atau struktur
keseluruhan atau tujuan.
Tindakan mental termasuk
dalam fungsi ini
membedakan,
pengorganisasian, dan
menghubungkan, serta
mampu
membedakan antara
komponen atau bagian. Ketika
seseorang menganalisis ia
dapat menggambarkan
fungsi dengan
membuat, bagan, atau
diagram, atau grafik
representasi.

5. SintesisKemampuan 5. MengevaluasiMembuat
untuk membuat keputusan berdasarkan
kriteria
bagian-bagian bersama-sama untuk
membentuk koheren dan standar melalui
atau keseluruhan baru yang unik pemeriksaan dan
mengkritisi. Kritik,
rekomendasi, dan laporan
adalah beberapa produk yang
dapat dibuat untuk
menunjukkan proses evaluasi.
Dalam evaluasi
penggolongan atau
taksonomi yang lebih baru
datang sebelum membuat
seperti itu seringkali
merupakan bagian penting
dari perilaku yg terjadi lebih
dahulu sebelum menciptakan
sesuatu.

6. EvaluasiKemampuan 6. MenciptakanMenempatkan
untuk menilai, elemen bersama-sama untuk

memeriksa, dan bahkan kritik nilaimembentuk suatu


bahan untuk tujuan tertentu keseluruhan koheren atau
fungsional; reorganisasi
unsur ke dalam pola
atau struktur baru
melalui menghasilkan,
perencanaan, atau
menghasilkan. Menciptakan
mengharuskan pengguna
untuk menempatkan
bagian- bagian bersama-
sama dengan cara yang
baru atau mensintesis
bagian menjadi sesuatu
yang baru dan berbeda
bentuk baru atau produk.
Proses ini adalah fungsi
mental paling sulit dalam
taksonomi baru.

ANALISIS DAN KRITISI

Revisi ini menyajikan penggolongan atau taksonomi Bloom untuk


mengatur tujuan pendidikan menjadi jelas dan logis, untuk membuat
mudah dalam menerapkan tujuan. Versi revisi ini menggunakan bahasa
yang sama dan terdapat enam bab yang realistis dan terinci dalam
menganalisis tentang bagaimana kerangka kerja dalam praktek. Buku
revisi ini sangat bermanfaat bagi guru, pembuat kurikulum, konsultan
pendidikan, penulis, penerbit buku, pembuat kebijakan pendidikan.

Jika sebelumnya, Bloom mengklasifikan tujuan kognitif dalam enam level,


yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi
(apply), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation)
dalam satu dimensi, maka Anderson dan Kratwohl merevisinya menjadi
dua dimensi, yaitu proses dan isi atau jenis. Pada dimensi proses, terdiri
atas mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan
(apply), menganalisis (analyze), menilai (evaluate), dan berkreasi (create).
Sedangkan pada dimensi isinya terdiri atas pengetahuan faktual (factual
knowlwdge), pengetahuan konseptual (conceptual knowledge),
pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan
metakognisi (metacognitive knowledge).
Pengetahuan faktual adalah pengetahuan yang dasar disiplin tertentu.
Dimensi ini mengacu pada fakta-fakta penting, terminologi, rincian atau
unsur-unsur siswa harus tahu atau mengenal untuk memahami suatu
disiplin atau memecahkan masalah di dalamnya.

Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan tentang klasifikasi, prinsip,


generalisasi, teori, model, atau struktur yang berkaitan dengan bidang
disiplin tertentu.

Pengetahuan prosedural mengacu pada informasi atau pengetahuan


yang membantu siswa untuk melakukan sesuatu yang spesifik untuk
suatu disiplin ilmu, subjek, bidang studi. Ini juga mengacu pada metode
penyelidikan, sangat spesifik atau keterampilan yang terbatas, algoritma,
teknik, dan metodologi tertentu.

Pengetahuan metakognitif merupakan kesadaran kognisi dan proses-


proses kognitif tertentu. Hal ini strategis atau pengetahuan reflektif
tentang bagaimana cara menyelesaikan masalah, tugas-tugas kognitif,
termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional dan pengetahuan
tentang diri.

Hal-hal yang sangat menarik dari kasus revisi taksonomi tersebut adalah,
Anderson dan Krathwohl ingin lebih menampakkan atau mempertegas
dimensi proses yang menjadi prinsip teori kognitif, yaitu bagaimana
sebuah pengetahuan itu diproses dalam otak manusia. Selain itu,
keduanya juga lebih memperinci dan mengklasifikasikan pengetahuan
dalam beberapa tipe, dalam revisi taksonomi ini lebih melihat fungsi otak
dalam satu kesatuan ranah.

Pembagian tersebut dapat mengisolasi aspek-aspek dalam sebuah


tujuan yang sama, dalam revisi taksonomi Bloom ini, ranah kognitif tidak
dianggap terpisah dengan ranah afektif atau psikomotor, melainkan
terkait antara satu dengan yang lain. Karena itu, yang dikemukan dalam
revisi itu hanya ranah kognitif dengan deskripsi kategori bermuatan kata
kerja (proses) afektif dan psikomotor, karena semua aspek tersebut
merupakan satu bagian utuh dari fungsi kerja otak.

Secara umum terdapat sejumlah batasan pada setiap level berpikir yang
akan mendasari sistem pengelolaan pembelajaran berbasis teknologi
informasi dan komunikasi.

Creating Merumuskan ide baru, produk, atau cara memandang


sesuatu.

Evaluating Menetapkan keputusan dari hasil penilaian atau


penghitungan atau melalui beberapa tahap pengujian
Analysing Mengurai informasi ke dalam bagian lebih rinci,
terkait satu dengan yang lain dan dapat dipahami.

Applying Menerapkan informasi pada siatuasi yang berbeda

Understanding Menjelaskan ide atau konsep

Remembering Mengingat kembali informasi

Setiap kategori dalam Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari subkategori


yang memiliki kata kunci berupa kata yang berasosiasi dengan kategori
tersebut. Kata-kata kunci itu seperti terurai di bawah ini:

1. Mengingat : mengurutkan, menjelaskan,


mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi ,
menemukan kembali dsb.

2. Memahami : menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan,


membandingkan, menjelaskan, membeberkan dsb.

3. Menerapkan : melaksanakan, menggunakan, menjalankan,


melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai,
menyelesaikan, mendeteksi dsb

4. Menganalisis : menguraikan, membandingkan, mengorganisir,


menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan,
menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan,
menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan dsb.

5. Mengevaluasi : menyusun hipotesi, mengkritik,


memprediksi, menilai, menguji, mebenarkan, menyalahkan, dsb.

6. Berkreasi : merancang, membangun, merencanakan,


memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan,
memperkuat, memperindah, menggubah dsb.

Dalam berbagai aspek dan setelah melalui revisi,


taksonomi Bloom tetap menggambarkan suatu proses pembelajaran,
cara kita memproses suatu informasi sehingga dapat dimanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa prinsip didalamnya adalah :

1. Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus


mengingatnya terlebih dahulu
2. Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih
dahulu

3. Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur


atau menilai

4. Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus mengingat,


memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi, serta
memperbaharui

Pentahapan berpikir seperti itu mendapat sanggahan dari sebagian orang,


karena tidak semua tahap tersebut diperlukan. Contohnya dalam
menciptakan sesuatu tidak harus melalui semua tahapan tersebut. Hal itu
tergantung pada kreativitas individu. Proses pembelajaran dapat dimulai
dari tahap mana saja. Pada kenyataannya peserta didik seharusnya
berpikir secara holistic, tapi ketika kemampuan itu dipisah-pisah maka
peserta didik dapat kehilangan kemampuannya untuk menyatukan
kembali komponen-komponen yang sudah terpisah. Pembuatan
suatu produk baru atau dalam menyelesaian suatu proyek tertentu,
peserta didik lebih baik diberikan tantangan terpadu yang dapat
mendorong peserta didik untuk berpikir secara kritis.

Untuk membantu pengembangan kognitif, anak perlu dibekali dengan


pengalaman belajar yang dirancang melalui kegiatan mengobservasi
dan mendengarkan dengan tepat. Macam-macam metode yang dapat
digunakan untuk pengembangan kognitif anak:

1. Bermain

2. Pemberian tugas

3. Demonstrasi

4. Tanya jawab

5. Mengucapkan syair

6. Percobaan atau eksperimen

7. Bercerita

8. Karyawisata

9. Dramatisasi

S. SIMPULAN
Buku ini berisi revisi taksonomi Bloom yang dapat membantu guru
memahami dan menerapkan kurikulum berbasis standar. Para psikolog,
ahli kurikulum, guru, dan peneliti telah mengembangkan kerangka dua
dimensi yang berfokus pada pengetahuan dan proses kognitif. Maka
hendaknya para psikolog, ahli kurikulum, guru, dan peneliti dapat lebih
mengembangkan dan mempertegas dimensi proses yang menjadi prinsip
teori kognitif, yaitu bagaimana sebuah pengetahuan itu diproses dalam
otak peserta didik agar berpikir secara kritis.

Taksonomi Bloom mengenai sasaran pendidikan ranah kognitif merupakan


model yg relatif sederhana untuk diterapkan dan sangat bermanfaat bagi
yang menggunakannya. Anak dapat mengembangkan dan menggunakan
keterampilan berfikir mereka dan guru dapat mendiferensiasikan
pembelajaran tanpa perlu memisahkan anak berbakat dari anak yang lain.
Guru hanya perlu menyesuaikan jumlah waktu untuk setiap tingkat
taksonomi dengan tingkat kemampuan anak. Anak yang cepat
menguasai tingkat-tingkat rendah taksonomi dapat menggunakan
lebih banyak waktu untuk tingkat-tingkat pemikiran yang lebih tinggi.
Dengan demikian, semua anak memperoleh pembelajaran yang sesuai
dalam kerangka kerja yang sama. Adapun manfaat Model Taksonomi
Bloom yaitu:

1. Sebagai sistem klasifikasi sasaran belajar

2. Cara untuk mengembangkan dan mengevaluasi pertanyaan yang


diajukan guru kepada anak

3. Untuk mengembangkan kegiatan serta menulis soal-soal ujian

4. Guru dapat mendiferensiasikan pembelajaran tanpa perlu memisahkan


siswa berbakat dan anak yang lain

T. REFERENSI

Anderson, L. W. and David R. Krathwohl, D. R., et al (Eds..) (2001). A


Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Blooms
Taxonomy of Educational Objectives. Allyn & Bacon. Boston, MA (Pearson
Education Group)

http://www.google.co.id//biografi+lorin+w+anderson

http://www.librarything.com/work/659608

http://www.librarything.com/author/andersonlorinw

http://www.scribd.com/doc/933640/Bloom-Revised
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi

RANAH PENDIDIKAN OLEH BENYAMIN BLOOM

Pendidikan sebagai sebuah proses belajar memang tidak cukup dengan


sekedar mengejar masalah kecerdasannya saja. Berbagai potensi anak
didik atau subyek belajar lainnya juga harus mendapatkan perhatian yang
proporsional agar berkembang secara optimal. Karena itulah aspek atau
factor rasa atau emosi maupun ketrampilan fisik juga perlu mendapatkan
kesempatan yang sama untuk berkembang.

Konsep kognitif, afektif, dan psikomotorik dicetuskan oleh Benyamin


Bloom pada tahun 1956. Karena itulah konsep tersebut juga dikenal
dengan istilah Taksonomi Bloom.

Pengertian kognitif afektif psikomotorik dalam Taksonomi Bloom ini


membagi adanya 3 domain, ranah atau kawasan potensi manusia belajar.
Dalam setiap ranah ini juga terbagi lagi ke dalam beberapa tingkatan
yang lebih detail. Ketiga ranah itu meliputi :

1. Kognitif (proses berfikir )

Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui


dan memecahkan masalah.

Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian :

a. Pengetahuan (knowledge)

mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari


yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah
kemampuan mengingat keterangan dengan benar.

b. Pemahaman (comprehension)

Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu


tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.

c. Penerapan (application)

Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi


yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut
penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat
kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.

d. Analisis (analysis)
Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-
komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami
hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga
struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan
tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman
maupun penerapan.

e. Sintesa (evaluation)

Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-


komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.
Aspek ini memerluakn tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan
kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada kemampuan
sebelumnya.

f. Evaluasi (evaluation)

Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai


materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan
berfikir yang tinggi.

Urutan-urutan seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya


masih mempunyai bagian-bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara
bagian tersebut akan lebih memahami akan ranah-ranah psikologi sampai
di mana kemampuan pengajaran mencapai Introduktion Instruksional.
Seperti evaluasi terdiri dari dua kategori yaitu Penilaian dengan
menggunakan kriteria internal dan Penilaian dengan menggunakan
kriteria eksternal. Keterangan yang sederhana dari aspek kognitif seperti
dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut adalah berurutan
yakni satu bagian harus lebih dikuasai baru melangkah pada bagian lain.

Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak.


Pengetahuan akan menjadi standar umum untuk melihat kemampuan
kognitif seseorang dalam proses pengajaran.

2. Afektif (nilai atau sikap)

Afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup
dan operasiasi siswa.

Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima


kategori :

a. Penerimaan (recerving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon
terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil
belajar terendah dalam domain afektif.

b. Pemberian respon atau partisipasi (responding)

Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat
secara afektif, menjadi peserta dan tertarik.

c. Penilaian atau penentuan sikap (valung)

Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek
atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak
atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi sikap dan opresiasi.

d. Organisasi (organization)

Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang


membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan
membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang
tercermin dalam suatu filsafat hidup.

e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or


value complex)

Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat


berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten
dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada
hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.

Variable-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses


pemahaman taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses afektif adalah
akibat perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah diungkapkan
bahwa:

Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan


pengatahuan yang kita miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek,
kelompok atau orang hubungan kita dengan mereka pasti di dasarkan
pada informasi yanag kita peroleh tentang sifat-sifat mereka.

Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat
menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat
kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi
afektif dalam dunia psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk
dijadikan pola pengajaran yang lebih baik tentunya.
3. Psikomotorik (keterampilan)

Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan


fisik.

Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima


kategori yaitu :

a. Peniruan

terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons


serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot
saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak
sempurna.

b. Manipulasi

Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan,


penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan
melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut
petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.

c. Ketetapan

memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam


penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan
dibatasi sampai pada tingkat minimum.

d. Artikulasi

Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan


yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di
natara gerakan-gerakan yang berbeda.

e. Pengalamiahan

Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit


mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara
rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam
domain psikomotorik.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam


taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada
proses tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah
untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan
lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk
nyata oleh domain psikomotorik ini.
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah
itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil
belajar. Sasaran kegiatan evaluasi hasil belajar adalah:

Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi
pelajaran yang telah diberikan pada mereka?

Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?

Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan
secara kongkret dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari?

Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara


ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para
guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pengajaran.

Taksonomi Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Taksonomi bloom merujuk pada tujuan pembelajaran yang diharapkan


agar dengan adanya taksonomi ini para pendidik dapat mengetahui
secara jelas dan pasti apakah tujuan instruksional pelajaran bersifat
kognitif, afektif atau psikomotor. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki
dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang
bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan
berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.

Taksonomi yaitu ilmu tentang kelompok organisme berdasarkan


perbedaan kategori menurut karakter fisiknya. Pengelompokan atau
karakterisasi akan dikelompokan didasarkan kesamaannya yang biasanya
diwariskan kepada keturunannya dari nenek moyangnya.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalahnya adalah:


a. Apakah pengertian dari taksonomi dan letak taksonomi dalam
dunia pendidikan?

b. Apa itu taksonomi Bloom?

c. Apa itu kata kerja operasional (KKO) dan bagian-bagiannya?

d. Bagaimana kurikulum baru yang ditetapkan oleh pemerintahan di


tahun 2013 ini?

C. Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan:

a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan taksonomi dan


letak taksonomi dalam dunia pendidikan.

b. Untuk mengetahui apa itu taksonomi Bloom.

c. Untuk mengetahui apa itu kata kerja operasional (KKO) serta


bagian-bagiannya.

d. Untuk mengetahui bagaimanakah kurikulum baru yang ditetapkan


oleh pemerintahan di tahun 2013 ini.
BAB II

TAKSONOMI PENDIDIKAN

A. Pengertian Taksonomi dan Letak Taksonomi dalam Dunia


Pendidikan

Secara bahasa taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu tassein dan
nomos. Tassein yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang
berarti aturan.[1] Taksonomi dapat pula diartikan secara istilah yaitu,
sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan)
tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum atau
masih luas dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik atau
lebih terperinci.

Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan


pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa
domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut
dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang
sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam
setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat
yang lebih rendah.

Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-
kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi
Bloom".

Pengajran yang semata-mata merencanakan atas strategi


pengetahuan lebih didahulukan tidaklah banyak menolong dalam
menyusun berbagai jenis perilaku dalam kategori pengetahuan ataupun
dalam taraf-taraf yang lebih tinggi.[2] Kepentingan antara kegiatan belajar
mengajar harus berlandaskan tujuan. Kesadaran para guru bahwa tujuan
pelajaran harus dirumuskan sebelum proses belajar mengajar
berlangsung. Tujuan tersebut harus diberitahukan kepada siswa. Jadi,
tujuan tersebur bukanlah sesuatu yang perlu untuk dirahasiakan. Apabila
dalm pengajaran tidak disebutkan tujuannya, maka siswa tidak akan tahu
mana pelajaran yang perlu dan yang tidak. Kepentingan hubungan ini
dikemukakan oleh Scriven yang mengemukakan bahwa, harus ada
hubungan erat antara:[3]

1. Tujuan kurikulum dengan bahan pelajaran

2. Bahan pelajaran dengan alat-alat evaluasi.


3. Tujuan kurikulum dengan alat-alat evaluasi.

Tujuan kurikulum yang dimaksud adalah tujuan yang dapat diukur. Ebel
berpendapat bahwa, jika hasil pendidikan merupakan sesuatu yang
penting tetapi tidak dapat diukur, maka tujuan itu harus diubah. Jika
tujuan telah dirumuskan secara operasional maka hasilnya akan dapat
diukur. Suatu tanda bahwa seseorang telah mencapai tujuannya, akan
terlihat pada perubahan tingkah lakunya.[4] Maksud yang dapat diukur
ialah kemampuan, perilaku, sikapyang harus dimiliki seorang siswa
sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam tingkah
lakunya sehingga dapat diamati dan diukur.

Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada 3 tingkatan yaitu:

Pertama, tujuan umum pendidikan. Tujuan ini menentukan perlu dan


tidaknya sesuatu program diadakan.

Kedua, tujuan yang didasarkan tingkah laku. Ada 3 macam tingkah


laku yang dikenal umum, yaitu, kognitif, afektif, dan psikomotor.
Berhasilnya pendidikan dalam bentuk tingkah laku, inilah yang dimaksud
dengan taksonomi.

Ketiga, tujuan yang lebih jelas yang dirumuskan secara operasional.

Beberapa ahli telah mencoba memberikan cara bagaimana menyebut


ketiga tingkatan tujuan ini, yang akhirnya oleh Viviane De Landsheere
disimpulkan bahwa ada 3 tingkat tujuan (termasuk taksonomi), yaitu:

1. Tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan

2. Taksonomi

3. Tujuan yang operasional.

B. Taksonomi Bloom

Benjamin Bloom (February 21, 1913 - September 13, 1999) adalah


seorang ahli psikologi pendidikan Amerika yang memberikan sumbangan
pemikiran yang cukup berarti, yaitu mengklasifikasikan tujuan
pembelajaran (classification of educational objectives) dan teori belajar
tuntas (the theory of mastery learning). Dari hasil penelitiannya, Bloom
membangun taksonomi tujuan pembelajaran atau "taxonomy of
educational objectives" yang mengklasifikasikan tujuan pembelajaran
yang berbeda-beda.

Bloom dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak


orang yang melahirkan taksonomi lain.prinsip-prinsip dasar yang
digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah,yaitu:

1. Prinsip metodologis

Perbedaan-perbedaan yang besar telah merefleksi kepada cara-cara


guru dalam mengajar.

2. Prinsip Psikologis

Taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada


sekarang.

3. Prinsip Logis

Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten.

4. Prinsip Tujuan

Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan


nilai-nilai.tiap-tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan
corak yang netral.

Konsep taksonomi Bloom mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga


ranah, yaitu:

1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang


menekankan aspek intelektual.

2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang


menekankan aspek perasaan dan emosi.

3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang


menekankan aspek terampilan.[5]

a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif)

1. Ingatan (mengenal dan mengingat kembali)

Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih satu dari dua atau lebih
jawaban.

Contoh:

Hasil dari 23 adalah


a) 2

b) 6

c) 8

Berbeda dengan mengenal maka dalam mengingat kembali, siswa diminta


untuk mengingat kembali satu atau lebih fakta-fakta sederhana.

Contoh:

Ciri-ciri dari segitiga siku-siku adalah

Mengenal dan mengungkapkan kembali, pada umumnya dikategorikan


menjadi satu jenis yaitu ingatan. Kategori ini merupakan kategori paling
rendah tingkatnya karena tidak terlalu banyak energi untuk berfikir.

2. Pemahaman

Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia


memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.

Contoh:

a).

b).
c).

3. Penerapan atau aplikasi

Untuk penerapan atau aplikasi ini siswa dituntut memiliki kemampuan


untuk menyeleksi atau memilih suatu abstrasi tertentu (konsep, hukum,
dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu
situasi baru dan menerapkannya secara benar.

Contoh:

Untuk menyelesaikan hitungan 51 x 40 = n, maka paling tepat kita


gunakan.

a. Hukum asosiatif

b. Hukum komutatif

c. Hukum distributif

4. Analisis

Dalam analisis, siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau


situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar.

Contoh:

Siswa disuruh menerangkan apa sebab pada waktu mendung dan ada
angin kencang hujan tidak segera turun. (logika matematika).

5. Sintesis

Sintesis merupakan suatu proses yang meminta siswa agar bias


menyusun kembali hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan
struktur baru. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dengan soal
sintesis ini siswa diminta untuk melakukan generalisasi.

Contoh:

Piramid Agung di Giza merupakan salah satu bukti pengetahuan orang-


orang mesir kuno tentang geometri. Apakah dalam perencanaan
pembangunannya dahulu mereka sudah memperhitungkan tinggipuncak
piramid itu dari lantai dasarnya?

6. Evaluasi

Evaluasi (evaluation) adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi


dalam ranah kognitif menurut taksonomi bloom.Evaluasi disini merupakan
kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu
situasi, nilai atau ide,atau kemampuan mengambil keputusan.

Contoh:

Peserta didik mampu menilai bahwa matematika itu digunakan bukan


hanya pada keperluan pelajaran matematika saja, tetapi ilmu-ilmu yang
lain juga memerlukan ilmu matematika,seperti pada materi bilangan
berpangkat, materi bilangan berpangkat ini bs juga digunakan pada
pelajaran kimia (tetapan avogadro) dan fisika (muatan elektron).

Struktur Taksonomi Bloom:

b. Affective Domain (Ranah Afektif)

1. Penerimaan (receiving/attending)

Penerimaan adalah kesediaan untuk menyadari adanya suatu


fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa
mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
Contoh:

peserta didik menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan, sifat malas


dan tidak berdisiplin harus disingkirkan jauh-jauh.

2. Penanggapan (responding)

Penanggapan adalah memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada


di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam
memberikan tanggapan.

Contoh:

peserta didik berkeinginan untuk mempelajari lebih jauh atau menggali


lebih dalam lagi, ajaran-ajaran islam tentang kedisiplinan.

3. Penilaian (valuing)

Penilaian adalah memberikan nilai atau memberikan penghargaan


terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak
dikerjakan,dirasakan akan membawa kerugiaan atau penyesalan.

Contoh:

Tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku
disiplin, baik disekolah, di rumah maupun ditengah-tengah kehidupan
masyarakat.

4. Pengorganisasian (organization)

Pengorganisasian adalah mempertemukan perbedaan nilai sehingga


terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada
perbaikan umum.

Contoh:

Peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah


dicanangkan oleh Bapak Presiden Soeharto pada Peringatan Hari
Kebangkitan Nasional Tahun 1995.

5. Karakterisasi (characterization)
Karakterisasi adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah
dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan
telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkatan efektif
tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana.

Contoh:

Siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan


perintah Allah SWT yang tertera dalam Al-Qur'an surat al-'Ashr sebagai
pegangan hidupnya dalam hal yang menyangkut kedisiplinan, baik
kedisiplinan di sekolah, di rumah maupun ditengah-tengah kehidupan
masyarakat.[6]

c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor)

1. Menirukan (muscular or motor skills).

Menirukan merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu sesuai


dengan contoh yang diamatinya walaupun belum mengerti makna atau
hakikat dari keterampilan itu.

2. Memanipulasi (manipulations).

Memanipulasi merupakan kemampuan dalam melakukan suatu


tindakan seperti yang diajarkan, dalam arti mampu memilih yang
diperlukan.

3. Ketelitian (Precision) melakukan tugas atau kegiatan dengan keahlian


dan berkualitas tinggi tanpa bantuan atau instruksi, dapat menunjukkan
aktivitas untuk pelajar lain
4. Artikulasi.

Artikulasi (Articulation) merupakan suatu tahap dimana seseorang


dapat melakukan suatu keterampilan yang lebih komplek terutama yang
berhubungan dengan gerakan interpretatif.

5. Pengalamiahan (Naturalisation) merupakan suatu penampilan


tindakan dimana hal-hal yang diajarkan (sebagai contoh) telah menjadi
suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan yang ditampilkan lebih
meyakinkan. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk
mengukur aspek ini diantaranya adalah memutar, memindahkan,
menarik, mendorong, dan sebagainya.

C. Kata Kerja Operasional (KKO)

Kata kerja Operasional adalah kata kerja yang dapat diukur dan digunakan
untuk merancang indikator dari SK dan KD pada Standar Isi, atau juga
dapat digunakan untuk merancang Tujuan Pembelajaran pada silabus dan
RPP.

a. Cognitive Domain; levels and corresponding action verbs.[7]

1. Pengetahuan (knowledge, (C1) : mendefiniskan, mengutip,


menyebutkan, menjelaskan, menggambar, membilang, mengidentifikasi,
mendaftar, menunjukkan, memasangkan, menamai, menandai, membaca,
menyadari, menghafal, meniru, mencatat, mengulang, meninjau, memilih,
menyatakan, mempelajari, menelusuri, menulis.

2. Pemahaman (comprehension), (C2) : memperkirakan, menjelaskan,


mengkategorikan, mencirikan, merinci, membandingkan, menghitung,
mengubah, menguraikan, membedakan, mendiskusikan, mencontohkan,
menerangkan, mengemukakan, mempolakan, memperluas,
menyimpulkan, meramalkan, merangkum, menjabarkan.

3. Penerapan (application), (C3) : menugaskan, mengurutkan,


menerapkan, menyesuaikan, mengkalkulasi, memodifikasi,
mengklasifikasi, menghitung, membangun, membiasakan, mencegah,
menentukan, menggambarkan, menggunakan, menilai, melatih,
menggali, mengemukakan, menyelidiki, mengoperasikan,
mempersoalkan, mengkonsepkan, melaksanakan, meramalkan,
memproduksi, memproses, menyusun, memecahkan, melakukan,
memproses, meramalkan.

4. Analisis (analysis), (C4) : menganalisis, memecahkan, menegaskan,


mendeteksi, mendiagnosis, menyeleksi, merinci, menominasikan,
mendiagramkan, megkorelasikan, merasionalkan, menguji, mencerahkan,
menjelajah, membagankan, menyimpulkan, menemukan, menelaah,
memaksimalkan, memerintahkan, mengedit, mengaitkan, memilih,
mengukur, melatih, mentransfer.

5. Sintesis (synthesis), (C5) : mengatur, menganimasi, mengumpulkan,


mengkategorikan, mengkode, mengombinasikan, menyusun, mengarang,
membangun, menanggulangi, menghubungkan, menciptakan,
mengkreasikan, mengoreksi, merancang, merencanakan, mendikte,
meningkatkan, memperjelas, memfasilitasi, membentuk, merumuskan,
menggabungkan, memadukan, membatas, mereparasi, menampilkan,
menyiapkan, memproduksi, merangkum, merekonstruksi.

6. Evaluasi (Evaluation), (C6) : membandingkan, menyimpulkan, menilai,


mengarahkan, mengkritik, menimbang, memutuskan, memisahkan,
memprediksi, memperjelas, menugaskan, menafsirkan, mempertahankan,
memerinci, mengukur, merangkum, membuktikan, memvalidasi,
mengetes, mendukung, memilih, memproyeksikan.

b. Affective Domain; learning levels and corresponding action verbs.

1. Menerima (Receiving): memilih, mempertanyakan, mengikuti,


memberi, enganut, mematuhi.

2. Menanggapi (Responding) : menjawab, membantu, mengajukan,


mengompromikan, menyenangi, menyambut, mendukung, menyetujui,
menampilkan, melaporkan, memilih, mengatakan, memilah, menolak,
menceritakan, menulis, menghafal, membedakan.

3. Menilai (Valuing) : melengkapi, menggambarkan, membedakan,


menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundang, menggabung,
mengusulkan, membaca, melaporkan, memilih, bekerja, mengambil
bagian, mempelajari.

4. Mengelola (Organization) : mengubah, mengatur, menggabungkan,


membandingkan, melengkapi, mempertahankan, menerangkan,
menggeneralisasikan, mengidentifikasikan, mengintegrasikan,
memodifikasikan, mengorganisir, menyiapkan, menghubungkan,
mensitesiskan.

5. Menghayati (Characterization by value) : menerapkan, mengusulkan,


memperagakan, mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasikan,
mempertunjukkan, menanyakan, merevisi, melayani, memecahkan,
menggunakan.
c. Psychomotor domain, show the actualization of words that can be
observed include:

1. Menirukan (muscular or motor skills), (P1) : Mempertontonkan gerak,


menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, menampilkan.

2. Memanipulasi (manipulations), (P2) : mereparasi, menyusun,


membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.[8]

3. Ketelitian (Precision), (P3) : mendemonstrasikan, menunjukkan,


melengkapkan, menyempurnakan, mengkalibrasi, mengkontrol,

4. Artikulasi (P4): mempertajam, membentuk, memadankan,


menggunakan, memulai, menjeniskan, menempel, menseketsa,
melonggarkan, menimbang

5. Pengalamiahan (Naturalisation), (P5) : mengalihkan, menggantikan,


memutar, mengirim, memindahkan, mendorong, menarik, memproduksi,
mencampur, mengoperasikan, mengemas, membungkus

BAB III

KESIMPULAN

Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk


mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti
klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi.
Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada
kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema
taksonomi.

Tujuan instruksional khusus (taksonomi) dibagi ke dalam tiga domain,


yaitu:

Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku


yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian,
dan keterampilan berpikir.

Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang


menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi,
dan cara penyesuaian diri.
Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan,
mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Penetapan tujuan, yang merupakan suatu keharusan dalam perencanaan


pengajaran, perlu dirumuskan dengan jelas dan tegas sehingga tidak
membuka peluang untuk penafsiran lain. Penetapan tujuan pengajaran
ibarat penetapan tujuan suatu perjalanan. Jalan yang optimal ke tujuan
tidak dapat dipertimbangkan apabila tujuan itu sendiri belum diketahui.
Setelah ada tujuan, baru dipikirkan jalan optimal (yaitu yang efektif dan
efisien) ke tujuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:


Bumi Aksara.

http://danilsetiawan.com/kelemahan-dan-kelebihan-kurikulum-pendidikan-
2013/. Diakses tanggal 12 Maret 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi. Diakses tanggal 12 Maret 2013.

http://www.unm.ac.id/berita/26-kegiatan/422-kurikulum-2013-
penyempurnaan-kurikulum-sebelumnya.html. Diakses tanggal 12 Maret
2013.

Popham, W. James. 2008. Teknik Belajar Secara Sistematis. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sadiman, Arief S. dkk. 2008. Media Pendidikan: Pengertian,


Pengembangan dan Pemanfaatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja


Grafindo Persada.

[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi. Diakses tanggal 12 Maret 2013.

[2] Popham, W. James. 2008. Teknik Belajar Secara Sistematis. Jakarta:


Rineka Cipta. Hal. 60.

[3] Suharsimi Arikunto. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:


Bumi Aksara. Hal. 114.

[4] Ibid., hal. 115.

[5] Ibid,. Hal. 117.

[6] Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT.


Raja Grafindo Persada. Hal. 55

[7] Suharsimi Arikunto. Op.cit,. hal. 137.

[8] Ibid,. hal 139.


Makalah Taksonomi Bloom dan Gagne

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat


menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih
efektif dan efisien. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena
pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan
merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan
segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan pendidikan dan pengajaran
terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran
dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian.

Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan


pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa
domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut
dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang
sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam
setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat
yang lebih rendah. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S.
Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut
sebagai "Taksonomi Bloom".

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah :

1. Apa pengertian dari taksonomi?

2. Jelaskan maksud dari taksonomi Bloom?

3. Jelaskan kategori jenis belajar menurut Gagne?

3. Tujuan

Adapun tujuan makalah ini agar para mahasiswa diharapkan dapat :

1. Mengetahui pengertian taksonomi.


2. Memahami taksonomi yang dikemukakan menurut Bloom dan Gagne.

3. Menjelaskan kategori jenis belajar menurut Gagne.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Taksonomi Bloom


Kata Taksonomi diambil dari bahasa Yunani Tassein yang berarti untuk
mengklasifikasidan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan
sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari
klasifikasi. Hampir semua ( benda bergerak, benda diam, tempat, dan
kejadian ) dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.

Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan


pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa
domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut
dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang
sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam
setiap tingkat diasumsikan menyetarakan juga tingkah laku dari tingkat
yang lebih rendah. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S.
Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut
sebagai "Taksonomi Bloom".

B. S. Bloom bersama rekan-rekannya yang berpikir sehaluan, menjadi


kelompok pelopor dalam menyumbangkan suatu klasifikasi tujuan
instruksional (educational objectives). Pada tahun 1956, terbitlah karya
Taxonomy of Educational Objectives, Cognitive Domain. Pada tahun
1964, terbitlah karya Taxonomy of Educational Objectives, Affective
Domain. Kelompok pelopor ini tidak berhasil menerbitkan suatu
taksonomi yang menyangkut tujuan instruksional di bidang psikomotorik
(psychomotor domain). Orang lainlah yang mengembangkan suatu
klasifikasi di bidang ini, antara lain E. Simpson pada tahun 1967 dan A.
Harrow pada tahun 1972.

Adapun suatu taksonomi adalah merupakan suatu tipe system klasifikasi


yang khusus, yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal
yang digolong-golongkan dalam sistematika itu. Misalnya klasifikasi atas
genus dan species terhadap tumbuh-tumbuhan dan binatang,
sebagaimana dikembangkan dalam ruang lingkup Biologi, sesuailah
dengan apa yang diketahui tentang tumbuh-tumbuhan dan binatang.
Sistematika pembagian / penggolongan itu tidak berdasarkan suatu
sistematika yang ditentukan sendiri (yang bersifat arbitrer), sebagaimana
terjadi dalam kartotek perpustakaan, yang mengklasifikasikan buku-buku
menurut urutan abjad nama-nama pengarang, menurut urutan abjad
judul-judul buku atau menurut topik-topik yang dibahas dalam buku-buku
itu. Taksonomi-taksonomi di tiga rana kognitif, afektif, dan psikomotorik,
yang dikembangkan oleh kelompok pelopor ini dan beberapa orang lain,
memang disebut taxonomy, tetapi menurut pendapat beberapa ahli
psikologi belajar, mungkin tidak seluruhnya memenuhi tuntutan suatu
taksonomi sebagaimana dijelaskan diatas, khususnya dalam rana kognitif.
Meskipun demikian, nama taksonomi akan tetap dipertahankan di sini,
sesuai dengan sumber-sumber yang asli, kecuali untuk sistematika yang
dikembangkan oleh Simpson dalam rana psikomotorik yang menggunakan
nama/judul klasifikasi (classification).

2.1.1 Adapun taksonomi atau klasifikasi adalah sebagai berikut:

Rana Kognitif :

Pengetahuan (Knowledge)

Pemahaman (Comprehension)

Penerapan (Application)

Analisa (Analysis)

Sintesa (Syntesis)

Evaluasi (Evaluation)

Rana Afektif :

Penerimaan (Receiving)

Partisipasi (Responding)

Penilaian/Penentuan Sikap (Valuing)

Organisasi (Organization)

Pembentukan Pola Hidup (Characterization By A Value Or Value


Complex).

Rana Psikomotorik :

Persepsi (Perception)

Kesiapan (Set)

Gerakan Terbimbing (Guided Response)

Gerakan Yang Terbiasa (Mechanical Response)

Gerakan Yang Kompleks (Complex Response)

Penyesuaian Pola Gerakan (Adaptation)


Kreativitas (Creativity)

Rana Kognitif

Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual


atau berfikir/nalar terdiri dari :

Pengetahuan (Knowledge)

Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan


dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta
metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali
pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau
mengenal kembali (recognition). Misalnya, TIK yang untuk sebagian
dirumuskan sebagai berikut : siswa akan mampu menyebutkan nama
semua sekretaris jenderal PBB, sejak saat PBB mulai berdiri. Siswa akan
mampu menulis semua nama propinsi di Indonesia, pada peta perbatasan
daerah-daerah propinsi.

Pemahaman (Comprehension)

Mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang
dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi
pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk
tertentu ke bentuk lain, seperti rumus matematika ke dalam bentuk kata-
kata, membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam
data tertentu, seperti dalam grafik.

Penerapan (Application)

Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode


bekerja pada suatu kasus/problem yang kongkret dan baru. Adanya
kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang
belum dihadapai atau aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan
problem baru.

Analisa (Analysis):

Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-


bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami
dengan baik. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan
bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar, bersama dengan
hubungan/relasi antara bagian-bagian itu.

Sintesa (Synthesis):

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru.


Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain, sehingga terciptakan suatu
bentuk baru.

Evaluasi (Evaluation):

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai


sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban
pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu. Kemampuan itu
dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu, seperti
penilaian terhadap pengguguran kandungan berdasarkan norma
moralitas, atau pernyataan pendapat terhadap sesuatu, seperti dalam
menilai tepat-tidaknya perumusan suatu TIK, berdasarkan kriteria yang
berlaku dalam perumusan TIK yang baik.

Rana Afektif

Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David


Krathwol.Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek
emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan
sebagainya, terdiri dari :

Penerimaan (Receiving/Attending) :

Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk


memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan
yang diberikan oleh guru.

Partisipasi (Responding):

Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut


:

Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding). Contoh :


mengajukan pertanyaan, menempelkan gambar dari tokoh yang disenangi
pada tembok kamar yang bersangkutan, atau mentaati peraturan lalu
lintas.

Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk


melihat hal-hal khusus di dalam bagian yang diperhatikan. Misalnya pada
desain atau warna saja.
Kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi atau
kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan
mengetahui. Contoh kegiatan yang tampak dari kepuasan menanggapi ini
adalah bertanya, membuat coretan atau gambar, memotret dari objek
yang menjadi pusat perhatiannya, dan sebagainya.

Penilaian/Penentuan Sikap (Valuing)

Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu


dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap
: menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam
tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin.

Organisasi (Organization)

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai


pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan
diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu
harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting. Kemampuan itu
dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai, seperti
menguraikan bentuk keseimbangan yang wajar antara kebebasan dan
tanggung jawab dalam suatu negara demokrasi atau menyusun rencana
masa depan atas dasar kemampuan belajar, minat dan cita-cita hidup.

Pembentukan Pola Hidup (Characterization By A Value Or Value


Complex)

Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian


rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan
nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.

Rana Psikomotorik

Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek


keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot
(neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari :

Persepsi (Perception)

Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara


dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik
yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini
dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan
hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedan antara rangsangan-
rangsangan yang ada, seperti dalam menyisihkan benda yang berwarna
merah dari yang berwarna hijau.

Kesiapan (Set)

Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan


memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini
dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental, seperti dalam
mempersiapkan diri untuk menggerakkan kendaraan yang ditumpangi,
setelah menunggu beberapa lama di depan lampu lalu lintas yang
berwarna merah.

Gerakan Terbimbing (Guided Response)

Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik,


sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan
dalam mengerakkan anggota tubuh, menurut contoh yang diperlihatkan
atau diperdengarkan, seperti dalam meniru gerakan-gerakan tarian atau
dalam meniru bunyi suara.

Gerakan Yang Terbiasa (Mechanism Response)

Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik


dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan
lagi contoh yang diberikan. Kemapuan ini dinyatakan dalam
menggerakkan anggota-anggota tubuh, sesuai dengan prosedur yang
tepat, seperti dalam menggerakkan kaki, lengan dan tangan secara
terkoordinir.

Gerakan Kompleks (Complex Response)

Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan yang


terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang
berurutan dan menggabungkan beberapa subketrampilan menjadi suatu
keseluruhan gerak-gerik yang teratur, seperti dalam membongkar mesin
mobil dalam bagian-bagiannya dan memasangnya kembali.

Penyesuaian Pola Gerakan (Adaptation)

Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan


pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan persyaratan
khusus yang berlaku. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam
menunjukkan suatu taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran,
misalnya seorang pemain tenis yang menyesuaikan pola permainannya
dengan gaya bermain dari lawannya atau dengan kondisi lapangan.
Kreativitas (Creativity)

Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru,


seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orang-orang
yang berketrampilan tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mempu
mencapai tingkat kesempurnaan ini, seperti kadang-kadang dapat
disaksikan dalam pertunjukan tarian di lapisan es dengan diiringi musik
instrumental.

2.2 TEORI BELAJAR GAGNE

Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang


mengembangkan pendekatan perilaku yang eklektik. Teori belajar yang
dikembangkannya dapat dikelompokkan menjadi tiga macam konsep
belajar yaitu:

2.2.1 Hasil-hasil Belajar Gagne.

Dalam mengajar kita harus merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan


pembelajaran itulah yang akan kita jadikan sebagai tolak ukur dari hasil
belajar siswa. Gagne memaparkan lima tujuan belajar yang bersifat
kognitif, psikomotor, dan afektif.

Hasil belajar ini berwujud penampilan-penampilan yang disebut


kemampuan-kemampuan (capabilities). Di antaranya bersifat kognitif,
yaitu:

1. Keterampilan Intelektual

Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah :

Diskriminasi-diskriminasi, merupakan suatu konsep kemampuan


untuk mengadakan respons-respons yang berbeda terhadap stimulus-
stimulus yang berbeda dalam satu atau lebih dimensi fisik.

Konsep-konsep konkret, menunjukkan suatu sifat objek atau atribut


objek. Dalam hal ini diyakini bahwa penampilan manusia merupakan
sebuah konsep yang konkret. Belajar konkret merupakan prasyarat dari
belajar abstrak.
Konsep terdefinisi, mensyaratkan kemampuan mendemonstrasikan
arti dari kelas tertentu tentang objek-objek, kejadian-kejadian, atau
hubungan-hubungan.

Aturan-aturan, menunjukkan bagaimana penampilan mempunyai


keteratuan dalam berbagai situasi khusus. Dalam hal ini konsep terdefinisi
merupakan merupakan suatu bentuk khusus dari aturan yang bertujuan
untuk mengelompokkan objek-objek, dan kejadian-kejadian. Dapat pula
dikatakan bahwa konsep terdefinisi merupakan suatu aturan
pengklasifikasian.

Aturan-aturan tingkat tinggi, merupakan gabungan dari berbagai


aturan-aturan sederhana yang dipergunakan untuk memecahkan
masalah. Aturan-aturan yang kompleks atau aturan-aturan tingkat tinggi
ditemukan untuk memecahkan suatu masalah praktis atau sekelompok
masalah.

2. Strategi-strategi Kognitif

Stategi-strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu proses


internal yang digunakan siswa (orang yang belajar) untuk memilih dan
mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar mengingat, dan
berpikir.

Strategi-strategi menghafal, yaitu siswa melakukan latihan tentang


materi yang dipelajari dalam bentuk pengulangan terus-menerus.

Strategi-strategi elaborasi, yaitu siswa mengasosiasikan hal - hal yang


akan dipelajari dengan bahan-bahan lain yang tersedia. Misalnya
pembuatan catatan secara matriks, penggunaan analogi, menyeleksi ide
utama dari buku teks, dan penggunaan metode PQ4R (preview, question,
read, reflect, recite, dan review)

Strategi-strategi pengaturan, yaitu mempelajari materi dengan


menyusun kerangka yang teratur dari materi tersebut.

Strategi-strategi metakognitif, meliputi kemampuan siswa untuk


menentukan tujuan belajar, memperkirakan n keberhasilan pencapaian
tujuan itu, dan memilih alternatif untuk mencapai tujuan itu.

Strategi-strategi afektif, yaitu teknik yang digunakan siswa untuk


memusatkan dan mempertahankan perhatian, mengendalikan kemarahan
dan menggunakan waktu secara efektif.

3. Informasi Verbal
Informasi verbal adalah informasi yang diperoleh dari belajar di sekolah,
kata-kata yang diucapkan orang, membaca, radio, televisi, dan media
yang lain.

4. Sikap-sikap

Sikap-sikap yang umum biasanya disebut dengan nilai. Sikap-sikap ini


ditujukan pada perilaku-perilaku sosial seperti kata-kata kejujuran,
dermawan, dan istilah-istilah lain yang lebih moralitas.

5. Keterampilan-keterampilan motorik

Keterampilan motorik tidak hanya meliputi kegiatan fisik, tetapi


jugakegiatan-kegiatan motorik yang digabungkan dengan kegiatan-
kegiatan intelektual, misalnya membaca dan menulis.

2.2.2 Kejadian-kejadian Belajar

Bertitik tolak dari model belajarnya, yaitu model pemrosesan-


informasi, Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan
belajar (learning act). Fase-fase itu merupakan kejadian-kejadian eksternal
yang dapat distrukturkan oleh siswa (yang belajar) atau guru. Setiap fase
dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran siswa
menunjukkan satu tindakan belajar menurut Gagne. Setiap fase diberi
nama, dan di bawah masing-masing fase terlihat satu kotak yang
menunjukkan proses internal utama, yaitu kejadian belajar, yang
berlangsung selama fase itu. Kejadian-kejadian belajar itu akan diuraikan
di bawah ini.

1. Fase Motivasi (motivatim phase)

Siswa (yang belajar) harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan,
bahwa belajar akan memperoleh hadiah. Misalnya, siswa-siswa dapat
mengharapkan bahwa informasi akan memenuhi keingintahuan mereka
tentang suatu pokok bahasan, akan berguna bagi mereka atau dapat
menolong mereka untuk memperoleh angka yang lebih baik.

2. Fase Pengenalan (apperehending phase)

Siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari


suatu kejadian instruksional, jika belajar akan terjadi. Misalnya, siswa
memperhatikan aspek-aspek yang relevan tentang apa yang ditunjukkan
guru, atau tentang ciri-ciri utama dari suatu bangun datar. Guru dapat
memfokuskan perhatian terhadap informasi yang penting, misalnya
dengan berkata: Perhatikan kedua bangun yang Ibu katakan, apakah ada
perbedaannya. Terhadap bahan-bahan tertulis dapat juga melakukan
demikian dengan menggaris-bawahi kata, atau kalimat tertentu, atau
dengan memberikan garis besarnya untuk setiap bab.

3. Fase Perolehan (acquisition phase)

Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap


untuk menerima pelajaran. Informasi yang disajikan, sudah dikemukakan
dalam bab-bab terdahulu, bahwa informasi tidak langsung disimpan
dalam memori. Informasi itu diubah menjadi bentuk yang bermakna yang
dihubungkan dengan informasi yang telah ada dalam memori siswa. Siswa
dapat membentuk gambaran-gambaran mental dari informasi itu, atau
membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.
Guru dapat memperlancar proses ini dengan penggunaan pengaturan-
pengaturan awal (Ausubel. 1963), dengan membiarkan para siswa melihat
atau memanipulasi benda-benda, atau dengan menunjukkan hubungan-
hubungan antara informasi baru dan pengetahuan sebelumnya.

4. Fase Retensi (retentim phase)

Informasi yang baru diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka


pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan
kembali (rehearsal), praktek (practice), elaborasi atau lain-lainnya.

5. Fase Pemanggilan (recall)

Mungkin saja kita dapat kehilangan hubungan dengan informasi dalam


memori jangka panjang. Jadi bagian penting dalam belajar ialah belajar
memperoleh hubungan dengan apa yang telah kita pelajari, untuk
memanggil (recall) informasi yang telah dipelajari sebelumnya. Hubungan
dengan informasi ditolong oleh organisasi materi yang diatur dengan baik
dengan mengelompokkan menjadi kategori-kategori atau konsep-konsep,
lebih mudah dipanggil daripada materi yang disajikan tidak teratur.
Pemanggilan juga dapat ditolong, dengan memperhatikan kaitan-kaitan
antara konsep-konsep, khususnya antara informasi baru dan pengetahuan
sebelumnya.

6. Fase Generalisasi

Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar
konteks dimana informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasi atau transfer
informasi pada situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar.
Transfer dapat ditolong dengan meminta para siswa menggunakan
keterampilan-keterampilan berhitung baru untuk memecahkan masalah-
masalah nyata, setelah mempelajari pemuaian zat, mereka dapat
menjelaskan mengapa botol yang berisi penuh dengan air dan tertutup,
menjadi retak dalam lemari es.
7. Fase Penampilan

Para siswa harus memperlihatkan, bahwa mereka telah belajar sesuatu


melalui penampilan yang tampak. Misalnya, setelah mempelajari
bagaimana menggunakan busur derajat dalam pelajaran matematika,
para siswa dapat mengukur besar sudut. Setelah mempelajari
penjumlahan bilangan bulat, siswa dapat menjumlahkan dua bilangan
yang disebutkan oleh temannya.

8. Fase Umpan Balik

Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan


mereka, menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang
apa yang diajarkan.Umpan balik ini dapat memberikan masukan pada
mereka penempilan yang berhasil.

2.2.3 Kejadian-kejadian Instruksi

Menurut Gagne bukan hanya guru yang dapat memberikan instruksi;


kejadian-kejadian instruksi dapat pula diterapkan pada belajar penemuan,
belajar di luar kelas atau belajar di dalam kelas. Tetapi kejadian instruksi
yang dikemukakan Gagne merupakan kejadian-kejadian instruksi yang
terjadi pada guru ketika menyampaikan pelajaran pada sekelompok siswa.

Yang termasuk dalam kejadian-kejadian instruksi tersebut antara lain


adalah:

1. Mengaktifkan motivasi

Kejadian ini merupakan langkah pertama dalam setiap pembelajaran yang


dilakukan oleh guru dengan tujuan memberikan motivasi belajar pada
siswa.

2. Memberi tahu tujuan-tujuan belajar

Pada langkah kedua ini guru menyampaikan tujuan belajar agar siswa
mengetahui latar belakang penyampaian materi serta mengetahui apa
yang akan dipelajari. Tahap ini biasanya dirumuskan dengan tujuan
instruksional khusus/tujuan pembelajaran

3. Mengarahkan perhatian
Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian yaitu perhatian yang
berbentuk stimulus dan perhatian yang berbentuk persepsi selektif.

4. Merangsang ingatan

Mengingat pelajaran yang telah lampau dengan cara pemberian kode


pada informasi yang berasal dari memori jangka pendek. Guru dapat
melakukannya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
merupakan suatu pengulangan.

5. Menyediakan bimbingan belajar

Bimbingan belajar ini dimaksudkan untuk memperlancar masuknya


informasi ke memori jangka panjang. Dapat dilakukan dengan mengaitkan
informasi baru pada pengalaman siswa.

6. Meningkatkan retensi

Retensi atau bertahannya materi dapat dilakukan dengan banyak kali


pengulangan terhadap materi tersebut

7. Membantu transfer belajar

Tujuan transfer belajar ialah menerapkan apa yang telah dipelajari pada
situasi baru. Pada transfer belajar diperlukan penguasaan konsep-konsep,
fakta-fakta, keterampilan-keterampilan oleh para siswa

8. Mengeluarkan penampilan dan memberikan umpan balik

Guru memberikan kesempatan sedini mungkin pada siswa untuk


memperlihatkan hasil belajar mereka, agar dapat diberi umpan balik,
sehingga pelajaran selanjutnya berjalan dengan lancar.
BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti
untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat
diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang
mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan
kejadian, sampai pada kemampuan berfikir dapat diklasifikasikan menurut
beberapa skema taksonomi. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena
pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan
merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan
segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan pendidikan dan pengajaran
terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran
dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian.
Taksonomi pendidikan lebih dikenal dengan sebutan Taksonomi Bloom.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-
kawan. Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan
tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi
beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor.

Selain itu Gagne juga mengemukakan pendapatnya mengenai


pembelajaran, menurutnya pembelajaran adalah seperangkat proses yang
bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi
rangsangan yang berasal dari persitiwa eksternal di lingkungan individu
yang bersangkutan (kondisi) artinya proses pembelajaran tidak hanya di
dalam satuan atau lembaga pendidikan saja tetapi sebenarnya
pembelajaran berasal dari lingkungan sehari-hari kita.

3.1 Saran

Pendidikan sangat penting di era modern ini. Maka untuk menempuh


pendidikan yang sukses perlu adanya teknik belajar dan pembelajaran
yang baik dan menarik agar mereka yang belajar memiliki jiwa semangat
tinggi untuk terus belajar dan menjadi generasi bangsa yang cerdas. Kami
juga berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan kami
berharap kritik dan saran yang bersifat positif untuk kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin , M.Z. (2012). Taksonomi Bloom, Konsep dan Iplikisinya bagi


Pendidikan Matematika. Online. Tersedia :
http://www.masbied.com/2010/03/20/taksonomi-bloom-konsep-dan-
implikasinya-bagi-pendidikan-matematika/. Diakses 09 Oktober 2014

Dahara,Ratna wilis. 2006 . Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran


.Bandung.Erlangga.

Sagala,Syaiful.2010 . Konsep Dan Makna Pembelajaran . Bandung .


Alfabeta.

Wiranataputra,Udin.S.dkk.2007. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta


.Universitas Terbuka.

Leriva. (2012). Taksonomi Bloom. Online. Tersedia:


http://www.leriviaa.blogspot.com/2012/10/taksonomi-bloom.html. Diakses
09 Oktober 2014

Biografi Benjamin S. Bloom Peletak Taksonomi Bloom - Benjamin S. Bloom


lahir pada 21 februari 1913 di Lansford Pennsylvania, dan meninggal pada
tanggal 13 September 1999. Dia menerima gelar sarjana dan gelar master
dari Pennsylvania State University pada tahun 1935 dan Ph.D. Pendidikan
dari University of Chicago Maret 1942. Ia menjadi anggota staff Board of
Examinations di University of Chicago pada tahun 1940 dan bertugas
sampai 1959. Ia juga adalah seorang guru, penasihat pendidikan dan
psikologi pendidikan.

Benjamin S. Bloom

Penunjukan awalnya sebagai instruktur di Departemen Pendidikan


University of Chicago dimulai tahun 1944 dan akhirnya ia ditunjuk Charles
H. Swift Distinguished Service sebagai Profesor pada tahun 1970. Ia
menjabat sebagai penasihat pendidikan pemerintah Israel, India dan
banyak negara lain. Pada tahun 2001 Lorin W. Anderson mantan siswa
Bloom bekerja sama dengan salah satu mitra Bloom yaitu David
Krathwohl menulis A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing (A
Revision of Blooms Taxonomy of Educational Objectives). Mereka adalah
orang-orang yang ahli di bidang psikologi kognitif, kurikulum dan
pengajaran, dan pendidikan pengujian, pengukuran, dan penilaian.

Teori Taksonomi Bloom

Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk


mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti
klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi.
Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada
kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema
taksonomi.

Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin


Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan
tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik. Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi,
pengetahuan dan keahlian mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang
berkaitan dengan sikap dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotorik
berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik.

Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang


menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir
mengekspresikan tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai
sehingga dapat menunjukan kemampuan mengolah pikirannya sehingga
mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Mengubah teori ke
dalam keterampilan sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang baru
sebagai produk inovasi pikirannya. Memahami sebuah konsep berarti
dapat mengingat informasi atau ilmu mengenai konsep itu. Seseorang
tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa terlebih
dahulu memahami isinya.

Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan


kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang
bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990.
Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi
Taksonomi Bloom, dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada
kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori
masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi.
Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis
diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada
konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan
kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.
TAKSONOMI BLOOM'S

No Taksonomi Bloom 1956 Revisi Taksonomi Blooms 2000

Mengingat (Mengambil, mengingat, atau


mengenali pengetahuan dari memori.
Pengetahuan (Mengingat
Mengingat adalah ketika memori
1 atau mengambil bahan
digunakan untuk menghasilkan definisi,
belajar sebelumnya)
fakta, atau daftar, atau membaca atau
mengambil materi)

Memahami (Membangun makna dari


berbagai jenis fungsi akan mereka
Pemahaman (Kemampuan
tertulis atau pesan grafis kegiatan
untuk memahami atau
2 seperti menafsirkan, mencontohkan,
membangun makna dari
mengklasifikasi, meringkas,
bahan)
menyimpulkan, membandingkan, dan
menjelaskan)

Menerapkan (Melaksanakan atau


Aplikasi (Kemampuan untuk
menggunakan prosedur melalui
menggunakan bahan belajar,
pelaksana, atau pelaksanaan.
atau untuk
3 Menerapkan terkait dan mengacu pada
mengimplementasikan materi
situasi di mana bahan belajar yang
yang baru dan situasi
digunakan melalui produk seperti model,
konkret)
presentasi, wawancara atau simulasi)

Menganalisis (Breaking materi atau


konsep menjadi bagian-bagian,
menentukan bagaimana berhubungan
atau bagian-bagian saling berhubungan
Analisis (Kemampuan untuk satu sama lain atau struktur keseluruhan
memecah atau membedakan atau tujuan. Tindakan mental termasuk
bagian-bagian dari materi ke dalamfungsi ini membedakan,
4
dalam komponen sehingga pengorganisasian, dan menghubungkan,
struktur organisasi mungkin serta mampu membedakan antara
lebih baik dipahami) komponen atau bagian. Ketika
seseorang menganalisis ia dapat
menggambarkan fungsi dengan
membuat, bagan, atau diagram, atau
grafik representasi)

5 Sintesis (Kemampuan untuk Mengevaluasi (Membuat keputusan


membuat bagian-bagian berdasarkan criteria dan standar melalui
bersama-sama untuk pemeriksaan dan mengkritisi. Kritik,
rekomendasi, dan laporan adalah
beberapa produk yang dapat dibuat
untuk menunjukkan proses evaluasi.
Dalam evaluasi penggolongan atau
membentuk koheren atau
taksonomi yang lebih baru datang
keseluruhan baru yang unik)
sebelum membuat seperti itu seringkali
merupakan bagian penting dari perilaku
yg terjadi lebih dahulu sebelum
menciptakan sesuatu)

Menciptakan (Menempatkan elemen


bersama-sama untuk membentuk suatu
keseluruhan koheren atau fungsional;
reorganisasi unsur ke dalam pola atau
struktur baru melalui menghasilkan,
Evaluasi (Kemampuan untuk perencanaan, atau menghasilkan.
menilai, memeriksa, dan Menciptakan mengharuskan pengguna
6
bahkan kritik nilai bahan untuk menempatkan bagian-bagian
untuk tujuan tertentu) bersama-sama dengan cara yang baru
atau mensintesis bagian menjadi
sesuatu yang baru dan berbeda bentuk
baru atau produk. Proses ini adalah
fungsi mental paling sulit dalam
taksonomi baru)

Demikianlah uraian tentang Biografi Benjamin S. Bloom Peletak Taksonomi


Bloom berikut sedikit mengenai teori yang dicetuskannya dalam bidang
pendidikan. Semoga dapat bermanfaat dan juga dapat menambah
wawasan sahabat-sahabat membumikan pendidikan.

Top of Form

Jangan sampai ketinggalan postingan-postingan terbaik dari Membumikan


Pendidikan. Berlangganan melalui email sekarang juga:

Taksonomi Bloom

Pengertian dan Sejarah


Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk
mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi
berarti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari
klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian-
sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut
beberapa
skema taksonomi.

Taksonomi Bloom adalah Penggolongan (klasifikasi) tujuan pendidikan.


Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun
1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain
(ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam
pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.

Benjamin S. Bloom amat populer di dunia pendidikan dengan


taksonominya yang lazim disebut dengan taksonomi Bloom, walaupun
yang menyusun taksonomi (klasifikasi, kategorisasi, penggolongan)
tersebut bukan hanya Bloom seorang.

Sejarahnya bermula ketika pada awal tahun 1950-an, dalam Konferensi


Asosiasi Psikolog Amerika, sebagai kelanjutan kegiatan serupa tahun
1948, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa persentase
terbanyak butir soal evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah
hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Hapalan
tersebut sebenarnya merupakan taraf terendah kemampuan berpikir
(menalar atau thinking behaviors). Tegasnya, masih ada taraf lain yang
lebih tinggi.

Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl kemudian pada tahun 1956
merumuskan ada tiga golongan (domain, ranah) kemampuan intelektual
(intellectual behaviors)seperti telah disebutkan di muka, yaitu ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor.

Ranah afektif kurang mendapatkan perhatian dari mereka, walaupun


kemudian dirumuskan Bloom, Krathwohl, dan Masia (1964) sebagai
berkenaan dengan nilai (value) yang terentang jenjangnya dari
awareness/receiving (menyadari dan menerima adanya nilai-nilai
tertentu) sampai dengan kemampuan membedakan nilai-nilai yang
tersirat (implisit, tak tampak kasat mata) melalui penganalisisan.
Penjelasan dan jabarannya menurut A Big Dog, Little Dog and Knowledge
Jump Production ( June 5, 1999. Updated May 26, 2009)

Sepanjang akhir tahun 1990-an, sebuah kelompok psikolog kognitif (para


ahli psikologi aliran kognitivisme) yang dipelopori oleh Anderson dan
Sosniak (1994) memperbaharui taksonomi Bloom tersebut agar lebih
sesuai dengan/bagi abad XXI.

B. Penjabaran Isi.

Dalam teori ini tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain,


yaitu:

Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang


menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.

Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang


menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi,
dan cara penyesuaian diri.

Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang


menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan,
mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan
ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki
Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal
istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.

Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari
tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks.
Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah
laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif,
untuk mencapai pemahaman yang berada di tingkatan kedua juga
diperlukan pengetahuan yang ada pada tingkatan pertama.

1. Domain Kognitif

Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri


dari dua bagian: Bagian pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori 1)
dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual
(kategori 2-6)

a. Pengetahuan (''Knowledge'')

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan,


definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb.
Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang
yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas,
karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk
produk.

b. Aplikasi (''Application'')

Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan


gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja.
Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya
reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu
merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam
bentuk fish bone diagram.

c. Sintesis (''Synthesis'')

Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu


menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya
tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus
didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di
tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk
menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya
terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.

d. Evaluasi (''Evaluation'')

Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi,


gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau
standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu
menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan
efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb

e. Analisis (''Analysis'')

Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang


masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian
yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah
skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu
memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan
tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap
penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.

2. Domain Afektif
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.

a. Penerimaan (''Receiving/Attending'')

Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya.


Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian,
mempertahankannya, dan mengarahkannya.

b. Tanggapan (''Responding''

Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya.


Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan
tanggapan.

c. Penghargaan (''Valuing'')

Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek,
fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari
serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.

d. Pengorganisasian (''Organization'')

Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya,


dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.

e. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (''Characterization by a Value or


Value Complex'')

Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga


menjadi karakteristik gaya-hidupnya.

3. Domain Psikomotor

Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain
berdasarkan domain yang dibuat Bloom.

a. Persepsi (''Perception'')

Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu


gerakan.

b. Kesiapan (''Set'')

Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.


c. Guided Response (Respon Terpimpin)

Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di


dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.

d. Mekanisme (''Mechanism'')

Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil


dengan meyakinkan dan cakap.

e. Respon Tampak yang Kompleks (''Complex Overt Response'')

Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola


gerakan yang kompleks.

f. Penyesuaian (''Adaptation'')

Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam


berbagai situasi.

g. Penciptaan (''Origination'')

Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau


permasalahan tertentu.

Berikut ini perbandingan versi lama dengan versi baru dari teori ini.
Versi lama Versi Baru

Perubahan terjadi pada aras (level) 1 yang semula sebagai knowledge


(tahu, ketahuan) berubah menjadi remembering (mengingat).
Perubahan terjadi juga pada level 2, yaitu comprehension yang
dipertegas menjadi understanding (paham, memahami). Level 3 diubah
sebutan dari application menjadi applying (menerapkan). Level 4 juga
diubah sebutan dari analysis menjadi analysing (menganalisis).

Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6. Evaluation versi lama


diubah posisisinya dari level 6 menjadi level 5, juga dengan perubahan
sebutan dari evaluation menjadi evaluating (menilai). Level 5 lama,
yaitu synthesis (pemaduan) hilang, dinaikkan levelnya menjadi level 6
tetapi dengan perubahan mendasar, yaitu dengan nama creating
(mencipta).

Agar lebih mudah memahami maka berikut ini table kata kerja operasional
edisi revisi teori Bloom.

a. Ranah Kognitif

Mengingat Memaham Menerapka Menganali Mengeva Menciptak


i n sis luasi an
(C1)
(C2) (C3) (C4) (C5) (C6)

1 2 3 4 5 6

Mengenali Menjelask Melaksanak Mendifere Mengcek Membang


an an nsiasikan un
Mengingat Mengkrit
kembali Mengartik Mengimple Mengorga ik Merencan
an mentasikan nisasikan akan
Membaca Membuk
Menginter Menggunak Mengatrib tikan Memprod
Menyebutka
pretasikan an usikan uksi
n Mempert
Mencerita Mengonsep Mendiagn ahankan Mengkom
Melafalkan/
kan kan osis binasikan
melafazkan Memvali
Menampilk Menentuka Memerinc dasi Merangca
Menuliskan
an n i ng
Menduku
Menghafal
Memberi Memproses Menelaah ng Merekonst
contoh kan ruksi
Mendetek Mempro
Merangku si yeksikan Membuat
m
Mengaitka Menciptak
Menyimpu n an
lkan
Memecah Mengabst
Membandi kan raksi
ngkan
Mengurai
Mengklasi kan
fikasikan

Menunjukk
an

Menguraik
an

Membeda
kan

Mengident
ifikasikan

b. Ranah Afektif

Meneri Merespon Menghargai Mengorganisas Karakterisas


ma ikan i Menurut
(A2) (A3)
Nilai (A5)
(A1) (A4)

Mengik Mengompromi Mengasumsi Mengubah Membiasaka


uti kan kan n
Menata
Mengan Menyenangi Meyakini Mengubah
Mengklasifikasi
ut perilaku
Menyambut Meyakinkan kan
Memat Berakhlak
Mendukung Memperjelas Mengombinasi
uhi mulia
kan
Menyetujui Memprakars
Memina Mempengar
ai Mempertahank
ti Menampilkan uhi
an
Mengimani
Melaporkan Mengkualifik
Membangun
Menekankan asi
Memilih
Membentuk
Menyumban Melayani
Mengatakan pendapat
g
Membuktika
Memilah Memadukan
n
Menolak Mengelola Memecahka
n
Menegosiasi

Merembuk

c. Ranah Psikomotor.

Meniru Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisasi

(P1) (P2) (P3) (P4) (P5)

Menyalin Kembali Menunjukkan Membangun Mendesain


membuat
Mengikuti Melengkapi Mengatasi Menentukan
Membangu Menunjukkan, Menggabungk
Mereplika Mengelola
n Menyempurna an Koordinat,
si
kan Mengintegrasi Menciptaka
Melakukan,
Mengulan Mengkalibrasi kan n
Melaksanak
gi Mengendalika Beradaptasi
an,
n Mengembang
Mematuhi Menerapka
kan
n
Merumuskan,
Memodifikasi

Master

Taksonomi Bloom

Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang
berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi
berarti hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini
kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog
bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan
mengenai kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran.

Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam


Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan
mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di
sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya
meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut
merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948.
Menurut Bloom, hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam
kemampuan berpikir (thinking behaviors). Masih banyak level lain yang
lebih tinggi yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat
menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya. Akhirnya pada tahun
1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan
kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom.

Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan


skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk
mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih
dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi
menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual
behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Taksonomi Bloom mengalami dua kali perubahan perubahan yaitu


Taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom sendiri dan Taksonomi yang
telah direvisi oleh Andreson dan KartWohl. Untuk pembahasan masing-
masing dijelaskan sebagai berikut,

A. Ranah Kognitif

Tujuan kognitif atau Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan
mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas
otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu
terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai
jenjang yang tertinggi yang meliputi 6 tingkatan antara lain :

a. Pengetahuan (Knowledge) C1

Pada level atau tingkatan terendah ini dimaksudkan sebagai kemampuan


mengingat kembali materi yang telah dipelajari, misalnya: (a)
pengetahuan tentang istilah; (b) pengetahuan tentang fakta khusus; (c)
pengetahuan tentang konvensi; (d) pengetahuan tentang kecendrungan
dan urutan; (e) pengetahuan tentangklasifikasi dan kategori; (f)
pengetahuan tentang kriteria; dan (g) pengetahuan tentang metodologi.
Contoh: menyatakan kebijakan.

b. Pemahaman (Comprehension) C2

Pada level atau tingkatan kedua ini, pemahaman diartikan sebagai


kemampuan memahami materi tertentu, dapat dalam bentuk: (a)
translasi (mengubah dari satu bentuk ke bentuk lain); (b) interpretasi
(menjelaskan atau merangkum materi);(c) ekstrapolasi
(memperpanjang/memperluas arti/memaknai data). Contoh : Menuliskan
kembali atau merangkum materi pelajaran
c. Penerapan (Application) C3

Pada level atau tingkatan ketiga ini, aplikasi dimaksudkan sebagai


kemampuan untuk menerapkan informasi dalam situasi nyata atau
kemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau situasi yang baru.
Contoh: Menggunakan pedoman/ aturan dalam menghitung gaji pegawai.

d. Analisa (Analysis) C4

Analisis adalah kategori atau tingkatan ke-4 dalam taksonomi Bloom


tentang ranah (domain) kognitif. Analisis merupakan kemampuan
menguraikan suatu materi menjadi bagian-bagiannya. Kemampuan
menganalisis dapat berupa: (a) analisis elemen (mengidentifikasi bagian-
bagian materi); (b) analisis hubungan (mengidentifikasi hubungan); (c)
analisis pengorganisasian prinsip (mengidentifikasi
pengorganisasian/organisasi). Contoh: Menganalisa penyebab
meningkatnya Harga pokok penjualan dalam laporan keuangan dengan
memisahkan komponen- komponennya.

e. Sintesis (Synthesis) C5

Level kelima adalah sintesis yang dimaknai sebagai kemampuan untuk


memproduksi. Tingkatan kognitif kelima ini dapat berupa: (a)
memproduksi komunikasi yang unik; (b) memproduksi rencana atau
kegiatan yang utuh; dan (c) menghasilkan/memproduksi seperangkat
hubungan abstrak. Contoh: Menyusun kurikulum dengan
mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa sumber.

f. Evaluasi (Evaluation) C6

Level ke-6 dari taksonomi Bloom pada ranah kognitif adalah evaluasi.
Kemampuan melakukan evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai
manfaat suatu benda/hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang
jelas. Paling tidak ada dua bentuk tingkat (level) evaluasi menurut Bloom,
yaitu: (a) penilaian atau evaluasi berdasarkan bukti internal; dan (2)
evaluasi berdasarkan bukti eksternal. Contoh: Membandingkan hasil ujian
siswa dengan kunci jawaban.
B. Ranah Afektif

Ranah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi,


misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat,minat, motivasi, dan
sikap. Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang
sederhana hingga yang paling kompleks :

a. Penerimaan (Receiving) A1

Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon


terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil
belajar terendah dalam domain afektif. Dan kemampuan untuk
menunjukkan atensi dan penghargaan terhadap orang lain. Contoh:
mendengar pendapat orang lain, mengingat nama seseorang.

b. Responsive (Responding) A2

Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat
secara afektif, menjadi peserta dan tertarik. Kemampuan berpartisipasi
aktif dalam pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera bereaksi
dan mengambil tindakan atas suatu kejadian. Contoh: berpartisipasi
dalam diskusi kelas

c. Nilai yang dianut (Value) A3

Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek
atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak
atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi sikap dan opresiasi. Serta Kemampuan menunjukkan nilai yang
dianut untuk membedakan mana yang baik dan kurang baik terhadap
suatu kejadian/obyek, dan nilai tersebut diekspresikan dalam perilaku.
Contoh: Mengusulkan kegiatan Corporate Social Responsibility sesuai
dengan nilai yang berlaku dan komitmen perusahaan.

d. Organisasi (Organization) A4

Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang


membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan
membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang
tercermin dalam suatu filsafat hidup. Dan Kemampuan membentuk
system nilai dan budaya organisasi dengan mengharmonisasikan
perbedaan nilai. Contoh: Menyepakati dan mentaati etika profesi,
mengakui perlunya keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab.

e. Karakterisasi (characterization) A5

Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat


berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten
dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada
hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa. Dan
Kemampuan mengendalikan perilaku berdasarkan nilai yang dianut dan
memperbaiki hubungan intrapersonal, interpersonal dan social. Contoh:
Menunjukkan rasa percaya diri ketika bekerja sendiri, kooperatif dalam
aktivitas kelompok

C. Ranah Psikomotorik

Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani,


keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat diasah
jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut dapat diukur sudut
kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori
dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga
tingkat yang rumit.

a. Peniruan P1

Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons


serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot
saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak
sempurna.

b. Manipulasi P2

Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan,


penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan
melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut
petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c. Ketetapan P3

Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam


penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan
dibatasi sampai pada tingkat minimum.

d. Artikulasi P4

Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan


yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di
natara gerakan-gerakan yang berbeda.

e. Pengalamiahan P5

Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit


mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara
rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam
domain psikomotorik.

Revisi Taksonomi Bloom

Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl
dan para ahli psikologi

aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan


kemajuan zaman. Hasil perbaikan

tersebut baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi


Taksonomi Bloom. Revisi hanya

dilakukan pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi:

1. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk
setiap level taksonomi.

2. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun


urutan level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi.
Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6.

Perubahan perubahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

v Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering (mengingat).


v Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding
(memahami).

v Pada level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan).

v Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis).

v Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi


dengan perubahan mendasar, yaitu creating (mencipta).

v Pada level 6, Evaluation turun posisisinya menjadi level 5, dengan


sebutan evaluating (menilai).

Jadi, Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri
dari enam level: remembering (mengingat), understanding (memahami),
applying (menerapkan), analyzing (menganalisis, mengurai), evaluating
(menilai) dan creating (mencipta). Revisi Krathwohl ini sering digunakan
dalam merumuskan tujuan belajar yang sering kita kenal dengan istilah
C1 sampai dengan C6.

Sama dengan sebelum revisi, tiga level pertama (terbawah) merupakan


Lower Order Thinking

Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Jadi,
dalam menginterpretasikan

piramida di atas, secara logika adalah sebagai berikut:

- Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya


terlebih dahulu

- Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih


dahulu

- Sebelum kita menganalisa maka kita harus menerapkannya dulu

- Sebelum kita mengevaluasi maka kita harus menganalisa dulu

- Sebelum kita berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka kita harus


mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan
mengevaluasi.

Beberapa kritik dilemparkan kepada penggambaran piramida ini. Ada


yang beranggapan bahwa
semua kegiatan tidak selalu harus melewati tahap yang berurutan. Proses
pembelajaran dapat dimulai

dari tahap mana saja tergantung kreasi tiap orang. Namun demikian,
memang diakui bahwa pentahapan

itu sebenarnya cocok untuk proses pembelajaran yang terintegrasi.

Hingga saat ini ranah afektif dan psikomotorik belum mendapat perhatian.
Skill menekankan

aspek psikomotorik yang membutuhkan koordinasi jasmani sehingga lebih


tepat dipraktekkan bukan

dipelajari. Attitude juga merupakan faktor yang sulit diubah selama proses
pembelajaran karena

attitude terbentuk sejak lahir. Mungkin itulah alasan mengapa revisi baru
dilakukan pada ranah kognitif

yang difokuskan pada knowledge.

http://firdausanisaa.blogspot.com/2013/12/taksonomi-bloom-ranah-afektif-
kognitif.html

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/04/pembagian-ranah-
domain-kognitif-Bloom.html

http://audiesruby.blogspot.com/2013/12/taksonomi-bloom-dan-konsep-
permasalahan.html

Bottom of Form
https://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom

http://kuliahgratis.net/benjamin-s-bloom/

http://nizaryasir.blogspot.co.id/2012/11/ranah-pendidikan-oleh-benyamin-
bloom.html

http://wandarmawan.blogspot.co.id/2013/04/taksonomi-pendidikan.html

http://pipinridmaningsih.blogspot.co.id/2014/12/makalah-taksonomi-
bloom-dan-gagne_49.html

http://membumikan-pendidikan.blogspot.com/2015/02/biografi-benjamin-
s-bloom-peletak.html

http://wahidatulmunawarah.blogspot.co.id/2012/05/taksonomi-bloom.html

http://landasankependidikandimasprobowinoto.blogspot.co.id/2015_07_01
_archive.html

Anda mungkin juga menyukai