Anda di halaman 1dari 49

EVALUASI PENGETAHUAN

Makalah Ini Disusun


Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur

MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Mas’ud Zein, M. Pd.
Nurul Jannah, M. Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 5

Husnul Afifah (12110122417)


Sukerno (12110111787)

KELAS A SEMESTER 6
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2024 M / 1445 H
PRAKATA

Alhamdulillah, bersyukur kepada Allah atas nikmat dan kebahagian yang


diberikan-Nya. Makalah ini disusun dengan niat yang baik dan dilakukan dengan
upaya sungguh-sungguh untuk mengetahui bagiamana konsep evaluasi
pembelajaran aspek kognitif pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi peserta didik. Penulis telah
mengikuti kaidah-kaidah penulisan yang berlaku dan menggunakan sumber-
sumber terpercaya untuk memastikan keakuratan dan kualitas makalah ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibuk Dosen
Pengampu mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bapak
Prof. Dr. H. Mas’ud Zein, M. Pd. dan Ibuk Nurul Jannah, M. Pd. yang telah
memberikan bimbingan dan arahan yang berharga. Dukungan dari teman-teman
sejawat juga sangat dihargai dan telah memberikan semangat dalam menyelesaikan
makalah ini. Penulis mengakui bahwa makalah ini tidak sempurna dan memiliki
kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan tulus menerima kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca. Kritik dan saran tersebut akan sangat berarti dalam upa
ya peningkatan dan pengembangan makalah ini.

Terakhir, penulis berharap bahwa makalah ini dapat memberikan inspirasi


dan pemahaman yang lebih dalam mengenai pentingnya evaluasi dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam terkhusus dalam aspek pengetahuan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi sumbangan
positif dalam pengembangan pendidikan agama Islam.

Pekanbaru, 16 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah. .......................................................................... 1

B. Pokok Bahasan. .......................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan. ...................................................................................... 2

PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Pengertian Evaluasi Aspek Kognitif ........................................................ 3

B. Tahapan Aspek Kognitif ........................................................................... 6

C. Tujuan Dan Manfaat Evaluasi Aspek Kognitif. .................................. 17

D. Langkah-langkah Evaluasi Kognitif ...................................................... 20

E. Pengembangan Instrumen Kognitif ....................................................... 21

PENUTUP ............................................................................................................ 43

A. Kesimpulan ............................................................................................... 43

B. Saran ......................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 45

iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Pembelajaran merupakan proses dalam lembaga pendidikan dan memiliki


aspek yaitu penilaian. Pendidikan yang baik tentu mengalamai evaluasi
didalammya untuk mendapatkan hasil yang baik. Penilaian yang dilakukan
untuk menjadikan diri seorang peserta didik menjadi pribadi yang bernilai
dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah bermanfaat dalam
lingkungan masyrakat. Penilaian peserta didik dalam lembaga pendidikan
mencakup dalam berbagai hal, aspek kognitif yaitu tentang pengetahuan, aspek
afektif yaitu tentang sikap dan aspek psikomotor yaitu tentang keterampilan
peserta didik. Ketiga aspek tersebut secara alami dimiliki oleh semua peserta
didik, dan dengan adanya evaluasi hal tersebut menimbulkan manfaaat positif
yaitu mengaktifkan ketiga aspek tersebut menjadi lebih baik dan bekerja
kembali.
Aspek kognitif seorang siswa yang ada dalam setiap individu merupakan
hal yang penting untuk dijadikan sebagai sebuah rujukan atau penilaian secara
sederhana untuk mengetahui bagaimana peserta didik tersebut dapat memahami
suatu hal yang baru dan hal lainnya. Secara sederhana aspek kognitif adalah
bentuk pemahaman peserta didik dalam hal pengetahuan, misalnya mampu
memahami suatu konsep baru, mampu menganalisis dan mampu untuk
mengkombinasikan pemikirannya menjadi sebuah pendapat baru dan memiliki
pendapat yang bagus serta memiliki dasar yang baik.
Aspek kognitif dalam pembelajaran penting untuk di evaluasi dengan tujuan
dasar yaitu mampu melihat bagaimana gambaran peserta didik tersebut mampu
dalam memahami materi yang disajikan. Ketika melakukam evaluasi
pembelajaran dalam aspek kognitif tentu hal lainnya tidak bisa dijadikan
sebagai sebuah rujukan utama, namun bisa menjadikan hal tersebut sebagai
pertimbangan.

1
B. Pokok Bahasan.

Pendidikan adalah suatu proses dimana pembelajaran bisa dilakukan secara


baik dalam berbagai aspek dalam peserta didik. Aspek kognitif merupakan salah
satu bentuk perkembangan peserta didik. Maka yang menjadi topik kajian
makalah penulis adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian evaluasi aspek kognitif dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam?
2. Bagaimana tingkatan aspek kognitif dalam pembelajaran ?
3. Bagaimana manfaat dan tujuan evaluasi aspek kognitif Pendidikan
Agama Islam meningkatkan kualitas pembelajaran?
4. Bagaimana langkah-langkah evalusi pembelajaran aspek kognitif
Pendidikan Agama Islam ?
5. Bagaimana pengembangan instrumen evaluasi aspek kognitif
pembelajaran Pendidikan Agama Islam?

C. Tujuan Penulisan.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pandangan dan


pengetahuan yang luas tentang evaluasi aspek kognitif dalam pembelajaran,
terkhusus dalam bidang Pendidikan Agama Islam, tujuan makalah ini yaitu:

1. Bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang


evaluasi aspek kognitif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Tujuan kedua adalah mendorong praktik evaluasi yang efektif dalam
pembelajaran agama Islam, dengan fokus pada aspek kognitif.
3. Makalah ini bertujuan untuk menyoroti pentingnya pemahaman,
pengetahuan, dan proses berpikir dalam pembelajaran agama Islam.
4. Melalui contoh instrumen evaluasi yang relevan, tujuan ini adalah untuk
menginspirasi inovasi dalam metode evaluasi pembelajaran agama
Islam.
5. Tujuan terakhir adalah mendorong peningkatan kualitas pembelajaran
agama Islam melalui evaluasi yang berkualitas dan tepat.

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Aspek Kognitif

Secara harfiah, evaluasi pendidikan (educational evaluation= al-Taqdir al-


Tarbawi) dapat diartikan sebagai penilaian dalam (bidang) pendidikan atau
penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Sementara itu, jika dikaitkan dengan pembelajaran atau evaluasi pembelajaran
(learning evaluation), dapat diartikan sebagai penilaian mengenai hal- hal yang
berkaitan dengan proses pembelajaran.1 Evaluasi di dalam arti yang lebih luas
adalah proses dari perencanaan, pengumpulan, dan penyediaan informasi yang
diperlukan untuk membuat berbagai alternatif keputusan. Sementara penilaian
pembelajaran merupakan proses berkelanjutan untuk mengumpulkan dan
menafsirkan informasi, melakukan penilaian keputusan yang dibuat untuk
merancang sistem pembelajaran.2

Evaluasi adalah suatu kegiatan atau proses yang sistematis, berkelanjutan,


dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan, dan penetapan
kualitas (nilai dan arti) berbagai komponen pembelajaran berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu. Evaluasi bertujuan untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah
dicapai.3 Berdasarkan beberapa pendapat tersebut evaluasi pembelajaran adalah
suatu proses yang dilakukan secara sistematis dan semuanya telah
dipersiapakan secara baik dan tepat. Apabila dikaitkan dengan Pendidikan
Agama Islam di sekolah, evaluasi pembelajaran merupakan bentuk penilaian
tentang bagaimana komponen-komponen dalam Pendidikan Agama Islam,
seperti mengevaluasi kemampuan peserta didik dalam membaca teks-teks
agama, menilai pemahaman mereka terkait dengan kemampuan kognitif mereka
dalam memahami dan mempraktikkan ajaran Islam."

1
Hendro Widodo, “Evaluasi Pendidikan”, (Cet. 1. Yogyakarta : Uad Press, 2021), hlm. 2.
2
Enny Nurcahayawati, dkk., “Evaluasi Pembelajaran Di Era Digital 5.0”, (Cet. 1. Jawa
Barat : Yayasan Wiyata Bestari Samasta, 2021), hlm. 2
3
Ida Farida, ”Evaluasi Pembelajaran Berdsarkan Kurikulum Nasional”, (Cet. 1. Bandung
: Remaja Rosdakarya, 2017), hlm. 4.

3
Evaluasi pembelajaran tentu dalam berbagai aspek, salah satunya adalah
aspek kognitif, yang merupakan aspek yang paling penting dalam diri seorang
peserta didik untuk selalu berkembang dan menjadi lebih baik. Evaluasi kognitif
tidak hanya mengukur seberapa baik peserta didik dalam mengingat fakta-fakta
atau konsep-konsep tertentu, tetapi juga seberapa baik mereka dalam
menerapkan pengetahuan tersebut dalam situasi nyata. Dengan memahami
aspek kognitif ini, pendidik dapat merancang strategi pembelajaran yang lebih
efektif dan mengembangkan keterampilan berpikir yang kritis dan analitis.

Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang padanannya knowing,


berarti mengetahui. Dalam arti yang luas cognition ialah perolehan, penataan,
dan penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah
kognitif yang dalam bahasa Indonesia disebut ”kognisi” yang menjadi ranah
psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan pemahaman, pertimbangan, penggalian informasi, dan pemecahan
masalah.4 Ranah Psikologis yang dimaksud merupakan perilaku siswa dalam
upaya mengenal dan memahami bahan ajar yang dipelajari.5

Pandangan kognitif melihat belajar sebagai suatu yang aktif, mereka


berinisiatif mencari informasi untuk menyelasaikan masalah, mencari cara atau
metode untuk belajar dan mengorganisasi apa yang telah mereka ketahui untuk
mencapai pelajaran baru. Mereka dipengaruhi oleh lingkungan, orang akan aktif
memilih, memutuskan, mempraktikkan, memperhatikan, mengabaikan dan
membuat banyak respon lain untuk mengejar suatu tujuan.6 Penilaian ranah
kognitif ini merupakan proses pengumpulan informasi tentang kemampuan
berpikir peserta didik, yang terintegrasi dengan penguasaan pengetahuannya.7

4
Muh Akib, “Sasaran Atau Obyek Evaluasi Pendidikan Dan Penilaian Berbasis Sekolah,”
Jurnal Al-hikmah 14, no. 1 (2013): hlm. 2.
5
Inanna, Rahmatullah, dan Muhammad Hasan, Evaluasi Pembelajaran: Teori Dan Praktek
(Makassar: Tahta Media Group, 2021), hlm. 39.
6
Khaidaroh Shofiya dan Sukiman, “Pengembangan Tujuan Pembelajaran Pai Aspek
Kognitif Dalam Teori Anderson, L. W. Dan Krathwohl, D.r.,” Jurnal Al-Ghazali 1, no. 2 (2018):
hlm. 3.
7
Hellin Putri, Desty Susiani, ”Instrumen Penilaian Hasil Pembelajaran Kognitif Pada Tes
Uraian Dan Tes Objektif”, Jurnal Papeda, Vol. 4, no. 2, (Juli 2022), hlm. 142.

4
Sedangkan menurut pendapat Bloom Ranah kognitif adalah ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak) yaitu segala upaya yang menyangkut aktivitas
otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Bloom mengelompokkan ranah
kognitif ke dalam enam kategori dari yang sederhana sampai kepada yang
paling kompleks dan diasumsikan bersifat hirarkis.8 Banyak klasifikasiyang
banyak di buat oleh para psikolog dan Pembelajaran, namun klasifikasi yang
banyak digunakan oleh Benyamin S. Bloom yang terdiri dari enam jenjang.9
Tingkatan tersebut telah mengalami penyempurnaan dari sebelumnya, yaitu:
mengingat (C1); memahami (C2); menerapkan (C3); menganalisis (C4);
mengevaluasi (C5); dan Mencipta (C6).10

Jadi dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan Pendapat penulis


mengenai ranah kognitif dalam evaluasi pembelajaran adalah bahwa ranah ini
mencakup aspek intelektual seperti pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan berpikir. Apabila berkaitan dengan pemahaman hal baru maka hal
tersebut termasuk dalam aspek kognitif, pemahaman-pemahaman yang
dimaksud terkadang memiliki perbedaan dalam berbagai tingkatan,
dikarenakan kognitif seorang peserta didik memiliki tahapan-tahapan yang
berbeda-beda. Sehingga dalam satu masalah yang sama, bisa memiliki pendapat
yang berbeda-beda, maka dari itu hal tersebut merupakan bagian dari aspek
kognitif peserta didik. Jadi hal yang harus dilakukan oleh seorang guru terutama
mengenai aspek kognitif peserta didik dalam memahami mereka adalah, guru
tersebut harus selangkah lebih maju, tahu dengan karakter peserta didik tersebut
dengan tujuan bisa memberikan penilaian yang tepat atas kognitif mereka, yaitu
kemampuan pengetahuan masing-masing.

8
Husni Syahrundin, ”Evaluasi Pembelajaran” (Cet. 1. Jawa Tengah : Eureka Media
Aksara,2021), hlm.75.
9
Sawaluddin Sawaluddin, “Evaluasi Pembelajaran Terintegrasi,” Journal of Islamic
Education El Madani 1, no. 1 (11 Januari 2022): hlm. 50, https://doi.org/10.55438/jiee.v1i1.15.
10
Hellin Putri dkk., “Instrumen Penilaian Hasil Pembelajaran Kognitif pada Tes Uraian dan
Tes Objektif,” Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar 4, no. 2 (31 Juli 2022): hlm. 141,
https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v4i2.2649.

5
B. Tahapan Aspek Kognitif

Kemampuan berpikir peserta didik memiliki tahapan. Tahapan yang dilalui


oleh peserta didik diharapkan dapat meningkatkan level pemahaman mereka
sesuai tahap-tahapan yang ada dalam aspek kognitif demi menunjang
keberhasilan proses berpikir dan keberhasilan pendidikan secara individu dan
universal. Secara sederhana tahapan dalam aspek kognitif adalah hal yang
berisifat abstrak namun, hal tersebut menjadi panduan oleh peserta didik untuk
melihat bagaimana mereka berkembang, tidak hanya secara biologi, melainkan
kemampuan berfikir mereka juga berkembang ke arah yang lebih baik. Seorang
pendidik harus bisa memberikan arahan yang tepat terkait tahapan yang peserta
didik itu lalui, tidak menjadikan beban melainkan sebagai motivasi untuk
peserta didik.

Mengenai konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh


Benjamin S. Bloom. Seiring perkembangan teori pendidikan, Krathwohl dan
para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar
sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut dipublikasikan pada
tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom.11 Berdasarkan pendapat
yang dikemukan sebelumnya Bloom mengelompokkan ranah kognitif ke dalam
enam kategori dari yang sederhana sampai kepada yang paling kompleks dan
diasumsikan bersifat hirarkis, yang berarti tujuan pada level yang tinggi dapat
dicapai apabila tujuan pada level yang rendah telah dikuasai.12 Tahapan aspek
kognitif sebelum dan sesudah revisi menurut Taksonomi Bloom adalah sebagai
berikut:

11
Khaidaroh Shofiya dan Sukiman, “Pengembangan Tujuan Pembelajaran Pai Aspek
Kognitif Dalam Teori Anderson, L. W. Dan Krathwohl, D.r.,” hlm. 8.
12
Arief Aulia Rahman, dkk., “Evaluasi Pembelajaran”, (Cet. 1. Jawa Timur: Uwais
Inspirasi Indonesia, 2019), hlm.92.

6
Gambar 1.1 Taxonomy Bloom

1. Pertama yaitu, tingkatan Mengingat (Remembering), yaitu menentukan


pengetahuan yang relevan dari ingatan atau memori jangka pajang.
Kategori ini merupakan kategori yang paling rendah tingkatnya karena
tidak terlalu banyak meminta energi.13 Mengingat merupakan dimensi
yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna
(meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving).
Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali
(recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan
dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan
hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia,
sedangkanmemanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang
membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.
Adapun kata kunci pada kategori mengingat diantaranya mengurutkan,
menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi,
menemukan kembali, dan sebagainya.14

13
Andri Kurniawan dan Aurora Nandia febrianti, Evaluasi Pembelajaran (Padang: PT.
Global Esekutif Teknologi, 2022), hlm. 31.
14
Enny Nurcahyawati, Asyraf Suryadin, dan Purnawati Andi Fitriani Djollong, Evaluasi
Pembelajaran Di Era Digital 5.0 (Cirebon: Yayasan Wiyata Bestari Samasta, 2022), hlm. 152-153.

7
Contoh Kata Kerja Operasional (KKO) Tingkatan Kognitif
Mengingat (C1)
Tingkatan Kognitif Kata Kerja Operasional
Mengingat (C1), Mengetahui, Menemukan (Identifikasi),
Misalnya: istilah, fakta, aturan, Mengingat Kembali, Membaca,
urutan. Menyebutkan, Melafalkan,
Menuliskan, Menghafal,
Menyusun daftar,
Menjodohkan, Memilih,
Memberi Defenisi, Menyatakan

Berdasarkan penjelasan dan KKO tersebut apabila kita ambil contoh


yaitu sebagai berikut :
a. Menemukan (Identifikasi)
Siswa diminta untuk menemukan dan mengidentifikasi ayat-ayat
Al-Qur'an yang membahas tentang akhlak mulia. Mereka harus
dapat mengidentifikasi ayat-ayat tersebut dari teks Al-Qur'an yang
diberikan dan menafsirkannya dalam konteks kehidupan sehari-hari.
b. Mengingat Kembali
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang kisah Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya. Siswa diminta untuk
mengingat kembali peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan
Nabi dan sahabatnya serta menyebutkan pelajaran moral yang dapat
dipetik dari kisah-kisah tersebut.
c. Membaca
Siswa diberikan sebuah hadis dan diminta untuk membacanya
dengan seksama. Setelah itu, mereka harus mampu merangkum
pesan utama dari hadis tersebut dan menjelaskannya kepada teman-
teman sekelas.

8
2. Kedua yaitu, tingkatan memahami (Understand) yaitu kemampuan
menggunakan informasi dalam situasi yang tepat, mencakup
kemampuan untuk membandingkan, menunjukkan persamaan dan
perbedaan, mengidentifikasi karakteristik, menganalisis dan
menyimpulkan.15
Contoh Kata Kerja Operasional (KKO) Tingkatan Kognitif
Memahami (C2)
Tingkatan Kognitif Kata Kerja Operasional
Memahami (C2) Menerjemahkan, Menjelaskan, Mengartikan,
Menafsirkan, Memperkirakan, Menginterpretasikan,
Menentukan ... Misalnya: metode, Menceritakan, Menampilkan,
prosedur Memahami ... misalnya: Memberi contoh, Merangkum,
konsep, kaidah, prinsip, kaitan Menyimpulkan,
antara, fakta, isi pokok. Mengartikan Membandingkan,
Menginterpretasikan ... misalnya: Mengklasifikasikan,
tabel, grafik, bagan Menunjukkan, Menguraikan,
Membedakan, Menyadur,
Meramalkan, Memperkirakan,
Menerangkan, Menggantikan,

Berdasarkan penjelasan dan KKO tersebut apabila kita ambil contoh


yaitu sebagai berikut :
a. Menceritakan
Siswa diminta untuk menceritakan konsep rahmatan lil alamin
dalam Islam, yaitu kasih sayang kepada semua makhluk. Mereka
juga diharapkan memahami bagaimana prinsip ini tercermin dalam
kehidupan Nabi Muhammad SAW dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.

15
Arief Aulia Rahman, dkk., “Evaluasi Pembelajaran”, (Cet. 1. Jawa Timur: Uwais
Inspirasi Indonesia, 2019), hlm. 93.

9
b. Menjelaskan
Siswa diminta untuk menjelaskan makna sebuah hadis tentang
akhlak mulia dan memberikan contoh konkret tentang penerapan
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengartikan
Siswa diminta untuk mengartikan makna ayat-ayat tentang keadilan
dalam sebuah surah Al-Qur'an dengan memperhatikan konteks
historis dan sosialnya, serta menginterpretasikan bagaimana prinsip
keadilan tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan
bermasyarakat.

3. Ketiga yaitu, Tingkatan Menerapkan (Applying) mencakup


kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah
dipelajari ke dalam situasi atau konteks yang lain, yaitu mampu
mengaplikasikan atas pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki
sebagai hasil dari proses pembelajaran.16
Contoh Kata Kerja Operasional (KKO) Tingkatan Kognitif
Menerapkan (C3)
Tingkatan Kognitif Kata Kerja Operasional
Menerapkan (C3) Memecahkan Melaksanakan,
masalah, Membuat bagan/grafik, Mengimplementasikan,
Menggunakan .. misalnya: metoda, Menggunakan, Mengonsepkan,
prosedur, konsep, kaidah, prinsip Menentukan, Memproseskan,
Mendemonstrasikan,
Menghitung, Menghubungkan
Melakukan, Membuktikan,
Menghasilkan, Memperagakan
Melengkapi, Menyesuaikan,
Menemukan.

16
Asrul, dkk., ”Evaluasi Pembelajaran”, (Cet. 1. Bandung : Citapustaka Media, 2014),
hlm. 100.

10
Berdasarkan penjelasan dan KKO tersebut apabila kita ambil contoh
yaitu sebagai berikut :
a. Mendemonstrasikan
Siswa diminta untuk mendemonstrasikan nilai-nilai etika Islam
dalam proyek amal. Mereka harus merancang dan melaksanakan
kegiatan yang mengedepankan nilai-nilai seperti keadilan,
kejujuran, dan kedermawanan.
b. Melaksanakan
Siswa diminta untuk melaksanakan shalat jamaah di masjid sekolah
mereka. Mereka harus mengikuti tata cara shalat jamaah sesuai
dengan ajaran Islam, mengatur barisan, dan menjaga konsentrasi
dalam ibadah.
c. Menggunakan
Siswa diminta untuk menggunakan konsep rahmatan lil alamin
dalam menyusun program sosial. Mereka harus menggunakan nilai-
nilai kasih sayang dan kedermawanan untuk merancang program
yang memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.

4. Keempat yaitu, tingkatan Menganalisis (Analyze) merupakan


memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian
dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut
dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan
permasalahan.17 Kategori Apply terdiri kemampuan membedakan
(Differentiating), mengorganisasi (Organizing) dan memberi simbol
(Attributing).18

17
Enny Nurcahayawati, dkk., “Evaluasi Pembelajaran Di Era Digital 5.0”, (Cet. 1. Jawa
Barat : Yayasan Wiyata Bestari Samasta, 2021), hlm. 154.
18
Ida Farida, Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Nasioanl (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2017), hlm. 53.

11
Contoh Kata Kerja Operasional (KKO) Tingkatan Kognitif
Menganalisis (C4)

Tingkatan Kognitif Kata Kerja Operasional


Menganalisis (C4) Mengenali Mendiferensiasikan,
kesalahan Memberikan .... misalnya: Mengorganisasikan,
fakta fakta, Menganalisis ... Mengatribusikan, Mendiagnosis,
misalnya: struktur, bagian, hubungan Memerinci, Menelaah,
Mendeteksi, Mengaitkan,
Memecahkan, Menguraikan,
Memisahkan, Menyeleksi,
Memilih, Membandingkan,
Mempertentangkan,
Menguraikan, Membagi.

Berdasarkan penjelasan dan KKO tersebut apabila kita ambil contoh


yaitu sebagai berikut :
a. Menelaah
Siswa menelaah sebuah hadis tentang pentingnya ilmu pengetahuan
dalam Islam untuk memahami implikasinya dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Mendeteksi
Siswa mendeteksi nilai-nilai keadilan dalam sebuah cerita tentang
konflik sosial dan mengevaluasi tindakan yang sesuai dengan ajaran
Islam.
c. Memecahkan
Siswa memecahkan sebuah dilema etis dengan merumuskan solusi
yang sesuai dengan ajaran agama Islam dan menelaah
konsekuensinya.

12
5. Kelima yaitu, tingkatan evaluasi (Evaluation) berkaitan dengan proses
kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang
sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas,
efisiensi, dan konsistensi.19
Contoh Kata Kerja Operasional (KKO) Tingkatan Kognitif
Mengevaluasi (C5)

Tingkatan Kognitif Kata Kerja Operasional


Menilai berdasarkan norma internal Mengecek, Mengkritik,
.... misalnya: hasil karya, mutu Membuktikan, Mempertahankan,
karangan, dll. Memvalidasi, Mendukung,
Menyimpulkan, Menilai,
Mengevaluasi, argumentasi,
Menafsirkan, Merekomendasi.

Berdasarkan penjelasan dan KKO tersebut apabila kita ambil contoh


yaitu sebagai berikut :
a. Mendukung
Siswa menegaskan pentingnya amal sholeh untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat, dengan merujuk pada ajaran Al-
Qur'an dan hadis yang mendukungnya.
b. Mempertahankan
Siswa mempertahankan pentingnya menjaga ikatan keluarga dan
kasih sayang terhadap sesama sebagai ajaran agama Islam, dengan
memberikan argumen dan contoh konkret.
c. Mengkritik
Siswa mengkritik pandangan yang membenarkan kekerasan dalam
nama agama, dengan merujuk pada nilai-nilai kasih sayang,
kedamaian, dan toleransi dalam ajaran Islam.

19
Enny Nurcahayawati, dkk., “Evaluasi Pembelajaran Di Era Digital 5.0”, (Cet. 1. Jawa
Barat : Yayasan Wiyata Bestari Samasta, 2021), hlm. 154.

13
6. Keenam atau yang terakhir adalah, Mengkreasi atau Mencipta
(Creating) yaitu, menciptakan mengarah pada proses kognitif
meletakkan unsur-unsur secara bersamasama untuk membentuk
kesatuan yang koheren dan mengarahkan peserta didik untuk
menghasilkan suatu produk baru yang berbeda dari sebelumnya.20
Contoh Kata Kerja Operasional (KKO) Tingkatan Kognitif
Mengkreasi (C6)
Tingkatan Kognitif Kata Kerja Operasional
Menghasilkan ... misalnya: Membangun,Memproduksi,
klasifikasi, karangan, teori Mengkombinasikan,
Menyusun .... misalnya: Merekonstruksi,Membuat,Menciptakan,
laporan, rencana, skema, Mengkategorikan, Mengarang
program, proposal ,Mendesain, Menyusun kembali,

Berdasarkan penjelasan dan KKO tersebut apabila kita ambil contoh


yaitu sebagai berikut :
a. Mengarang
Siswa diminta untuk mengarang cerita pendek tentang kebaikan hati
berdasarkan ajaran Islam
b. Menciptakan
Siswa menciptakan puisi atau lagu tentang rahmatan lil alamin
(kasih sayang bagi semua makhluk) dalam Islam, mengekspresikan
pemahaman mereka melalui kata-kata atau lirik yang kreatif.
c. Mendesain
Siswa mendesain poster tentang pentingnya menjaga lingkungan
sebagai bagian dari ajaran Islam, menggunakan gambar dan tulisan
untuk menyampaikan pesan-pesan agama tentang keberlanjutan
lingkungan.

20
Enny Nurcahyawati, Asyraf Suryadin, dan Purnawati Andi Fitriani Djollong, Evaluasi
Pembelajaran Di Era Digital 5.0, hlm. 155.

14
Tahapan kognitif tersebut memiliki level yang berbeda-beda, yaitu seperti
LOTS dan HOTS. Makna LOTS (lower order thinking skills) Adalah
kemampuan yang hanya mengingat dan menghafal fakta dari teks, misalnya bila
seseorang peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan what maka dia
akan langsung mencari jawabannya di dalam teks, dia tidak akan berusaha
untuk mencari jawaban di luar teks, sehingga tidak menggunakan pola pikir
kritis.21 Sedangkan HOTS (higher order thinking skills), merupakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi sebagai pemikiran yang baru dan
menghasilkan ide-ide yang bernilai dalam suatu permasalahan.22 Berdasarkan
hal tersebut tingkatan Taksonomi Bloom dikelompokan menjadi dua bagian
yaitu sebagai berikut :

Proses Kognitif Definisi


C1 L Mengingat Mengambil pengetahuan yang relevan dari
ingatan
C2 O Memahami Membangun arti dari proses pembelajaran,

T termasuk komunikasi lisan, tertulis, dan gambar


C3 Menerapkan/ Melakukan atau menggunakan prosedur dalam
S Mengaplikasikan situasi yang tidak biasa
Memecah materi ke dalam bagian-bagiannya dan
C4 H Menganalisis menentukan bagaimana bagian-bagian itu
terhubungkan antarbagian dan ke struktur atau
O tujuan keseluruhan
C5 T Menilai/ Membuat pertimbangan berdasarkan kriteria atau
Mengevaluasi standar
C6 S Mengkreasi/ Menempatkan unsur-unsur secara bersama-sama
Mencipta untuk membentuk keseluruhan secara koheren
atau fungsional: menyusun kembali unsur-unsur
ke dalam pola atau struktur baru

21
Ujang Suparman, Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tinggi Peserta Didik
(Bandar Lampung: Pusaka Media, 2020), hlm. 2.
22
Hendro Widodo, Evaluasi Pendidikan (Yogyakarta: Uad Press, 2021), hlm. 61.

15
Tahapan-tahapan dalam aspek kognitif sebenarnya memiliki dasar utama
pada pengetahuan. Pada tahap awal, peserta didik dimulai dengan upaya untuk
mengingat apa yang belum mereka ketahui sebelumnya, kemudian melanjutkan
untuk memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta
dalam konteks ajaran Islam. Pada tahap mengingat, peserta didik diminta untuk
mengingat kembali materi-materi agama Islam yang relevan yang mereka
pelajari sebelumnya atau yang baru dipelajari. Selanjutnya, pada tahap
memahami, peserta didik diarahkan untuk memahami makna dan konteks dari
ajaran-ajaran agama Islam yang mereka pelajari. Mereka harus mampu
memahami konsep-konsep seperti tauhid, akhlak, ibadah, dan lain-lain.
Kemudian, pada tahap menerapkan, peserta didik diminta untuk menerapkan
nilai-nilai dan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka harus
dapat mengimplementasikan prinsip-prinsip agama Islam dalam perilaku,
tindakan, dan keputusan mereka sehari-hari.

Pada tahap menganalisis, peserta didik diajak untuk menganalisis ajaran-


ajaran Islam dengan lebih mendalam. Mereka diminta untuk membedah,
menelaah, dan menggali makna-makna tersembunyi dalam teks agama, seperti
ayat-ayat Al-Qur'an atau hadis-hadis Nabi. Berikutnya, pada tahap
mengevaluasi, peserta didik diminta untuk mengevaluasi pemahaman dan
penerapan mereka terhadap ajaran Islam. Mereka harus mampu mengkritik,
mendukung, atau mempertahankan pandangan mereka berdasarkan
pemahaman yang mereka miliki. Terakhir, pada tahap mencipta, peserta didik
didorong untuk menciptakan karya-karya baru yang mencerminkan
pemahaman dan pengalaman mereka dalam agama Islam. Mereka dapat
menciptakan puisi, cerita, karya seni, atau produk-produk kreatif lainnya yang
menggambarkan nilai-nilai agama Islam dalam bentuk yang baru dan inovatif.
Dengan demikian, melalui serangkaian tahapan ini, diharapkan kemampuan
peserta didik dalam memahami dan mengaplikasikan ajaran Islam dapat
berkembang dan meningkat.

16
C. Tujuan Dan Manfaat Evaluasi Aspek Kognitif.

1. Tujuan Evaluasi Aspek Kognitif


Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk mengetahui efesiensi dan
efektifitas pembelajaran yang meliputi : tujuan, metode, konsep bahan
bajar, media, sumber ajar, suasana belajar serta cara penilaian. 23 Tujuan
evaluasi dalam bidang pendidikan dan pembelajaran adalah untuk
mengumpulkan data yang kemudian akan dijadikan sebagai informasi
berkaitan dengan penyelenggaraan sebuah program pendidikan dan
pembelajaran. Berdasarkan informasi yang dihasilkan tersebut akan
dijadikan dasar untuk memberikan rekomendasi peningkatan kinerja dari
program atau kegiatan yang dievaluasi.24 Tujuan aspek kognitif
berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada
kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.25
Evaluasi pembelajaran dalam konteks Pendidikan Agama Islam
memberikan kesempatan yang sangat penting bagi pendidik untuk
memahami keberhasilan serta tantangan dalam proses belajar-mengajar.
Melalui evaluasi ini, pendidik dapat menilai sejauh mana pencapaian tujuan
pembelajaran terkait dengan pemahaman konsep-konsep agama Islam oleh
siswa. Dengan demikian, pendidik dapat mengidentifikasi area-area di
mana siswa mungkin mengalami kesulitan dalam memahami ajaran-ajaran
agama Islam atau dalam mengaitkan konsep-konsep tersebut dengan
kehidupan sehari-hari
.

23
Arief Aulia Rahman, dkk., “Evaluasi Pembelajaran”, (Cet. 1. Jawa Timur: Uwais
Inspirasi Indonesia, 2019), hlm. 8.
24
Hendro Widodo, “Evaluasi Pendidikan”, (Cet. 1. Yogyakarta : Uad Press, 2021), hlm.
15.
25
Sawaluddin, “Evaluasi Pembelajaran Terintegrasi,” hlm. 51.

17
2. Manfaat Evaluasi Aspek Kognitif
Pengetahuan peserta didik didukung oleh kemampuan kogntif yang
mumpuni, untuk mendapatkan hasil yang baik tentunya dilakukan proses
pembelajaran yang tepat dan evaluasi dalam berbagai aspek. Salah satunya
adalah aspek kognitif, merupakan aspek yang berkembang dalam diri
individu secara bertahap mengikuti tahap-tahapan yang ada dan sesuai atas
apa yang individu lakukan yaitu usaha menjadi lebih baik lagi. Secara
sederhana dengan adanya evaluasi pembelajaran dalam aspek kogntif
memudahkan peserta didik dalam mengetahui bagaimana kondisi mereka
dan juga sebagai pendidik mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
menjadikan peserta didik tersebut lebih baik lagi dari sebelumnya atas
pemahaman yang mereka dapatkan selama proses pembelajaran
berlangsung.
Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru
dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan
kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta membantu guru
dalam usaha memperbaiki proses pembelajarannya26.Evaluasi
dilaksanakan secara obyektif, sesuai apa adanya. Evaluasi pembelajaran
ditujukan kepada komponen input, komponen proses dan komponen output
pembelajaran. Evaluasi pembelajaran memiliki fungsi untuk
pengembangan program, perencanaan dan pengembangan kurikulum, serta
untuk akreditasi program kelembagaan.27 Dalam konteks Pendidikan
Agama Islam, evaluasi pembelajaran menjadi sangat penting karena agama
Islam tidak hanya mengajarkan pemahaman tentang aspek spiritual, tetapi
juga menekankan pada pemahaman kognitif yang mendalam tentang
ajaran-ajaran agama.

26
Nurmawati, ”Evaluasi Pendidikan Dalam Al-Qur’an”, (Cet. 1. Medan : Perdana
Publishing, 2019), hlm. 187.
27
Enny Nurcahayawati, dkk., “Evaluasi Pembelajaran Di Era Digital 5.0”, (Cet. 1. Jawa
Barat : Yayasan Wiyata Bestari Samasta, 2021), hlm. 52

18
Dalam proses evaluasi, perlu dipahami bahwa peserta didik
memiliki kemampuan kognitif yang beragam, sehingga penempatan
mereka dalam pembelajaran harus didasarkan pada pemahaman yang tepat
tentang kemampuan kognitif individu masing-masing. Penilaian dalam
aspek kognitif harus memperhitungkan dimensi-dimensi yang relevan,
untuk memastikan evaluasi tersebut akurat dan sesuai dengan kemampuan
peserta didik.
Sebagai guru dalam Pendidikan Agama Islam, penting untuk
memahami bahwa peserta didik memiliki keberagaman dalam kemampuan
kognitif mereka. Oleh karena itu, dalam melakukan evaluasi, perlu melihat
secara menyeluruh kemampuan peserta didik, termasuk aspek afektif dan
aspek lainnya, namun dengan penekanan awal pada aspek kognitif. Dengan
memperhatikan dengan seksama kemampuan kognitif peserta didik, guru
dapat memberikan penilaian yang akurat dan memberikan arahan yang
sesuai untuk perkembangan belajar mereka. Keseimbangan antara ketiga
aspek dalam diri individu, termasuk kognitif, adalah kunci untuk mencapai
hasil belajar yang baik dan pemahaman yang relevan dalam konteks
Pendidikan Agama Islam.
Evaluasi juga berperan penting dalam menentukan keberhasilan
peserta didik dalam memahami ajaran-ajaran agama Islam. Dengan
memahami tahapan-tahapan kognitif yang berkembang dalam diri peserta
didik, guru dapat memberikan bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan
pemahaman mereka dalam belajar agama Islam. Dengan demikian,
evaluasi pembelajaran tidak hanya menjadi alat untuk mengukur
pencapaian akademik, tetapi juga untuk memastikan bahwa peserta didik
mampu mengembangkan pengetahuan dan pemahaman yang luas dalam
berbagai aspek agama Islam sesuai dengan tahapan kognitif mereka.

19
D. Langkah-langkah Evaluasi Kognitif

Langkah langkah dalam menyusun evaluasi pemahaman Itu di dalamnya


ada pengembangan instrumen kognitifnya (menjodohkan, esay, pilihan
ganda,dll), kriteria masing masing nya. Salah satu teknik evaluasi hasil
belajar kognitif adalah tes verbal yang berwujud butir-butir soal. Secara
umum, ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam penyusunan
evaluasi kognitif, yaitu :
1. Guru harus paham konsep dari evaluasi kognitif
Merupakan langkah penting dalam proses pembelajaran, di mana
mereka harus memahami tujuan evaluasi pembelajaran kognitif,
keterampilan kognitif yang dinilai, kebutuhan individual siswa, dan
berbagai instrumen evaluasi yang tersedia.
2. Menentukan tujuan
Identifikasikan apa yang ingin guru nilai dari pemahaman siswa.
Tujuan harus jelas dan terkait dengan materi yang diajarkan guru
sebelumnya.28
3. Memilih format evaluasi yang sesuai
Pilih format evaluasi yang sesuai dengan tujuan dan materi yang
dievaluasi. Ini bisa berupa tes tertulis, proyek, presentasi, diskusi, atau
kombinasi dari beberapa format.
4. Identifikasi aspek yang dinilai
Guru dapat menentukan aspek-aspek kognitif mana yang akan
dievaluasi, misalnya Mengingat (remembering) /C1, Memahami
(Understanding) /C2, Mengaplikasikan (applying )/C3, Menganalisis
(Analyze) /C4, Evaluasi (Evaluation) /C5, Mencipta (creating) /C6.

28
Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi, (Yogyakarta: Insan Madani, 2011), hlm. 80.

20
5. Buat instrument evaluasi
Buat instrumen evaluasi yang mencakup pertanyaan atau tugas yang
sesuai dengan tujuan dan format yang dipilih. Pastikan instrumen
tersebut relevan, valid, dan dapat diandalkan.
6. Jelaskan Instruksi dengan jelas
Sediakan instruksi yang jelas kepada siswa tentang apa yang
diharapkan dari evaluasi ini, termasuk batasan waktu jika ada.29
7. Variasi Pertanyaan
Pastikan instrumen evaluasi mencakup berbagai jenis pertanyaan
atau tugas yang menguji berbagai tingkat kognitif, seperti pertanyaan
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
8. Uji Instrumen Evaluasi
Sebelum digunakan secara resmi, uji instrumen evaluasi untuk
memastikan kejelasan, kesesuaian, dan konsistensi. Misal dengan
menggunakan uji validitas, reliabilitas, objektivitas dan kepraktisan.
Setelah itu lakukan revisi jika diperlukan berdasarkan hasil uji coba.

E. Pengembangan Instrumen Kognitif

1. Pengertian Instrument Penilaian Kognitif


Instrumen diartikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk
mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan
secara lebih efektif dan efisien. Penilaian merupakan seperangkat sistem
yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai oleh pendidik. Sudjiono
dalam bukunya menjelaskan penilaian merupakan kegiatan pengambilan
keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegangan
pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh, dan
sebagainya.30

29
Muri Yusuf, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan Pilar Penyedia Informasi dan Kegiatan
Pengendalian Mutu Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm. 181.
30
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011), hlm.4

21
Instrumen penilaian adalah alat yang digunakan oleh pendidik dapat
berupa tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan
bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat
perkembangan peserta didik. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 dalam
Pasal 14 menyatakan bahwa instrumen penilaian yang digunakan oleh
satuan pendidikan dalam bentuk penilaian akhir untuk memenuhi
persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas
empirik.
Instrumen penilaian dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
instrumen evaluasi hasil belajar kognitif, instrumen evaluasi hasil belajar
afektif, instrumen evaluasi hasil belajar psikomotor. Instrumen evaluasi
untuk ketiga hasil belajar tersebut perlu dianalisis sebelum dan sesudah
digunakan yang tujuannya agar dapat dihasilkan instrumen evaluasi yang
memiliki kualitas tinggi. Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan
bahwa instrumen penilaian kognitif adalah perangkat untuk mengukur hasil
belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif yang harus
memenuhi beberapa persyaratan standar yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah.
2. Jenis Dan Teknik Skoring Instrumen penilaian kognitif
Kunandar menjelaskan bahwa teknik yang dapat digunakan dalam
penilaian ranah kognitif adalah tes. Tes merupakan suatu alat pengumpulan
informasi, tes ini biasanya dirancang untuk mengevaluasi pemahaman siswa
dalam ranah kognitif yang terkait dengan materi pelajaran atau konteks
tertentu.31 Secara umum, ada dua fungsi yang dimiliki oleh tes yaitu,
Pertama Sebagai alat Pengukur terhadap siswa. Kedua Sebagai alat
pengukur keberhasilan program tes pengajaran, sebab melalui tes tersebut
akan dapat diketahui sudah berapa jauh program pengajaran yang telah
ditentukan. Dalam ranah kognitif atau aspek pengetahuan tes terbagi
menjadi 4 macam, yaitu :

Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik. Berdasarkan


31

Kurikulum 2013), (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 173

22
a. Tes objektif
Tes Objektif adalah tes tertulis yang menuntut siswa memilih
jawaban yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat dan
pemeriksaannya dilakukan secara objektif (seragam) terhadap semua
siswa. Ada beberapa jenis tes bentuk objektif yaitu pilihan ganda, bentuk
pilihan benar salah, menjodohkan, dan isian singkat.32
1) Soal pilihan ganda
Ada tiga istilah pada tes objektif pilihan ganda yaitu
pertanyaan atau pernyataan stem, pilihan jawaban option, dan
pengecoh distractor. Soal pilihan ganda meliputi soal pokok dan
pilihan jawaban. Jawaban yang benar disebut jawaban kunci dan
lainnya disebut pengecoh. Berdasarkan jumlah pilihan jawaban,
soal pilihan ganda ada yang memiliki tiga, empat dan lima opsi
jawaban. Menskor tes pilihan ganda bisa dilakukan dengan dua cara
yaitu tanpa memperhitungkan denda (hukuman/sanksi) dan
memperhitungkan denda (hukuman/sanksi). Teknik skoringnya
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

a) Teknik Skoring Tanpa Denda


Rumus yang digunakan untuk menskor tes pilihan ganda
tanpa memberikan sanksi kepada testee jika menjawab salah
pada butir yang diajukan adalah sebagi berikut:33

S=R

S = Skor
R = Right (jumlah jawaban benar)

32
Enny Nurcahyawati, dkk., Evaluasi Pembelajaran Di Era Digital 5.0, (Cirebon: Yayasan
Wiyata Bestari Samasta, 2022), hlm. 161-163.
33
Junaidi, Modul Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI, (Direktorat Pendidikan
Agama Islam, 2013), hlm. 87.

23
Contoh Penerapannya:
Test berbentuk multiple choice sebanyak 30 item, dengan 4
alternatif jawaban (A, B, C, D) tiap item. Seorang peserta didik
bernama Aydil Akbar dapat menjawab betul 25 item dan salah
5 item, maka skor yang diperoleh Aydil dari test tersebut
sebagai berikut:
S=R
S = 25
Dengan demikian skor yang diperoleh oleh Aydil Akbar
sebesar 25.
b) Teknik Skoring Dengan Denda
Rumus yang digunakan untuk menskor tes pilihan ganda
dengan memberikan sanksi kepada testee jika menjawab salah
pada butir yang diajukan adalah sebagi berikut:34
𝑾
𝑺=𝑹−
𝟎−𝟏
S = Skor
R = Right (jumlah jawaban benar)
W = Wrong (jumlah jawaban salah)
0 = Banyaknya option yang dipasangkan pada item
1 = Bilangan konstanta
Contoh Penerapannya :
Test berbentuk multiple choice sebanyak 20 item, dengan 4
alternatif jawaban (A, B, C, D) tiap item. Seorang siswi
bernama Dinisa dapat menjawab betul 14 item dan salah 6 item,
maka skor yang diperoleh Dinisa dari tes tersebut sebagai
berikut:
6
𝑆 = 14 − = 12 − 2 = 12
4−1

Enny Nurcahyawati, hlm. 255.


34

24
Jadi dengan demikian, skor yang diperoleh oleh Dinisa
sebesar 12.
Bagian lainnya yaitu mengenai aturan penulisan soal tes pilihan
ganda tentu harus melihat kriteria penulisan sebagai berikut.:
• Tema harus dirumuskan dengan jelas dan tegas. Kapasitas
atau bahan yang diukur/diperlukan harus jelas.
• Pilihan jawaban tidak memberikan petunjuk untuk jawaban
yang benar.
• Panjang pilihan jawaban kira-kira sama.
• Baiknya jawaban tidak boleh mencantumkan “Semua
pernyataan di atas salah” atau “Semua pernyataan di atas
benar”.
Tes pilihan ganda memiliki kelebihan yaitu :
• Dapat mencakup hampir seluruh bahan pembelajaran yang
disampaikan guru dikelas.
• Tepat untuk mengukur penguasaan informasi para siswa
yang hendak dievaluasi.
• Jawaban siswa dapat dikoreksi dengan mudah.
• Hasil jawaban dapat dikoreksi bersama oleh siswa dan guru.
• Dapat mengukur berbagai jenjang kognitif.35

Sedangkan kekuranganya yaitu :


• Memerlukan waktu yang ciukup lama untuk menulis
soalnya.
• Memberi peluang pada siswa untuk menerka jawaban36

Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Modelnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.
35

125.
36
Sukardi., hlm.126.

25
2) Pilihan benar salah
Pilihan Benar-Salah Bentuk tes Benar-Salah (B-S) adalah
soal yang mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau
salah. Fungsi bentuk soal benar salah adalah untuk mengukur
kemampuan peserta didk untuk membedakan antara fakta dengan
pendapat. Agar soal dapat berfungsi dengan baik, maka materi yang
ditanyakan sebaiknya homogen dari segi isi. Cara mengerjakan soal
ini dengan melingkari atau menandai pada jawaban yang dianggap
benar.37 Ketentuan dalam penulisan butir tes benar salah, yaitu:38 :
• Setiap butir soal harus menguji/mengukur hasil belajar
peserta tes yang penting dan bermakna.
• Kunci jawaban yang ditentukan haruslah benar.
• Pernyataan dalam butir soal harus dinyatakan secara jelas
dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
• Rumusannya tidak meragukan sehingga dapat dinyatakan
100% benar atau 100% salah.

Menskor tes Benar-Salah bisa dilakukan dengan ada dua


acara yaitu tanpa memperhitungkan denda (hukuman/sanksi) dan
memperhitungkan denda (hukuman/sanksi). Teknik skoringnya
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:39
a) Teknik Skoring Tanpa Denda
Rumus yang digunakan untuk menskor tes pilihan ganda
tanpa memberikan sanksi kepada testee jika menjawab salah
pada butir yang diajukan adalah sebagi berikut:

S=R-W

Rusydi Ananda Asrul, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media, 2014),


37

hlm. 50.
38
Tips Membuat Soal yang Baik, hlm. 5-6.
https://staffnew.uny.ac.id/upload/132310001/pengabdian/ppm-iteman-analysiscara-membuat-soal-
yang-baik.pdf, (diakses di internet pada selasa, 19 Maret 2024.
39
Enny Nurcahyawati, hlm. 256-257.

26
S = Skor
R = Right (jumlah jawaban benar)
W = Wrong (jumlah jawaban salah)

Contoh Penerapannya:
Test berbentuk Benar-Salah sebanyak 20 item. Seorang
siswa bernama Zulkarnain dapat menjawab benar 15 item dan
salah 5 item, maka skor yang diperoleh Zul dari tes tersebut
sebagai berikut:
S = 15-5 = 5
Dengan demikian skor yang diperoleh Zul sebesar 5

b) Teknik Skoring Dengan Denda


Rumus yang digunakan untuk menskor tes pilihan ganda
tanpa dengan memberikan sanksi kepada testee jika menjawab
salah pada butir yang diajukan adalah sebagi berikut:

S = T - 2W
S = Skor
T = Total (jumlah seluruh soal)
W = Wrong (jumlah jawaban salah)

Contoh Penerapannya:
Test berbentuk Benar-Salah sebanyak 20 item. Seorang siswi
bernama Iffah dapat menjawab benar 18 item dan salah 2 item,
maka skor yang diperoleh Iffah dari tes tersebut sebagai berikut:
S = 20-2(2)
S = 20-4 = 16
Dengan demikian skor yang diperoleh Iffah sebesar 16.

27
Tes benar dan salah memiliki kelebihan yaitu :
• Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak memakan banyak
tempat,
• Mudah menyusunnya,
• Dapat digunakan berkali-kali,
• Petunjuk cara mengerjakannya mudah dan objektif.
Sedangkan kekuranganya yaitu :
• Sering membingungkan,
• Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan
dua kemungkinan benar/salah.
• Hanya mengungkap daya ingatan dan daya pengenalan
kembali,
• Terbatas pada kemampuan pengetahuan saja.

3) Menjodohkan
Bentuk tes yang terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan
jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang
berbeda, yaitu kolom pokok soal (premis sebelah kiri dan kolom
jawaban sebelah kanan. Tugas peserta tes adalah menjodohkan
pernyataan di bawah kolom premis dengan pernyataan yang ada
di kolom jawaban. Bentuk tes ini digunakan untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi informasi
berdasarkan hubungan yang sederhana dan kemampuan
menghubungkan antara dua hal.40 Untuk tes objektif jenis
menjodohkan, mengisi dan melengkapi, teknik skoring pada
umumnya tidak memperhitungkan sanksi berupa denda sehingga
perhitungannya sebagai berikut:

Rusydi Ananda Asrul, Evaluasi Pembelajaran, hlm. 48.


40

28
S=R
S = Skor
R = Right (jumlah jawaban benar)

Cara menilai tes bentuk ini ada dua pendapat, yang pertama
bahwa skor maksimum setiap bentuk fill-in sama dengan jumlah
isian yang ada pada test tersebut. Jika pada suatu test bentuk fill-
in ada 10 item, dan setiap item berisi satu isian, dua isian atau
tiga isian, maka cara menilainya dihitung menurut jumlah isian
yang ada pada seluruh item.41
Ketentuan yang dapat digunakan dalam penulisan soal menjodohkan
yaitu:
• Premis dan jawaban dibuat dalam jumlah tidak sama.
• Premis dan jawaban harus berisi hal-hal yang homogen yaitu
dari jenis kategori isi.
• Premis dan jawaban berisi kalimat atau kata-kata pendek.
Tes menjodohkan memiliki kelebihan yaitu :
• Luasnya materi yang dapat dicakup,
• Relatif lebih mudah dibuat butir soal, khususnya jika
dibandingkan dengan soal bentuk pilihan ganda.
• Ringkas dan ekonomis dilihat dari segi cara memberikan
jawaban.
• Dapat dilakukan dengan cepat dan mudah dalam
penskorannya.
Sedangkan kekurangannya yaitu :
• Cenderung untuk mengukur kemampuan mengingat. Kurang
tepat digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih
tinggi.
• Kemungkinan menebak dengan benar relatif lebih tinggi.

Enny Nurcahyawati, hlm. 258.


41

29
4) Isian singkat
Tes yang ditandai dengan adanya jawaban pada tempat
kosong yang disediakan oleh guru untuk menulis jawabannya
dengan singkat sesuai dengan petunjuk.
Cara menyusun tes isian singkat sebagai berikut:42
• Soal yang disusun sebaiknya tidak menggunakan soal yang
terbuka sehingga peserta didik dapat menjawab dengan
terurai,
• Pernyataan sebaiknya hanya mengandung satu alternatif
jawaban,
• Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya
diletakkan pada akhir atau tengah kalimat,
• Dapat menggunakan gambar-gambar sehingga soal dapat
dipersingkat dan jelas.
Tes isian singkat memiliki kelebihan yaitu :
• Menggunakan waktu yang lebih singkat,
• Siswa dapat menuliskan jawaban sesuai apa yang ia ketahui
secara benar dan pasti,
• Mengurangi kemungkinan menerka-nerka jawaban.
Sedangkan kekurangannya yaitu
• Membatasi waktu berpikir siswa yang menyebabkan tingkat
berpikir yang diukur cenderung rendah.
• Dan mengenai skor konsepnya memiliki kesaaman yaitu
dengan konsep menjodohkan.

Sukiman, hlm. 99.


42

30
b. Tes non-objektif (uraian panjang)
Tes Non-Objektif atau disebut tes uraian yaitu tes yang pertanyaanya
membutuhkan jawaban peserta didik untuk menguraikan,
mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya
sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan yang
lainnya.43 Bentuk tes uraian terbagi menjadi 2 macam yaitu uraian bebas
extended response dan tes uraian terbatas restricted response. Tes uraian
tak terbatas maksudnya adalah jawaban yang diberikan siswa tidak
memiliki batas, tergantung kemampuan analisis dan sintesis serta
pandangan siswa terhadap suatu masalah. Menurut Purwanto tes esai
merupakan tes yang menghendaki jawaban berupa uraian-uraian yang
relatif panjang, sedangkan tes objektif merupakan tes yang jawabannya
telah tersedia.44
Sedangkan tes uraian terbatas maksudnya adalah bentuk tes ini
menggiring jawaban siswa pada hal-hal tertentu yang batasannya telah
pasti dapat berupa: pasti ruang lingkupnya, pasti arah sudut pandang
jawabannya, dan pasti indikator-indikator jawabannya.
Meninjau kaidah penulisan soalnya, yaitu sebagai berikut :
• Rumusan pertanyaan menggunakan kata tanya atau perintah:
Mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan,
hitunglah, buktikanlah,dst.
• Dirumuskan dengan kalimat sederhana,
• Hindari kalimat soal yang dapat menyinggung perasaan
siswa.
• Kata-kata jangan menimbulkan salah pengertian atau
menimbulkan penafsiran ganda.
• Rumusan kalimat soal menggunakan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
• Buat petunjuk pengerjaan soal sejelas mungkin.

Rusydi Ananda Asrul, hlm. 42.


43

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 72.
44

31
Menskor tes uraian/essay umunya berdasarkan pada bobot yang
diberikan untuk setiap butir soal atas dasar tingkat kesukaran dan atas
dasar banyak sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban yang
dianggap paling benar.45

1) Menskor untuk tes uraian dengan sistem pembobotan ada dua


macam:

a) Bobot yang dinyatakan dalam skor maksimum sesuai dengan


tingkat kesukarannya.
𝜮𝑿
Rumus: 𝑺𝒌𝒐𝒓 =
𝜮𝑺
Keterangan :
ΣX = Jumlah skor
ΣX = Jumlah soal

b) Bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai


dengan tingkat kesukaran soal.
𝜮𝑿𝑩
Rumus: 𝑺𝒌𝒐𝒓 =
𝜮𝑩
Keterangan:
X = Skor tiap soal
B = Bobot soal sesuai dengan tingkat kesukaran

2) Berdasarkan banyak sedikitnya unsur yang harus ada dalam


jawaban. Sebagai contoh, jika tingkat kesukarannya berbeda dan
unsur-unsur yang terdapat pada masing-masing butir soal berbeda
maka testee dapat memberikan nilai maksimum pada masing-
masing butir sebagai berikut;

Enny Nurcahyawati, hlm. 258-260.


45

32
Butir soal no. 1 diberikan skor maksimum 8, butir no. 2
diberikan skor maksimum 10, butir no. 3 diberikan skor maksimum
6, butir no. 4 diberikan skor maksimum 4, dan butir no. 5 diberikan
skor maksimum 2. Seorang testee yang jawabannya benar untuk
butir no.1 diberikan skor 8, jika hanya menjawab betul setengahnya
diberikan skor 4, begitu seterusnya untuk butir yang lain.
Dengan demikian skor totalnya dengan menjumlakan semua
skor yang diperoleh pada masing-masing butir. Sebagai contoh lain,
misalnya tes uraian dari lima butir soal, pembuat soal (testee)
menetapkan bahwa kelima butir soal tersebut memiliki tingkat
kesukaran yang sama, dan usur-unsur yang terdapat pada setiap butir
soal telah dibuat sama banyaknya.
Berdasarkan hal tersebut, maka testee menetapkan bahwa
skor maksimun untuk masing-masing butir adalah 10. Dengan
demikian testee yang dapat menjawab dengan tepat masing-masing
butir diberikan skor 10, betul setengahnya diberikan skor 5 begitu
seterusnya untuk butir yang lain.

Tes non objektif memiliki kelebihan yaitu :


• Menampakan kemampuan dan kecakapan siswa berpikir
untuk menyelesaikan suatu masalah,
• Mendorong meningkatkan motivasi belajar siswa,
• Menuntut penguasaan bahan ajar secara komprehensif,
• Mendorong siswa belajar lebih keras menyatakan ide-idenya
dalam bentuk tulisan.
Sedangkan kekurangan dar tes non objektif adalah
• Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan item tes uraian
relatif lama termasuk waktu yang dibutuhkan utk memeriksa
hasil tes.
• Jawaban siswa kadang penuh karangan, terutama yang tidak
menguasai materi dengan baik.

33
c. Tes lisan

Tes lisan adalah tes yang dilakukan dengan cara mengadakan Tanya
jawab secara langsung terhadap peserta dididk baik satu persatu,
berpasangan, dalam kelompok ataupun klasikal. Aspek yang dapat
dinilai dari tes ini yaitu, proses berfikir peserta didik dalam memecahkan
suatu masalah, dan penguasaan bahasa dan penguasaan materi
pelajaran.46 Kelebihan dan kekurangan tes lisan yaitu sebagai berikut :

• Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang


dimiliki siswa, karena dilakukan secara berhadapan langsung.
• Bagi siswa yang kemampuan berpikirnya lambat sehingga
sering mengalami kesulitan dalam memahami pertanyaan soal,
tes bentuk lisan dapat menolong sebab dapat menanyakan
langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
• Hasil tes dapat langsung diketahui oleh siswa
Kelemahan Tes lisan dalam Evaluasi Pembelajaran
• Subjektifitas pengetesan dari guru atau pengajar sering
mencemari hasil tes
• Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.47
d. Penugasan

Instrumen penugasan berupa pekerjaan atau proyek yang dikerjakan


secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
Penilaian ini bertujuan untuk pendalaman terhadap penguasaan
kompetensi pengetahuan yang telah dipelajari atau dikuasai.48

46
Andri Kurniawan dan Aurora Nandia febrianti, Evaluasi Pembelajaran (Padang: PT.
Global Esekutif Teknologi, 2022), hlm. 39.
47
Syaiful Imran, 2018, https://ilmu-pendidikan.net/pembelajaran/evaluasi-
pembelajaran/keuntungan-dan-kelemahan-penggunaan-tes-lisan-dalam-evaluasi, diakses di internet
pada senin, 25 Maret 2024
48
Andri Kurniawan, hlm. 40.

34
CONTOH KISI-KISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Jumlah Tingkat Tingkat Kesukaran


No KI KD soal per Materi Indikator Soal Ranah Skor Keterangan
KD Indikator Mudah Sedang Sukar

1 3 1.3 Mengenal Allah SWT Menjelaskan pengertian asmaul husna C4 2,5


√ Pilihan Ganda
melalui Asmaul Husa
2 3 2.5 Berbusana sesuai dengan Memahami berbusana sesuai dengan syariat islam C4 2,5
√ Pilihan Ganda
syariat Islam
3 3 1.6 Berperilaku jujur Menjelaskan makna perilaku jujur C4 2,5 √ Pilihan Ganda
4 3 1.8 Sumber Hukum Islam Memahami alquran dan hadits dan ijtihad sebagai sumber hukum C4 2,5
√ Pilihan Ganda
islam
5 3 1.8 Sumber Hukum Islam Menjelaskan sumber hukum islam C4 2,5 √ Pilihan Ganda

45 3 1.5 Khotbah, Tabligh dan Menjelaskan Pengertian Khotbah Tabligh Dakwah C4 20 Uraian
Dakwah √

46 3.15 Iman kepada Rasul-rasul Disajikan narasi iman kepada rasul-rasul Allah Swt peserta didik C3 20 Uraian
3 Allah SWT dapat menganalisis mukjizatNabi Muhammad SAW dengan baik √

47 3 3.3 Beriman Kepada Hari Akhir Menyimpulkan makna Hari Akhir dan bagaimana terjadinya C4 20 Uraian
peristiwa kiamat √

48 3 3.4 Iman kepada Qadha dan Menyimpulkan makna iman kepada Qadha dan Qadar 20 Uraian
Qadar

49 3 3.25 Semanagat beribadah Disajikan Semanagat beribadah menyakini hari akhir peserta C3 20 Uraian
menyakini hari akhir didik dapat menganalisis pengertian hari akhir dengan baik √

50 3 3.28 Hukum pernikahan Disajikan hukum pernikahan peserta didik dapat menganalisis C3 20 Uraian
tujuan dari pernikahan dengan baik √

35
CONTOH INSTRUMEN URAIAN

Kompetensi Dasar : Memahami makna beriman kepada Kitab-kitab Allah Swt. ciptaan-Nya
Teknik Penilaian : Tes tertulis
Penilai : Guru
Petunjuk : Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara tertulis!

No
Instrumen Soal Jawaban Skor
1. Jelaskan pengertian iman kepada kitab Allah Iman kepada kitab Allah Swt. Berarti percaya dan yakin dengan 0-5
Swt.! sepenuh hati bahwa Allah Swt. Telah menurunkan kitab-kitab-Nya
kepada para Rasul-Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat
manusia. Kitab-kitab itu merupakan pedoman hidup bagi manusia
agar dapat meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
2. Mengapa manusia memerlukan kitab Allah Swt.? Kitab suci Allah Swt. sebagai pedoman hidup manusia, karena dengan 0-5
kitab tersebut menjadikan sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan
agar menjadi manusia yang lebih baik.
3. Sebutkan 4 kitab yang diturunkan Allah Zabur, Taurat, Injil, Al-Qurān 0-5
Swt.!
4. Bagaimana cara beriman kepada kitab-kitab Orang yang beriman kepada kitab Allah Swt. akan senantiasa 0-5
sebelum al-Qur’ān? meyakini bahwa ajaran Allah itu adalah untuk kebaikan dan
kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.
5. Sebutkan dua contoh perilaku yang Menumbuhkan sikap optimis dalam menjani kehidupan sehari-hari, sabar 0-5
mencerminkan seorang muslim beriman kepada dalam menghadapi cobaan serta selaku bersyukur kepada Allah SWT
kitab Allah Swt.! (dikembangkan oleh guru)
Skor maksimal 25

Rubrik Penilaian:

36
CONTOH INSTURMEN PENUGASAN

Kompetensi Dasar : Memahami makna beriman kepada Kitab-kitab Allah Swt. ciptaan-Nya
Teknik Penilaian : Penugasan
Penilai : Guru
Butir Soal Tugas : Carilah dalil naqli (al-Qur’an dan hadis Nabi saw.) dengan artinya tentang iman Kitab-kitab Allah dan menuliskannya di buku
tugas.

No
Aspek Penilaian Skor
Paparan berisi dalil naqli yang relevan. 5 = Sangat Relevan
1. 4 = Relevan
3 = Agak Relevan
2 = Kurang Relevan
1 = Tidak Relevan
Paparan dilengkapi deskripsi, gambar atau video yang sesuai 5 = Sangat Relevan
2. 4 = Relevan
3 = Agak Relevan
2 = Kurang Relevan
1 = Tidak Relevan

Menyajikan dengan baik 5 = Sangat Relevan


3. 4 = Relevan
3 = Agak Relevan
2 = Kurang Relevan
1 = Tidak Relevan

Skor Maksimum 15

Rubrik Penilaian:

37
CONTOH INSTRUMEN LISAN 1

Kompetensi Dasar : Memahami makna beriman kepada Kitab-kitab Allah Swt. ciptaan-Nya
Teknik Penilaian : Tes lisan.
Penilai : Guru
Petunjuk : Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara lisan!

No
Instrumen Soal Jawaban Skor
1. Sebutkan nama-nama Kitab- kitab Allah ! Taurat, Zabur, Injil, al-Qur’an 0-5
2. Sebutkan nama-nama nabi Musa as, Daus as, Isa as, Muhammad saw. 0-5
yang menerima kitab Allah!
3. Sebutkan contoh perilaku Rajin membaca al-Qur’an. Menghargai keyakinan orang 0-5
yang mencerminkan beriman kepada Kitab Allah! lain

4. Sebutkan keutamaan al- Qur’an! 1. Isi kandungannya lengkap karena mencakup segala aspek kehidupan; 0-5
2. Isinya sesuai dengan perkembangan zaman; susunan bahasanya yang sangat indah;
3. Membaca dan mendengarkannya merupakan ibadah;
4. Memuliakan akal pikiran manusia;
5. Menjadi penawar penyakit;
6. Membenarkan keberadaan kitab-kitab allah swt. Yang terdahulu dan
menyempurnakan hukum-hukumnya;
7. Sebagai mukjizat nabi muhammad saw yang paling besar;
8. Tidak pernah mengalami perubahan karena terpelihara kemurniannya hingga akhir
zaman; dan
9. Memadukan antara ilmu, iman, dan amal-perbuatan.
Skor maksimal 20

Rubrik Penilaian:

38
CONTOH INSTRUMEN LISAN 2

Teknik Penilaian : Tes lisan


Bentuk Instrumen : Lembar tes lisan
Kisi Kisi

No. Indikator Butir Instrumen

Menerjemahkan Q.S. Ar- Terjemahkan Q.S. Ar-Rahman (55) ayat 33


1. Rahman (55) ayat 33 dengan benar!
Menerjemahkan Q.S. Al- Terjemahkan Q.S. Al- Mujadilah (58) ayat 11
2. Mujadilah (58) ayat 11 dengan benar!
menerjemahkan salah satu hadis
Terjemahkan salah satu hadis yang berkaitan
3. yang berkaitan dengan ilmu
dengan ilmu pengetahuan!
pengetahuan

Instrumen Penilaian (Aspek Pengetahuan)


Kelas / Semester : VII / Ganjil
Kompetensi Dasar : Memahami kandungan Q.S. Al-Mujadilah (58): 11 dan
Q.S. Ar-Rahman (55): 33 serta hadis yang terkait tentang
menuntut ilmu.
Indikator : Menerjemahkan Q.S. Al-Mujadilah (58): 11 dan Q.S. Ar-
Rahman (55): 33 serta hadis tentang menuntut ilmu.
Teknik Penilaian : Tes lisan.
Penilai : Guru

No. Indikator Instrumen


1. Terjemahkan Q.S. Al Mujadilah (58): 11 berikutini!
Menerjemahkan Q.S.
Ar-Rahman (55) ayat ٍ ‫َي ْرفَ ِع هللاُ الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا ِمن ُك ْم َوالَّ ِذيْنَ أ ُ ْوتُوا ْال ِع ْل َم دَ َر َجا‬
‫ت‬
33
﴾١١﴿ ‫َوهللاُ ِب َما تَ ْع َملُ ْونَ َخ ِبي ٌْر‬
2. Terjemahkan Q.S. Ar-Rahman (55): 33 berikutini!

َ ‫ط ْعت ُ ْم أَن تَنفُذُ ْوا ِم ْن أ َ ْق‬َ َ‫نس ِإ ِن ا ْست‬ ِ ْ ‫َيا َم ْعش ََر ْال ِج ِن َو‬
Menerjemahkan Q.S.
‫ار‬
ِ ‫ط‬ ِ ‫اْل‬
Al- Mujadilah (58) ayat
11 ﴾٣٣﴿ ‫ان‬ ٍ ‫ط‬َ ‫س ْل‬
ُ ‫ض فَانفُذُ ْوا ََل تَنفُذُ ْونَ ِإ ََّل ِب‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
ِ ‫س َم َاوا‬
َّ ‫ال‬

39
3. Menerjemahkan salah Terjemahkan hadis tentang menuntut ilmu di bawah ini!
satu hadis yang
berkaitan dengan ilmu َ ‫ص َّلى هللا‬
‫عل ْي ِه‬ ِ ‫سو ُل‬
َ ‫هللا‬ ُ ‫ َقا َل َر‬: ‫ع ْن أَن َِس ب ِْن َمالِكٍ َقا َل‬ َ
pengetahuan )‫علَى ُك ِل ُم ْس ِل ٍم (رواه ابن ماجه‬ َ ‫ب ْال ِع ْل ِم فَ ِري‬
َ ٌ ‫ضة‬ َ : ‫سلَّ َم‬
ُ َ‫طل‬ َ ‫و‬

No Jawaban
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
1. orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Wahai sekalian jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
2. penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya
kecuali dengan kekuatan (ilmu).
3. Dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Mencari ilmu itu
wajib bagi setiap muslim”. (H.R. Ibnu Majah).
RUBRIK PENILAIAN

Kriteria
No. Nama Surat Sangat Kurang Tidak Skor
Lancar
Lancar Lancar Lancar

1 Q.S. Al Mujadilah (58): 11

2 Q.S. Ar-Rahman (55): 33

Salah satu hadis tentang


3
ilmu pengetahuan

Jumlah Skor

Keterangan Nilai Nilai Akhir


Sangat Lancar = Skor 4 Skor yang
Lancar = Skor 3 diperoleh
Kurang Lancar = Skor 2 -------------------- X 100 = --
TidakLancar = Skor 1 Skor maksimal

40
CONTOH INSTRUMEN LISAN 3

Contoh sederhana bentuk penilaian rubrik analitik untuk menilai


pemahaman mengenai sholat. Sebelum membuat rubrik penilaian, perlu
dirumuskan indikator-indikator penilaiannya, yaitu sebagai berikut :

1. Pengetahuan dasar tentang sholat.


2. Sholat menurut mazhab hanafi.
3. Sholat menurut mazhab syafi’i.
4. Sholat menurut mazhab maliki.
5. Sholat menurut mazhab hambali.

Bentuk Rubrik analitik penilainnya adalah sebagai berikut:


1. Pengetahuan tentang dasar sholat.

Deskriptor:
a. Pengertian sholat menurut etimologi dan terminologi dan menurut
beberapa ulama.
b. Dalil Al-Qur’an dan hadis yang mewajibkan tentang menuanikan
sholat.
c. Syarat syah dan wajib shalat.
d. Rukun-rukun sholat.
e. Sunah-sunah dalam sholat.
f. Hal-hal yang membatalkan sholat.

Apakah penjelasan mengenai konsep dasar sholat dijelaskan dengan baik?

Penjelasan Kriteria Penilaian Rating Skor


Semua deskriptor Penjelasan mengenai konsep dasar sholat 5
tampak dengan sangat baik.
Empat deskriptor Penjelasan mengenai konsep dasar sholat 4
tampak dengan baik
Tiga deskriptor tampak Penjelasan mengenai konsep dasar sholat 3
dengan cukup baik
Dua deskriptor tampak Penjelasan mengenai konsep dasar sholat 2
dengan kurang baik
Satu deskriptor tampak Penjelasan mengenai konsep dasar sholat 1
dengan tidak baik
Tidak satupun Penjelasan mengenai konsep dasar sholat 0
deskriptor yang tampak dengan sangat tidak baik

41
CONTOH INSTRUMEN PILIHAN GANDA
Soal 1: Bagaimana konsep mengenal Allah SWT melalui Asmaul Husna?

a. Dengan menyembah Allah hanya melalui beberapa nama saja.


b. Dengan menghafal Asmaul Husna tanpa memahami maknanya.
c. Dengan merenungkan serta memahami sifat-sifat Allah yang terkandung
dalam Asmaul Husna.
d. Dengan mengabaikan Asmaul Husna dan fokus pada ibadah ritual semata.
e. Dengan memilih nama-nama Allah yang paling disukai secara acak.
Soal 2 : Berikut ini adalah pernyataan tentang konsep "hijab" dalam Islam.
Manakah yang paling tepat menggambarkan makna yang sesuai dengan
ajaran agama?
a. Hijab adalah simbol status sosial bagi wanita Muslim.
b. Hijab hanyalah kewajiban bagi wanita yang sudah menikah.
c. Hijab adalah pakaian khusus yang dipakai saat menghadiri acara formal.
d. Hijab mencakup seluruh cara berpakaian yang sesuai dengan prinsip
kesopanan Islam.
e. Hijab hanya berlaku bagi wanita yang berada di negara dengan mayoritas
Muslim

Rubrik Penilaiannya :

No Soal Jawaban Skor Pengolahan Nilai


1 C Skor 2.5 Jika Benar, 0 jika salah
2 B Skor 2.5 Jika Benar, 0 jika salah Jumlah skor x100
skor maksimal
3 C Skor 2.5 Jika Benar, 0 jika salah
4 A Skor 2.5 Jika Benar, 0 jika salah
5 D Skor 2.5 Jika Benar, 0 jika salah

Misalnya Andi mampu menjawab 35 nomor, soal diatas sesuai kisi kisi
ditentukan berjumlah 40 soal, dan setiap soal terdiri dari 2.5 skornya, maka dengan
konsep skoring tanpa denda, S=R, yaitu 35 x 2.5 = 87.

42
PENUTUP

A. Kesimpulan

Evaluasi aspek kognitif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam


merupakan proses penting yang bertujuan untuk mengukur pemahaman dan
penerapan peserta didik terhadap ajaran Islam dalam konteks berpikir dan
pemecahan masalah. Ini melibatkan penilaian terhadap kemampuan peserta
didik dalam mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
dan mencipta dalam konteks agama Islam. Dengan demikian, evaluasi kognitif
ini tidak hanya mencakup aspek pengetahuan, tetapi juga kemampuan peserta
didik dalam menerapkan dan mengembangkan pemahaman mereka terhadap
ajaran Islam.
Tingkatan aspek kognitif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
mencakup tahap mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Setiap tingkatan ini menuntut kemampuan
berpikir yang semakin kompleks, mulai dari pemahaman dasar terhadap ajaran
Islam hingga kemampuan untuk menciptakan karya-karya baru yang
mencerminkan pemahaman yang mendalam. Manfaat dan tujuan evaluasi aspek
kognitif Pendidikan Agama Islam adalah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan memastikan pemahaman dan penerapan peserta didik
terhadap ajaran Islam. Evaluasi ini membantu guru dalam mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan peserta didik, serta merancang strategi pembelajaran
yang lebih efektif dan relevan. Langkah-langkah evaluasi pembelajaran aspek
kognitif Pendidikan Agama Islam meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
analisis hasil evaluasi. Guru perlu merancang instrumen evaluasi yang sesuai
dengan tingkatan kognitif yang ditargetkan, seperti tes tertulis, proyek kreatif,
atau diskusi kelompok.

43
Pengembangan instrumen evaluasi aspek kognitif pembelajaran Pendidikan
Agama Islam memerlukan pemahaman mendalam tentang kurikulum dan
standar kompetensi yang relevan. Instrumen tersebut haruslah valid, reliabel,
dan dapat mengukur kemampuan peserta didik secara akurat sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Secara keseluruhan, evaluasi aspek kognitif dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan bagian integral dari proses
pembelajaran yang bertujuan untuk memastikan pemahaman dan penerapan
ajaran Islam yang lebih baik oleh peserta didik. Dengan penggunaan instrumen
evaluasi yang tepat dan analisis yang cermat, guru dapat membantu
meningkatkan kualitas pembelajaran dan pencapaian peserta didik dalam
memahami serta menginternalisasi nilai-nilai agama Islam.

B. Saran

Dalam menghadapi evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam, penting


bagi pembaca untuk memahami secara mendalam evaluasi dalam aspek
kognitif. Peserta didik dan tenaga pendidk diharapkan mampu menerapkan
pemahaman yang disajikan dengan baik. Evaluasi pembelajaran dalam aspek
kognitif memerlukan pemahaman yang relevan terhadap pemahaman
pengetahuan, serta mampu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam
pemahaman agama. Dengan memahami dan mengaplikasikan evaluasi ini, kita
dapat meningkatkan pemahaman kita tentang ajaran agama dan
mengembangkan hubungan yang lebih erat dengan nilai-nilai dalam kehidupan
sehari-hari.

44
DAFTAR PUSTAKA

Akib, Muh. (2013). “Sasaran Atau Obyek Evaluasi Pendidikan Dan Penilaian
Berbasis Sekolah.” Jurnal Al-hikmah 14 (1).

Aulia Rahman, Arief . dkk.. (2019). “Evaluasi Pembelajaran”. (Cet. 1. Jawa


Timur: Uwais Inspirasi Indonesia).

Asrul, dkk.. (2014). ”Evaluasi Pembelajaran”. (Cet. 1. Bandung : Citapustaka


Media).

Nurcahyawati, Enny. dkk.. (2022). Evaluasi Pembelajaran Di Era Digital 5.0.


Cirebon: Yayasan Wiyata Bestari Samasta.

Farida, Ida. (2017). Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Nasioanl.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurmawati. (2019). ”Evaluasi Pendidikan Dalam Al-Qur’an”. (Cet. 1. Medan :


Perdana Publishing).

Imran, Syaiful. (2018). https://ilmu-pendidikan.net/pembelajaran/evaluasi-


pembelajaran/keuntungan-dan-kelemahan-penggunaan-tes-lisan-dalam-
evaluasi, diakses di internet pada senin, 25 Maret 2024
Inanna, Rahmatullah, dan Muhammad Hasan. (2021). Evaluasi Pembelajaran:
Teori Dan Praktek. Makassar: Tahta Media Group.

Junaidi. (2013). Modul Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI, (Direktorat


Pendidikan Agama Islam.

Khaidaroh, Shofiya dan Sukiman. (2018). “Pengembangan Tujuan Pembelajaran


Pai Aspek Kognitif Dalam Teori Anderson, L. W. Dan Krathwohl, D.r.”
Jurnal Al-Ghazali 1 (2).

45
Kurniawan, Andri, dan Aurora Nandia febrianti. (2022). Evaluasi Pembelajaran.
Padang: PT. Global Esekutif Teknologi.

Kunandar. (2014). Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta


Didik. Berdasarkan Kurikulum 2013), Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Purwanto. (2014). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putri, Hellin. dkk.. (2022). “Instrumen Penilaian Hasil Pembelajaran Kognitif pada
Tes Uraian dan Tes Objektif.” Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan
Dasar4(2):48-139.
https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v4i2.2649.

Siregar, Sawaluddin. (2022). “Evaluasi Pembelajaran Terintegrasi.” Journal of


Islamic Education El Madani 1 (1). https://doi.org/10.55438/jiee.v1i1.15.

Sudijono, Anas. (2011).Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.
Sukiman. (2011). Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan
Madani.
Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Modelnya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Suparman, Ujang. (2020). Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tinggi
Peserta Didik. Bandar Lampung: Pusaka Media.

Syahrundin, Husni. (2021). ”Evaluasi Pembelajaran”. (Cet. 1. Jawa Tengah :


Eureka Media Aksara).

Tips Membuat Soal yang Baik, hlm. 5-6.


https://staffnew.uny.ac.id/upload/132310001/pengabdian/ppm-iteman-
analysiscara-membuat-soal-yang-baik.pdf (diakses di internet pada selasa, 19
Maret 2024.
Yusuf, Muri. (2015). Asesmen dan Evaluasi Pendidikan Pilar Penyedia
Informasi dan Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia
Group.
Widodo, Hendro. (2021). Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Uad Press.

46

Anda mungkin juga menyukai