Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Mas’ud Zein, M. Pd.
Nurul Jannah, M. Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 5
KELAS A SEMESTER 6
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2024 M / 1445 H
PRAKATA
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibuk Dosen
Pengampu mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bapak
Prof. Dr. H. Mas’ud Zein, M. Pd. dan Ibuk Nurul Jannah, M. Pd. yang telah
memberikan bimbingan dan arahan yang berharga. Dukungan dari teman-teman
sejawat juga sangat dihargai dan telah memberikan semangat dalam menyelesaikan
makalah ini. Penulis mengakui bahwa makalah ini tidak sempurna dan memiliki
kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan tulus menerima kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca. Kritik dan saran tersebut akan sangat berarti dalam upa
ya peningkatan dan pengembangan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................. ii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
PENUTUP ............................................................................................................ 43
A. Kesimpulan ............................................................................................... 43
B. Saran ......................................................................................................... 44
iii
PENDAHULUAN
1
B. Pokok Bahasan.
C. Tujuan Penulisan.
2
PEMBAHASAN
1
Hendro Widodo, “Evaluasi Pendidikan”, (Cet. 1. Yogyakarta : Uad Press, 2021), hlm. 2.
2
Enny Nurcahayawati, dkk., “Evaluasi Pembelajaran Di Era Digital 5.0”, (Cet. 1. Jawa
Barat : Yayasan Wiyata Bestari Samasta, 2021), hlm. 2
3
Ida Farida, ”Evaluasi Pembelajaran Berdsarkan Kurikulum Nasional”, (Cet. 1. Bandung
: Remaja Rosdakarya, 2017), hlm. 4.
3
Evaluasi pembelajaran tentu dalam berbagai aspek, salah satunya adalah
aspek kognitif, yang merupakan aspek yang paling penting dalam diri seorang
peserta didik untuk selalu berkembang dan menjadi lebih baik. Evaluasi kognitif
tidak hanya mengukur seberapa baik peserta didik dalam mengingat fakta-fakta
atau konsep-konsep tertentu, tetapi juga seberapa baik mereka dalam
menerapkan pengetahuan tersebut dalam situasi nyata. Dengan memahami
aspek kognitif ini, pendidik dapat merancang strategi pembelajaran yang lebih
efektif dan mengembangkan keterampilan berpikir yang kritis dan analitis.
4
Muh Akib, “Sasaran Atau Obyek Evaluasi Pendidikan Dan Penilaian Berbasis Sekolah,”
Jurnal Al-hikmah 14, no. 1 (2013): hlm. 2.
5
Inanna, Rahmatullah, dan Muhammad Hasan, Evaluasi Pembelajaran: Teori Dan Praktek
(Makassar: Tahta Media Group, 2021), hlm. 39.
6
Khaidaroh Shofiya dan Sukiman, “Pengembangan Tujuan Pembelajaran Pai Aspek
Kognitif Dalam Teori Anderson, L. W. Dan Krathwohl, D.r.,” Jurnal Al-Ghazali 1, no. 2 (2018):
hlm. 3.
7
Hellin Putri, Desty Susiani, ”Instrumen Penilaian Hasil Pembelajaran Kognitif Pada Tes
Uraian Dan Tes Objektif”, Jurnal Papeda, Vol. 4, no. 2, (Juli 2022), hlm. 142.
4
Sedangkan menurut pendapat Bloom Ranah kognitif adalah ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak) yaitu segala upaya yang menyangkut aktivitas
otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Bloom mengelompokkan ranah
kognitif ke dalam enam kategori dari yang sederhana sampai kepada yang
paling kompleks dan diasumsikan bersifat hirarkis.8 Banyak klasifikasiyang
banyak di buat oleh para psikolog dan Pembelajaran, namun klasifikasi yang
banyak digunakan oleh Benyamin S. Bloom yang terdiri dari enam jenjang.9
Tingkatan tersebut telah mengalami penyempurnaan dari sebelumnya, yaitu:
mengingat (C1); memahami (C2); menerapkan (C3); menganalisis (C4);
mengevaluasi (C5); dan Mencipta (C6).10
8
Husni Syahrundin, ”Evaluasi Pembelajaran” (Cet. 1. Jawa Tengah : Eureka Media
Aksara,2021), hlm.75.
9
Sawaluddin Sawaluddin, “Evaluasi Pembelajaran Terintegrasi,” Journal of Islamic
Education El Madani 1, no. 1 (11 Januari 2022): hlm. 50, https://doi.org/10.55438/jiee.v1i1.15.
10
Hellin Putri dkk., “Instrumen Penilaian Hasil Pembelajaran Kognitif pada Tes Uraian dan
Tes Objektif,” Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar 4, no. 2 (31 Juli 2022): hlm. 141,
https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v4i2.2649.
5
B. Tahapan Aspek Kognitif
11
Khaidaroh Shofiya dan Sukiman, “Pengembangan Tujuan Pembelajaran Pai Aspek
Kognitif Dalam Teori Anderson, L. W. Dan Krathwohl, D.r.,” hlm. 8.
12
Arief Aulia Rahman, dkk., “Evaluasi Pembelajaran”, (Cet. 1. Jawa Timur: Uwais
Inspirasi Indonesia, 2019), hlm.92.
6
Gambar 1.1 Taxonomy Bloom
13
Andri Kurniawan dan Aurora Nandia febrianti, Evaluasi Pembelajaran (Padang: PT.
Global Esekutif Teknologi, 2022), hlm. 31.
14
Enny Nurcahyawati, Asyraf Suryadin, dan Purnawati Andi Fitriani Djollong, Evaluasi
Pembelajaran Di Era Digital 5.0 (Cirebon: Yayasan Wiyata Bestari Samasta, 2022), hlm. 152-153.
7
Contoh Kata Kerja Operasional (KKO) Tingkatan Kognitif
Mengingat (C1)
Tingkatan Kognitif Kata Kerja Operasional
Mengingat (C1), Mengetahui, Menemukan (Identifikasi),
Misalnya: istilah, fakta, aturan, Mengingat Kembali, Membaca,
urutan. Menyebutkan, Melafalkan,
Menuliskan, Menghafal,
Menyusun daftar,
Menjodohkan, Memilih,
Memberi Defenisi, Menyatakan
8
2. Kedua yaitu, tingkatan memahami (Understand) yaitu kemampuan
menggunakan informasi dalam situasi yang tepat, mencakup
kemampuan untuk membandingkan, menunjukkan persamaan dan
perbedaan, mengidentifikasi karakteristik, menganalisis dan
menyimpulkan.15
Contoh Kata Kerja Operasional (KKO) Tingkatan Kognitif
Memahami (C2)
Tingkatan Kognitif Kata Kerja Operasional
Memahami (C2) Menerjemahkan, Menjelaskan, Mengartikan,
Menafsirkan, Memperkirakan, Menginterpretasikan,
Menentukan ... Misalnya: metode, Menceritakan, Menampilkan,
prosedur Memahami ... misalnya: Memberi contoh, Merangkum,
konsep, kaidah, prinsip, kaitan Menyimpulkan,
antara, fakta, isi pokok. Mengartikan Membandingkan,
Menginterpretasikan ... misalnya: Mengklasifikasikan,
tabel, grafik, bagan Menunjukkan, Menguraikan,
Membedakan, Menyadur,
Meramalkan, Memperkirakan,
Menerangkan, Menggantikan,
15
Arief Aulia Rahman, dkk., “Evaluasi Pembelajaran”, (Cet. 1. Jawa Timur: Uwais
Inspirasi Indonesia, 2019), hlm. 93.
9
b. Menjelaskan
Siswa diminta untuk menjelaskan makna sebuah hadis tentang
akhlak mulia dan memberikan contoh konkret tentang penerapan
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengartikan
Siswa diminta untuk mengartikan makna ayat-ayat tentang keadilan
dalam sebuah surah Al-Qur'an dengan memperhatikan konteks
historis dan sosialnya, serta menginterpretasikan bagaimana prinsip
keadilan tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan
bermasyarakat.
16
Asrul, dkk., ”Evaluasi Pembelajaran”, (Cet. 1. Bandung : Citapustaka Media, 2014),
hlm. 100.
10
Berdasarkan penjelasan dan KKO tersebut apabila kita ambil contoh
yaitu sebagai berikut :
a. Mendemonstrasikan
Siswa diminta untuk mendemonstrasikan nilai-nilai etika Islam
dalam proyek amal. Mereka harus merancang dan melaksanakan
kegiatan yang mengedepankan nilai-nilai seperti keadilan,
kejujuran, dan kedermawanan.
b. Melaksanakan
Siswa diminta untuk melaksanakan shalat jamaah di masjid sekolah
mereka. Mereka harus mengikuti tata cara shalat jamaah sesuai
dengan ajaran Islam, mengatur barisan, dan menjaga konsentrasi
dalam ibadah.
c. Menggunakan
Siswa diminta untuk menggunakan konsep rahmatan lil alamin
dalam menyusun program sosial. Mereka harus menggunakan nilai-
nilai kasih sayang dan kedermawanan untuk merancang program
yang memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
17
Enny Nurcahayawati, dkk., “Evaluasi Pembelajaran Di Era Digital 5.0”, (Cet. 1. Jawa
Barat : Yayasan Wiyata Bestari Samasta, 2021), hlm. 154.
18
Ida Farida, Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Nasioanl (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2017), hlm. 53.
11
Contoh Kata Kerja Operasional (KKO) Tingkatan Kognitif
Menganalisis (C4)
12
5. Kelima yaitu, tingkatan evaluasi (Evaluation) berkaitan dengan proses
kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang
sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas,
efisiensi, dan konsistensi.19
Contoh Kata Kerja Operasional (KKO) Tingkatan Kognitif
Mengevaluasi (C5)
19
Enny Nurcahayawati, dkk., “Evaluasi Pembelajaran Di Era Digital 5.0”, (Cet. 1. Jawa
Barat : Yayasan Wiyata Bestari Samasta, 2021), hlm. 154.
13
6. Keenam atau yang terakhir adalah, Mengkreasi atau Mencipta
(Creating) yaitu, menciptakan mengarah pada proses kognitif
meletakkan unsur-unsur secara bersamasama untuk membentuk
kesatuan yang koheren dan mengarahkan peserta didik untuk
menghasilkan suatu produk baru yang berbeda dari sebelumnya.20
Contoh Kata Kerja Operasional (KKO) Tingkatan Kognitif
Mengkreasi (C6)
Tingkatan Kognitif Kata Kerja Operasional
Menghasilkan ... misalnya: Membangun,Memproduksi,
klasifikasi, karangan, teori Mengkombinasikan,
Menyusun .... misalnya: Merekonstruksi,Membuat,Menciptakan,
laporan, rencana, skema, Mengkategorikan, Mengarang
program, proposal ,Mendesain, Menyusun kembali,
20
Enny Nurcahyawati, Asyraf Suryadin, dan Purnawati Andi Fitriani Djollong, Evaluasi
Pembelajaran Di Era Digital 5.0, hlm. 155.
14
Tahapan kognitif tersebut memiliki level yang berbeda-beda, yaitu seperti
LOTS dan HOTS. Makna LOTS (lower order thinking skills) Adalah
kemampuan yang hanya mengingat dan menghafal fakta dari teks, misalnya bila
seseorang peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan what maka dia
akan langsung mencari jawabannya di dalam teks, dia tidak akan berusaha
untuk mencari jawaban di luar teks, sehingga tidak menggunakan pola pikir
kritis.21 Sedangkan HOTS (higher order thinking skills), merupakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi sebagai pemikiran yang baru dan
menghasilkan ide-ide yang bernilai dalam suatu permasalahan.22 Berdasarkan
hal tersebut tingkatan Taksonomi Bloom dikelompokan menjadi dua bagian
yaitu sebagai berikut :
21
Ujang Suparman, Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tinggi Peserta Didik
(Bandar Lampung: Pusaka Media, 2020), hlm. 2.
22
Hendro Widodo, Evaluasi Pendidikan (Yogyakarta: Uad Press, 2021), hlm. 61.
15
Tahapan-tahapan dalam aspek kognitif sebenarnya memiliki dasar utama
pada pengetahuan. Pada tahap awal, peserta didik dimulai dengan upaya untuk
mengingat apa yang belum mereka ketahui sebelumnya, kemudian melanjutkan
untuk memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta
dalam konteks ajaran Islam. Pada tahap mengingat, peserta didik diminta untuk
mengingat kembali materi-materi agama Islam yang relevan yang mereka
pelajari sebelumnya atau yang baru dipelajari. Selanjutnya, pada tahap
memahami, peserta didik diarahkan untuk memahami makna dan konteks dari
ajaran-ajaran agama Islam yang mereka pelajari. Mereka harus mampu
memahami konsep-konsep seperti tauhid, akhlak, ibadah, dan lain-lain.
Kemudian, pada tahap menerapkan, peserta didik diminta untuk menerapkan
nilai-nilai dan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka harus
dapat mengimplementasikan prinsip-prinsip agama Islam dalam perilaku,
tindakan, dan keputusan mereka sehari-hari.
16
C. Tujuan Dan Manfaat Evaluasi Aspek Kognitif.
23
Arief Aulia Rahman, dkk., “Evaluasi Pembelajaran”, (Cet. 1. Jawa Timur: Uwais
Inspirasi Indonesia, 2019), hlm. 8.
24
Hendro Widodo, “Evaluasi Pendidikan”, (Cet. 1. Yogyakarta : Uad Press, 2021), hlm.
15.
25
Sawaluddin, “Evaluasi Pembelajaran Terintegrasi,” hlm. 51.
17
2. Manfaat Evaluasi Aspek Kognitif
Pengetahuan peserta didik didukung oleh kemampuan kogntif yang
mumpuni, untuk mendapatkan hasil yang baik tentunya dilakukan proses
pembelajaran yang tepat dan evaluasi dalam berbagai aspek. Salah satunya
adalah aspek kognitif, merupakan aspek yang berkembang dalam diri
individu secara bertahap mengikuti tahap-tahapan yang ada dan sesuai atas
apa yang individu lakukan yaitu usaha menjadi lebih baik lagi. Secara
sederhana dengan adanya evaluasi pembelajaran dalam aspek kogntif
memudahkan peserta didik dalam mengetahui bagaimana kondisi mereka
dan juga sebagai pendidik mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
menjadikan peserta didik tersebut lebih baik lagi dari sebelumnya atas
pemahaman yang mereka dapatkan selama proses pembelajaran
berlangsung.
Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru
dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan
kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta membantu guru
dalam usaha memperbaiki proses pembelajarannya26.Evaluasi
dilaksanakan secara obyektif, sesuai apa adanya. Evaluasi pembelajaran
ditujukan kepada komponen input, komponen proses dan komponen output
pembelajaran. Evaluasi pembelajaran memiliki fungsi untuk
pengembangan program, perencanaan dan pengembangan kurikulum, serta
untuk akreditasi program kelembagaan.27 Dalam konteks Pendidikan
Agama Islam, evaluasi pembelajaran menjadi sangat penting karena agama
Islam tidak hanya mengajarkan pemahaman tentang aspek spiritual, tetapi
juga menekankan pada pemahaman kognitif yang mendalam tentang
ajaran-ajaran agama.
26
Nurmawati, ”Evaluasi Pendidikan Dalam Al-Qur’an”, (Cet. 1. Medan : Perdana
Publishing, 2019), hlm. 187.
27
Enny Nurcahayawati, dkk., “Evaluasi Pembelajaran Di Era Digital 5.0”, (Cet. 1. Jawa
Barat : Yayasan Wiyata Bestari Samasta, 2021), hlm. 52
18
Dalam proses evaluasi, perlu dipahami bahwa peserta didik
memiliki kemampuan kognitif yang beragam, sehingga penempatan
mereka dalam pembelajaran harus didasarkan pada pemahaman yang tepat
tentang kemampuan kognitif individu masing-masing. Penilaian dalam
aspek kognitif harus memperhitungkan dimensi-dimensi yang relevan,
untuk memastikan evaluasi tersebut akurat dan sesuai dengan kemampuan
peserta didik.
Sebagai guru dalam Pendidikan Agama Islam, penting untuk
memahami bahwa peserta didik memiliki keberagaman dalam kemampuan
kognitif mereka. Oleh karena itu, dalam melakukan evaluasi, perlu melihat
secara menyeluruh kemampuan peserta didik, termasuk aspek afektif dan
aspek lainnya, namun dengan penekanan awal pada aspek kognitif. Dengan
memperhatikan dengan seksama kemampuan kognitif peserta didik, guru
dapat memberikan penilaian yang akurat dan memberikan arahan yang
sesuai untuk perkembangan belajar mereka. Keseimbangan antara ketiga
aspek dalam diri individu, termasuk kognitif, adalah kunci untuk mencapai
hasil belajar yang baik dan pemahaman yang relevan dalam konteks
Pendidikan Agama Islam.
Evaluasi juga berperan penting dalam menentukan keberhasilan
peserta didik dalam memahami ajaran-ajaran agama Islam. Dengan
memahami tahapan-tahapan kognitif yang berkembang dalam diri peserta
didik, guru dapat memberikan bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan
pemahaman mereka dalam belajar agama Islam. Dengan demikian,
evaluasi pembelajaran tidak hanya menjadi alat untuk mengukur
pencapaian akademik, tetapi juga untuk memastikan bahwa peserta didik
mampu mengembangkan pengetahuan dan pemahaman yang luas dalam
berbagai aspek agama Islam sesuai dengan tahapan kognitif mereka.
19
D. Langkah-langkah Evaluasi Kognitif
28
Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi, (Yogyakarta: Insan Madani, 2011), hlm. 80.
20
5. Buat instrument evaluasi
Buat instrumen evaluasi yang mencakup pertanyaan atau tugas yang
sesuai dengan tujuan dan format yang dipilih. Pastikan instrumen
tersebut relevan, valid, dan dapat diandalkan.
6. Jelaskan Instruksi dengan jelas
Sediakan instruksi yang jelas kepada siswa tentang apa yang
diharapkan dari evaluasi ini, termasuk batasan waktu jika ada.29
7. Variasi Pertanyaan
Pastikan instrumen evaluasi mencakup berbagai jenis pertanyaan
atau tugas yang menguji berbagai tingkat kognitif, seperti pertanyaan
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
8. Uji Instrumen Evaluasi
Sebelum digunakan secara resmi, uji instrumen evaluasi untuk
memastikan kejelasan, kesesuaian, dan konsistensi. Misal dengan
menggunakan uji validitas, reliabilitas, objektivitas dan kepraktisan.
Setelah itu lakukan revisi jika diperlukan berdasarkan hasil uji coba.
29
Muri Yusuf, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan Pilar Penyedia Informasi dan Kegiatan
Pengendalian Mutu Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm. 181.
30
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011), hlm.4
21
Instrumen penilaian adalah alat yang digunakan oleh pendidik dapat
berupa tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan
bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat
perkembangan peserta didik. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 dalam
Pasal 14 menyatakan bahwa instrumen penilaian yang digunakan oleh
satuan pendidikan dalam bentuk penilaian akhir untuk memenuhi
persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas
empirik.
Instrumen penilaian dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
instrumen evaluasi hasil belajar kognitif, instrumen evaluasi hasil belajar
afektif, instrumen evaluasi hasil belajar psikomotor. Instrumen evaluasi
untuk ketiga hasil belajar tersebut perlu dianalisis sebelum dan sesudah
digunakan yang tujuannya agar dapat dihasilkan instrumen evaluasi yang
memiliki kualitas tinggi. Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan
bahwa instrumen penilaian kognitif adalah perangkat untuk mengukur hasil
belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif yang harus
memenuhi beberapa persyaratan standar yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah.
2. Jenis Dan Teknik Skoring Instrumen penilaian kognitif
Kunandar menjelaskan bahwa teknik yang dapat digunakan dalam
penilaian ranah kognitif adalah tes. Tes merupakan suatu alat pengumpulan
informasi, tes ini biasanya dirancang untuk mengevaluasi pemahaman siswa
dalam ranah kognitif yang terkait dengan materi pelajaran atau konteks
tertentu.31 Secara umum, ada dua fungsi yang dimiliki oleh tes yaitu,
Pertama Sebagai alat Pengukur terhadap siswa. Kedua Sebagai alat
pengukur keberhasilan program tes pengajaran, sebab melalui tes tersebut
akan dapat diketahui sudah berapa jauh program pengajaran yang telah
ditentukan. Dalam ranah kognitif atau aspek pengetahuan tes terbagi
menjadi 4 macam, yaitu :
22
a. Tes objektif
Tes Objektif adalah tes tertulis yang menuntut siswa memilih
jawaban yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat dan
pemeriksaannya dilakukan secara objektif (seragam) terhadap semua
siswa. Ada beberapa jenis tes bentuk objektif yaitu pilihan ganda, bentuk
pilihan benar salah, menjodohkan, dan isian singkat.32
1) Soal pilihan ganda
Ada tiga istilah pada tes objektif pilihan ganda yaitu
pertanyaan atau pernyataan stem, pilihan jawaban option, dan
pengecoh distractor. Soal pilihan ganda meliputi soal pokok dan
pilihan jawaban. Jawaban yang benar disebut jawaban kunci dan
lainnya disebut pengecoh. Berdasarkan jumlah pilihan jawaban,
soal pilihan ganda ada yang memiliki tiga, empat dan lima opsi
jawaban. Menskor tes pilihan ganda bisa dilakukan dengan dua cara
yaitu tanpa memperhitungkan denda (hukuman/sanksi) dan
memperhitungkan denda (hukuman/sanksi). Teknik skoringnya
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
S=R
S = Skor
R = Right (jumlah jawaban benar)
32
Enny Nurcahyawati, dkk., Evaluasi Pembelajaran Di Era Digital 5.0, (Cirebon: Yayasan
Wiyata Bestari Samasta, 2022), hlm. 161-163.
33
Junaidi, Modul Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI, (Direktorat Pendidikan
Agama Islam, 2013), hlm. 87.
23
Contoh Penerapannya:
Test berbentuk multiple choice sebanyak 30 item, dengan 4
alternatif jawaban (A, B, C, D) tiap item. Seorang peserta didik
bernama Aydil Akbar dapat menjawab betul 25 item dan salah
5 item, maka skor yang diperoleh Aydil dari test tersebut
sebagai berikut:
S=R
S = 25
Dengan demikian skor yang diperoleh oleh Aydil Akbar
sebesar 25.
b) Teknik Skoring Dengan Denda
Rumus yang digunakan untuk menskor tes pilihan ganda
dengan memberikan sanksi kepada testee jika menjawab salah
pada butir yang diajukan adalah sebagi berikut:34
𝑾
𝑺=𝑹−
𝟎−𝟏
S = Skor
R = Right (jumlah jawaban benar)
W = Wrong (jumlah jawaban salah)
0 = Banyaknya option yang dipasangkan pada item
1 = Bilangan konstanta
Contoh Penerapannya :
Test berbentuk multiple choice sebanyak 20 item, dengan 4
alternatif jawaban (A, B, C, D) tiap item. Seorang siswi
bernama Dinisa dapat menjawab betul 14 item dan salah 6 item,
maka skor yang diperoleh Dinisa dari tes tersebut sebagai
berikut:
6
𝑆 = 14 − = 12 − 2 = 12
4−1
24
Jadi dengan demikian, skor yang diperoleh oleh Dinisa
sebesar 12.
Bagian lainnya yaitu mengenai aturan penulisan soal tes pilihan
ganda tentu harus melihat kriteria penulisan sebagai berikut.:
• Tema harus dirumuskan dengan jelas dan tegas. Kapasitas
atau bahan yang diukur/diperlukan harus jelas.
• Pilihan jawaban tidak memberikan petunjuk untuk jawaban
yang benar.
• Panjang pilihan jawaban kira-kira sama.
• Baiknya jawaban tidak boleh mencantumkan “Semua
pernyataan di atas salah” atau “Semua pernyataan di atas
benar”.
Tes pilihan ganda memiliki kelebihan yaitu :
• Dapat mencakup hampir seluruh bahan pembelajaran yang
disampaikan guru dikelas.
• Tepat untuk mengukur penguasaan informasi para siswa
yang hendak dievaluasi.
• Jawaban siswa dapat dikoreksi dengan mudah.
• Hasil jawaban dapat dikoreksi bersama oleh siswa dan guru.
• Dapat mengukur berbagai jenjang kognitif.35
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Modelnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.
35
125.
36
Sukardi., hlm.126.
25
2) Pilihan benar salah
Pilihan Benar-Salah Bentuk tes Benar-Salah (B-S) adalah
soal yang mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau
salah. Fungsi bentuk soal benar salah adalah untuk mengukur
kemampuan peserta didk untuk membedakan antara fakta dengan
pendapat. Agar soal dapat berfungsi dengan baik, maka materi yang
ditanyakan sebaiknya homogen dari segi isi. Cara mengerjakan soal
ini dengan melingkari atau menandai pada jawaban yang dianggap
benar.37 Ketentuan dalam penulisan butir tes benar salah, yaitu:38 :
• Setiap butir soal harus menguji/mengukur hasil belajar
peserta tes yang penting dan bermakna.
• Kunci jawaban yang ditentukan haruslah benar.
• Pernyataan dalam butir soal harus dinyatakan secara jelas
dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
• Rumusannya tidak meragukan sehingga dapat dinyatakan
100% benar atau 100% salah.
S=R-W
hlm. 50.
38
Tips Membuat Soal yang Baik, hlm. 5-6.
https://staffnew.uny.ac.id/upload/132310001/pengabdian/ppm-iteman-analysiscara-membuat-soal-
yang-baik.pdf, (diakses di internet pada selasa, 19 Maret 2024.
39
Enny Nurcahyawati, hlm. 256-257.
26
S = Skor
R = Right (jumlah jawaban benar)
W = Wrong (jumlah jawaban salah)
Contoh Penerapannya:
Test berbentuk Benar-Salah sebanyak 20 item. Seorang
siswa bernama Zulkarnain dapat menjawab benar 15 item dan
salah 5 item, maka skor yang diperoleh Zul dari tes tersebut
sebagai berikut:
S = 15-5 = 5
Dengan demikian skor yang diperoleh Zul sebesar 5
S = T - 2W
S = Skor
T = Total (jumlah seluruh soal)
W = Wrong (jumlah jawaban salah)
Contoh Penerapannya:
Test berbentuk Benar-Salah sebanyak 20 item. Seorang siswi
bernama Iffah dapat menjawab benar 18 item dan salah 2 item,
maka skor yang diperoleh Iffah dari tes tersebut sebagai berikut:
S = 20-2(2)
S = 20-4 = 16
Dengan demikian skor yang diperoleh Iffah sebesar 16.
27
Tes benar dan salah memiliki kelebihan yaitu :
• Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak memakan banyak
tempat,
• Mudah menyusunnya,
• Dapat digunakan berkali-kali,
• Petunjuk cara mengerjakannya mudah dan objektif.
Sedangkan kekuranganya yaitu :
• Sering membingungkan,
• Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan
dua kemungkinan benar/salah.
• Hanya mengungkap daya ingatan dan daya pengenalan
kembali,
• Terbatas pada kemampuan pengetahuan saja.
3) Menjodohkan
Bentuk tes yang terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan
jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang
berbeda, yaitu kolom pokok soal (premis sebelah kiri dan kolom
jawaban sebelah kanan. Tugas peserta tes adalah menjodohkan
pernyataan di bawah kolom premis dengan pernyataan yang ada
di kolom jawaban. Bentuk tes ini digunakan untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi informasi
berdasarkan hubungan yang sederhana dan kemampuan
menghubungkan antara dua hal.40 Untuk tes objektif jenis
menjodohkan, mengisi dan melengkapi, teknik skoring pada
umumnya tidak memperhitungkan sanksi berupa denda sehingga
perhitungannya sebagai berikut:
28
S=R
S = Skor
R = Right (jumlah jawaban benar)
Cara menilai tes bentuk ini ada dua pendapat, yang pertama
bahwa skor maksimum setiap bentuk fill-in sama dengan jumlah
isian yang ada pada test tersebut. Jika pada suatu test bentuk fill-
in ada 10 item, dan setiap item berisi satu isian, dua isian atau
tiga isian, maka cara menilainya dihitung menurut jumlah isian
yang ada pada seluruh item.41
Ketentuan yang dapat digunakan dalam penulisan soal menjodohkan
yaitu:
• Premis dan jawaban dibuat dalam jumlah tidak sama.
• Premis dan jawaban harus berisi hal-hal yang homogen yaitu
dari jenis kategori isi.
• Premis dan jawaban berisi kalimat atau kata-kata pendek.
Tes menjodohkan memiliki kelebihan yaitu :
• Luasnya materi yang dapat dicakup,
• Relatif lebih mudah dibuat butir soal, khususnya jika
dibandingkan dengan soal bentuk pilihan ganda.
• Ringkas dan ekonomis dilihat dari segi cara memberikan
jawaban.
• Dapat dilakukan dengan cepat dan mudah dalam
penskorannya.
Sedangkan kekurangannya yaitu :
• Cenderung untuk mengukur kemampuan mengingat. Kurang
tepat digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih
tinggi.
• Kemungkinan menebak dengan benar relatif lebih tinggi.
29
4) Isian singkat
Tes yang ditandai dengan adanya jawaban pada tempat
kosong yang disediakan oleh guru untuk menulis jawabannya
dengan singkat sesuai dengan petunjuk.
Cara menyusun tes isian singkat sebagai berikut:42
• Soal yang disusun sebaiknya tidak menggunakan soal yang
terbuka sehingga peserta didik dapat menjawab dengan
terurai,
• Pernyataan sebaiknya hanya mengandung satu alternatif
jawaban,
• Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya
diletakkan pada akhir atau tengah kalimat,
• Dapat menggunakan gambar-gambar sehingga soal dapat
dipersingkat dan jelas.
Tes isian singkat memiliki kelebihan yaitu :
• Menggunakan waktu yang lebih singkat,
• Siswa dapat menuliskan jawaban sesuai apa yang ia ketahui
secara benar dan pasti,
• Mengurangi kemungkinan menerka-nerka jawaban.
Sedangkan kekurangannya yaitu
• Membatasi waktu berpikir siswa yang menyebabkan tingkat
berpikir yang diukur cenderung rendah.
• Dan mengenai skor konsepnya memiliki kesaaman yaitu
dengan konsep menjodohkan.
30
b. Tes non-objektif (uraian panjang)
Tes Non-Objektif atau disebut tes uraian yaitu tes yang pertanyaanya
membutuhkan jawaban peserta didik untuk menguraikan,
mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya
sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan yang
lainnya.43 Bentuk tes uraian terbagi menjadi 2 macam yaitu uraian bebas
extended response dan tes uraian terbatas restricted response. Tes uraian
tak terbatas maksudnya adalah jawaban yang diberikan siswa tidak
memiliki batas, tergantung kemampuan analisis dan sintesis serta
pandangan siswa terhadap suatu masalah. Menurut Purwanto tes esai
merupakan tes yang menghendaki jawaban berupa uraian-uraian yang
relatif panjang, sedangkan tes objektif merupakan tes yang jawabannya
telah tersedia.44
Sedangkan tes uraian terbatas maksudnya adalah bentuk tes ini
menggiring jawaban siswa pada hal-hal tertentu yang batasannya telah
pasti dapat berupa: pasti ruang lingkupnya, pasti arah sudut pandang
jawabannya, dan pasti indikator-indikator jawabannya.
Meninjau kaidah penulisan soalnya, yaitu sebagai berikut :
• Rumusan pertanyaan menggunakan kata tanya atau perintah:
Mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan,
hitunglah, buktikanlah,dst.
• Dirumuskan dengan kalimat sederhana,
• Hindari kalimat soal yang dapat menyinggung perasaan
siswa.
• Kata-kata jangan menimbulkan salah pengertian atau
menimbulkan penafsiran ganda.
• Rumusan kalimat soal menggunakan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
• Buat petunjuk pengerjaan soal sejelas mungkin.
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 72.
44
31
Menskor tes uraian/essay umunya berdasarkan pada bobot yang
diberikan untuk setiap butir soal atas dasar tingkat kesukaran dan atas
dasar banyak sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban yang
dianggap paling benar.45
32
Butir soal no. 1 diberikan skor maksimum 8, butir no. 2
diberikan skor maksimum 10, butir no. 3 diberikan skor maksimum
6, butir no. 4 diberikan skor maksimum 4, dan butir no. 5 diberikan
skor maksimum 2. Seorang testee yang jawabannya benar untuk
butir no.1 diberikan skor 8, jika hanya menjawab betul setengahnya
diberikan skor 4, begitu seterusnya untuk butir yang lain.
Dengan demikian skor totalnya dengan menjumlakan semua
skor yang diperoleh pada masing-masing butir. Sebagai contoh lain,
misalnya tes uraian dari lima butir soal, pembuat soal (testee)
menetapkan bahwa kelima butir soal tersebut memiliki tingkat
kesukaran yang sama, dan usur-unsur yang terdapat pada setiap butir
soal telah dibuat sama banyaknya.
Berdasarkan hal tersebut, maka testee menetapkan bahwa
skor maksimun untuk masing-masing butir adalah 10. Dengan
demikian testee yang dapat menjawab dengan tepat masing-masing
butir diberikan skor 10, betul setengahnya diberikan skor 5 begitu
seterusnya untuk butir yang lain.
33
c. Tes lisan
Tes lisan adalah tes yang dilakukan dengan cara mengadakan Tanya
jawab secara langsung terhadap peserta dididk baik satu persatu,
berpasangan, dalam kelompok ataupun klasikal. Aspek yang dapat
dinilai dari tes ini yaitu, proses berfikir peserta didik dalam memecahkan
suatu masalah, dan penguasaan bahasa dan penguasaan materi
pelajaran.46 Kelebihan dan kekurangan tes lisan yaitu sebagai berikut :
46
Andri Kurniawan dan Aurora Nandia febrianti, Evaluasi Pembelajaran (Padang: PT.
Global Esekutif Teknologi, 2022), hlm. 39.
47
Syaiful Imran, 2018, https://ilmu-pendidikan.net/pembelajaran/evaluasi-
pembelajaran/keuntungan-dan-kelemahan-penggunaan-tes-lisan-dalam-evaluasi, diakses di internet
pada senin, 25 Maret 2024
48
Andri Kurniawan, hlm. 40.
34
CONTOH KISI-KISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
45 3 1.5 Khotbah, Tabligh dan Menjelaskan Pengertian Khotbah Tabligh Dakwah C4 20 Uraian
Dakwah √
46 3.15 Iman kepada Rasul-rasul Disajikan narasi iman kepada rasul-rasul Allah Swt peserta didik C3 20 Uraian
3 Allah SWT dapat menganalisis mukjizatNabi Muhammad SAW dengan baik √
47 3 3.3 Beriman Kepada Hari Akhir Menyimpulkan makna Hari Akhir dan bagaimana terjadinya C4 20 Uraian
peristiwa kiamat √
48 3 3.4 Iman kepada Qadha dan Menyimpulkan makna iman kepada Qadha dan Qadar 20 Uraian
Qadar
49 3 3.25 Semanagat beribadah Disajikan Semanagat beribadah menyakini hari akhir peserta C3 20 Uraian
menyakini hari akhir didik dapat menganalisis pengertian hari akhir dengan baik √
50 3 3.28 Hukum pernikahan Disajikan hukum pernikahan peserta didik dapat menganalisis C3 20 Uraian
tujuan dari pernikahan dengan baik √
35
CONTOH INSTRUMEN URAIAN
Kompetensi Dasar : Memahami makna beriman kepada Kitab-kitab Allah Swt. ciptaan-Nya
Teknik Penilaian : Tes tertulis
Penilai : Guru
Petunjuk : Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara tertulis!
No
Instrumen Soal Jawaban Skor
1. Jelaskan pengertian iman kepada kitab Allah Iman kepada kitab Allah Swt. Berarti percaya dan yakin dengan 0-5
Swt.! sepenuh hati bahwa Allah Swt. Telah menurunkan kitab-kitab-Nya
kepada para Rasul-Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat
manusia. Kitab-kitab itu merupakan pedoman hidup bagi manusia
agar dapat meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
2. Mengapa manusia memerlukan kitab Allah Swt.? Kitab suci Allah Swt. sebagai pedoman hidup manusia, karena dengan 0-5
kitab tersebut menjadikan sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan
agar menjadi manusia yang lebih baik.
3. Sebutkan 4 kitab yang diturunkan Allah Zabur, Taurat, Injil, Al-Qurān 0-5
Swt.!
4. Bagaimana cara beriman kepada kitab-kitab Orang yang beriman kepada kitab Allah Swt. akan senantiasa 0-5
sebelum al-Qur’ān? meyakini bahwa ajaran Allah itu adalah untuk kebaikan dan
kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.
5. Sebutkan dua contoh perilaku yang Menumbuhkan sikap optimis dalam menjani kehidupan sehari-hari, sabar 0-5
mencerminkan seorang muslim beriman kepada dalam menghadapi cobaan serta selaku bersyukur kepada Allah SWT
kitab Allah Swt.! (dikembangkan oleh guru)
Skor maksimal 25
Rubrik Penilaian:
36
CONTOH INSTURMEN PENUGASAN
Kompetensi Dasar : Memahami makna beriman kepada Kitab-kitab Allah Swt. ciptaan-Nya
Teknik Penilaian : Penugasan
Penilai : Guru
Butir Soal Tugas : Carilah dalil naqli (al-Qur’an dan hadis Nabi saw.) dengan artinya tentang iman Kitab-kitab Allah dan menuliskannya di buku
tugas.
No
Aspek Penilaian Skor
Paparan berisi dalil naqli yang relevan. 5 = Sangat Relevan
1. 4 = Relevan
3 = Agak Relevan
2 = Kurang Relevan
1 = Tidak Relevan
Paparan dilengkapi deskripsi, gambar atau video yang sesuai 5 = Sangat Relevan
2. 4 = Relevan
3 = Agak Relevan
2 = Kurang Relevan
1 = Tidak Relevan
Skor Maksimum 15
Rubrik Penilaian:
37
CONTOH INSTRUMEN LISAN 1
Kompetensi Dasar : Memahami makna beriman kepada Kitab-kitab Allah Swt. ciptaan-Nya
Teknik Penilaian : Tes lisan.
Penilai : Guru
Petunjuk : Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara lisan!
No
Instrumen Soal Jawaban Skor
1. Sebutkan nama-nama Kitab- kitab Allah ! Taurat, Zabur, Injil, al-Qur’an 0-5
2. Sebutkan nama-nama nabi Musa as, Daus as, Isa as, Muhammad saw. 0-5
yang menerima kitab Allah!
3. Sebutkan contoh perilaku Rajin membaca al-Qur’an. Menghargai keyakinan orang 0-5
yang mencerminkan beriman kepada Kitab Allah! lain
4. Sebutkan keutamaan al- Qur’an! 1. Isi kandungannya lengkap karena mencakup segala aspek kehidupan; 0-5
2. Isinya sesuai dengan perkembangan zaman; susunan bahasanya yang sangat indah;
3. Membaca dan mendengarkannya merupakan ibadah;
4. Memuliakan akal pikiran manusia;
5. Menjadi penawar penyakit;
6. Membenarkan keberadaan kitab-kitab allah swt. Yang terdahulu dan
menyempurnakan hukum-hukumnya;
7. Sebagai mukjizat nabi muhammad saw yang paling besar;
8. Tidak pernah mengalami perubahan karena terpelihara kemurniannya hingga akhir
zaman; dan
9. Memadukan antara ilmu, iman, dan amal-perbuatan.
Skor maksimal 20
Rubrik Penilaian:
38
CONTOH INSTRUMEN LISAN 2
َ ط ْعت ُ ْم أَن تَنفُذُ ْوا ِم ْن أ َ ْقَ َنس ِإ ِن ا ْست ِ ْ َيا َم ْعش ََر ْال ِج ِن َو
Menerjemahkan Q.S.
ار
ِ ط ِ اْل
Al- Mujadilah (58) ayat
11 ﴾٣٣﴿ ان ٍ طَ س ْل
ُ ض فَانفُذُ ْوا ََل تَنفُذُ ْونَ ِإ ََّل ِب ِ ت َو ْاْل َ ْر
ِ س َم َاوا
َّ ال
39
3. Menerjemahkan salah Terjemahkan hadis tentang menuntut ilmu di bawah ini!
satu hadis yang
berkaitan dengan ilmu َ ص َّلى هللا
عل ْي ِه ِ سو ُل
َ هللا ُ َقا َل َر: ع ْن أَن َِس ب ِْن َمالِكٍ َقا َل َ
pengetahuan )علَى ُك ِل ُم ْس ِل ٍم (رواه ابن ماجه َ ب ْال ِع ْل ِم فَ ِري
َ ٌ ضة َ : سلَّ َم
ُ َطل َ و
No Jawaban
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
1. orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Wahai sekalian jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
2. penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya
kecuali dengan kekuatan (ilmu).
3. Dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Mencari ilmu itu
wajib bagi setiap muslim”. (H.R. Ibnu Majah).
RUBRIK PENILAIAN
Kriteria
No. Nama Surat Sangat Kurang Tidak Skor
Lancar
Lancar Lancar Lancar
Jumlah Skor
40
CONTOH INSTRUMEN LISAN 3
Deskriptor:
a. Pengertian sholat menurut etimologi dan terminologi dan menurut
beberapa ulama.
b. Dalil Al-Qur’an dan hadis yang mewajibkan tentang menuanikan
sholat.
c. Syarat syah dan wajib shalat.
d. Rukun-rukun sholat.
e. Sunah-sunah dalam sholat.
f. Hal-hal yang membatalkan sholat.
41
CONTOH INSTRUMEN PILIHAN GANDA
Soal 1: Bagaimana konsep mengenal Allah SWT melalui Asmaul Husna?
Rubrik Penilaiannya :
Misalnya Andi mampu menjawab 35 nomor, soal diatas sesuai kisi kisi
ditentukan berjumlah 40 soal, dan setiap soal terdiri dari 2.5 skornya, maka dengan
konsep skoring tanpa denda, S=R, yaitu 35 x 2.5 = 87.
42
PENUTUP
A. Kesimpulan
43
Pengembangan instrumen evaluasi aspek kognitif pembelajaran Pendidikan
Agama Islam memerlukan pemahaman mendalam tentang kurikulum dan
standar kompetensi yang relevan. Instrumen tersebut haruslah valid, reliabel,
dan dapat mengukur kemampuan peserta didik secara akurat sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Secara keseluruhan, evaluasi aspek kognitif dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan bagian integral dari proses
pembelajaran yang bertujuan untuk memastikan pemahaman dan penerapan
ajaran Islam yang lebih baik oleh peserta didik. Dengan penggunaan instrumen
evaluasi yang tepat dan analisis yang cermat, guru dapat membantu
meningkatkan kualitas pembelajaran dan pencapaian peserta didik dalam
memahami serta menginternalisasi nilai-nilai agama Islam.
B. Saran
44
DAFTAR PUSTAKA
Akib, Muh. (2013). “Sasaran Atau Obyek Evaluasi Pendidikan Dan Penilaian
Berbasis Sekolah.” Jurnal Al-hikmah 14 (1).
45
Kurniawan, Andri, dan Aurora Nandia febrianti. (2022). Evaluasi Pembelajaran.
Padang: PT. Global Esekutif Teknologi.
46