Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MENDESAIN EVALUASI DAN REMEDIAL PEMBELAJARAN


PENDIDIKAN ISLAM

MIRNA HI. UMAR PORA


NIM : 22020019

DOSEN PENGAMPUH:
Dr. Drs. Muhammad Zein, M.Pd

Diajukan Sebagai Bahan Diskusi Pada Mata Kuliah Pengembangan Desain


Pembelajaran Pendidikan Islam Semester II Prodi PAI

PASCA SARJANA IAIN TERNATE

TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang calon pendidik nantinya akan benar-benar dituntut menjadi


profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik agar
dapat memberikan pendidikan yang terbaik untuk mencapai tujuan
pendidikan baik ditingkat lembaga maupun ditingkat nasional. Salah satu
hal yang harus dimiliki oleh seorang pendidik yaitu pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan evaluasi pembelajaran, tidak terkecuali
dalam pendidikan agama Islam. Evaluasi dalam pendidikan Islam yaitu
cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku peserta didik berdasarkan
standar perhitungan yang bersifat komperehensif dari seluruh aspek
kehidupan mental-psikologis dan spritual-religius peserta didik. Karena
sosok pribadi yang diinginkan oleh pendidikan Islam bukan hannya
pribadi yang bersifat religius, tetapi juga yang memiliki ilmu dan
keterampilan dalam menjalankan kewajibannya dalam hablun minallah wa
hablun minannas, sebagai seorang hamba terhadap Tuhannya dan sebagai
seorang manusia terhadap sesamanya.

Diantara evaluasi yang dilakukan oleh pendidik yaitu evaluasi hasil


belajar, dimana evaluasi ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana
pengetahuan dan keterampilan peserta didik berkembang setelah menerima
materi dan arahan dari seorang pendidik, yang selanjutnya menjadi
pertimbangan dan sekaligus penentu dalam memutuskan berhasil tidaknya
proses pembelajaran, yang ditandai dengan kualitas peserta didiknya.

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang


atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.1 Pendidikan tidak hanya melibatkan satu orang
tetapi melibatkan semua pihak yang didukung oleh komponen penunjang
1
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007.
dengan catatan bahwa semua pihak harus memahami karakteristik peserta
didik dengan berbagai perilakunya. Dalam proses pembelajaran sering
ditemukan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Kesulitan
belajar ini berdampak pada ketidaktuntasan belajar. Kesulitan belajar
adalah kegagalan dalam mencapai prestasi akademik karena prestasi
berada di bawah standar inteligensi yang dimiliki dengan beragam
gangguan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung.2

Hakikatnya peserta didik yang mengalami ketidaktuntasan belajar


tidak dapat dikatakan bodoh karena setiap peserta didik membutuhkan
jumlah waktu yang berbeda-beda untuk belajar. Salah satu cara untuk
mengatasi ketidaktuntasan belajar ini adalah dengan penambahan waktu
melalui pembelajaran remedial. Pembelajaran remedial merupakan
layanan pendidikan yang diberikan kepada siswa untuk memperbaiki
prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan.
Makmun mengatakan pembelajaran remedial merupakan upaya peserta
didik (dengan atau tanpa bantuan/ kerjasama dengan ahli atau pihak lain)
untuk menciptakan situasi yang memungkinkan individu atau kelompok
peserta didik tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal
mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang
diharapkan. 3

Pembelajaran tuntas menekankan bahwa peserta didik dituntut agar


mencapai tujuan instruksional yang pertama terlebih dahulu sebelum ia
dibolehkan mempelajari unit pelajaran yang baru untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang kedua. Hal ini dikarenakan penguasaan tujuan
instruksional pertama merupakan prasyarat untuk tujuan instruksional
kedua dan seterusnya. Hal ini senada dengan hasil penelitian Skinner yang
menyatakan bahwa secara ideal, peserta didik baru boleh mempelajari

2
Mulyono Abdurrahman, Teori, Diagnosis, dan Remediasinya, (Sumatera Barat: Rineka Cipta,
2012)
3
Abdin Syamsudin Makmun, Psikologi Pendidikan Edisi Lengkap. (Jepara: Rosdakarya, 2012)
materi pelajaran berikutnya apabila ia telah betul-betul menguasai isi
pelajaran yang telah dipelajari.

Penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan dapat


diketahui dengan memberikan tes formatif sebagai dasar umpan balik
(feed back). Peserta didik yang belum mencapai kriteria yang ditetapkan
baik secara keseluruhan maupun pada tujuan tertentu perlu dilakukan
remedial dalam hal ini adalah remediasi berkelanjutan di mana tes formatif
dan remedial ini diberikan secara teratur dan kontinu setiap kali sejumlah
tujuan pembelajaran selesai dipelajari. Pembelajaran remedial pada
dasarnya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas masing-masing
peserta didik dalam menguasai materi pelajaran. Jika setelah dilakukan tes
perbaikan masih tetap ditemukan peserta didik yang mengalami kegagalan
maka peserta didik yang bersangkutan diberikan kegiatan berikutnya oleh
pendidik sedangkan peserta didik yang telah tuntas akan diberikan
pengayaan untuk memperluas dan memperdalam konsep yang telah
dipelajarinya. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang Evaluasi
dan Remedial Pembelajaran, berikut ini disajikan beberapa rumusan
masalah yang akan dibahas secara sistimatis pada bagian berikutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi ?
2. Apa yang di maksud dengan remedial ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan remedial.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Evaluasi Pembelajaran
1. Pengertian Desain Evaluasi

Secara etimologi, ‘’evaluasi” berasal dari kata ‘’to evaluate’’ yang


berarti ‘’menilai’’. Evaluasi pendidikan agama ialah suatu kegiatan untuk
menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan agama,
Yang dimaksud dengan penilaian dalam pendidikan adalah keputusan-
keputusan yang diambil dalam proses pendidikan secara umum; baik
mengenai perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan
atau yang menyangkut perorangan, kelompok, maupun kelembagaan. Oleh
karena itu, yang dimaksud dengan evaluasi dalam pendidikan agama Islam
adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan
pendidikan agama Islam guna melihat sejauh mana keberhasilan
pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari
pendidikan Islam itu sendiri. Secara spesifik, istilah evaluasi dalam
pembelajaran agama Islam dimaksudkan sebagai penilaan hasil
pembelajaran setelah berlangsungnya serangkaian proses belajar mengajar
dimana terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik. Jadi, yang
dimaksud dengan desain evaluasi adalah suatu kondisi dan prosedur yang
diciptakan oleh evaluator untuk mengumpulkan data.

2. Tujuan evaluasi

Tujuan evaluasi pembelajaran PAI yaitu untuk mengetahui atau


mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan dan kemajuan yang
diperoleh peserta didik, dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Disamping itu, evaluasi pembelajaran
dimaksudkan agar pendidik dapat menilai daya guna dari pengalaman dan
kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan sekaligus mempertimbangkan
hasilnya serta metode mengajar dan sistem pengajaran yang dipergunakan,
apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan dalam kurikulum. Sasaran
evaluasi tidak hanya bertujuan mengevaluasi anak didik saja, tetapi juga
bertujuan mengevaluasi pendidik, sejauh mana ia bersungguh-sungguh
dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran
khususnya dan tujuan pendidikan Agama Islam umumnya.

3. Fungsi evaluasi pembelajaran


Sebagai salah satu komponen penting dalam pelaksanaan
pendidikan Islam, evaluasi pembelajaran berfungsi sebagai alat:
a. Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas cara belajar dan mengajar
yang telah dilakukan benar-benar tepat atau tidak, baik yang
berkenaan dengan sikap pendidik maupun peserta didik.
b. Untuk mengetahui hasil prestasi belajar peserta didik guna
menetapkan keputusan apakah bahan pelajaran perlu diulang atau
dapat dilanjutkan.
c. Untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi tentang taraf
perkembangan dan kemajuan yang diperoleh murid dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum pendidikan
Islam.
d. Untuk memberi laporan kepada orang tua murid tentang hasil
belajar peserta didik. Laporan ini dapat berbentuk buku raport,
piagam, sertifikat, ijazah dll.
e. Untuk membandingkan hasil pembelajaran yang diperoleh
sebelumnya dengan pembelajaran yang dilakukan sesudah itu, guna
meningkatkan kualitas pendidikan.

4. Jenis-jenis Evaluasi pembelajaran


Jenis evaluasi hasil belajar dalam proses belajar mengajar
pendidikan agama di sekolah dapat dibedakan ke dalam:
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan sesudah
diselesaikannya satu pokok bahasan. Dengan demikian evaluasi
hasil belajar ini bersifat jangka pendek. Dalam pelaksanaannya di
sekolah evaluasi formatif ini merupakan ulangan harian.
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan sesudah
diselesaikannya beberapa pokok bahasan. Dengan demikian
evaluasi sumatif adalah evaluasi hasil belajar jangka panjang.
Dalam pelaksanaannya di sekolah, kalau evaluasi formatif dapat
disamakan dengan ulangan harian, maka evaluasi sumatif dapat
disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada
tiap akhir catur wulan atau akhir semester.
c. Evaluasi Placement
Jika cukup banyak calon peserta didik yang diterima di suatu
sekolah sehingga diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk
pembagian diperlukan pertimbangan khusus. Apakah anak yang
baik akan disatukan di satu kelas ataukah semua kelas akan diisi
dengan campuran anak baik, sedanmg dan kurang, maka diperlukan
adanya informasi. Informasi yang demikian dapat diperoleh dengan
cara evaluasi placement. Tes ini dilaksanakan pada awal tahun
pelajaran untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta didik
berkaitan dengan materi yang telah disampaikan.
d. Evaluasi Diagnostic
Evaluasi diagnostic ialah suatu evaluasi yang berfungsi untuk
mengenal latar belakang kehidupan (psikologi, fisik dan milliau)
yang mengalami kesulitan belajar yang hasilnya dapat digunakann
sebagai dasar dalam memcahkan kesulitan-kesulitan tersebut.
5. Alat-alat evaluasi pembelajaran
Pada pelaksanaan evaluasi hasil belajar pendidikan agama,
diperkenalkan tiga bentuk evaluasi, yaitu:
a. Tes tertulis, ialah ujian atau ulangan, yang dialami oleh sejumlah
peserta didik secara serempak dan harus menjawab sejumlah
pertanyaan atau soal secara tertulis dalam waktu yang sudah
ditentukan. Terdapat dua jenis tes tertulis, yaitu tes esai dan
obyektive tes.
b. Tes Lisan, ialah bila sejumlah peserta didik seorang demi seorang
diuji secara lisan oleh seorang penguji atau lebih.
c. Observasi, ialah metode/cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat/
mengamati peserta didik atau sekelompok peserta didik secara
langsung. Dalam rangka evaluasi hasil belajar, observasi digunakan
sebagai alat evaluasi untuk menilai kegiatan-kegiatan belajar yang
bersifat keterampilan atau aspek psikomotor.

B. Remedial Pembelajaran
1. Pengertian Remedial Pembelajaran
Kata remedial berasal dari bahasa Inggris yang berarti bersifat
menyembuhkan, mengobati, membetulkan atau membuat menjadi
baik. Hal ini berarti bahwa pembelajaran remedial adalah pembelajaran
yang bersifat menyembuhkan sehingga menjadi baik atau sembuh dari
masalah pembelajaran yang dirasa sulit. Mukhtar dan Rusmini
mengemukakan pembelajaran remedial adalah proses pembelajaran
yang berupa kegiatan perbaikan yang terprogram dan sistematis,
sehingga diharapkan dapat mempercepat ketuntasan belajar peserta
didik.4 Arifin mengemukakan pembelajaran remedial merupakan
kelanjutan dari pembelajaran biasa atau regular di kelas. Hanya saja,
peserta didik yang masuk dalam kelompok ini adalah peserta didik
yang belum tuntas belajar.5 Dari penjelasan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian dari desain pembelajaran remedial
adalah suatu upaya merancang yaitu merencanakan dan menyusun
serta melaksanakan proses pembelajaran (pengajaran perbaikan) dan

4
Mukhtar dan Rusmini, Pengajaran Remedial, (Jakarta: Nimas Multima, 2005)
5
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009)
menilai hasil pembelajaran (pengajaran perbaikan) tersebut secara
sistematis.
Wardani dan Kasron menyatakan bahwa kegiatan remedial adalah
usaha pemberian bantuan kepada peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik atau
mencapai ketuntasan belajar. Pembelajaran remedial merupakan
layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk
memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan
yang ditetapkan sedangkan peserta didik yang telah mencapai kriteria
ketuntasan yang telah ditetapkan diberikan pengayaan pemahaman
konsep.
Jika seluruh peserta didik telah mencapai ketuntasan pada saat tes
formatif maka pendidik memberikan perbaikan pada tujuan atau
indikator yang tingkat ketuntasannya paling rendah sebagai penguatan.
Konsep penyelenggaraan model pembelajaran remedial, secara tegas
dinyatakan dalam kurikulum 2013 yang diberlakukan berdasarkan
Permendikbud No 103 tahun 2014 dan Permendikbud No 104 tahun
2014. Permendikbud 103 menegaskan bahwa pada RPP yang dibuat
terdapat pembelajaran remedial dan pengayaan pada bagian penilaian.
Sedangkan, berdasarkan Permendikbud 104, dinyatakan bahwa
penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur menggunakan
sistem penilaian acuan kriteria. Peserta didik yang belum mencapai
KKM harus mengikuti pembelajaran remedial. Jika seorang peserta
didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah
mencapai ketuntasan. Melalui PermendikBud Nomor 103 dan 104
Tahun 2014, pemerintah secara tegas menyatakan bahwa sistem yang
direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan, di mana
semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk
menentukan KD yang telah dikuasai, serta untuk mengetahui kesulitan
peserta didik. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak
lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program
remedi dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah
memenuhi ketuntasan.6
2. Tujuan remedial pembelajaran
Pengajaran remedial bertujuan agar peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan
melalui proses perbaikan, baik segi proses belajar mengajar maupun
kepribadian peserta didik. Tujuan pengajaran remedial secara rinci
adalah agar peserta didik dapat:
a. Memahami dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi
belajar meliputi segi kekuatan, kelemahan, jenis dan sifat
kesulitan.
b. Memperbaiki cara-cara belajar ke arah yang lebih baik sesuai
dengan kesulitan yang dihadapi.
c. Memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk
mengatasi kesulitan belajarnya.
d. Mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan baru yang dapat
mendorong tercapainya hasil belajar yang baik.
e. Mengatasi hambatan-hambatan belajar yang menjadi latar
belakang kesulitannya
3. Fungsi remedial
Pengajaran remedial mempunyai fungsi yang amat penting dalam
keseluruhan proses belajar mengajar. Adapun beberapa fungsi
pengajaran remedial tersebut adalah:
a. Fungsi korektif Pengajaran remedial mempunyai fungsi korektif,
artinya melalui pengajaran remedial dapat diadakan pembentukan
atau perbaikan terhadap sesuatu yang dianggap masih belum
mencapai apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses belajar
mengajar. Hal-hal yang diperbaiki atau dibetulkan melalui
pengajaran remedial antara lain: 1) Perumusan tujuan, 2)

6
Maria Waldetrudis, “Pembelajaran Remedial Sebagai Suatu Upaya Dalam Mengatasi Kesulitan
Belajar”. Jurnal Foundasia, Vol. IX No.1, 2018. Hlm. 18-19
Penggunaan metode mengajar, 3) Cara-cara belajar, 4) Evaluasi,
5) Segi-segi pribadi peserta didik.
b. Fungsi Penyesuaian, yang dimaksud dengan fungsi penyesuaian
adalah agar dapat membantu peserta didik untuk menyesuaian
dirinya terhadap tuntutan kegiatan belajar.
c. Fungsi Pemahaman, fungsi pemahaman adalah agar pengajaran
remedial memungkinkan pendidik, peserta didik dan pihak-pihak
lain dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap
pribadi murid. Demikian pula peserta didik diharapkan dapat lebih
memahami dirinya dan segala aspeknya. Begitu pula pendidik dan
pihak-pihak lainnya dapat lebih memahami akan keadaan pribadi
peserta didik.
d. Fungsi Pengayaan, fungsi pengayaan dimaksud agar pengajaran
remedial dapat memperkaya proses belajar mengajar. Bahan
pelajaran yang tidak disampaikan dalam pengajaran reguler, dapat
diperoleh melalui pengajaran remedial. Pengayaaan lain adalah
dalam segi metode dan alat yang dipergunakan adalam pengajaran
remedial. Dengan demikian diharapkan hasil yang diperoleh
peserta didik dapat lebih banyak, lebih luas dan lebih dalam
sehingga hasil belajarnya lebih kaya.
e. Fungsi Terapuetik, dengan pengarahan remedial secara langsung
atau tidak langsung dapat meyembuhkan atau memperbaiki
kondisi-kondisi kepribadian peserta didik yang diperkirakan
menunjukkan adanya penyimpangan. Penyembuhan kondisi
kepribadian dapat menunjang pencapaian prestasi belajar,
demikian pada sebaliknya.
f. Fungsi Akselarasi, fungsi akselarasi adalah agar pengajaran
remedial dapat mempercepat proses belajar baik dalam arti aktul
maupun materi. Misalnya: peserta didik yang tergolong lambat
dalam belajar dapat dibantu lebih cepat proses belajarnya melalui
pengajaran remedial.
4. Prinsip Remedial
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran
remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain
sebagai berikut:
a. Adaptif, program pembelajaran remedial hendaknya
memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan,
kesempatan, dan gaya belajar masing-masing.
b. Interaktif, pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan siswa
untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber
belajar yang tersedia.
c. Fleksibilitas, dalam metode pembelajaran dan penilaian yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik.
d. Kesinambungan dan ketersediaan dalam pemberian pelayanan:
program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial
merupakan satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran
reguler dengan remedial harus berkesinambungan dan programnya
selalu tersedia agar setiap saat siswa dapat mengaksesnya sesuai
dengan kesempatan masing-masing.7
5. Jenis-Jenis Remedial
Seperti diketahui bahwa pengajaran remedial merupakan bagian
integral dari proses belajar mengajar yang menghendaki ketuntasan
pencapaian tujuan/kompetensi atau pencapaian tujuan secara optimal.
Pendidik sebagai pelaksana, pembimbing dan motivator dalam
pembelajaran remedial tentunya harus mampu menentukan pilihan
tindakan yang akan diambil guna mengatasi ketidaktercapaian
kompetensi dari peserta didik. Untuk itu pendidik paling tidak harus
mengenal tipe-tipe pengajaran remedi.
a. Tipe Bloom, Siahaan mengemukakan setiap pendidik dan
peserta didik haruslah mahir dalam setiap bagian materi

7
Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan Kompetensi Guru,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013)
kegiatan belajar, namun dengan catatan bahwa pemahiran
bagian-bagian itu tidak boleh sama dengan pemahiran secara
keseluruhan, menurutnya pemahiran itu ditentukan oleh
penguasaan secara operasional dalam menangani
masalah/materi itu sampai taraf 80-90%.8
b. Tipe Killer, dalam tipe Killer, jika seseorang belum mencapai
taraf tertentu yang telah ditargetkan seratus persen (100 %),
maka secara keseluruhan kegiatan belajar ini harus diulangi
seluruhnya.

BAB III

8
Maria Waldetrudis, “Pembelajaran Remedial Sebagai Suatu Upaya Dalam Mengatasi Kesulitan
Belajar”. Jurnal Foundasia, Vol. IX No.1, 2018. Hlm. 20
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari Pemaparan materi diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Evaluasi hasil belajar, dimana evaluasi ini dilakukan untuk mengukur
sejauh mana pengetahuan dan keterampilan peserta didik berkembang
setelah menerima materi dan arahan dari seorang pendidik
2. Pembelajaran remedial pada dasarnya untuk meningkatkan kuantitas
dan kualitas masing-masing peserta didik dalam menguasai materi
pelajaran.
3. dengan desain evaluasi adalah suatu kondisi dan prosedur yang
diciptakan oleh evaluator untuk mengumpulkan data.
4. desain pembelajaran remedial adalah suatu upaya merancang yaitu
merencanakan dan menyusun serta melaksanakan proses
pembelajaran (pengajaran perbaikan) dan menilai hasil pembelajaran
(pengajaran perbaikan) tersebut secara sistematis.
B. Saran

Sebuah evaluasi dan remedial penting dilakukan agar terciptanya


Keadilan diantara peserta didik agar lebih memotivasi peserta didik untuk
menerima materi pembelajaran yang mana hal ini bisa berdampak pada
hasil belajar peserta didik.

Demikian pembahasan mendesain evaluaasi dan remedial Pembelajar


Pendidikan Islam yang dapat penulis sampaikan, dan penulis menyadari
bahwa dalam penulisan materi ini masih banyak sekali kesalahan. Maka
dari itu penulis memohon kritik dan saran untuk membangun materi ini
agar lebih baik untuk penulisan-penulisan berikutnya

DAFTAR PUSTAKA
Abdin Syamsudin Makmun, Psikologi Pendidikan Edisi Lengkap. (Jepara:
Rosdakarya, 2012)

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007.

Mulyono Abdurrahman, Teori, Diagnosis, dan Remediasinya, (Sumatera


Barat: Rineka Cipta 2012)

Maria Waldetrudis, “Pembelajaran Remedial Sebagai Suatu Upaya Dalam


Mengatasi Kesulitan Belajar”. Jurnal Foundasia, Vol. IX No.1,
2018.

Mukhtar dan Rusmini, Pengajaran Remedial, (Jakarta: Nimas Multima,


2005)

Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan


Kompetensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013)

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2009)

Anda mungkin juga menyukai