ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk mengkaji dan menjelaskan secara terperinci mengenai
pelaporan hasil penilaian pembelajaran PAI. Pelaporan hasil penilaian
pembelajaran PAI berhubungan dengan prosedur pengolahan hasil penilaian yang
baik dan mampu menggambarkan seluruh penilaian dalam pembelajaran
PAI.Pelaporan hasil penilaian merupakan suatu kewajiban guru dalam dunia
pendidikan. Pelaporan hasil penilaian berguna untuk mengetahui perkembangan
siswa dalam pembelajaran PAI yang menginforasikan tingkat kemajuan dan
kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang telah di tetapkan.Karena dari hasil pelaporan hasil penilaian guru bisa
mengetahui keunggulan,kemapuan,dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti
kegiatan keseharian peserta didik dalam pembelajaran PAI dalam kelas yang
menjadi tolak ukur keberhasilan peserta didik berdasarkan acuan kriterian dan
indikator yang ingin di capai.Fungsi pelaporan hasil penilaian adalah untuk
mendeteksi semua kebutuhan perbaikan pembelajaran peserta didik secara
berkesinambungan.
KATA KUNCI: Pelaporan Hasil Penilaian, Pembelajaran Pai
PENDAHULUAN
Laporan Hasil Belajar LHB peserta didik berbentuk profil yang mencakup aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik, informasi mengenai aspek –aspek tersebut diperoleh
berdasarkan sistem tagihan yang dipergunakan untuk mata pelajaran yang sesuai dengan
tuntutan kompetensi dasar. Laporan Hasil Belajar atau biasa disebut dengan rapor merupakan
1|Page
dokumen yang menjadi penghubung komunikasi baik antara sekolah dengan orang tua peserta
didik maupun dengan pihak-pihak lain yang ingin mengetahui tentang hasil belajar peserta
didik pada kurun waktu tertentu. Karena itu rapor harus komunikatif, informatif, dan
komprehensif menyeluruh untuk memberikan gambaran tentang hasil belajar peserta didik.
Penilaian (Assesment) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
“nilai” yang berarti kepandaian, biji, dan ponten. Sedangkan penilaian yaitu proses, cara,
perbuatan menilai, pemberian nilai (biji, kadar mutu, harga). Penilaian dapat diartikan sebagai
proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar
pengambilan keputursan tentang peserta didik, baik yang menyangkut kurikulum, program
belajar, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah.1
Trianto juga menjelaskan bahwa penilaian adalah suatu usaha untuk mendapatkan
berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan
hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh peserta didik2
Pelaporan Hasil Penilaian Hasil penilaian ranah kognitif dan psikomotor dapat berupa nilai
angka maupun deskripsi kualitatif terhadap kompetensi dasar tertentu. Mislanya untuk nilai angka
dapat diberikan dalam bentuk nilai 75 sebagai batas penguasaan (mastery). Artinya, jika seorang
siswa sudah mencapai nilai 75 atau lebih (untuk kompetensi dasar tertentu maka dikatakan siswa
tersebut berhasil. Akan tetapi, jika seorang siswa belum mencapai 75, diaktakan siswa tersebut
Pelaporan hasil inventori afektif ini akan sangat bermanfat khususnya untuk mengetahui sikap
dan minat siswa terhadap pelajaran matematika dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk
1
Zurida Ariasti, Penilaiaan Pelaksaan Autentik Dalam Pembelajaraan PAI Di SMP Kotabumi Lampung Utara, hal
51
2
Ibid, hal 53
2|Page
memperbaiki sikap serta minat siswa terhadap pembelajaran PAI. Pelaporan ranah afektif dilakukan
secara kualitatif.
Istilah penilaian merupakan sinonim dari pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Sedangkan
istilah autentik yakni sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel (Umar, 2016). Menurut Abdul
Majid, penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan peserta didik (Majid, 2015). Sedangkan menurut (Supardi,
2015)mengungkapkan bahwa authentik assesmentadalah suatu assessmenthasil belajar yang
menuntut peserta didik menunjukkan prestasi dan hasil belajar berupa kemampuan dalam
kehidupan nyata dalam bentuk kinerja atau hasil kerja. Adapun menurut Jon Mueller (Mueller,
2006)penilaian autentikmerupakan suatu bentuk penilaian yang para peserta didiknya diminta
untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan
keterampilan dan pengetahuan essensial yang bermakna. Pendapat serupa dikemukakan oleh
Richard J. Stiggins (1987), bahkan Stiggins menekankan keterampilan dan kompetensi
spesifik, untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dikuasai (Stiggins, 1994).3
Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan
suatu kriteria tertentu. Penilaian merupakan kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil
pengukuran. Penilaian adalah proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi
yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun
non tes. Secara garis besar, penilaian dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Pembelajaran PAI
3
Mimi Musmroh Idris,Abas Asyafah, Jurnal Kajian Peradaban Islam:Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
4
Suji Munadi, Penilaian Hasil Belajar, hal 3
3|Page
sebagaimana penjelasan dalam UU Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Adapun pengertian pembelajaran lainnya adalah
suatu sistem yang bertujuan untuk memperlancar proses belajar siswa, yang meeliputi
serangkaian kegiatan yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung proses belajar internal siswa. Pembelajaran
merupakan segala upaya secara sadar menciptakan kondisi dengan sengaja sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan mudah5
5
Bambang. (2008). Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya. Jakarta, Hal 44
4|Page
guru didasarkan pada beberapa aspek penilaian dengan memperhatikan jenis tugas
dengan diberikan aspek-aspek tersebut adalah :
1) Aspek pemahaman, seberapa baik tingkat pemahaman siswa terhadap soal-soal
yang dikerjakan;
2) Aspek argumentasi, seberapa baik yang diberikan siswa dalam menjawab
persoalan-persoalan di dalam lembar kerja siswa tersebut;
3) Aspek kejelasan, tersusun dengan baik, tertulis dengan baik, mudah dipahami.6
Guru telah mengembangkan teknik penilaian sesuai dengan kompetensi yang
ditentukan. Hal tersebut tergambar dari, pemilihan tes tertulis dipilih oleh guru
dikarenakan tugas yang diberikan berupa kompetensi menulis, sehingga ada
kesesuaian antara teknik penilaian dengan kompetensi yang ditentukan agar tujuan
penilaian portofolio tercapai7
Keterangan:
Nilai Akhir diambil dari rata-rata hasil praktikum.
6
Lukman, Hal 114
7
Mansur Muslich, Hal 33
5|Page
Untuk :
Kategori Baik: 100-85, praktikum dilakukan secara sempurna
Kategori Cukup: 84-70, dilakukan sudah benar namun belum sempurna Kategori
Sedang: 69-50, Praktikum belum benar
Keterangan:
Nilai Akhir = Total Nilai : Total Bobot
Untuk mendapatkan nilai hasil = Skor x bobot.
b. Akuntabilitas
8|Page
(akuntability). Hal ini dapat dilihat dari adanya kerja sama antara guru, siswa dan
orang tua. Jadi bukan semata-mata guru yang memberikan penilaian, tetapi atas
sepengetahuan siswa dan orang tua.
Ciri khas dari penilaian portofolio adalah memungkinkan guru untuk melihat
peserta didik sebagai individu yang masing-masing memiliki karakteristik,
kebutuhan, dan kelebihan tersendiri. Ini sangat berguna manakala program
evaluasi sangat fleksibel dan lebih menekankan pada tujuan individual sehingga
memungkinkan peran aktif dalam proses penilaian, dan memberikan kesempatan
untuk meningkatkan kemampuan mereka
d. Identifikasi
f. Penilaian Diri
9|Page
g. Penilaian yang Fleksibel
i. Keadilan
Portofolio adalah salah satu alat penilaian yang ideal untuk kelas yang heterogen
yang sangat terbuka bagi guru untuk menggambarkan kelebihan dan kekurangan
peserta didik da membantu perkembangan mereka
j. Kriteria Penilaian
Hasil pekerjaan peserta didik akan dinilai berdasarkan penilaian yang relevan
dengan penampilan mereka (misal dengan skala rating = rating scale). Peserta
didik yang kurang akan tetap mendapat penghargaan (credit), sedangkan
pencapaian keberhasilan yang optimal menjadi tujuan dari penilaian portofolio
ini.
a. Waktu Ekstra
b. Reliabilitas
10 | P a g e
Penilaian portofolio nampak kurang reliabel dan kurang fair dibandingkan dengan
penilaian lain yang menggunakan angka seperti ulangan harian, ulangan umum,
maupun ujian akhir nasional yang menggunakan tes. Penilaian yang dilakukan
sendiri oleh peserta didik (self assessment) maupun oleh kelompok peserta didik
agak kurang reliabel oleh karena itu latihan penilaian yang dilakukan oleh peserta
didik maupun kelompok peserta didik sangat diperlukan. Dengan adanya latihan
yang terus menerus, terutama lagi apalagi kriteria yang disajikan sangat jelas dan
mudah dipahami. Peserta didik akan berlatih menjadi penilai bagi pekerjaannya
sendiri.
c. Pencapaian akhir
d. Top-Down
Guru dan peserta didik biasanya terjebak dalam suasananya hubungan topdown,
yaitu guru menganggap tahu segalanya dan peserta didik selalu dianggap sebagai
obyek yang harus dididik dan diberi tahu. Dengan demikian proses pembelajaran
menjadi satu arah. Apalagi kondisi ini terwujud, maka inisiatif dan kreativitas
peserta didik yang menjadi ciri khas portofolio akan hilang.
e. Skeptisme
Masyarakat, khususnya orang tua peserta didik selama ini hanya mengenal
keberhasilan anaknya hanya pada angka-angka hasil tes akhir (test scores),
peringkat dan hal-hal yang bersifat kuantitatif. Sebaliknya, portofolio pada
hakikatnya tidak mengenal angka-angka yang dimaksud. Akibatnya terkadang
orang tua bersikap skeptis dan lebih percaya pada tes dari pada penilaian
portofolio. Untuk mengatasi hal tersebut, format penilaian dapat menggunakan
kriteria penilaian yang bervariasi, mulai dari tidak menggunakan angka sampai
dengan menggunakan angka.
11 | P a g e
Penilaian portofolio adalah sesuatu yang baru dalam dunia pendidikan di
Indonesia.
Oleh karena itu bukan tidak mungkin kebanyakan guru kurang mengenal
penilaian portofolio, mereka lebih mengenal bentuk penilaian yang biasa
dilakukan.
g. Penerapan di Sekolah
Penyediaan format yang digunakan secara lengkap dan detail, dapat juga
menjebak. Peserta didik akan terjerumus ke dalam suasananya yang kaku dan
mematikan, yang akhirnya akan mematikan inisiatif dan kreativitas.
i. Tempat Penyimpanan
Sebelum melakukan penilaian hendaknya kita mengetahui apa yang harus kita nilai.
Penilai ini memiliki arti sebagai tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan ini
dicapai. Penilaian memiliki fungsi untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar
siswa. Ada beberapa aspek sebagai penilaian pembelajaran sebagai berikut:
1. Ranah kognitif
Melihat sistem pendidikan dimasa sekarang ini, baru menerapkan aspek kognitif
tingkat rendah seperti pengetahuan, pemhaman, dan sedikit penerapan. Sedangkan
tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua
tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan
8
Realin Setiamihardja, Hal 14
12 | P a g e
akan lebih baik. Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes
tertulis.
Adapun bentuk-bentuk aspek kognitif
a. Tes atau pertanyaan lisan di kelas
b. Pilihan ganda
c. Uraian objektif
d. Uraian non objektif atau uraian bebas
e. Jawaban atau isian singkat
f. Menjodohkan atau menyocokkan
g. Portopolio
h. Performans
2. Ranah afektif
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya
menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Ranah afektif tidak dapat diukur
seperti ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur
adalah:9
a. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala,
kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian.
b. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon,
merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan.
c. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai,
komitmen terhadap nilai.
d. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami
hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai.
3. Rahan psikomotorik
9
Isa Anshori, Perencanaan Sistem Pembelajaran, Sidoarjo: Muhammadiyah University Press, Cet kedua,
2009, hal 39
13 | P a g e
Ada salah satu ahli yang berpendapat yang menjelaskan cara penilaian hasil
belajar psikomotor. Menurut Ryan (1980)
“hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui (1) pengamatan langsung dan
penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik
berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan
memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan
kelak dalam lingkungan kerjanya.”
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan portofolio pada dasarnya adalah
menilai karya-karya peserta didik berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. Portofolio
dapat digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan siswa. Karena menyadari
proses belajar sangat penting untuk keberhasilan hidup, portofolio dapat digunakan
oleh siswa untuk melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal pengetahuan,
hal keterampilan maupun nilai dan sikap. Semua tugas yang dikerjakan peserta didik
dikumpulkan, dan diakhir satu unit program pembelajaran diberikan penilaian. Dalam
menilai dilakukan diskusi antara peserta didik dan guru menentukan skornya.
Dalam penilaian portofolio terdapat kelebihan diantaranya adalah dapat
menilai kemampuan siswa secara menyeluruh, dan dapat menjamin akuntabilitas.
Adapun kelemahannya adalah memerlukan waktu dan kerja keras, memerlukan
perubahan cara pandang, serta memerlukan gaya belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, E. T. (2017). Problematika Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Ploso I
Pacitan.
Junal Al-Idaroh, 1(2)
Budimansyah, Dasim. (2002). Model Pembelajaran Dan Penilaian Portofolio.
Bandung: PT Ganesindo
14 | P a g e
Lukman, L. (2020). Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Dan Budi Pekerti Melalui Pemberian Tugas Berbasis Portofolio Pada
Siswa
Kelas VIII.11 SMPN 1 Praya Tahun Pelajaran 2018/2019. JISIP (Jurnal
Ilmu Sosial dan Pendidikan), 4(1)
Mubarak, A. F. (2021). Konsep Penilaian Berbasis Portofolio dalam Proses
Pembelajaraan. Nusantara Journal of Community Engangement, 2(1)
Masnur, Muslich. (2011). Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Yogyakarta:
Diva Press
Realin Setiamihardja, (2011), Penilaian Portofolio Dalam Lingkup Pembelajaran
Berbasis Kompetensi, Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru 3 (2) Surapranata,
Penilaian Portofolio, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.
Wildan, W. (2017). Pelaksanaan Penilaian Autentik Aspek Pengetahuan, Sikap Dan
Keterampilan di Sekolah Atau Madrasah. Jurnal Tatsqif,
15(2), https://doi.org/10.20414/jtq.v15i2.3
15 | P a g e