KELOMPOK II : (3PBA-1)
RADIA BACHTIAR
ROSDIANA GAJALI
FAHYUNI UMASUGI
ARHAM FOKATEA
2019-2020
KATA PENGANTAR (Radia Bachtiar)
Puji dan syukur kita panjatkan kepada ﷲyang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya, begitu besar rasa syukur yang kami rasakan karena berkat ridho-Nyalah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “KOMPONEN-KOMPONEN PROSES BELAJAR
MENGAJAR” makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PSIKOLOGI
BELAJAR.
Di dalam makalah ini memiliki beberapa poin yang telah kami susun sebaik mungkin
dengan usaha dan kemampuan kami. Kami berharap semoga dengan makalah ini dapat
memberikan ilmu kepada kita semua baik pembaca ataupun pada kami, penyusun makalah ini.
Kami sadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Karena hal tersebut
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan agar kedepannya kami dapat menjadi
lebih baik. Sekian kami ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI (Radia Bachtiar)
A. KESIMPULAN .........................................................................................................
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha orang dewasa dan pergaulannya dengan anak-anak untuk
membimbing perkembangan jasmani serta pikiran intelektual. Proses belajar mengajar adalah
suatu kegiatan yng bersifat iteraktif untuk mewujudkan tercapainnya tujuan pembelajaran yang
telah diterapkan dalam perencanaan pembelajaran.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Dari komponen-komponen pembelajaran tersebut,
tujuan dijadikan fokus utama pengembangan, artinya komponen-komponen tersebut
dikembangkan mengacu kepada komponen tujuan yang ingin dicapai.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang termasuk dalam komponen-komponen proses belajar mengajar ?
C. Tujuan Penulisan
1. Unuk mengetahui apa daja yang termasuk dalam komponen-komponen proses belajar
mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah “Prosedur Didaktis” merujuk pada kegiatan-kegiatan tenaga pengajar dala mengelola
proses belajar-mengajar di dalam kelas. Prosedur didaktis dapat diartikan dengan berbagai cara,
misalnya bila dikatakan: perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan oleh tenaga pengajar, yang
menyangkut penyajian materi pelajaran, supaya siswa dapat mencapai tujuan instruksional
tertentu. Kegiatan-kegiatan itu juga mencakup penentuan media pengajaran yang sesuai, bentuk
pengelompokan siswa yang sesuai dan materi pelajaran yang cocok. Prosedur-prosedur didaktis
dapat digolongkan menurut tiga pola, yaitu :
Pola narasi adalah pola yang mana materi pelajaran langsung disajikan oleh guru dan
penyajiannya dipimpin oleh guru pula. Yang termasuk pola ini adalah prosedur-prosedur
didaktis yang tercakup dalam istilah “memberikan ulasan”, seperti menyampaikan informasi,
memberikan penjelasan, memberikan uraian (ceramah), menceritakan suatu kisah,
mengutarakan suatu masalah dan memberikan suatu demonstrasi.
Pola ini dianggap sesuai dalam menyampaikan hal-hal yang harus diketahui, yang tidak
atau sulit dapat digalih dari sumber lain, misalnya buku pelajaran; untuk memperkenalkan suatu
pokok bahasan yang nantinya masih akan dipelajari dengan cara-cara lain; untuk menunjukkan
hubungan dengan tema-tema yang sudah dipelajari; untuk mengurangi garis-garis besar dan
menunjukkan aspek-aspek pokok; untuk menimbulkan motivasi dan minat pada siswa.
Kelamahan pola ini adalah sulit mendapatkan jaminan, bahwa siswa sungguh-sungguh terlibat
dan mengolah materi yang disampaikan dengan baik.
Menggunakan pola narasi secara efisien dan efektif merupakan suatu seni tersendiri.
Pada umumnya disarankan supaya guru:
1) Memberikan introduksi lebih dahulu: masalah/topik apa yang akan dibahas dan apa
pentingnya dibahas.
2) Menggunakan suatu skema yang telah tercetak, ditulis pada papan tulis atau
diproyeksikan pada sebuah layar (overhead projector), yang disalin oleh siswa.
3) Meringkas hal-hal pokok secara berkala.
4) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan singkat untuk merangsang siswa ikut berpikir.
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan.
6) Menyuruh siswa menandai atau menggarisbawahi bagian-bagian atau kalimat-kalimat
tertentu dalam buku pelajaran, kalau tersedia.
7) Menghindari mendikte (siswa harus mencatat secara harafiah). Namun, diktat singkat
sebagai ringkasan pada akhir ulasan, dapat berguna.
8) Menyisipkan periode-periode singkat untuk istirahat, paling sedikit siswa berbuat
sesuatu yang lain dari mendengarkan. Daya konsentrasi mendengarkan cenderung
menurun sesudah 20-25 menit.
9) Menyesuaikan nada suara dan irama berbicara.
10) Memberikan contoh-contoh seperlunya.
11) Menggunakan media pengajaran audiovisual, sejauh menunjang ulasan verbal.
Pada pola ini materi pelajaran dibentuk oleh guru bersama siswa, pimpinan dapat
dipegang langsung oleh guru, dapat pula tidak. Dalam pola ini, sekelompok orang
berkomunikasi satu sama lain dengan berbicara dan saling mendengarkan. Dalam rangka
pengajaran di kelas, kelompok orang itu terdiri atas siswa-siwa dan guru yang merundingkan
materi pelajaran untuk tujuan intruksional. Guru dapat menggunakan pola ini untuk membantu
siswa mengolah materi pelajaran dengan lebih baik, mengingat tujuan intruksional, khususnya
dalam rana kognitif; atau untuk membantu siswa memperoleh atau mengubah sikap tertentu.
Pola ini mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa setelah mendapat tugas dari
guru, seperti membuat karangan, mengerjakan soal, menyusun makalah, mengadakan
eksperimen di laboraturium dan mempersiapkan suatu ceramah. Kegiatan-kegiatan ini juga
dapat memegang peranan kedua pola yang dibahas di atas, kalau terjadi kombinasi.
Kegiatan yang ditugaskan oleh guru, kerap harus dikerjakan di rumah; untuk itu
digunakan istilah “Pekerjaan Rumah”. Tujuan yang dikejar oleh guru dapat bermacam-macam,
antara lain supaya siswa berlatih, mengolah kembali materi pelajaran, menyusun jalan
pikirannya secara runtut, belajar membagi waktu dengan baik, dan belajar teknik-teknik studi
yang efektif dan efisien.
Pertanyaan “prosedur didaktis manakah yang paling baik?” sulit dijawab dengan
menunjukkan satu pola tertentu diantara ketiga pola tersebut. Hasil penelitian mengenai
efisiensi dan efektivitas dari berbagai prosedur didaktis, tidak menunjukkan prosedur didaktis
tertentu sebagai prosedur yang paling baik.
Suatu prosedur didaktis harus dipandang sebagai salah satu komponen dalam kegiatan
pengajaraan, sebagaimana nampak pada model kegiatan didaktis menurut konsepsi E. De Corte.
Maka, pertimbangan-pertimbangan yang relevan dalam pemilihan prosedur didaktis adalah
sebagai berikut :
a. Tujuan intruksional khusus yang telah dirumuskan secara jelas, lebih-lebih menyangkut
aspek perilaku dan aspek isi. Misalnya tujuan intruksional “Siswa akan rela
berpartisipasi dalam upacara kenaikan bendera, dengan berdiri tegak dan menyanyikan
lagu kebangsaan dengan volume suara penuh”, kiranya tidak akan dicapai dengan
menggunakan pola prosedur narasi saja.
b. Keadaaan siswa yang aktual. Kelompok siswa yang ternyata belum memiliki
pengetahuan dan pengalaman atau belum menguasai teknik-teknik studi yang mutlak
dibutuhkan dalam mempelajari materi pelajaran tertentu, dengan tujuan intruksional
tertentu pula, harus dilayani dengan prosedur didaktis lain, dibandingkan dengan
kelompok siswa yang sudah memilikinya.
c. Keadaan guru sendiri. Guru yang kurang disiplin dalam menggunakan berbagai variasi
prosedur didaktis harus berusaha untuk mengembangkan diri dalam hal ini, namun
kebingungan guru sendiri akan berakibat negatif, seandainya dia dituntut untuk
menggunakan lebih banyak variasi dalam prosedur didaktis tanpa persiapan atau
penataran yang memadai.
d. Keadaan sekolah sebagai institut pendidikan. Misalnya, jadwal pelajaran yang hanya
mengenal periode-periode waktu 45-50 menit, tidak mungkin menggunakan prosedur-
prosedur didaktis yang menuntut periode waktu yang lebih lama. Misalnya pula, bila
perabotan didalam kelas hanya terdiri atas bangku-bangku duduk yang tidak dapat
dipindah, timbul hambatan dalam penggunaan prosedur didaktis tertentu, seperti
pertemuan kelas.
Studi Kasus
Dalam proses belajar mengajar, proses didaktis memiliki peranan yang cukup penting dalam
mencapai tujuan belajar itu sendiri. Misalnya perbandingan pendidikan antara Indonesia dengan
Finlandia, dimana proses atau tahapan dalam sistem belajar mengajar kedua negara ini
sangatlah berbeda. Murid finlandia hanya sekali menghadapi satu kali ujian nasional ketika
berumur 16 tahun, sementara murid indonesia hampir tiap semester diadakan ujian. Bukan
hanya itu, pelajar di Finlandia mendapatkan waktu istirahat hampir tiga kali lebih lama daripada
negara lain serta dengan pekerjaan rumah yang minim. Namun dengan sistem yang leluasa itu
mereka justru bisa belajar lebih baik dan menjadi lebih pintar.
Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari
"medium" yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi
kepada penerima informasi.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling
bertukar informasi.
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan
indra penglihatan terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projekted
visual) dan media yang tidak dapat diproyeksikan (nonprojekted visual).
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif
yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan para siswa
untuk mempelajari bahan ajar dan jenisnya.
Media audio visual merupakan kombinasi dari media audio dan media audio
visual atau media pandang dengar”
Studi kasus
Studi kasus yang di ambil dalam materi Media pembelajaran yaitu di SMA N 5
KOTA TERNATE. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan sumber informasi kepada penerima informasi sehingga
sangatlah penting bagi paara siswa dan guru dalam proses belajar mengajar
dengan menggunakan media pembelajaran. Maka media pembelajaran sangatlah
penting karna dengan adanya media pembelajaran bisa mewujudkan situasi
pembelajaran yang efektif, Media pembelajaran juga penting dalam mencapai
tujuan pembelajaran tanpa media pembelajaran proses belajar mengajar
tidak akan efektif karna media pembelajaran meliputi alat pembelajaran
seperti media visual, media audio, dan media audio visual yang suda dijelaskan
dalam materi media pembelajaran di atas sesuai dengan fumgsi dari media
pembelajaran itu sendiri
a. Jika pengelompokkan tidak dikelola dengan baik dapat menurunkan prestasi siswa
pada kelompok bawah (faktor yang sudah terkonsep, minder, diejek teman, dan
merespons negatif).
b. Pengelompokkan homogen menunjukkan hasil positif bagi siswa yang berbakat.
c. Pengelompokkan bergantung pada persepsi dan sikap guru.
Pengelompokkan “tidak dapat dipaksakan”, dimaksudkan untuk menjamin siswa tiap
individu. Semua kelompok harus diperhatikan. Sehingga perlu penyadaran kepada siswa
(peserta didik) dalam semua kelompok: Kelompok tinggi: bukan karena untuk meningkatkan
gengsi tetapi memfasilitasi siswa untuk maju, tidak terhambat oleh siswa yang kurang
mampu. Kelompok rendah: bakatnya diasah dan dikembangkan agar lebih baik dan berguna
bagi siswa. Sehingga perlu penyadaran kepada siswa (peserta didik) dalam semua kelompok:
Kelompok tinggi: bukan karena untuk meningkatkan gengsi tetapi memfasilitasi siswa untuk
maju, tidak terhambat oleh siswa yang kurang mampu. Kelompok rendah: bakatnya diasah &
dikembangkan agar lebih baik & berguna bagi siswa.
a. Dasar Pengelompokan
Pengelompokan dalam kelas-kelas Pengelompokan berdasarkan bidang studi
Pengelompokan berdasarkan spesialisasi Pengelompokan dalam sistem kredit
Pengelompokan berdasarkan kemampuan Pengelompokan berdasarkan minat.
b. Jenis Pengelompokan
Mitchun dalam Imron (2012) mengemukakan dua jenis pengelompokan peserta didik,
yaitu: ability grouping adalah pengelompokan berdasarkan kemampuan di dalam setting
sekolah. pengelompokan di mana peserta didik yang pandai dikumpulkan dengan yang
pandai, yang kurang pandai dikumpulkan dengan yang kurang pandai. sub-grouping with in
the class adalah pengelompokan dalam setting kelas. pengelompkan di mana peserta didik
pada masing-masing kelas, dibagi lagi menjadi beberapa kelompok kecil. Pengelompokan ini
juga memberi kesempatan kepada masing-masing individu untuk masuk ke dalam lebih dari
satu kelompok.
Ada beberapa macam kelompok kecil di dalam kelas ini, yaitu: interest grouping adalah
pengelompokan yang didasarkan atas minat peserta didik. Peserta didik yang berminat pada
pokok bahasan tertentu, pada kegiatan tertentu, pada topik tertentu atau tema tertentu,
membentuk ke dalam suatu kelompok. special need grouping, adalah pengelompokan
berdasarkan kebutuhankebutuhan khusus peserta didik. Peserta didik yang sebenarnya sudah
tergabung dalam kelompok-kelompok, dapat membentuk kelompok baru untuk belajar
ketrampilan khusus. team grouping adalah suatu kelompok yang terbentuk karena dua atau
lebih peserta didik ingin bekerja dan belajar bersama untuk memecahkan masalahmasalah
khusus. tutorial grouping adalah suatu pengelompokan di mana peserta didik bersamasama
dengan guru merencanakan kegiatan-kegiatan kelompoknya. Dengan demikian, apa yang
dilakukan oleh kelompok bersama dengan guru tersebut, telah disepakati terlebih dahulu.
Antara kelompok satu dengan yang lain bisa berbeda kegiatannya, karena mereka sama-sama
mempunyai otonomi untuk menentukan kelompoknya masing-masing. research grouping
adalah sutu pengelompokan di mana dua atau lebih peserta didik menggarap suatu topik
penelitian untuk dilaporkan di depan kelas. Bagaimana cara penggarapan, penyajian serta
sistem kerja yang dipergunakan bergantung kepada kesepakatan anggota kelompok. full-
class grouping adalah suatu pengelompokan di mana peserta didik secara bersama-sama
mempelahari dan mendapatkan pengalaman di bidang seni. Misalnya saja, kelompok yang
berlatih drama, musik, tari dan sebagainya. combined class grouping adalah suatu
pengelompokan di mana dua atau lebih kelas yang dikumpulkan dalam suatu ruangan untuk
bersama-sama menyaksikan pemutaran film, slide, TV dan media audio visual lainnya.
Menurut Regan (1996), ada 7 macam pengelompokan yang didasarkan atas realitas
pendidikan di sekolah dasar, yaitu: The non grade elementary school adalah sekolah dasar
tanpa tingkat. Sekolah dasar tanpa tingkat ini memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada peserta didik untuk mengambil mata pelajaran berdasarkan kemampuan masing-
masing individu peserta didiknya. Bahkan peserta didik dapat mengambil mata pelajaran
yang mungkin sama dengan mereka yang angkatan masuknya tidak sama. Multi-grade and
Multi-age grouping adalah pengelompokan yang multi tingkat dan multi usia.
Pengelompokan demikian dapat terjadi pada sekolah-sekolah yang menggunankan sistem
tingkat. Pada pengelompokan demikian, peserta didik berbeda usianya, dikelompokkan
dalam tempat yang sama. Mereka berinteraksi dan belajar bersama-sama. the dual progress
plan grouping adalah sistem pengelompokan kemajuan rangkap. Sistem pengelompokan
demmikian dimaksudkan untuk mengatasi perbedaan-perbedaan kemampuan individual di
setiap umur dan setiap tingkat. Masing-masing peserta didik diberi kesempatan untuk
mengerjakan tugas-tugas guru sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Studi kasus
Studi kasus dalam negeri yaitu pada salah satu siswa yang bernama HT yang
mengalami underachiever dengan karakteristik antara lain rendahnya self-esteem
(rendahnya konsep diri) dan juga rendahnya konsep diri akademik. Karakter
lainnya HT menghindari tugas-tugas sekolah, lebih tertarik pada kegiatan diluar
kegiatan sekolah, bergantung pada orang lain dalam mengerjakan tugas-
tugasnya, kurang baik dalam pengerjaan tugas sekolah, kebiasaan belajar kurang
baik, memiliki masalah penerimaan dengan teman sebaya dan seringkali
kurang jujur. Faktor-faktor yang menyebabkan HT mengalami underachiever
antara lain aktivitas belajar yang kurang dan tidak adanya pengawasan
orangtua. Faktor yang berkaitan dengan kondisi psikologis yang ditandai dengan
rendahnya harapan atau target self- esteem yang rendah dan takut mengalami
kegagalan. Faktor motivasi yang rendah. Faktor yang berhubungan dengan kondisi
psikososial yaitu kondisi keluarga, orangtua yang terlalu meremehkan, orangtua
kurang memberikan perhatian, seringnya ayah memberi sanksi kepada HT dan
orangtua yang sering mengkritik. Sekolah juga menjadi penyebab dikarenakan
kondisi kelas yang kurang nyaman dan berisik serta adanya pengaruh negatif dari
teman.
a. Fakta adalah segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi
nama-nama objek, peristiwa, lambang, nama tempat, nama orang dan lain
sebagainya.
b. Konsep adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa
timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, cirri khusus, hakikat,
inti/isi dan sebagainya.
c. Prinsip adalah berupa hal-hal pokok dan memiliki posisi terpenting meliputi
dalil, rumus, paradigm, teori serta hubungan antar konsep yang
menggambarkan implikasi sebab akibat.
d. Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam
melakukan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem..
e. Sikap atau nilai merupakan hasil belajar aspek sikap pemanfaatan lingkungan
hidup dan pembangunan berkelanjutan.
a. Relevansi (kesesuaian)
b. Konsistensi (ketetapan}
Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada dua macam maka
materi yang diajarkan juga harus meliputi dua macam. Contoh: kompetensi dasar
yang harus dikuasai peserta didik adalah “pengenalan mengenai sistem panca indra”.
c. Adquency (kecukupan)
Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik
menguasai konpetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan
tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu
tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya jika terlalu banyak
maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum.
b. Relevansi dan karakteristik daerah. Jika peserta didik bersekolah dan berlokasi
di daerah pantai, maka pengembangan materi pembelajaran diupayakan agar
selaras dengan kondisi masyarakat pantai.
a. Aspek kognitif, aspek afektif atau aspek psikomotor, karena ketika sudah
diimplementasikan dalam proses pembelajaran maka tiap-tiap jenis uraian materi
tersebut memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda. Selain
memperhatikan jenis materi juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu
digunakan dalam menentukan cakupan pembelajaran yang menyangkut keluasan
dan kedalaman materi
PENUTUP
Prosedur didaktis
Media pengajaran
Pengelompokan siswa
Materi pengajaran
Keempat komponen tersebut memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Guru
sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan, sangat menentukan keberhasilan
dalam mencapai tujuan pendidikan. Jika ada salah satu komponen pembelajaran yang
bermasalah, maka proses belajar-mengajar tidak dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA